Anda di halaman 1dari 9

KALIMAT DALAM SISINDIRAN DAN WAWANGSALAN ANYAR

KARYA DÉDY WINDYAGIRI


(Kajian Struktur dan Semantik)
Hena Sumarni
SMP Negeri 7 Cimahi
Pos – el: henasum72@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kalimat dalam sisindiran dan wawangsalan
anyar. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif. Untuk mengumpulkan data
digunakan teknik studi pustaka. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode
distribusional dengan téknik analisis unsur langsung yang diikuti oleh teknik ekspansi,
permutasi dan delisi. Temuan-temuan dalam penelitian ini adalah déskripsi tentang bentuk
kalimat dalam sisindiran dan wawangsalan yang berupa kalimat majemuk dengan tipe dan
pola kalimat yang variatif, hubungan makna antraklausa dalam kalimat majemuk serta
kekhasan-kekhasan kalimat dalam sisindiran dan wawangsalan anyar, yakni (1) bentuk
kalimat berupa kalimat majemuk, (2) memiliki kebebasan dalam konstruksi (struktur) kalimat,
(3) kelonggaran gaya dalam menempatkan urutan kata, dan (4) subyek sering tidak dikatakan.
Kata kunci: kalimat, sisindiran, wawangsalan

SENTENCES OF SISINDIRAN AND WAWANGSALAN ANYAR OF


DEDY WINDYAGIRI
(A Structure and Semantics Study)

Abtsract
This study aimed to describe the sentences in the text of sisindiran and wawangsalan anyar.
The research used descriptive methods. The data collection of this study employed the
techniques of literature study. The data processing was distributional method with direct
elemental analysis techniques. This was followed by the techniques of expansion,
permutation, and deletion. The research findings cover description of the sentence forms in
sisindiran and wawangsalan. They are complex sentences containing various sentence
patterns and types and meaning relations between clauses in compound sentences. It also
contains peculiarities of sentence. The peculiarities are (1) the form of complex sentences, (2)
the freedom in construction (structure) of sentences, (3) the flexibility of word order, and (4)
the hidden subject.
Keywords: Sentence, Sisindiran, and Wawangsalan

PENDAHULUAN “Hayang nyaho di sakweh ning kawih


Sisindiran telah lama disebut-sebut ma: kawih bwatuha, kawih panjang, kawih
dalam sebuah naskah Sunda kuno, lalaguan, kawih panyaraman, kawih
Sanghyang Siksakandang Karesian (1518). sisi(n)diran, kawih pengpeledan, bongbong
Pada naskah tersebut sisindiran kaso, pererane, porod eurih, kawih
diinformasikan dengan istilah kawih babahanan, kawih ba(ng)barongan, kawih
sisindiran. Uraian secara lengkapnya tangtung, kawih sasa(m)batan, kawih igel-
dapat dilihat seperti di bawah ini:

35
36 | LOKABASA Vol. 7, No. 1, April 2016

igelan; sing sawatek kawih ma, paraguna


tanya”. Sugan téh kukupu muntir
Terjemahan kutipan di atas adalah Singhoréng Si Rama-Rama
sebagai berikut: jika ingin mengetahui Sugan téh tungkul keur mikir
bermacam-macam jenis lagu: kawih Singhoréng ngacay bahamna
bwatuha, kawih panjang, kawih lalaguan,
kawih panyaraman, kawih sisi(n)diran, Dikira kupu-kupu berputar
kawih pengpeledan, bongbong kaso, Ternyata Si Rama-Rama
pererane, porod eurih, kawih babahanan, Dikira tunduk berpikir
kawih ba(ng)barongan, kawih tangtung, Ternyata mulutnya ngeces
kawih sasa(m)batan, kawih igel-igelan;
maka tanyakanlah pada ahli karawitan. Pesan yang dikemas dalam sisindiran
Pada kenyataan dewasa ini, dengan mudah sampai kepada para
perkembangan sisindiran dalam kehidupan penyimaknya. Kata demi kata yang
masyarakat Sunda dinilai masih produktif. dirangkai dalam sisindiran bukanlah
Beberapa di antaranya memang dikemas kalimat biasa, tetapi kalimat-kalimat yang
dalam bentuk lagu, baik yang bergenre diatur oleh ketetapan jumlah engang (suku
pop, tembang atau jenis lagu lainnya. kata). Dengan kata lain, kalimat-kalimat
Salah satu contohnya adalah: yang digunakan dalam sisindiran
Bubuy bulan, bubuy bulan sanggray merupakan kalimat yang disusun dalam
béntang bentuk terikat. Sisindiran dalam
Panon poé, panon poé disasaté kesusastraan Sunda termasuk ke dalam
Unggal bulan, ungggal bulan abdi karya sastra bentuk ugeran (puisi). Hal ini
téang menunjukkan bahwa kalimat yang
Unggal poé, unggal poé ogé hadé digunakan dalam sisindiran merupakan
kalimat-kalimat yang diatur oleh ketentuan
Bukan hanya pada sejumlah lagu dan khusus, yaitu; jumlah engang (suku kata),
kawih saja sisindiran dipergunakan dalam purwakanti sora (rima), cangkang
kehidupan masyarakat Sunda. Dalam (sampiran), dan eusi (isi).
kesempatan formal dan resmipun
sisindiran masih banyak dipergunakan. Kalimat dan Bentuk Kalimat
Misalnya pada saat berpidato, ceramah Beberapa definisi tentang kalimat
keagamaan, bahkan dalam kegiatan sudah sangat akrab dalam ingatan kita.
pendidikan dan pengajaran di sekolah- Robins (1983: 25) menyebutkan bahwa
sekolah dan perguruan tinggi. Sisindiran kalimat adalah
yang sering ditemukan dalam kegiatan A structure corresponding to a
formal tersebut di antaranya sebagai complete utterance, wich may be
penutup pidato atau selingan ceramah bounded by indefinite silince on either
keagamaan: side and part of wich is in intonation
Saninten buah saninten tune.
Dicandak ka parapatan Menurut Robins, kalimat dalam
Hapunten abdi hapunten bahasa Sunda dapat didefinisikan sebagai
Bilih aya kalepatan struktur yang hampir sama dengan ujaran
yang lengkap yang dibatasi oleh adanya
Saninten buah saninten jeda dan intonasi yang menjadi bagian
Dibawa ke perempatan dari keseluruhan ujaran.
Maafkan saya maafkan Alwi (2003: 311) menjelaskan bahwa
Kalau ada kesalahan kalimat adalah satuan bahasa terkecil,
Hena Sumarni: Kalimat dalam Sisindiran... | 37

dalam wujud lisan atau tulisan, yang Dengan memperhatikan kesimpulan di


mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam atas, di bawah ini didapat beberapa ciri
wujud lisan, kalimat diucapkan dengan kalimat (Sudaryat, 2014: 182), sebagai
suara naik turun dan keras lembut, disela berikut:
jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir 1. Tersusun dari kata atau untaian kata-
yang diikuti oleh kesenyapan yang kata, baik dalam wujud frasa atau
mecegah terjadinya perpaduan ataupun klausa.
asimilasi bunyi maupun proses fonologis 2. Bentuk ketatabahasaan yang maksimal,
lainnya. Dalam wujud tulisan berhuruf lengkap dan mandiri tanpa adanya
Latin, kalimat dimulai dengan huruf bantuan bentuk lain untuk menjadikan
kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), bentuk itu berfungsi.
tanda tanya (?), atau tanda seru (!); 3. Mempunyai intonasi final yang
sementara itu di dalamnya disertakan pula menunjukkan bentuk itu telah berakhir
berbagai tanda baca seperti koma (,), titik atau selesai.
dua (:), tanda pisah (-), dan spasi. Tanda 4. Dalam tuturan yang lebih luas dibatasi
titik, tanda tanya, dan tanda seru sepadan jeda panjang (di awal dan di akhir).
dengan intonasi akhir, sedangkan tanda Berdasarkan ciri-ciri tersebut di atas,
baca lain sepadan dengan jeda. Spasi yang maka bentuk kalimat dalam bahasa Sunda
mengikuti tanda titik, tanda tanya, dan seperti di bawah ini dapat dikategorikan
tanda seru melambangkan kesenyapan. sebagai kalimat:
Sudaryat (2014: 181) menyebutkan 1) Mangga wéh.
bahwa kalimat adalah sebuah bentuk Silahkan saja
ketatabahasaan yang maksimal dan 2) Hihh sugan téh rék naon!
mempunyai ciri kesenyapan final yang Huhh dikira ada apah
menunjukkan bentuk itu berakhir. Kalimat 3) Pokona mah cup wéh.
adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh Pokoknya harus.
adanya jeda panjang yang disertai nada Untuk mendapatkan hasil yang lebih
akhir turun naik (Ramlan, 1983: 6). jelas, bagaimana bentuk kalimat dalam
Kalimat merupakan untai berstruktur dari sisindiran Sunda terlebih dahulu akan
kata-kata. Dengan demikian dapat dipaparkan tiori tentang bentuk kalimat
disimpulkan bahwa kalimat adalah bentuk yang digunakan dalam kajian ini. Bentuk-
ketatabahasaan maksimal, yang disertai bentuk kalimat yang dimaksud dapat
jeda turun naik serta mempunyai ciri dilihat pada diagram di bawah ini:
kesenyapan final yang menunjukkan
bentuk tersebut berakhir.
KAL. TUNGGAL SEDERHANA
(S+P±O/Pel)
KALIMAT TUNGGAL
(S+P±O/Pel±K)
KAL. TUNGGAL LUAS
(S+P±O/Pel+K)
KALIMAT LENGKAP
KAL. MAJEMUK SETARA
KALIMAT MAJEMUK (2 > klausa bebas)
(2 KLAUSA)
BENTUK KAL. MAJEMUK BERTINGKAT
KALIMAT (1 > klausa bebas + klausa terikat)

Urutan Tambahan
KALIMAT TAK LENGKAP Sampingan Jawaban
Elips Seruan
(Sudaryat, 2014:18)
Bagan 1
Bentuk Kalimat
38 | LOKABASA Vol. 7, No. 1, April 2016

Berdasarkan bagan di atas, menurut sekali tidak mengandung struktur klausa


jumlah klausa yang menjadi unsur (Cook dalam Sudaryat, 2014: 185).
pembentuknya, kalimat dapat Kalimat tak lengkap atau tak sempurna
diklasifikasikan menjadi kalimat lengkap dapat dibedakan atas kalimat urutan,
dan tidak lengkap. kalimat sampingan, kalimat elips, kalimat
tambahan, kalimat jawaban, dan seruan
Kalimat lengkap atau kalimat sempurna (Tarigan dalam Sudaryat, 2014: 185).
Kalimat lengkap atau kalimat
sempurna adalah kalimat yang berklausa Struktur Kalimat Bahasa Sunda
yakni tersusun dari subjek (S) dan predikat Menurut Sudaryat (2014: 6), struktur
(P), baik disertai objek (O), pelengkap bahasa yang dalam bahasa Sunda disebut
(Pel), dan keterangan (K) maupun tidak. adegan basa, merupakan organisasi unsur-
Kalimat lengkap dapat dibedakan atas unsur bahasa yang memiliki pola tertentu
kalimat tunggal dan kalimat majemuk. yang bersifat linear atau sintagmatis.
Kalimat tunggal adalah kalimat yang struktur bahasa memiliki ciri-ciri, antara
tersusun dari sebuah klausa bebas, yakni lain, (1) sebuah konstruksi, (2) terdiri atas
klausa lengkap yang tersusun dari S-P, konstituen atau unsur-unsur, (3) tiap
baik disertai O, Pel, dan K maupun tidak. konstituen memiliki kategori tertentu, (4)
Kalimat tunggal yang tersusun dari sebuah tiap konstituen memiliki pola tertentu, dan
S-P, baik disertai O atau Pel maupun tidak, (5) hubungan antarkonstituen memiliki
tanpa diikuti oleh K, disebut kalimat kaidah atau pola tertentu.
tunggal sederhana sedangkan kalimat Berdasarkan uraian di atas, struktur
tunggal sederhana yang disertai oleh K bahasa meliputi adanya konstruksi, unsur
baik yang berbentuk frasa atau kata disebut atau konstituen, kategori dan pola tertentu.
kalimat tunggal luas. Dengan demikian, struktur bahasa bisa
Selain kalimat tunggal, kalimat diwujudkan dalam bentuk pola-pola
majemuk termasuk ke dalam kategori tertentu, dalam hal ini adalah pola-pola
kalimat lengkap. Kalimat majemuk adalah kalimat. Pola kalimat tersebut meliputi
kalimat yang tersusun dari dua klausa. pola kalimat tunggal ataupun kalimat
Kalimat majemuk yang tersusun dari dua majemuk. Baik kalimat tungal sederhana
buah klausa bebas atau lebih disebut maupun kalimat tunggal luas.
kalimat majemuk setara, sedangkan yang Menurut Sudaryat (2014: 187-199),
tersusun dari satu klausa bebas, dan berdasarkan strukturnya, kalimat tunggal
sekurang-kurangnya satu klausa terikat sederhana dapat dibedakan atas beberapa
disebut kalimat majemuk bertingkat. pola, seperti di bawah ini:
Putrayasa (2008: 55) mengemukakan (1) S – P
bahwa yang dimaksud dengan kalimat (2) S – P – O
majemuk adalah kalimat yang terdiri dari (3) S – P – Pel
dua klausa atau lebih atau kalimat (4) S – P – Pel – O
majemuk adalah kalimat yang terdiri dari Sedangkan pola kalimat tunggal luas
beberapa klausa bebas dapat dibedakan atas beberapa pola seperti
di bawah ini:
Kalimat tak lengkap atau kalimat tak (1) S – P – K
sempurna (2) S – P – O – K
Kalimat tak lengkap atau kalimat tak (3) S – P – Pel – K
sempurna adalah kalimat yang dasarnya (4) S – P – Pel – O – K
terdiri atas sebuah klausa terikat, atau sama (5) P – S – K
Hena Sumarni: Kalimat dalam Sisindiran... | 39

Biji sawo kecik namanya


Sisindiran dan Wawangsalan Biji duren pongge namanya
Wibisana (2000: 431) menyebutkan Baik-baiklah berkeluarga
bahwa sisindiran dalam sastra Sunda sama Asalkan ada pengertian di dalamnya
dengan pantun dalam sastra Melayu atau (Soebagyo, 1992: 73)
Indonesia. Sedangkan dalam khazanah
sastra Jawa dikenal pula karangan sejenis
yang disebut parikan (Soebagyo, 1992: METODE
vii). Penelitian ini merupakan penelitian
Sumarsono dan Faturahman (2008: kualitatif. Sejalan dengan penelitian
87) menyebutkan bahwa sisindiran dalam kualitatif, metode yang digunakan dalam
sastra Sunda mempunyai bentuk dan pola penelitian ini adalah metode deskriptif.
yang ajeg. Bentuk dan pola tersebut Sumber data penelitian berupa data kalimat
digambarkan sebagai berikut: 1) dalam dalam Sisindiran dan Wawangsalan Anyar
satu bait terdiri dari empat baris, 2) tiap karya Dedy Windyagiri. Teknik
baris berjumlah delapan suku kata, 3) pengumpumpulan data dilakukan melalaui
terdapat purwakati engang (kedekatan teknik studi pustaka sedangkan instrumen
bunyi suku kata) antara baris kesatu dan pengumpul data yang digunakan adalah
ketiga, kedua dan keempat, 4) dua baris kartu data. Data diolah dan dianalisis
cangkang (sampiran) dua baris berikutnya menggunakan téknik analisis unsur
adalah isi (eusi). Contohnya: langsung (immediate constituent (IC)
Nangka atah rék dibeulah analysis). Teknik analisis unsur langsung
Diangeun disamaraan adalah teknik dasar yang diikuti oleh
Satingkah saparipolah téknik (1) permutasi, (2) substitusi, (3)
Nyuhunkeun rido Pangéran ekspansi, dan (4) delisi (Sudaryanto dalam
Sudaryat, 2014: 59).
Nangka mentah akan dibelah
Disayur dan dibumbui HASIL DAN PEMBAHASAN
Segala tingkah dan polah Data dalam penelitian ini berjumlah
Mohon keridoan Gusti 377 buah data. Data tersebut terbagi ke
dalam dua bagian. 159 data sisindiran dan
Unsur “ajegnya” bentuk dan pola tidak 218 data wawangsalan. Dalam penelitian
ditemukan pada contoh pantun Melayu dan ini dibahas bentuk kalimat dalam
parikan Jawa. Unsur yang terlihat tidak sisindiran dan wawangsalan, struktur
ajeg pada kedua pantun tersebut (pantun kalimatnya, hubungan makna antarklausa
Melayu dan Parikan Jawa) adalah pada dalam kaliimat, dan kekhasan kalimat
jumlah suku katanya. Contoh: dalam sisindiran dan wawangsalan.
Manis sungguh tebu seberang Dilihat dari jumlah klausa yang
Dari akar sampai ke pucuk menjadi unsur pembentuknya, kalimat
Manis sungguh mulut orang dalam sisindiran dan wawangsalan adalah
Kita menangis jadi terpujuk kalimat majemuk. Kalimat majemuk yaitu
(Redaksi Balai Pustaka, 1984: 22) kalimat yang tersusun dari dua buah klausa
atau lebih (Sudaryat, 2014: 185).
Kecik-kecik isiné sawo Putrayasa (2008: 55) menuliskan bahwa
Beton ponggé isiné durén yang dimaksud dengan kalimat majemuk
Becik-becik wong dué bojo adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa
Waton nganggé opén pengertén atau lebih (Verhaar, 1983: 275), atau
kalimat majemuk adalah kalimat yang
40 | LOKABASA Vol. 7, No. 1, April 2016

terdiri dari beberapa klausa bebas berbunyi abdi mah batur kapiting
(Kridalaksana, 1982: 164). merupakan klausa kesatu dan klausa kedua
Perhatikan contoh-contoh di bawah adalah teu resep ka nu rayungan. Senada
ini: dengan sisindiran, kalimat pada
1) Abdi rék ka Cikapundung teu apal wawangsalan juga terdiri dari dua buah
kiruh hilirna, abdi mah daék klausa. Berdasarkan jumlah klausa yang
dicandung sok asal puguh kilirna menjadi unsur pembentuknya dapat
(S/P/49/40) disimpulkan bahwa kalimat dalam
Saya hendak pergi ke Cikapundung wawangsalan adalah kalimat majemuk.
tak tahu keruh hilirnya, saya mau Berdasarkan hasil analisis data,
dimadu asalkan benar jadwal penelitian ini menemukan tiga buah tipe
kunjungnya. kalimat majemuk dalam sisindiran dan dua
2) Abdi mah batur kapiting teu resep tipe kalimat majemuk dalam wawangsalan.
ka nu rayungan (S/W/109/56) Kalimat majemuk dalam sisindiran
Saya temannya kepiting tak senang terdiri dari, (1) kalimat majemuk mandiri,
kepada orang yang suka ganti-ganti (2) kalimat majemuk rangkap, dan (3)
pacar. kalimat majemuk campuran (kombinasi).
1) Kalimat majemuk mandiri adalah
Contoh (1) merupakan contoh data kalimat majemuk dalam sisindiran
sisindiran. Pada bagian sampiran yang terbentuk dari dua buah kalimat
(cangkang) berbunyi abdi rék ka tunggal. Baik kalimat pada bagian
Cikapundung teu apal kiruh hilirna. sampiran maupun kalimat pada bagian
Kalimat tersebut terdiri dari dua buah isi. Kalimat tunggal yang membentuk
klausa. Klausa kesatu abdi rék ka kalimat majemuk pada tipe I ini
Cikapundung sedangkan klausa kedua teu menghasilkan empat variasi, yaitu, (1)
apal kiruh hilirna. Begitu pula pada bagian kalimat tunggal sederhana dengan
isi (eusi). Kalimat bagian isi adalah abdi kalimat tunggal sederhana, (2) kalimat
mah daék dicandung sok asal puguh tunggal sederhana dengan kalimat
kilirna. Pada kalimat bagian isipun tunggal luas, (3) kalimat tunggal luas
terdapat dua buah klausa. Klausa kesatu dengan kalimat tunggal sederhana, dan
abdi mah daék dicandung, sedangkan (4) kalimat tunggal luas dengan
klausa kedua sok asal puguh kilirna. kalimat tunggal luas. Kalimat
Berdasarkan jumlah klausa yang menjadi majemuk mandiri dalam sisindiran
unsur pembentuknya dapat disimpulkan terbentuk dari kalimat tunggal
bahwa kalimat dalam sisindiran sederhana dan kalimat tunggal
merupakan kalimat majemuk. sederhana yang digambarkan pada
Contoh (2) merupakan contoh data contoh data seperti di bawah ini:
wawangsalan. Pada bagian sampiran

Anak sidat anak léntah ngadeukeutan cai mancur (sampiran)


S P O
létah ulah tisolédat ngaraheutan haté batur (isi)
S P O
Anak sidat anak lintah, mendekati air 2) Kalimat majemuk rangkap (rangkepan)
mancur, lidah jangan sampai adalah kalimat majemuk dalam
tergelincir, menyakiti hati orang lain. sisindiran yang terbentuk dari kalimat
majemuk setara dan kalimat majemuk
bertingkat. Kalimat majemuk dalam
Hena Sumarni: Kalimat dalam Sisindiran... | 41

sisindiran tipe II ini menghasilkan dua dengan kalimat majemuk bertingkat.


variasi, yakni, (1) kalimat majemuk Kalimat majemuk rangkap dalam
setara dengan kalimat majemuk setara sisindiran digambarkan pada contoh
dan (2) kalimat majemuk setara data seperti di bawah ini:

Abdi rék ka Cikapundung hilirna teu apal kiruh (sampiran)


S K S P
abdi mah daék dicandung sok asal kilirna puguh (isi)
S P S P

2) Kalimat majemuk campuran dalam setara dengan kalimat tunggal sederhana,


sisindiran adalah kalimat majemuk yang (3) kalimat majemuk setara dengan kalimat
terbentuk dari kalimat tunggal dan kalimat tunggal luas, dan (4) kalimat tunggal luas
majemuk. Kalimat majemuk dalam dengan kalimat majemuk setara.
sisindiran tipe III ini menghasilkan empat Kalimat majemuk campuran dalam
variasi, yakni, (1) kalimat tunggal sisindiran digambarkan pada contoh data
sederhana dengan dengan kalimat seperti di bawah ini:
majemuk setara, (2) kalimat majemuk
Buah leutik, amis mata, jeung kanyéré dikorangan (sampiran)
S P
Sorangan ulah sok licik, sorangan daék ménta embung méré (isi)
S P S P

Kalimat majemuk dalam wawangsalan bertingkat. Berikut ini contoh data kalimat
terbagi ke dalam dua tipe, (1) kalimat majemuk dalam wawangsalan tipe (1) dan
majemuk setara dan (2) kalimat majemuk (2):

a. Kalimat majemuk tipe I dalam wawangsalan


(085) Kembang cai daun ngambang haté gegetun prihatin (S/W/79/53

Klausa 1 Klausa 2

J C J C

Kembang cai daun ngambang haté gegetun prihatin


42 | LOKABASA Vol. 7, No. 1, April 2016

b. Kalimat majemuk tipe IIdalam wawangsalan

(012) Asa aing indung kuuk sikepna légég teu pikaresepeun (S/W/129/58)

Klausa Terikat Klausa Bebas

Sampiran Isi

Klausa J C

Asa aing indung kuuk sikepna légég teu pikaresepeun

SIMPULAN tentang sejarah sisindiran dan


Dari uraian di atas dapat disimpulkan wawangsalan dalam masyarakat Sunda.
bahwa kalimat dalam sisindiran dan Bagaimana bentuk kalimat, struktur,
wawangsalan anyar adalah kalimat makna antarklausa dan kekhasan kalimat
majemuk (kalimah ngantét). Sedangkan dalam sisindiran dan wawangsalan yang
kalimat majemuk dalam sisindiran terdiri sesungguhnya. Untuk bidang pendidikan,
dari (1) kalimat majemuk mandiri, (2) penelitian ini diharapkan dapat
kalimat majemuk rangkap, dan (3) kalimat memperluas dan mewujudkan materi
majemuk campuran. Sedangkan kalimat bahan ajar yang berkualitas serta dapat
majemuk dalam wawangsalan anyar menarik minat siswa dalam pembelajaran
terbagi ke dalam dua tipe, (1) kalimat bahasa Sunda.
majemuk setara dan (2) kalimat majemuk
bertingkat. Hal ini diperoleh berdasarkan PUSTAKA RUJUKAN
hasil analisis unsur langsung dengan teknik Alwi, Hasan et. al. (2003). Tata Bahasa
ekspansi, permutasi, substitusi, dan delisi. Baku Bahasa Indonesia; Edisi Revisi.
Terdapat empat hal yang menjadi kekhasan Jakarta: Balai Pustaka
kalimat dalam sisindiran, yakni, (1) Kridalaksana, Harimurti. (1982). Kamus
kalimat dalam sisindiran berbentuk Linguistik. Jakarta: Gramedia.
kalimat majemuk, (2) memiliki kebebasan
dalam konstruksi (struktur) kalimat, (3) Putrayasa, Ida Bagus. (2008). Analisis
mempunyai keleluasaan dalam merubah Kalimat. Fungsi, Kategori, dan Peran.
dan menempatkan susunan kata, dan (4) Bandung: PT. Refika Aditama.
subjek kalimat sering tidak dikemukakan. Ramlan, M. (1983). Ilmu Bahasa
Kekhasan dalam wawangsalan pun tidak Indonesia. Sintaksis. Yogyakarta: CV.
jauh berbeda dengan kekhasan dalam Karyono.
sisindiran. Perbedaanya terletak pada point
keempat. Jika kalimat pada kalimat dalam Redaksi Balai Pustaka. (2005). Pantun
sisindiran unsur subjek sering tidak Melayu. Jakarta: Balai Pustaka
dikemukakan, maka subyek dalam Robins, RH. (1983). Sistem dan Struktur
wawangsalan sangat produktif. Penelitian Bahasa Sunda. Jakarta: Djambatan
ini diharapkan dapat memberi sumbangan
Hena Sumarni: Kalimat dalam Sisindiran... | 43

Soebagyo. (1992). Parikan Jawa Puisi Wibisana, Wahyu, dkk.. (2000). Lima
Abadi. Yogyakarta: Garda Pustaka Abad Sastra Sunda. Bandung: Geger
Sunten.
Sudaryat, Yayat. (2014). Struktur Bahasa
Sunda. Sintaksis dalam Gamitan http://lirik.kapanlagi.com/artis/jawa_barat
Pragmatik. Bandung: Universitas %252Fsunda/bubuy_bulan
Pendidikan Indonesia. Sekolah
Pascasarjana.
UCAPAN TERIMA KASIH
Sumarsono, Tatang. Taufik Faturohman. Ucapan terima kasih yang setinggi-
(2008). Gapura Basa VIII; tingginya penulis haturkan kepada semua
Pangajaran Basa Sunda pikeun Murid pihak yang telah membantu menyelesaikan
SMP/MTs. Bandung: Geger Sunten, tulisan ini, kepada yang selalu menjadi
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri penyemangat dan motivasi, serta kepada
Verhaar, J.W. M. (1983). Pengantar tim penyunting jurnal LOKABASA.
Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Anda mungkin juga menyukai