Anda di halaman 1dari 5

RESUME PERKULIAHAN: PENDEKATAN BIMBINGAN DAN KONSELING

KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN TEORI CBT DAN SFBT

TUGAS INDIVIDU

diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kajian Teori dan Praktik Bimbingan dan
Konseling Kelompok yang diampu oleh Prof. Dr. Agus Taufiq, M.Pd. dan Dr. Nandang
Budiman, M.Si.

Oleh
Yusef Abdul Aziz, S.Pd.
2106625

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2022
Resume kegiatan perkuliahan

Kategori CBT SFBC


Teori Cognitive Behavior pada dasarnya meyakini bahwa pola pemikiran De Shazer (Corey, 2016, 2017) menyatakan bahwa tidak perlu
manusia terbentuk melalui proses rangkaian Stimulus-Kognitif- mengetahui penyebab masalah untuk menyelesaikannya dan tidak
Respon (SKR) yang membentuk konseptualisasi perilaku individu ada hubungan yang diperlukan antara penyebab masalah dan
(keyakinan dan pola perilaku), dimana rangsangan atau stimulus solusinya.
mempengaruhi kognitif yang menjadi faktor penentu dalam SFBT merupakan salah satu pendekatan konseling dan psikoterapi
menjelaskan bagaimana manusia berpikir, merasa, dan bertindak. postmodern yang berorientasi pada masa depan dan tujuan yang
Terapi Cognitive Behavior diarahkan kepada modifikasi fungsi jelas serta memberi kemungkinan orang untuk membangun
berpikir, merasa, dan bertindak, dengan cara menekankan peran perubahan dalam kehidupan mereka dalam jangka pendek (Corey,
otak untuk berfikir, menganalisa, memutuskan, bertanya, dan 2016, 2017; Sugara, 2019).
memutuskan kembali (modifikasi dalam pemikiran dan sistem Walter dan Peller (Erford, 2015, hal. 1) terdapat lima dasar asumsi
kepercayaan). Proses tersebut akhirnya mengubah status pikiran pada teori SFBC (1) Berkonsentrasi pada kesuksesan
dan perasaan, sehingga diharapkan dapat merubah tingkah mengarah pada perubahan konstruktif; (2) klien dapat menyadari
lakunya yang awalnya negatif menjadi positif (Oemarjoedi, 2003; bahwa untuk setiap masalah yang ada, pengecualian dapat
Beck, 2011; Corey, 2017). ditemukan, efektif memberikan solusi untuk masalah klien; (3) kecil,
perubahan positif mengarah ke yang lebih besar, perubahan positif;
(4) semua klien dapat menyelesaikan masalah sendiri dengan
mengekspos, merinci, dan mereplikasi keberhasilan selama
pengecualian; dan (5) tujuan perlu dinyatakan dalam positif, terukur,
istilah aktif.
Asumsi atau Manusia memiliki potensi untuk menyerap pemikiran yang rasional Manusia adalah individu yang sehat, mampu dan kompeten, memiliki
Pandangan Tentang dan irasional dengan akalnya, dimana dengan pemikirannya dapat kapasitas untuk membangun dan merancang suatu solusi terhadap
Manusia memilah pikiran irasional yang dapat menimbulkan gangguan permasalahan yang sedang dihadapi dan tidak terus menerus
emosi dan tingkah laku, dan pemikiran rasional yang berfungsi berputar dalam permasalahannya.
untuk berpikir, merasa, dan bertindak, dengan menekankan peran
otak dalam menganalisa, memutuskan, bertanya, berbuat, dan
memutuskan dengan benar. (Oemarjoedi, 2003; Corey, 2017).
Tujuan dalam Tujuan CBT (Oemarjoedi, 2003:9) ialah mengajak individu Menurut Corey (2016, 2017) SFBT menjelaskan beberapa gagasan
Bimbingan dan menentang pikiran dan emosi yang salah dengan cara dasar tentang perubahan, interaksi, dan mencapai tujuan sehingga
Konseling Kelompok menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan konselor percaya bahwa konseli memiliki kemampuan untuk
mereka tentang masalah yang dihadapi. menentukan tujuan yang bermakna seperti:
Selain itu, Corey (2017, 304) mengemukakan bahwa CBT 1. Membantu konseli mengenali potensi dari dalam dirinya dan
merupakan pendekatan yang berkembang sistematis dan canggih menyadari pengecualian didalam dirinya pada saat bermasalah.
yang berfokus pada pengujian asumsi dan keyakinan serta 2. Membantu konseli untuk berfokus pada hal-hal yang jelas dan
mengajarkan konseli untuk memiliki keterampilan coping yang spesifik yang mereka anggap sebagai solusi masalah.
dibutuhkan untuk menghadapi masalah. 3. Membantu konseli untuk bergerak atau menuju kearah yang
diinginkan konseli.
4. Membantu menemukan solusi yang cocok dengan masalah
konseli.
5. Membantu konseli untuk mengetahui secara jelas masa depan
yang diinginkan dan bagaimana memotivasi hal tersebut.
Tahapan atau Proses Beck (2011, hal. 7-10) menjelaskan prinsip-perinsip yang harus Tahapan yang dapat konselor tempuh untuk mengimpelmentasikan
Bimbingan dan harus dikembangkan dalam CBT, yaitu: SFBT dalam konseling kelompok dengan mengikuti tahapan berikut
Konseling Kelompok 1. Konselor merumusankan jenis masalah para anggota kelompok (Sugara, 2019, hal.44-45):
dan konseptualisasi kognitif anggota kelompok. 1. Establish Collaboration (Tahapan Kolaborasi)
2. Konselor membutuhkan aliansi terapeutik yang baik dengan 2. Clarify the Problem and Related Detail (Memperjelas
para anggota kelompok. Permasalahan secara Rinci)
3. Konselor menekankan kolaborasi dan partisipasi aktif anggota 3. Mengembangkan Tujuan yang Jelas dan Bermakna
kelompok. 4. Identifying and Amplifying Exceptions (Mengidentifikasi dan
4. Konselor berorientasi pada tujuan dan masalah terfokus. Memperbesar Pengecualian)
5. Konselor menekankan masa kini.
6. Konselor bersifat edukatif, bertujuan untuk mengarahkan
konseli untuk menjadi terapisnya sendiri, dan menekankan
pencegahan kekambuhan atau permasalahan terulang
kembali.
7. Konselor membatasi waktu
8. Sesi CBT yang terstruktur
9. Konselor mengajarkan konseli untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan menanggapi pikiran dan keyakinan
disfungsional pada konseli.
10. Konselor menggunakan berbagai teknik untuk mengubah
pemikiran, suasana hati, dan perilaku.
11. Konselor mengakhiri atau membubarkan kelompok pada sesi
akhir
Sementara Corey (2016, hal. 352-358) menyebutkan paling tidak
terdapat tiga pase dalam CBT
1. Pase awal
Pada tahap ini konselor memberikan informasi terkait dengan
proses kelompok, aturan dalam kelompok, dan informasi
lainnya kepada para anggota kelompok sebelum bergabung.
2. Pase kerja
Pada tahap ini konselor dapat mengimplementasikan teknik-
teknik dalam CBT
3. Pase akhir
Selama tahap akhir dari kelompok perilaku kognitif, pemimpin
terutama memperhatikan agar anggota mentransfer
perubahan yang telah mereka tunjukkan dalam kelompok ke
lingkungan mereka sehari-hari. Selanjutnya membubarkan
kelompok
Teknik-teknik yang Terdapat beberapa teknik dalam CBT yang dapat digunakan Terdapat beberapa teknik yang dapat diimplementasikan atau
digunakan konselor (Corey, 2016, hal. 354-357) diterapkan dalam SFBT (Corey, 2016, 2017; Sugara, 2019):
1. Modeling 1. Exception Question (Pertanyaan pengecualian) merupakan
2. Behavior Rehearsal pertanyaan untuk mengarahkan konseli pada waktu ketika
3. Coaching masalah tersebut tidak ada.
4. Homework 2. Miracle Question (Pertanyaan Keajaiban) yaitu pertanyaan yang
5. Feedback meminta konseli untuk mempertimbangkan suatu keajaiban
6. Reinforcement kemungkinan-kemungkinan dimasa depan saat masalah konseli
7. Cognitive Restructuring tidak ada. Terkadang pertanyaan keajaiban digunakan ketika
8. Problem Solving konselor belum mampu mengungkapkan yang diinginkan konseli
dan bias juga digunakan untuk menjadi solusi sementara
terhadap masalah yang di hadapi konseli.
3. Pertanyaan Berskala (Scalling Question). Konselor menggunakan
Scalling Question ketika perubahan dalam pengalaman
seseorang tidak dapat diamati dengan mudah seperti perasaan,
suasana hati (mood), atau tujuann terlihat samar samar terlalu
luas atau berkaitan dengan aspek yang tidak terukur.
4. Formula First Session Task FFST adalah suatu format tugas yang
diberikan oleh terapis kepada konseli untuk diselesaikan diantara
sesi pertama dan sesi kedua.
5. Therapist Feedback to Clients. Terdapat tiga bagian dasar
struktur umpan balik: pujian (compliments), jembatan (a bridge),
dan penugasan (suggesting a task). Pujian itu tulus penegasan
tentang apa yang sudah dilakukan klien yang mengarah ke arah
yang efektif solusi. Penting agar pujian tidak dilakukan secara
rutin atau mekanis cara, tetapi dengan cara yang mendorong
yang menciptakan harapan dan menyampaikan harapan kepada
klien bahwa mereka dapat mencapai tujuan mereka dengan
memanfaatkan kekuatan dan keberhasilan. Kedua, jembatan
menghubungkan pujian awal dengan tugas yang disarankan yang
akan diberikan. Jembatan memberikan alasan untuk saran
tersebut. Aspek ketiga Umpan balik terdiri dari menyarankan
tugas kepada klien, yang dapat dianggap sebagai pekerjaan
rumah.

Daftar Referensi:

Beck, J. S. (2011). Cognitive behavior therapy : basics and beyond. New York: The Guilford Press

Corey, G. (2016). Theory and Practice of Group Counseling,9th Edition. Boston: Cengage Learning.

Corey, G. (2017). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, Tenth Edition. Boston: Cengage Learning.

Erford, B.T. (2015). 40 Techniques Every Counselor Should Know. Boston: Pearson Education.

Oemarjoedi, K. (2003). Pendekatan Cognitive Behavior Dalam Psikoterapi. Jakarta: Kreativ Media.

Sugara, G. S. (2019). Konseling Singkat Berorientasi Solusi. Bandung: Edupotensia.

Anda mungkin juga menyukai