Anda di halaman 1dari 14

WAKTU RETENSI IDEAL PRODUKSI BIOGAS DARI

ECENG GONDOK SKALA RUMAH TANGGA


DENGAN MENGGUNAKAN DESAIN REAKTOR TIPE
FIXED BED

PROPOSAL PENELITIAN
Dibuat untuk Memenuhi Tugas Metodologi Penelitian dan
Penulisan Karya Ilmiah pada Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya

OLEH:
DELLA FITRIYANI 03031282025054

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Desain
Reaktor Tipe Fixed Bed untuk Memproduksi Biogas dari Eceng Gondok
Skala Rumah Tangga”. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan
sehingga proposal penelitian ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini kami
tujukan kepada:
1. Tuti Indah Sari, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan/Program Studi Teknik
Kimia Universitas Sriwijaya.
2. Lia Cundari, S.T., M.T., selaku salah satu Dosen Pengampu mata kuliah
Metodologi Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah.
3. Dosen Pembimbing Kami menyadari proposal penelitian ini tidak luput
dari berbagai kekurangan.
Semoga proposal ini dapat memberi infromasi bagi seluruh mahasiswa
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya ataupun bagi
pembaca. Akhir kata diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan berkontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam
penulisan proposal ini.

Palembang, 27 Februari
2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

3.4.1 Latar Belakang


Eceng gondok (Eichhornia Crassipes) adalah tanaman air yang mengapung
di atas permukaan air. Perkembangbiakan tanaman ini sangat cepat dimana dapat
diperkirakan 10 tanaman dapat memproduksi lebih dari 600.000 eceng gondok
selama 8 bulan dan menutupi 0,4 hektar permukaan air (Hudakorn dan Noppong,
2019). Pertumbuhan eceng gondok ini memberikan dampak-dampak negatif,
seperti tanaman di dalam air tidak mendapatkan sinar matahari karena terhalang
eceng gondok, oksigen di dalam air menipis sehingga ikan-ikan pun kekurangan
oksigen, membatasi aliran air, dan merusak pemandangan. Untuk mengatasi
permasalahan ini, Pemerintah Kota Palembang bahkan melakukan pembersihan
terhadap eceng gondok di anak-anak Sungai Musi dengan eskavator. Namun,
ternyata eceng gondok memiliki banyak manfaat, salah satunya yaitu dapat
menghasilkan biogas.
Biogas adalah produk bahan bakar ramah lingkungan yang dihasilkan dari
digestasi anaerobik dari limbah organik, seperti kotoran sapi, limbah sayuran atau
tanaman, limbah industri, dan lain sebagainya. Biogas sebagai sumber energi yang
dapat diperbarui (renewable) menjadi salah satu bahan bakar alternatif pengganti
bahan bakar minyak (BBM) yang harganya terus naik. Bahan baku yang
digunakan pun mudah didapat seperti eceng gondok yang meresahkan ini.
Sebanyak 1 m3 biogas setara dengan 0,62 liter minyak tanah, setara dengan 3,5 kg
kayu bakar kering, atau setara dengan 0,46 kg gas Elpiji (Mulyati, 2015).
Menurut United Nation Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) pada
1982, luas wilayah laut Indonesia mencapai 3.257.357 km2. Hal inilah yang
membuat Indonesia terdapat banyak sekali eceng gondong, seperti di sungai,
rawa, danau, dan lain sebagainya. Tempat-tempat seperti ini tidak jauh dari
pemukiman warga. Warga sekitar dapat memanfaatkan eceng gondok dengan cara
memproduksi biogas secara mandiri dengan menggunakan reaktor sederhana.
Biogas yang dihasilkan dapat digunakan untuk keperluan memasak.
3.4.2 Rumusan Masalah
1) Berapa lama waktu retensi yang ideal untuk proses pembentukan biogas dari
eceng gondok?
2) Bagaimana desain reaktor tipe fix bed yang efisien untuk menghasilkan
biogas dari bahan baku eceng gondok?
3) Apa saja karakteristik produk biogas yang dihasilkan dari reaktor tipe ..
dengan bahan baku eceng gondok?

3.4.3 Tujuan Penelitian


1) Untuk mengetahui lamanya waktu retensi yang ideal untuk proses
pembentukan biogas dari eceng gondok
2) Untuk mendesain reaktor tipe fix bed yang efisien untuk menghasilkan
biogas dari bahan baku eceng gondok
3) Untuk mengetahui apa saja karakteristik produk biogas yang dihasilkan dari
reaktor tipe fix bed dengan bahan baku eceng gondok

3.4.4 Manfaat Penelitian


1) Memberikan informasi berbasis penelitian tentang desain reaktor rumahan
untuk memproduksi biogas dari bahan baku eceng gondok
2) Membantu warga sekitar untuk memanfaatkan biogas yang dihasilkan dari
eceng gondok untuk keperluan memasak
3) Mengurangi eceng gondok di perairan Indonesia, terutama di perairan dekat
dengan pemukiman warga

3.4.5 Hipotesa
1) Waktu retensi yang ideal untuk memproduksi biogas adalah 35 hari
2) Desain ideal dengan konversi biogas sebesar 70%
3) Karakteristik kandungan gas metana dalam biogas yang diproduksi lebih
dari 50%
3.4.6 Batasan/Lingkup Masalah
1) Desain Reaktor skala rumah tangga merujuk pada desain reaktor tipe fixed
bed pada umumnya
2) Proses produksi biogas menggunakan proses….
3) Proses produksi biogas berskala kecil karena hanya untuk keperluan rumah
tangga masyarakat sekitar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3.4.7 Eceng Gondok sebagai Bahan Baku Biogas


Biogas dapat diproduksi karena adanya zat organik dari limbah organik.
Eceng gondok segar mengandung 36,59% bahan organik dan 21,23% C-organik
(Wardini, 2008). Bahan organik ini diubah oleh mikroorganisme anaerobik
menjadi biogas melalui serangkaian tahapan penguraian. Mikroorganisme
menguraikan eceng gondok dari daun dan tangkai sekitar 54,4-60,06% serta akar
49,21-56,69% dengan kontrol 30,14-31,46% (Rufaida dan Endang, 2010). Hasil
penelitian Sriharti tentang produksi biogas eceng gondok ini dapat mencapai
634,25 liter/kg berat kering (oven) daun dan tangkai. Oleh karena itu, produksi
biogas dari eceng gondok sangat menguntungkan.

3.4.8 Proses Pembentukan Biogas dari Eceng Gondok


Biogas yang terbentuk terdiri dari 49-53% metana (CH4), 30-33% karbon
dioksida (CO2), 5-6% nitrogen (N2), dan sisanya hidrogen sulfida (H2S) (Njogu
et al, 2015). Gas dari biogas yang dimanfaatkan adalah metana karena memiliki
nilai kalori yang lebih tinggi dari kandungan biogas lainnya. Nilai kalori gas
metana murni pada tekanan 1 atm dan temperatur 15,5C yaitu 9100 Kkal/m3 atau
12,740 Kkal/kg (Sutanto dkk, 2017). Gas metana adalah senyawa hidrokarbon
paling sederhana yang berbentuk gas, tidak berbau (metana murni), tidak
berwarna, tidak beracun, dan mudah mengalami reaksi pembakaran sempurna
dengan oksigen yang menghasilkan gas karbon dioksida (CO 2) dan uap air (H2O)
(Franthena, 2015). Kandungan metana dipengaruhi oleh waktu retensi. Jika waktu
retensi pendek, kandungan metana akan turun hingga 50% (Njogu et al, 2015).
Jika kandungan metana kurang dari 50%, biogas yang dihasilkan tidak lagi mudah
terbakar. Oleh karena itu, proses pembentukan biogas harus dilakukan dengan
waktu retensi yang tepat, yaitu tidak terlalu cepat.
Kandungan biogas tersebut dihasilkan dari proses digesti (pencernaan) oleh
mikroorganisme. Proses ini berlangsung secara anaerobik, yaitu tanpa adanya
oksigen. Proses digesti anaerobik menggunakan eceng gondong yang kering
sehingga eceng gondok harus dikeringkan terlebih dahulu. Proses digesti
anaerobik ini berlangsung melalui tiga tahapan penguraian (Njogu et al, 2015),
yaitu:
1. Pelarutan (Hidrolisis)
Pada tahapan hidrolisis, protein, karbohidrat, dan lemak diubah menjadi
zat terlarut atau menjadi bagian yang lebih pendek. Sebagai contoh, selulosa
diubah menjadi glukosa. Berikut contoh reaksinya:
(C6H10O5)n + nH2O —> n(C6H12O6)
Selulosa glukosa
2. Pembentukan asam (Acidogenesis dan Acetagenesis)
Zat terlarut dari tahapan hidrolisis akan membentuk asam yang
menghasilkan asam lemak, asam amino, dan alkohol oleh bakteri asidogenik
dan bakteri asetagenik. Bakteri tersebut adalah bakteri anaerob yang dapat
tumbuh pada keadaan asam. Berikut contoh reaksinya:
a) nC6H12O6 —> 2n(C2H5OH) + 2nCO2(g) + kalor
Glukosa etanol karbon dioksida
b) 2n(C2H5OH)(aq) + nCO2(g) —> 2n(CH3COOH)(aq) + nCH4(g)
Etanol karbon dioksida asam asetat metana
3. Pembentukan metana (Metanogenesis)
Bakteri metanogenik akan mengubah asam-asam tersebut menjadi
metana, karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan amonia. Berikut contoh
reaksinya:
2n(CH3COOH) —> 2nCH4(g) + 2nCO2(g)
Asam asetat gas metana gas karbon dioksida
Adapun jenis-jenis digesti berdasarkan temperatur dalam digester, di antaranya:
1. Digesti psikrofilik (10-20C, waktu retensi lebih dari 100 hari)
2. Digesti mesofilik (20-35C, waktu retensi lebih dari 20 hari)
3. Digesti termofilik (50-60C, waktu retensi lebih dari 8 hari)
Tingkat keasaman dari campuran fermentasi tersebut menunjukkan apakah
proses digesti berlangsung dengan atau tanpa gangguan. Tingkat keasaman atau
pH yang ideal untuk fermentasi tersebut haruslah sekitar 6,8-8, yaitu campuran
tidak boleh terlalu asam ataupun terlalu basa. Untuk mempercepat reaksi
fermentasi yang berlangsung, penambahan kotoran ternak (kotoran sapi, kotoran
babi, dan lain-lain) dapat digunakan sebagai pemicu reaksi atau starter. Selain itu,
eceng gondok dipotong atau dihancurkan terlebih dahulu agar mempermudah
proses pembusukan. Pembusukan awal yang terbaik untuk eceng gondok yaitu
fermentasi lebih dari sepuluh hari dan gas produksi meningkat secara substansial
jika waktu pembusukan awal selama 20 hari (Njogu et al, 2015).

3.4.9 Reaktor Biogas Tipe Fixed Bed atau Fixed Film Digester
Reaktor sistem Fixed Bed Reactor (FBR) terdiri dari tangki anaerobik yang
dilengkapi dengan support material sebagai tempat melekatnya mikroorganisme
(Kholiq, 2017). Material lekat yang digunakan dapat berupa plastik, krikil, atau
material lain yang gunanya untuk menyediakan luas area yang besar untuk media
pertumbuhan bakteri atau mikroorganisme pendegradasi. Penggunaan area lekat
yang luas akan mempercepat proses yang berlangsung. Kelebihan sistem reaktor
seperti ini adalah stabilitas biologis karena mikroorganisme yang menempel di
material lekat berpeluang terjadinya wash out lebih kecil.
Gambar 2.3.1. Reaktor Biogas Tipe Fixed Bed

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.4.10 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian kualitatif dilakukan dengan studi literatur sebanyak mungkin untuk
mendapatkan informasi yang berguna untuk melancarkan penelitian ini.
Sedangkan penelitian kuantitatif dilakukan dengan menganalisa produk biogas
yang dihasilkan untuk mendapatkan angka-angka pada karakteristik-karakteristik
produk biogas dari eceng gondok ini, diantaranya kandungan metana (CH 4),
karbon dioksida (CO2), nitrogen (N2), hidrogen sulfida (H2S).
Variabel penelitian ini berupa variabel bebas, variabel terikat dan variabel
kontrol. Variabel bebas yang digunakan adalah waktu retensi untuk seberapa lama
proses digesti yang ideal. Variabel terikatnya berupa kandungan metana pada
produk biogas yang dihasilkan dari konversi eceng gondong dengan proses digesti
anaerobik ini.
3.4.11 Waktu dan Tempat Penelitian
Kegiatan penelitian akan dilaksanakan pada Maret 2022 yang terdiri dari
penyediaan sampel eceng gondok, proses desain reaktor, proses pengolahan dan
analisa produk biogas dari eceng gondok. Sampel diambil di salah satu anak
Sungai Musi, yaitu anak Sungai Musi di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan
Gandus, Kota Palembang. Sementara proses desain reaktor, proses pengolahan
dan analisa produk biogas dari eceng gondok dilakukan di Laboratorium Teknik
Reaksi Kimia, Katalisis, dan Bioproses Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya. Uji kandungan metana (CH 4), karbon dioksida (CO2),
nitrogen (N2), hidrogen sulfida (H2S) dilakukan di Dinas Lingkungan Hidup dan
Pertahanan Provinsi Sumatera Selatan.

3.4.12 Alat dan Bahan


3.4.13 Alat
1) 1 buah drum plastik ukuran 200 liter
2) 1 buah drum plastik ukuran 60 liter
3) 1 buah tabung ukuran 25 liter
4) 1 buah Pipa Galvanis ukuran 5 inchi sepanjang 30 cm
5) 3 buah Pipa ukuran ½inchi sepanjang 30 cm
6) 2 buah Stop kran ½inchi sebanyak
7) 1 buah Selang plastik/karet gas panjang 3 meter
8) 1 buah Plat besi 3 mm 50x30
9) 1 buah Kompor gas
10) Termometer
3.4.14 Bahan
1) 10 kg Eceng gondok
2) 4 kg kotoran sapi
3) 10 kg air
3.4.15 Metode Penelitian
3.4.16 Perlakuan Awal
Eceng gondok dikumpulkan dari salah satu anak sungai Musi untuk diproses
menjadi biogas. Daun dan tangkai eceng gondok dicacah, digiling dan diperas
terlebih dahulu. Penambahan air untuk terbentuknya campuran dengan tekstur
seperti bubur (slurry). Penambahan air dilakukan dengan perbandingan 1:1
dengan eceng gondok (Mulyati, 2015). Untuk mempercepat proses digesti dengan
adanya pemicu aktifnya mikroorganisme, penambahan kotoran sapi pada
campuran eceng gondok dengan air tadi. Sebelum dimasukkan ke dalam reaktor,
campuran tersebut diaduk merata agar aktivitas mikroorganisme terjadi secara
keseluruhan atau merata.
Pada proses digesti anaerobik ini, jenis digestinya adalah digesti mesofilik
dengan suhu 20-35C dengan waktu retensi lebih dari 20 hari. Suhu tersebut
menjaga proses digesti terjadi dengan waktu retensi lebih cepat dari digesti
psikrofilik (10-20C, waktu retensi lebih dari 100 hari), tetapi lebih lama dari
digesti termofilik (50-60C, waktu retensi lebih dari 8 hari). Digesti termofilik
tidak cocok digunakan sebagai jenis digesti untuk produksi rumah tangga atau
untuk pabrik sederhana. Oleh karena itu, jenis digesti pada penelitian ini
menggunakan jenis mesofilik.
3.4.17 Merancang Reaktor Biogas Tipe Fixed Bed atau Fixed Film Digester
Perancangan reaktor mengikuti konsep reaktor tipe fixed bed. Reaktor yang
digunakan adalah drum dengan ukuran 200 liter dengan bahan plastik.
Penggunaan bahan plastik ditujukan sekaligus untuk media lekat mikroorganisme.
Bagian kiri bawah drum dibuat lubang sebagai tempat masuknya campuran eceng
gondok yang siap untuk diproses. Bagian kanan atas drum buat lubang sebagai
keluarnya biogas yang terbentuk. Bagian atas drum diletakkan drum 60 liter berisi
penuh air yang digunakan untuk menekan aliran biogas keluar dari reaktor. Selang
3 m disambungkan ke outlet biogas dan disambungkan ke tabung 25 liter. Tabung
25 liter digunakan untuk penyimpanan biogas yang telah terbentuk dari reaktor
tadi.
3.4.18 Diagram Alir
Diagaram alir penelitian ditampilkan pada gambar 3.1, sebegai berikut:

Gambar 3.5.1 Diagram Alir

3.4.19 Metode Analisa


Setelah melakukan rangkaian prosedur di atas, metode analisis dilakukan
untuk pengujian metana (CH4), karbon dioksida (CO2), nitrogen (N), hidrogen
sulfida (H2S). Setelah didapatkan campuran terbaik eceng gondok pada proses
digesti anaerobik, lalu dilakukan prosedur secara berulang sesuai pada tabel 1.
Tabel 1. Variabel Waktu Retensi dan Kandungan Biogas
Sampel Biogas Kandungan Biogas yang Terbentuk (%)
Biogas yang Metana Karbon Nitrogen Hidrogen
Terbentu (CH4) Dioksida (N) Sulfida (H2S)
(CO2)
k (liter)
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Keterangan:
Sampel biogas 1: biogas yang terbentuk setelah waktu retensi 25 hari
Sampel biogas 2: biogas yang terbentuk setelah waktu retensi 35 hari
Sampel biogas 3: biogas yang terbentuk setelah waktu retensi 45 hari

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai