Anda di halaman 1dari 8

Notulensi Kelas C “ Asuhan Keperawatan Populasi Rentan : Penyakit Mental”

Notulensi : Angga Bhakti Samudra (1910711067)

Moderator : Miqdad (1910711059)

Link Record :

https://zoom.us/rec/share/
tG9Zy4jXJqRsjtTjOYk9buB9jJFLSyUytnW6gMy5UqqPe4VNcOi3XJEFWa2HV4QI.ZgTQ
U38uAFbip9ab?startTime=1645596778000

Link Lab act :

https://zoom.us/rec/share/
tG9Zy4jXJqRsjtTjOYk9buB9jJFLSyUytnW6gMy5UqqPe4VNcOi3XJEFWa2HV4QI.ZgTQ
U38uAFbip9ab?startTime=1645599244000

Pada hari Rabu, 23 Februari 2022 Pukul 13.00 WIB telah dilaksanakannya pemaparan materi
tentang “Asuhan Keperawatan Populasi Rentan : penyakit Mental” yang dibawakan oleh
Kelompok dengan Anggota :

1. Talitha Syifa Laili (1910711054)


2. Ailsa Dzakiyah D H (1910711058)
3. Aulya Vira Maylinda (1910711061)

List Pertanyaan & Jawaban

1. Gangguan mental kan tidak terjadi begitu saja melainkan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi, pada orang dewasa tengah/madya misalnya, ada kecenderungan
untuk memiliki kekhawatiran lebih besar dapat berkaitan dengan keluarga, anak,
ekonomi dan pencapaian karirnya.. hal ini juha dapat memicu terjadinya ansietas atau
gangguan mental yang lain. Apa yang bisa kita lakukan sebagai perawat komunitas
untuk memfasilitasi masalah tersebut agar tidak terjadi masalah-masalah keperawatan
seperti kasus yg kelompok sampaikan? (Aisyah Nur Fadhillah 1910711073)
Jawaban :
Untuk mencegah berkembangnya penyakit gangguan mental lebih jauh dan tidak
terjadi masalah-masalah keperawatan lainnya memang harus dilakukan upaya
promotive, preventif, kuratif, dan rehabilitative pada pasien tersebut.
Namun dari pertanyaan aisyah disini lebih ke upaya preventif lebih tepatnya
secondary prevention atau pencegahan sekunder. Dimana pencegahan sekunder ini
memang diarahkan pada mereka yang telah terkena penyakit tertentu supaya
kondisinya tidak memburuk. Menurut keliat et al tahun 2012, fokus pelayanan
keperawatan pada pencegahan sekunder ini adalah deteksi dini dan penanganan
dengan segera masalah psikososial dan gangguan jiwa. Target pelayanan pada
pencegahan sekunder ini juga pada msyarakat yang beresiko dan memperlihatkan
adanya tanda-tanda masalah psikososial dan gangguan jiwa.

Kegiatan yang bisa dilakukan dalan secondary prevention ini antara lain:
1. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dari
berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain, dan penemuan langsung
2. Melakukan penjaringan kasus atau skrining

Hal ini dilakukan dengan Langkah-langkah sbb:


1. Melakukan pengkajian 2 menit untuk memperoleh data fokus semua pasienJika
memang ditemukan tanda-tanda yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi maka
lanjutkan pengkajian dengan menggunakan pengkajian keperawatan kesehatan jiwa
2. Mengumumkan kepada masyarakat mengenai gejala dini gangguan jiwa
3. Memberikan pengobatan cepat dan segera terhadap kasus baru yang ditemukan
sesuai dengan standar pendelegasian program pengobatan dan juga monitor efek
samping pemberian obat, gejala dan juga kepatuhan pasien minum obat
4. Melibatkan keluarga dalam pemberian obat mengajarkan keluarga agara
melaporkan segera kepada [erawat jika ditemukan adanya tanda-tanda yang tidak
biasa pada pasien
5. Melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan yang bisa membantu
pemulihan pasien seperti tak, terapi keluarga dan terapi lingkungan
6. Memfasilitasi self help group (kelompok pasien, kelompok keluarga atau
kelompok masyarakat) berupa kegiatan kelompok yang membahas mengenai masalah
kesehatan jiwa dan cara penyelesaiannya

Jadi kesimpulannya, untuk mencegah munculnya atau berkembangnya penyakit ggn


mental ini lebih jauh prinsipnya adalah pada secondary preventionnya yaitu deteksi
dini dan pengobatan segera. Jika ditemukan gejala-gejala gangguan jiwa segara
lakukan pengobatan atau rujukan kef askes kesehatan jiwa. (Ailsa Dzakiyah
1910711058)
Ada 3 pencegahan bisa perawat komunitas lakukan secara komprehensif untuk
mencegah terjadinya gangguan mental:

Primer : yg berfokus pada peningkatan kesehatan dan pencegahan gangguan jiwa


Aktivitas pencegahan primer sendiri yaitu:
Program pendidikan kesehatan mental, program stimulus kesehatan, program
sosialisasi dan program manajemen stress serta persiapan menjadi orangtua. Sehingga
pada saat individu melangkah menjadi tumbuh dewasa mereka sudah punya pondasi
pengetahuan untuk mengatasi situasi yg terjadi.

Sekunter : Berfokus pada deteksi dini masalah psikososial gangguan jiwa, serta
penanganan segera.
Aktivitas yg dapat dilakukan:
- menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dari data dan
sumber masyarakat,tim kesehatan lain dan penemuan lain.
- melakukan penjaringan kasus dengan langkah langkah sebagai berikut
1. Melakukan pengkajian selama 2 menit untuk mendapatkan data semua pasien yg
berobat dipuskesmas
2. Jika ditemukan pengkajian tanda tanda kecemasan atau depresi maka dilanjutkan
untuk pengkajian dengan menggunakan pengkajian keperawatan jiwa
3. Mengumumkan kepada masyarakat tentang gejala dini gangguan jiwa ditempat
tempat umum
4. Memberikan perawatan dan pengobatan cepat
5. Libatkan perawt komunitas dalam pemberian perawatan dan pengobatan lain yg
dibutuhkan pasien pada masalah fisik nya (bekerja sma dgn dokter)
6. Libatkan keluarga untuk perawatan dan pengobatan

Tersier: mengurangi kecacatan/ketidakmampuan atau pemulihan pada masalah


gangguan jiwa
Aktivitas yg bisa dilakukan
- pendidikan kesehatan masyarakat dalam mengubah prilaku sikap masyarakat pada
pasien gangguan jiwa
- pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan jika mengalami kekambuhan
- program rehabilitatif dengan pemberdayaan pasien dan keluarga hingga mandiri dan
produktif (Nurul Hidayah 1910711011)

2. Dalam pencegahan kuratif disebutkan bahwa ditujukan untuk pengurangan penderita,


bagaimana cara perawat komunitas untuk mengimplementasikan nya dalam
pengurangan tersebut? (Rahma Dewi Sulistyawati 1910711072)
Jawaban :
Upaya kuratif berfokus pemberian pelayanan kesehatan terhadap penderita gangguan
mental. Upaya ini dimulai dengan melakukan diagnosis yang dilakukan oleh tenaga
ahli. Penanganan ini dilakukan pada fasilitas pelayanan bagian kesehatan jiwa dalam
bentuk rawat jalan dan rawat inap. Lalu ada kegiatan pengobatan untuk mengurangi
rasa sakit dan juga berupa upaya untuk menyembuhkan penyakit agar penderita
merasa lebih baik.

Intinya cara mengimplementasikannya yaitu layanan kesehatan harus menyediakan


sarana, prasarana, dan sumber daya yang diperlukan untuk pelayanan kesehatan jiwa
di seluruh wilayah Indonesia, termasuk obat, alat kesehatan, dan tenaga kesehatan
dan non-kesehatan terlatih tanpa ada stigmatisasi dan diskriminasi.

Upaya kuratif ini akan berdampak kepada pengurangan penderitaan, Intinya hal-hal
yang menghambat kegiatan pengobatan untuk penderita itu bisa berdampak ke
pengurangang penderitaan, jika layanan kesehatan baik dalam melayani penderita
hingga penderita dapat hidup mandiri, produktif, dan percaya diri di tengah
masyarakat, bebas dari stigma, diskriminasi atau rasa takut, malu serta ragu-ragu.

Jadi kalau misalkan penderita gangguan jiwa ini bisa hidup mandiri, produktif serta
dapat diterima kembali dimasyarakat otomatis terjadi pengurangan penderitaan atau
penderitaan si pasien ini berkurang. (Aulya Vira 1910711061)

Jadi upaya kuratif kesehatan jiwa itu bertujuan untuk:


1. Penyembuhan dan pemulihan
2. Pengurangan penderitaan
3. Pengendalian disabilitas
4. Pengendalian gejala penyakit

Dan upaya kuratif ini mencakup proses diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat
pada pasien dengan gangguan mental supaya dapat berfungsi kembali dengan normal.
Nah proses penegakkan diagnosis ini hanya dilakukan oleh ahli di bidang kesehatan
jiwa, seperti dokter umum, psikolog, atau dokter spesialis kedokteran jiwa. Dan
penatalaksanaan upaya kuratif pada pasien dengan gangguan mental ini sendiri
dilaksanakan di faskes bidang kesehatan jiwa dan dilaksanakan melalui sistem
rujukan.

Jadi setelah perawat komunitas melakukan upaya promotive dan preventif di


komunitas, kemudian melakukan skrining, ternyata ditemukan kasus dengan
gangguan mental ini, maka peran perawat disini segera merujuk pasien tersebut untuk
datang kef askes kesehatn jiwa untuk diperiksa lebih lanjut.
Jadi pengimplementasian upaya kuratif oleh perawat komunitas disini mungkin lebih
ke sebagai advokat atau konselor yang membantu pasien dalam mengambil keputusan
terkaitan dengan pengobatan dan perawatannya. Kalau untuk upaya kuratifnya sendiri
lebih dilakukan oleh dokter atau spesialis keperawatan jiwa yang ada di fasilitas
pelayanan kesehatan. (Ailsa Dzakiyah 1910711058)

Menurut UU No. 18 tahun 2014 upaya kuratif merupakan kegiatan pemberian


pelayan kesehatan terhadap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang mencakup
proses diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat sehingga ODGJ dapat berfungsi
kembali secara wajar di lingkungan keluarga, lembaga, dan masyarakat. Dalam
melakukan upaya kuratif, Kementerian Kesehatan menyasar pada kemudahan akses
agar masyarakat tidak hanya bisa ditangani di rumah sakit, tetapi juga di puskesmas.
Cara perawat dalam mengimplementasikannya adalah pertama apabila lingkupnya di
komunitas kita bisa bermitra dengan puskesmas daerah setempat. Kemudian disini
perawat bisa menggali masalah yang sedang dialami oleh penderita, kemudian
apabila sudah mengetahui masalahnya apa perawat bisa memberikan saran atau
penkes untuk mengurangi masalah lalu kemudian dapat berkolaborasi dengan dokter
atau tenaga kesehatan lain dalam pemberian obat kepada penderita dengan harapan
penyakit yang diderita berkurang. (nida julia nafi’awani 1910711029)
3. baik pandemi atau bukan ini banyak sekali orang mengalami masalah sosial ekonomi
dan keterbatasan fisik lainnya ntah kehilangan pekerjaan lalu sulit mencari pekerjaan
dan mengakibatkan menjadikan masalah pada dirinya seperti rentang kesehatan
jiwanya terganggu dari sisi keperawatan komunitas sendiri hal apa aja sih yang bisa
kita ajarkan kepada masyarakat untuk lebih mawas diri atau lebih berhati-hati tentang
kondisi kesehatan psikisnya sebagai bentuk prevensi primer agar tidak menimbulkan
masalah lebih lanjut? (Fadhia Syaharani A 1910711077)
Jawaban :
Pada bagian pencegahan gangguan mental di PPT tadi sudah ada penjelasan
mengenai pengawasan diri. Pada pengawasan diri ini kita melindungi diri kita dari
dorongan dan keinginan berbuat maksiat yang dapat berdampak pada psikis kita.
Keperawatan komunitas bisa mengajarkan masyarakat mengenai koping yang baik
sehingga masyarakat tidak terjerumus ke dalam masalah yang lebih parah lagi.
misalkan masyarakat/individu yang sedang merasa kesulitan dalam menjalani hidup
seperti sulit mencari kerja/PHK jangan gunakan koping minum alkohol atau
menggunakan zat psikoaktif karena akan berdampak pada otak
Dan lebih baik masyarakat dapat bergabung bersama masyarakat dengan masalah
yang sama/peer group. di dalam peer group ini individu dapat berinteraksi,
menceritakan masalahnya dan mencurahkan perasaannya satu sama lain. Bahkan bisa
sama-sama mencari solusi dari permasalahan yang mereka hadapi. (Talitha Syifa
Laili 1910711054)
Aktivitas pada pencegahan primer adalah program pendidikan kesehatan, program
stimulasi
perkembangan, program sosialisasi kesehatan jiwa, manajemen setres, Persiapan
manjadi orang tua (Keliat et al, 2012).

Kegiatan yang dilakukan adalah:


1). Memberikan pendidikan kesehatan pada
orang tua antara lain seperti pendidikan menjadi orang tua, pendidikan tentang
perkembangan anak sesuai dengan usia, memantau dan menstimulasi
perkembangan,mensosialisasikan anak dengan lingkungan.
2). Pendidikan kesehatan mengatasi setres
seperti stres pekerjaan, stres perkawinan, stres sekolah dan stres pascabencana.
3). Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu, individu yang
kehilangan
pasangan, kehilangan pekerjaan, kehilangan rumah/tempat tinggal, yang semuanya ini
mungkin terjadi akibat bencana. Kegiatan yang dilakukan Memberikan informasi
tentang cara mengatasi kehilangan, mengerakkan dukungan masyarakat seperti
menjadi orang tua asuh bagi anak yatim piatu, melatih keterampilan sesuai dengan
keahlian masing-masing untuk mendapat pekerjaan, mendapat dukungan pemerintah
dan LSM untuk memperoleh tempat tinggal.
4). Program pencegahan
penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan obat sering digunakan sebagai koping untuk
mengatasi masalah.
Kegiatan yang dapat dilakukan adalah pendidikan kesehatan
melatih koping positif untuk mengatasi stress, latihan asertif yaitu mengungkapkan
keinginan dan perasaan tanpa menyakiti orang lain, latihan afirmasi dengan
menguatkan aspek-aspek positif yang pada diri seseorang.
5). Program pencegahan
bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu cara penyelesaian masalah oleh individu
yang mengalami keputusasaan.

Oleh karena itu perlu dilakukan program:


Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang tanda-
tanda bunuh diri, menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah bunuh diri,
melatih keterampilan koping yang adaptif (Keliat et al, 2012). (putri widiana
1910711076)
Lampiran :

Anda mungkin juga menyukai