Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DENGAN (INFEKSI) TB PARU

Makalah disusun guna memenuhi tugas


mata kuliah Keperawatan Komunitas

Dosen Pengampu: Ns. Sang Ayu Made Adyani, M.Kep., Sp.Kep.Kom dan
Ns. Nourmayansa Vidya Anggraini M.Kep., Sp.Kep.Kom

Disusun oleh:
1. Zahra Amanda N. 1810711092
2. Annisa Nabilla 1810711098
3. Karina Oktaviyadi 1810711101
4. Niken Dwi P. 1810711104
5. Nur Sari Dewi 1810711105

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada penyusun sehingga akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.

Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Komunitas dengan TB Paru yang ditulis
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penyusun menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan
dan dorongan kepada penyusun dalam menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Jakarta, 25 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
A. Program Kesehatan...............................................................................................................3
B. Prevalensi..............................................................................................................................4
C. Pengertian.............................................................................................................................4
D. Etiologi.................................................................................................................................5
E. Tanda & Gejala.....................................................................................................................5
F. Komplikasi / Akibat..............................................................................................................6
G. Penatalaksanaan Medis.........................................................................................................6
H. Pencegahan.........................................................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................12
ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................................12
KASUS.......................................................................................................................................12
A. Data Fokus..........................................................................................................................12
B. Analisa Data........................................................................................................................12
C. Skoring................................................................................................................................13
D. Diagnosa.............................................................................................................................14
E. Rencana Keperawatan........................................................................................................15
BAB IV..........................................................................................................................................21
PENUTUP.....................................................................................................................................21
A. Kesimpulan.........................................................................................................................21
B. Saran...................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................22

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius yang menyerang paru-
paru yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan
menimbulkan nekrosis jaringan (Saferi, 2013). Pasien yang terinfeksis
Tuberkulosis akan memproduksi droplet yang mengandung sejumlah basil
kuman TB ketika mereka batuk, bersin atau berbicara sehingga orang yang
menghirup tersebut dapat terinfeksi Tuberkulosis (Kemenkes, 2015).
Menurut WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2017,
diperkirakan 10 juta kasus TB baru. Penyebab kematian Tb paru pada
tahun 2017 sangat tinggi yaitu 1,6 juta kematian (1,3 juta diantara orang
HIV – Negatif dan 0,3 juta diantara HIV – Positif). Laporan TB dunia oleh
WHO pada tahun 2017, masih menempatkan Indonesia dan China dengan
jumlah kasus baru sekitar 10% dari total jumlah pasien Tuberculosis di
dunia. Jumlah kejadian Tb paru di Indonesia yang ditandai dengan adanya
Basil Tahan Asam (BTA) positif pada pasien adalah 321 per 100.000
penduduk (Riskesdar, 2018).
Penularan TB Paru disebabkan oleh infeksi kuman
Mycrobacterium Tuberculosis yang masuk melalui udara dan menyerang
saluran pernafasan atas dan bawah, saluran pernafasan atas akan dipenuhi
oleh bakteri besar di bronkus yang mengakibatkan peradangan bronkus
dan akhirnya mengalami penumpukan sekret yang berlebihan, dengan
adanya sekret yang berlebihan pasien TB Paru akan mengalami gejala :
batuk yang terus menerus, batuk darah, sesak nafas, nyeri dada, demam,
keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise. (Wijaya
& Putri 2013). Jika tidak diobati secara teratur akan menyebabkan
komplikasi pada penyakit TB Paru meliputi pleuritis, efusi pleura,
enfisema, dan laringitis.

1
Penyakit TB Paru dapat dicegah dengan imuisasi aktif seperti BCG
dan penggunaan pelindung diri (Masker) atau bisa dilakukan dengan
penyuluhan perilaku hidup bersih untuk mencegah kemungkinan
penularan penyakit TB. Pasien TB perlu dirawat di RS karena memerlukan
pengobatan yang memadai, oleh karena itu perawat dapat meningkatkan
pengetahuan kelaurga dan masyarakat teantang penyakit TB paru dengan
memberikan penyuluhan tentang pentingnya pencegahan tenatang
penyakit TB paru.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Program Kesehatan TB Paru?
2. Bagaimana prevalensi TB Paru?
3. Apa pengertian dari TB Paru?
4. Apa saja etiologi dari TB Paru?
5. Apa saja tanda & gejala dari TB Paru?
6. Apa saja komplikasi dari TB Paru?
7. Apa saja penatalaksanaan dari TB Paru?
8. Apa saja pencegahan dari TB Paru?
9. Apa saja analisa data yang didapat dari kasus TB Paru?
10. Apa saja diagnose yang didapat dalam kasus TB Paru?
11. Apa saja intervensi yang dilakukan pada kasus TB Paru tersebut?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Program Kesehatan TB Paru
2. Mengetahui prevalensi TB Paru
3. Mengetahui pengertian TB Paru
4. Mengetahui etiologic TB Paru
5. Mengetahui tanda & gejala TB Paru
6. Mengetahui komplikasi TB Paru
7. Mengetahui penatalaksanaan TB Paru
8. Mengetahui pencegahan TB Paru
9. Mengetahui analisa data yang didapat pada kasus TB Paru
10. Mengetahui diagnose yang didapat pada kasus TB Paru

2
11. Mengetahui intervensi yang dapat dilakukan pada kasus TB Paru

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Program Kesehatan
Program Kesehatan terkait TB Paru Kemenkes RI:

1. Penguatan kepemimpinan program TB di kabupaten kota


2. Promosi: advokasi, komunikasi dan mobilisasi sosial, regulasi, dan
peningkatan pembiayaan, kordinasi dan sinergi program
3. Peningkatan jejaring layanan TB melalui PPM (public-private-mix)
4. Penemuan aktiv berbasis keluarga dan masyarakat peningkatan kolabolasi
layanan melalui TB-HIV, TB-DM, MTBS, PAL, dan lain sebagainya
5. Inovasi diagnosis TB sesuai dengan alat/saran diagnosis yang baru
6. Kepatuhan dan kelangsungan pengobatan pasien atau case holding
7. Bekerjasama dengan asuransi Kesehatan dalam rangka cakupan layanan
semesta (health universal coverage)
8. Pengendalian faktor risiko
9. Promosi lingkungan dan hidup sehat
10. Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TB
11. Pengobatan pencegahan dan imunisasi TB
12. Memaksimalkan penemuan TB secara dini, mempertahankan cakupan dan
keberhasilan pengobatan yang tinggi
13. Peningkatan kemitraan TB melalui forum koordinasi TB di pusat
14. Peningkatan kemitraan TB melalui forum koordinasi TB di daerah
15. Peningkatan kemandirian masyarakat dalam penanggulangan TB
16. Peningkatan partisipasi pasien, mantan pasien, keluarga dan masyarakat

Program Kota Sehat TB di Jakarta


1. Menyusun dokumen dan melaksanan Rencana Aksi Daerah
Penanggulangan Tuberkulosisi untuk jangka waktu 5 tahunan dengan
melibatkan lintas program dan lintas sector.

4
2. Menggordinasikan keseluruhan pelaksanaan kegiatan Penanggulangan
Tuberkulosis menuju Jakarta Kota Bebas TB di Provinsi, baik yang
dilakukan oleh pemerintah maupun non pemerintah
3. Mengupayakan pendanaan kegiatan penanggulangan Tuberkulosisi
menuju Jakarta Kota Bebas TB dari berbagai sumber
4. Menjamin ketersediaan dan peningkatan kemampuan sumber daya
manusia
5. Melakukan monitoring dan evaluasi serta bimbingan teknis kegiatan
penanggulangan Tuberkulosisi yang dilakukan oleh pemerintah maupun
non pemerintah
6. Menjamin ketersediaan dan distribusi obat, peralatan serta saran prasana
keseahtan yang diperlukan untuk penanggulangan Tuberkulosisi
7. Melakukan korrdinasi dan kemitraan kegiatan penanggulangan
Tuberkulosis dengan institusi
8. Melakukan pencatatan dan pelaporan dengan mengoptimalkan teknologi
informasi

B. Prevalensi TB Paru
Menurut WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2017 diperkirakan 10
juta kasus TB Paru baru. Penyebab kematian TB Paru pada tahun 2017 sangat
tinggi yaitu 1,6 juta kematian. Laporan TB di dunia oleh WHO pada tahun
2017, menempatkan Indonesia sebagai penyumbang TB terbesar nomor tiga di
dunia setelah India dan China dengan jumlah kasus baru sekitar 10%.
Menurut Kemenkes RI tahun 2017 prevalensi penduduk Indonesia yang di
diagnosis TB Paru paling banyak ditemukan pada kelompok umur 25-34 tahun
yaitu sebesar 17,32%, diikuti kelompok umur 45-54 tahun sebesar 17,09%,
pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar 16,43%.

C. Pengertian
Tuberculosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycrobacterium
Tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagi organ tubuh mulai dari paru

5
dan organ diluar paru seperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta
ginjal yang sering disebut TB ekstra paru (Chandra, 2012).
Tuberculosis paru merupakan penyakit menular yang sebagai besar
disebabkan oleh Mycrobacterium Tuberculosis. Kuman tersebut biasanya
masuk kedalam tubuh manysia melalui udara yang dihirup ke dalam paru,
kemudian kuman tersebut dapay menyebar dari paru ke bagian tubuh lain
melalui sistem perdaran darah, sistem saluran limfe, melalui saluran
pernafasan atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
(Notoatmojo, 2015).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius yang menyerang paru-paru
yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan
nekrosis jaringan (Saferi, 2013). Pasien yang terinfeksis Tuberkulosis akan
memproduksi droplet yang mengandung sejumlah basil kuman TB ketika
mereka batuk, bersin atau berbicara sehingga orang yang menghirup tersebut
dapat terinfeksi Tuberkulosis (Kemenkes, 2015).

D. Etiologi
Penyakit TB disebabkan oleh bakteri Mycrobacterium Tuberculosis,
bakteri ini mempunyai ciri sebagai beriku : berbentuk basil/batang, berukuran
panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron, bersifat aerob, hidup
berpasangan atau berkelompol, tahan asam, dapat bertahan hidup lam pada
udara kering mauun pada udara dingin dan suasana lembab maupun gelap
sampai berbulan-bulan, mudah mati dengan sinar ultraviolet. Bakteri ini dapat
hidup lama pada suhu kamar, sudah mati pada air mendidih (5 menit pada
suhu 80 derajat Celcius dan 20 menit pada suhu 60 derajat celciuus),
penularan tuberculoisi terjadi karena kuman di batukkan atau bersikan keluar
menjadi droplet nulei dalam udara (Saferi, 2013).

E. Tanda dan Gejala


1. Demam yang terjadi biasanya menyerupai demam pada influenza,
terkadang 40-41 derajat celcius.

6
2. Batuk terjadi karena iritasi bronkus, sifat batuk dimulai dari batuk non
produktif kenudian setelah timbul peradangan menjadi batuh produktif.
3. Sesak nafas terjadi pada kondisi lanjut dimana infiltrasinya sudah
setengah bagian paru
4. Nyeri dada timbul bila sudah terjadi infiltrasi ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis
5. Malaise dengan gejala yang dapat dditemukan ada anoreksia, berat
badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam hari

F. Komplikasi / Akibat
Tb paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan
komplikasi.Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita Tb paru
dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Komplikasi dini: komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema,


laryngitis, usus.
2. Komplikasi pada stadium lanjut:
Komplikasi-komplikasi yang sering terjadi pada penderita stadium
lanjut adalah:

a. Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang


dapat mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas
atau syok hipovolemik
b. Kolaps lobus akibat sumbatan duktus
c. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif)
pada paru
d. Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep
yang pecah
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal,
dan sebagainya

G. Penatalaksanaan Medis
A. Non-Farmakologis

7
a. Patient Center
 Konseling mengenai pentingnya tipe pengobatan preventif
dibandingkan kuratif
 Konseling mengenai penyakit Tb pada pasien
 Konseling kepada pasien untuk melakukan kontrol rutin jika ada
keluhan dan mengambil obat di Puskesmas jika obatnya habis
 Konseling kepada pasien untuk memeriksakan kembali dahaknya
setelah dua bulan dan enam bulan pengobatan
 Konseling kepada pasien untuk makan makanan yang bergizi
berupa tinggi kalori dan tinggi protein
 Konseling kepada pasien efek samping obat yang timbul seperti
buang air kecil akan berwarna merah yang menandakan itu
bukanlah darah hanya menandakan reaksi obat. Selain itu juga
bisa timbul gatal gatal dan kepala terasa pusing. Hal ini dilakukan
agar pasien tetap minum obatnya dan tidak berhenti minum obat
g. Konseling kepada pasien untuk mengalihkan stress psikososial
dengan hal-hal bersifat positif h. Edukasi mengenai gaya hidup
bersih dan sehat seperti tidak merokok serta fungsi dari ventilasi
dalam rumah
b. Family Focused
 Konseling mengenai penyakit TB pada pasien dan keluarganya
 Konseling mengenai penyakit TB yang dapat menular dengan
anggota keluarga lainnya yang dapat dicegah dengan pemakaian
masker, dan tidak membuang dahak sembarangan (di wc/ kotak
sampah didapur/ asbak)
 Konseling kepada pasien untuk pemberian imunisasi BCG kepada
cucunya yang masih berusia satu bulan untuk pencegahan terhadap
TB
 Memberikan edukasi kepada keluarga untuk berperan dalam
mengingatkan pasien mengenai rutinitas minum obat
 Edukasi dan motivasi mengenai perlunya perhatian dukungan dari
semua anggota keluarga terhadap perbaikan penyakit pasien

8
 Deteksi dini kuman TB pada keluarga yang tinggal serumah
dengan pasien.

B. Farmakologis
Terapi OAT
Lamanya pengobatan beragam, beberapa program mempunyai pendekatan
2 fase, yaitu:
1) Fase intensif (2-3 bulan) yang menggunakan 2/3 jenis obat, untuk
menghancurkan sejumlah besar organisme yang berkembang biak
dengan cepat
2) Fase rumatan (4-7 bulan) biasanya dengan 2 obat, diarahkan pada
pemusnahan Sebagian besar hasil yang masih tersisa.

Adapun Obat Anti Tuberkulosis (OAT):

 Obat Anti Tuberkulosis Primer


Obat yang diresepkan pertama kali sampai laporan hasil kultur
dan laboratorium memberikan data yang pasti. OAT primer
seperti:
a) Isoniazid
dosis: 5 mg/kg/hari (max: 300 mg/hari), diberikan PO atau
IM
efek toksik: hepatitis, neuropati, kenaikan enzim hepatik
pertimbangan keperawatan: Pantau enzim hepatik selama
3 bulan pertama pengobatan dan pada pasien yang berusia 50
tahun atau dengan mereka yang penyalahgunaan alkohol.
Dapat menyebabkan keletihan kelemahan, anoreksia, malaise
b) Rifamin
dosis: 10 mg/kg/hari (max: 300 mg/hari), diberikan sebelum
makan
efek toksik: gangguan pencernaan, perubahan warna dan
sekresi urine menjadi oranye, reaksi febris
pertimbangan keperawatan: informasikan pada keluarga
pasien bahwa warna urine, fases, saliva, sputum, dan keringat

9
serta air mata bisa menjadi oranye. Jika terjadi gejala GI
hebat, tanyakan apakah pasien dapat minum obat bersama
makanan. Obat merupakan induser enzim hepar dan dapat
menyebabkan eksresi metadon, preparat anti diabetik oral,
digitalis, antikoagulan oral, dan kontraseptif oral lebih cepat.
c) Ethambutol
dosis: 15-25 mg/kg/hari (max: 300 mg/hari) selama 60 hari,
kemudian 15 mg/kg/hari (max: 2,5 g)
efek toksik: neuritis optik (penurunan dalam ketajaman
pengelihatan dan diskriminasi warna merah-hijau).
Dermatitis.
pertimbangan keperawatan: pemeriksaan visual harus
dilakukan sebelum dan selama terapi.mungkin merupakan
kontra indikasi bagi klien dengan defek okular ( katarak,
retinopati diabetik). Berikan dengan kewaspadaan tinggi pada
klien dengan penyakit ginjal.
d) Streptomisin
dosis: 15-25 mg/kg/hari (max: 1 g/hari)
efek toksik: ototoksitas, nefrotoksisitas
pertimbangan keperawatan: pendengaran harus diperiksa
sebelum memulai pengobatan dan secara periodik setelahnya.
Amati adanya tanda nefrotoksisitas. efek ototoksitas dan
nefrotoksisitas adalah umum pada pasien lansia
e) Pirazinamid
dosis: 15 mg/kg/hari (max: 2 g/hari)
efek toksik: hepatotoksisitas
pertimbangan keperawatan: amati terhadap
hepatotoksisitas. Pantau uji fungsi hepar dan kadar asam urat
 Obat Anti Tuberkulosis Sekunder
OAT sekunder seperti:
a) Capreomisin
dosis: 15-30 mg/kg/hari (max: 2 g/hari)

10
efek toksik: nefrotoksisitas, ototoksistas auditori,uji fungsi
hepar abnormal
pertimbangan keperawatan: amati terhadap nefrotoksisitas
dan ototoksistas. Amati terhadap tanda abses steril pada
tempat penyuntikan
b) Kanamisin
dosis: 15-30 mg/kg/hari (max: 1 g/hari)
efek toksik: nefrotoksisitas, ototoksistas.
pertimbangan keperawatan: pantau fungsi pendengaran
selama penggunaan obat ini, amati tanda toksisitas ginjal.
c) Asam paraaminosalisiklat
dosis: 150 mg/kg/hari
efek toksik: gangguan pencernaan, hepatotoksisitas .
pertimbangan keperawatan: kelembapan akan
menyebabkan tablet menjadi rusak, jangan menggunakan
obay yang warnanya sudah kecoklatan atu unggu. Gunakan
secara hati-hati pada pasien dengan ulkus peptikum, penyakit
ginjal atau penyait hepar.
d) Sikloserin,
dosis: 15-20 mg/kg/hari (max: 1 g/hari)
efek toksik: psikosis, perubahan kepribadian. Kejang.
Ruam kulit.
pertimbangan keperawatan: amati terhadap kejang,
ingatkan klien bahwa penggunaan penggunaan alkohol
dapat mengakibatkan kejang. Pantau hasil uji hepar dan
ginjal.

H. Pencegahan
1. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat
2. Membudayakan perilaku etika berbatuk
3. Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan
lingkungan sesuai dengan standar rumah sehat
4. Peningkatan daya tahan tubuh

11
5. Penanganan penyakit penyerta TBC
6. Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TBC di fasilitas
pelayanan Kesehatan dan di luar fasilitas pelayanan kesehatan

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS
Pada saat pengkajian pada masyarakat Desa Sehat Sejahtera, perawat komunitas
mendapatkan lingkungan yang kotor di hampir setiap sudut desa dan kondisi
rumah yang padat tanpa ventilasi yang memadai. Warga mengelola sampah rumah
tangga dengan dibakar di depan rumah.Didapatkan juga bahwa 50 KK (15%)
menderita penyakit TB Paru, 80 KK (35%) batuk dengan sputum, 62 KK (28%)
pernah mengalami batuk berdarah, dan 110 KK (46%) penderita TB Paru tidak
tahu cara membuang dahak yang benar. Warga mengatakan sebagian besar warga
disini merokok dalam rumah,warga umumnya mengatakan bahwa batuk pilek
adalah penyakit biasa,. Warga mengatakan mengalami batuk berdahak,
mengalami batuk berdarah dan tidak tau cara membuang dahak dengan benar

A. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
 Warga umumnya mengatakan  Lingkungan kotor hampir setiap
bahwa batuk pilek adalah sudut desa dan kondisi rumah
penyakit biasa yang padat tanpa ventilasi yang
 Warga mengatakan sebagian memadai
besar warga disini merokok  Warga mengelola sampah rumah
dalam rumah tangga dengan dibakar didepan
 Warga mengatakan mengalami rumah
batuk berdahak  50 KK (15%) menderita
 Warga mengatakan mengalami penyakit TB Paru,
batuk berdarah  80 KK (35%) batuk dengan
 Warga mengatakan tidak tau sputum,
cara membuang dahak dengan  62 KK (28%) pernah mengalami
benar batuk berdarah,
 110 KK (46%) penderita TB
Paru tidak tahu cara membuang
dahak yang benar

B. Analisa Data
No. Data Masalah Keperawatan
1. Ds : Pemeliharaan Kesehatan
 warga umumnya mengatakan bahwa Tidak Efektif
batuk pilek adalah penyakit biasa
Do :
 Lingkungan kotor hampir setiap sudut
desa dan kondisi rumah yang padat

13
tanpa ventilasi yang memadai
 Warga mengelola sampah rumah
tangga dengan dibakar didepan rumah
2. Ds : Perilaku kesehatan
 Warga mengatakan sebagian besar cenderung berisiko
warga disini merokok dalam rumah
 Warga mengatakan tidak tau cara
membuang dahak dengan benar
Do :
 Lingkungan kotor hampir setiap sudut
desa dan kondisi rumah yang padat
tanpa ventilasi yang memadai
 Warga mengelola sampah rumah
tangga dengan dibakar didepan rumah
 110 KK (46%) penderita TB Paru tidak
tahu cara membuang dahak yang benar
3. Ds : Bersihan jalan nafas tidak
 Warga mengatakan mengalami batuk efektif
berdahak
 Warga mengatakan mengalami batuk
berdarah

Do :
 50 KK (15%) menderita penyakit TB
Paru,
 80 KK (35%) batuk dengan sputum,
 62 KK (28%) pernah mengalami batuk
berdarah,
 110 KK (46%) penderita TB Paru tidak
tahu cara membuang dahak yang benar

C. Skoring
No. Masalah A B C D E F G Ketersediaan Sumber TOTAL
Keperawatan
H I J K L
1. Ketidakefektifan 5 2 5 5 5 2 2 5 4 5 2 2 44
Pemeliharan
Kesehatan
2. Perilaku 5 2 5 5 4 2 2 5 4 5 2 2 43
Kesehatan
Cenderung
Beresiko
3. Bersihan jalan 5 2 2 4 4 2 3 5 4 5 2 2 40
nafas tidak
efektif
berhubungan

14
dengan sekresi
yang tertahan
A. Sesuai dengan peran CHN G.Kemudahan
untuk diintervensi
B. Sesuai dengan Prog. Pemerintah H. Tempat
C. Sesuai dengan intervensi pendidikan kesehatan I. Dana
D. Risiko terjadi J. Waktu
E. Risiko parah K. Fasilitas
F. Minat masyarakat L. Petugas

D. Diagnosa Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan
1. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif akibat lingkungan yang tidak sehat behubungan dengan
kurangnya penyuluhan mengenai pentingnya rumah sehat yang dimanifestasikan dengan
lingkungan kotor hampi setiap sudut desa dan kondisi rumah
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko akibat diantarnya sebagian besar warga merokok
dalam rumah berhubungan dengan kurang penyuluhan mengenai ventilasi yang memadai
yang dimanifestasikan dengan sebanyak 50 KK (15 %) menderita penyakit TB Paru
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif akibat kondisi rumah yang padat tanpa ventilasi yang
memadai berhubungan dengan warga mengatakan batuk pilek adalah penyakit biasa
dimanifestasikan dengan 50 KK (15%) menderita penyakit TB Paru, 80 KK (35%) batuk
dengan sputum, 62 KK (28%) pernah mengalami batuk berdarah, dan 110 KK (46%)
penderita TB Paru tidak tahu cara membuang dahak yang benar.

15
E. Rencana Keperawatan
Diagnosa Rencana Kegiatan Evaluasi
No. Keperawatan Tujuan Evaluator
Komunitas Strategi Kegiatan Kriteria Standar
1. Pemeliharaan Tujuan Umum Pendidikan 1) Pendidikan kesehatan Kognitif / 1) Meningkatkan Mahasiswa,
kesehatan tidak Setalah kesehatan mengenai PHBS dan psikomotor pengetahuan klien kader
efektif akibat dilakukan TB Paru dan keluarga serta kesehatan
lingkungan yang tindakan 2) Penyebarluasan masyarakat yang
tidak sehat keperawatan leaflet dan poster mengikuti
behubungan selama 5 bulan mengenai penyuluhan
dengan kurangnya diharapkan pencegahan dan 2) Peningkatan atau
penyuluhan Pemeliharaan bahaya penyakit perbaikan sikap
mengenai kesehatan tidak infeksi terutama TB klien dan
pentingnya rumah efektif Paru masyarakat
sehat yang 3) Seminar mengenai sekitar.
dimanifestasikan Tujuan hubungan PHBS 3) Mampu
dengan Khusus dengan penyakit melakukan
lingkungan kotor Meningkatkan infeksi terutama TB pencegahan
hampi setiap pemahaman Paru terhadap penyakit
sudut desa dan warga mengenai infeksi terutama
kondisi rumah pentingnya TB Paru
menjaga Kemitraan 1) kerja sama dengan Psikomotor Meningkatkan kualitas Mahasiswa,
kesehatan dan puskesmas untuk kesehatan masyarakat kader
lingkungan pemeriksaan kesehatan,
sehat kesehatan berkala Puskesmas
(memberikan setempat
pelayanan
kesehatan pada
warga yang sudah

16
terkenaTBC)
2) kerja sama dengan
puskesmas
melakukan
penyuluhan
kesehatan
(pentingnya PHBS)
3) memberikan
rujukan rehabilitasi
Proses Membuat kelompok Psikomotor Meningkatkan kualitas Mahasiswa,
kelompok warga untuk melakukan kesehatan masyarakat kader
kerja bakti pembersihan kesehatan
disekitar rumah warga
Pemberdayaan 1) Pelatihan kader Psikomotor 1) meningkatnya Mahasiswa,
masyarakat Kesehatan dalam upaya kader
upaya pengendalian pengendalian TB kesehatan
TB Paru di Paru di
masyarakat masyarakat
2) Pembinaan 2) Terbinanya
ekonomi masalah ekonomi
masyarakat yang masyarakat yang
memiliki memiliki
lingkungan tidak lingkungan tidak
sehat
sehat
Keperawatan 1) Pengkajian klien Psikomotor Meningkatkan kualitas Mahasiswa,
mandiri (mengidentifikasi kesehatan masyarakat kader
warga dengan kesehatan
lingkungan kotor)
2) Membantu klien
memenuhi

17
kebutuhan sehari-
hari (ajarkan cara
hidup sehat dan
cara menjaga
lingkungan tetap
sehat ).

Diagnosa Rencana Kegiatan Evaluasi


No. Keperawatan Tujuan Evaluator
Komunitas Strategi Kegiatan Kriteria Standar
2. Perilaku Tujuan Umum Pendidikan 4) Pendidikan Kognitif / 4) Meningkatkan Mahasiswa,
kesehatan Setalah kesehatan kesehatan tentang psikomotor kesadaran kader
cenderung dilakukan bahaya merokok masyarakat akan kesehatan
beresiko akibat tindakan dalam ruangan. bahaya merokok .
diantarnya keperawatan 5) Penyebaran leaflet 5) Meningkatkan
sebagian besar selama 5 bulan mengenai bahaya pengetahuan
warga merokok merokok. masyarakat
diharapkan
dalam rumah 6) Seminar mengenai mengenai bahaya
berhubungan perilaku
bahaya merokok. merokok.
dengan kurang kesehatan yang
penyuluhan Cenderung
mengenai berisiko dapat
ventilasi yang teratasi
memadai yang
dimanifestasikan Tujuan Khusus
dengan sebanyak Meningkatkan

18
50 KK (15 %) pemahaman Kemitraan 4) kerja sama dengan Psikomotor Meningkatkan kualitas Mahasiswa,
menderita warga mengenai puskesmas untuk kesehatan masyarakat kader
penyakit TB Paru. pentingnya pemeriksaan kesehatan,
menjaga kesehatan berkala Puskesmas
kesehatan dan (memberikan setempat
bahaya pelayanan
merokok. kesehatan pada
remaja yang sudah
terkena dampak
buruk dari efek
merokok di dalam
rumah)
Proses Membuat kelompok Psikomotor Meningkatkan kualitas Mahasiswa,
kelompok remaja untuk melakukan kesehatan masyarakat kader
kegiatan bermanfaat kesehatan

Pemberdayaan 3) Membuat peer Psikomotor Meningkatkan kualitas Mahasiswa,


masyarakat konselor kesehatan masyarakat kader
4) Melakukan terapi kesehatan
aktivitas (olahraga
bersama,
memodifikasi
barang bekas)
untuk
memanfaatkan
waktu luang
Keperawatan 3) Pengkajian klien Psikomotor Meningkatkan kualitas Mahasiswa,
mandiri penderita TB paru. kesehatan masyarakat kader
4) Membantu klien kesehatan
penderita TB paru

19
memenuhi
kebutuhan sehari-
hari.

Diagnosa Rencana Kegiatan Evaluasi


No. Keperawatan Tujuan Evaluator
Komunitas Strategi Kegiatan Kriteria Standar
3. Bersihan jalan Tujuan Umum PRIMER 1) Berikan Afektif 1) Meningkatkan Mahasiswa,
nafas tidak Setelah dilakukan Pendidikan penyuluhan tentang kesadaran kader
efektif akibat tindakan kesehatan Penyakit TB Paru masyarakat akan kesehatan
kondisi rumah keperawatan selama mulai dari definisi bahaya Penyakit
yang padat tanpa 8 bulan dapat tanda gejala, proses Menular TB
ventilasi yang menurunnya masalah penyakit dan Paru
memadai TB Paru di Desa komplikasi 2) Meningkatkan
berhubungan Sehat Sejahtera sekunder pada Kognitif pengetahuan
dengan warga Tujuan Khusus warga di Desa masyarakat
mengatakan Primer Sehat Sejahtera mengenai bahaya
batuk pilek 1. Mengenali dalam bentuk TB Paru
adalah penyakit definisi tanda kegiatan. 3) Meningkatkan
biasa gejala, proses pengetahuan
dimanifestasikan penyakit dan Pemberdayaan 2) Bantu komunitas masyarakat
dengan 50 KK komplikasi untuk mengenai
(15%) menderita Sekunder meningkatkan penyakit TB
penyakit TB 2. Mengetahui kesadaran dan Paru dan cara
Paru, 80 KK tentang proses memberikan pengobatannya
(35%) batuk pengobatan perhatian mengenai
dengan sputum, TBC seperti masalah TB Paru
62 KK (28%) kepatuhan 3) Memberdayakan
pernah klien dan keluarga

20
mengalami batuk dalam untuk membuang
berdarah, dan mengonkumsi dahak secara baik
110 KK (46%) OAT dan benar
penderita TB 3. mengetahui Kemitraan 1) kerja sama dengan Psikomotor 1) Meningkatkan Mahasiswa,
Paru tidak tahu cara puskesmas untuk /Kognitif kualitas kader
cara membuang membuang pemeriksaan kesehatan kesehatan,
dahak yang dahak yang kesehatan berkala masyarakat Puskesmas
benar. baik 2) kerja sama dengan 2) Meningkatkan setempat
4. Masyarakat puskesms untuk kesadaran
dapat melakukan masyarakat akan
melakukan penyuluhan penyakit infeksi
teknik teknik kesehatan (TB Paru)
mengeluarkan
dahak seperti
batuk efektif
dan postural
drainase
5. Memodifikasi
lingkungan
yang sehat
Proses Membuat kelompok Psikomotor Meningkatkan kualitas Mahasiswa,
kelompok warga untuk melakukan kesehatan masyarakat kader
kerja bakti pembersihan kesehatan
disekitar rumah warga
Pemberdayaan 1. Pelatihan kader Psikomotor Meningkatkan Mahasiswa,
masyarakat kesehatan dalam upaya kemampuan kader
pengendalian TB Paru kesehatan
2. melatih klien dan
keluarga teknik teknik
untuk mengeluarkan

21
dahak, seperti batuk
efektif dan postural
drainase

Keperawatan membantu klien Psikomotor Meningkatkan kualitas Mahasiswa,


mandiri penderita TB Paru untuk kesehatan masyarakat kader
melakukan batuk efektif kesehatan

22
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
TB Paru merupakan penyakit infeksi menular yang menyerang parenkim
parau-paru yang disebabkan oleh Mycrobacterium Tuberculosis. Kuman batang
aerobic dan tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit.
Penyakit ini juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal,
tulang, dan nodus limpe. Gejalanya dimulai dengan demam rendah, keletihan,
anoreksia, penurunan berat badan, keringat malam, nyeri dada, dan batuk menetap,
batuk non-produktif pada awalnya dapat berlanjut. Pencegahan penyakit TB paru
dengan pemeriksaan terhadap individu yang berdekatan erat dengan penderita TB
Paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi test tuberculin, klinis dan radiologis.

B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan setelah mengetahui penyakit TB Paru adalah
kita sebagai tenaga keperawatan dapat lebih menjaga kesehatan kita yaitu dengan
selalu menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga kesehatan. Selain itu, pendidikan
atau penyuluhan kesehatan perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara intensif kepada
individu, keluarga, kelompok, masyarakat tentang cara penularan dan cara
pencegahan TB Paru. Mengingat penyakit ini adalah penyakit menular yang sangat
berbahaya dan angka kematian cukup tinggi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Efendi Ferry, Makhfudi. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Salemba Medika :


Jakarta
Brunner % Suddarth. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 vol 3.Jakarta :
EGC

Nurarif Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2013) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid I. Yogyakarta: Mediactio.

Pusat data dan Informasi.2018.Kementrian Kesehatan Indonesia.

24

Anda mungkin juga menyukai