CJR Pembentukan Logam - Julius Rivaldo Sitorus - 5202321002
CJR Pembentukan Logam - Julius Rivaldo Sitorus - 5202321002
Disusun Oleh :
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Sehingga saya mampu
menyelesaikan tugas “CRITICAL JOURNAL REVIEW” . Tugas ini dibuat untuk memenuhi
salah satu mata kuliah saya yaitu ”Teknologi Pembentukan Logam ”.
Tugas critical journal review ini disusun dengan harapan semoga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kita semua khususnya dalam Teknik. Saya menyadari bahwa tugas
critical Jurnal review ini masih jauh dari kata sempurna, apabila dalam tugas ini terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan, saya mohon maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan
pemahaman kami masih terbatas. Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Critical Journal Review ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai dan memberkati segala usaha kita
semua.amin.
Penulis
C. Manfaat CJR
Jurnal 1
Jurnal 2
Judul : PENGARUH PADUAN SERBUK Fe12% PADA ALUMINIUM TERHADAP
POROSITAS DAN STRUKTUR MIKRO DENGAN METODE GRAVITY CASTING
No ISSBN : 2579-7433
Penulis. : Sumpena
Volume. : Volume 1 No.1
Jenis jurnal. : Jurnal ENGINE
Tahun. 2017
Jumlah halaman 6
Jurnal 3
Tahun : 2020
Jumlah halaman : 10
BAB II. Ringkasan Isi Jurnal
A. Jurnal Pertama
1 . Pendahuluan
Dewasa ini proses pembentukan logam (metal forming) pada industri permesinan dan bengkel las
berkembang sangat pesat khususnya pada proses bending. Proses bending merupakan pembentukan
logam yang umumnya menggunakan lembaran pelat atau batang baik dari bahan logam ferro maupun
logam non ferro dengan cara ditekuk, dimana pada proses bending ini terjadi pemuluran atau
peregangan pada sumbu bidang netral sepanjang daerah bendingan dan menghasilkan garis bending
yang lurus. . Fenomena perkembangan pembentukan logam melalui proses bending ini terjadi pada
industri pabrikasi permesinan dan bengkel las pada daerah perkotaan sampai pelosok desa baik yang
berskala kecil maupun berskala besar. Hal tersebut dipicu oleh semakin banyaknya penggunaan
berbagai macam teknologi mekanisasi terutama dalam bidang ketahanan dan keamanan pangan
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari seperti teknologi proses pasca panen dan teknologiteknologi
mekanisasi pertanian lainnya . Jenis pekerjaan bending pelat yang banyak ditemui untuk pembuatan
maupun perbaikan pada bengkel pabrikasi permesinan dan las antara lain komponen panel elektronik,
panel kendaraan mobil, tool box, pembakaran ikan, alat dan mesin pertanian dan sebagainya
Namun masih banyak bengkel-bengkel yang berskala kecil menekuk pelat dengan cara manual,
yaitu menggunakan palu dan landasan besi sebagai alas sehingga waktu yang digunakan tidak efisien
dan produk yang dihasilkan pun kurang terjamin kualitasnya. Peralatan yang dimiliki sebuah industri
biasanya mesin berkapasitas besar yang mana ongkos operasionalnya pun akan besar, sedangkan
untuk memproduksi benda yang berukuran kecil tidak harus menggunakan mesin berkapasitas besar
2. Metode Penelitihan
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan di bengkel mekanik dan laboratorium mekanik
Politeknik Negeri Ujung Pandang. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain besi
baja perrnesinan berbentuk poros, persegi dan pelat. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah
mesin frais, mesin bubut, mesin bor, mesin gerinda, mesin gergaji potong dan berbagai alat ukur
dimensi. Tahapan-tahapan rancang bangun press tool tipe air bending ini sebagai berikut:
Pertama yaitu tahap perancangan. Pada tahap perancangan ini terlebih dahulu mendesain konsep
press tool yang terdiri dari die set, punch dan die-V. Setelah final konsep rancangan disetujui,
selanjutnya dibuat desain gambar sesuai dengan standar ISO. Gambar desain ini meliputi gambar
desain rancangan secara keseluruhan dan gambar semua komponen rancangan baik komponen yang
dibuat maupun komponen standar.
Kedua yaitu tahapan pembuatan dan perakitan. Pada tahap ini komponen-komponen yang tidak
standar dibuat dengan mengacu pada gambar kerja hasil rancangan dan untuk komponen standar
dibeli. Setelah semua komponen yang dibuat dan dibeli tersedia maka selanjutnya press tool dirakit
sesuai dengan final desain.
Dan tahap terakhir yaitu uji coba alat press tool dengan die-V tipe air bending. Pada tahap ini
press tool yang telah dirakit selanjutnya digunakan untuk menekuk pelat dari baja karbon rendah St.
37 ketebalan 3 mm. Eksperimen dilakukan dengan memakai dies sudut 85o. Sedangkan punch yang
digunakan bersudut 85⁰ dan radius 1.5 mm. Setelah eksperimen selesai maka produk hasil tekukan
diukur sudut tekuknya menggunakan busur bilah kecermatan 5o untuk mengetahui sudut bending
yang terbentuk.
Hasil Perancangan Press Tool Komponen press tool terdiri dari sub rakitan die set, punch dan die.
Die set merupakan subrakitan yang berfungsi sebagai tempat untuk memasang komponen punch
maupun die. Die set didesain agar dapat berfungsi sebagai alat bantu untuk membengkokkan material
pelat dari logam. Die set ini khusus dirancang agar punch dan die yang digunakan dapat diganti-ganti
sesuai dengan kebutuhan. Setelah punch dan die dirakit pada die set maka alat bantu tersebut disebut
press tool. Adapun beberapa komponen telah didesain dalam rancang bangun press tool ini antara
lain:
Berdasarkan gambar 1. diatas, press tool memiliki beberapa komponen yaitu sebagai berikut:
1) Top plate;
2) Bearing;
3) Punch;
4) Pegas;
5) Guide post;
7) Bottom plate;
8) Pelat pelapis;
10) Die;
Terdapat beberapa komponen memiliki peran penting pada press tool untuk alat bending V Brake
ini. Salah satu komponen yang kritis yang membutuhkan desain yang tepat adalah pegas tekan.
Dengan demikian diperlukan pemilihan pegas tekan yang akan digunakan
B. Jurnal kedua
1. Pendahuluan
Pengecoran logam merupakan salah satu metode dalam pembuatan suatu benda. Metode
dalam pengecoran logam berkembang menjadi berbagai macam jenis seiring dengan
berjalannya waktu, perkembangan ilmu pengetahuan dan meningkatnya kebutuhan manusia.
Metode pengecoran ditinjau dari jenis cetakannya dapat digolongkan menjadi metode
pengecoran logam cetakan tetap dan tidak tetap. Metode pengecoran logam cetakan tetap
diantaranya metode high pressure die casting, low pressure die casting, pengecoran
sentrifugal dan gravity die casting, sedangkan metode pengecoran cetakan tidak tetap
diantaranya pengecoran cetakan pasir, investment casting dan lost foam casting .
MMC sedikitnya terdiri dari dua komponen, yaitu matrik logam dan penguat dalam
bentuk serbuk, palet, whisker, serat pendek atau serat kontinyu. Sifat mekanis logam
aluminium dapat ditingkatkan dengan proses presipitasi atau dengan menambahkan penguat.
Pada proses pengecoran logam, benda hasil coran sering timbul adanya porositas. Interaksi
antara logam dan cetakan dapat mengakibatkan porositas di bawah permukaan aluminium
yang dituang dengan cetakan pasir.
Gelembung-gelembung gas yang terbentuk dicelah cetakan saat kontak dengan logam
dan gelembung di dalam logam cair yang terperangkap pada saat dingin akan menjadi pori-
pori di dalam benda cor. Hidro karbon dapat terurai pada permukaan logam cair dan
melepaskan hidrogen. Permukaan cairan tidak kekurangan hidrogen dan sebagian besar
hidrogen akan terkonveksi ke atmosfer bebas, namun sebagian akan terdifusi ke logam cair
jika tidak dicegah. Jika terdifusi ke logam cair dan ikut membeku di dalamnya maka akan
menjadi cacat pori-pori pada benda tersebut .
Sedangkan densitas merupakan ukuran kerapatan suatu zat yang dinyatakan banyaknya zat
(massa) per satuan volume. Jadi satuannya adalah satuan massa per satuan volume, misalnya kg
per meter kubik atau gram per centimeter kubik.
ρ = m/v
keterangan:
= massa (gr)
v = volume (cm3)
Penelitian MMC telah dilakukan oleh Sulardjaka, D.B. dkk, (2012) dengan judul
pengaruh temperatur tuang pada proses pengecoran stir casting terhadap densitas dan
porositas komposit aluminium diperkuat serbuk besi, mengungkapkan bahwa: densitas rata-
rata pada penambahan fraksi Fe 5%, 10%, dan 15% berturut-turut pada temperatur penuangan
700°C sebesar 2.626 gr/cm³, 2.563 gr/cm³, dan 2.579 gr/cm³. Densitas rata-rata pada
penambahan fraksi Fe 5%, 10%, dan 15% berturut- turut pada temperatur penuangan 725°C
sebesar 2.697 gr/cm³, 2.561 gr/cm³, dan
2.467 gr/cm³.
Densitas rata-rata pada penambahan fraksi Fe 5%, 10%, dan 15% berturut-turut pada
temperatur penuangan 750°C sebesar 2.671 gr/cm3, 2.517 gr/cm³, dan 2.675 gr/cm³. Porositas
rata-rata pada penambahan fraksi Fe 5%, 10%, dan 15% berturut-turut pada temperatur
penuangan 700°C sebesar 0,112%, 0,184%, 0,232%. Porositas rata-rata pada penambahan
fraksi Fe 5%, 10%, dan 15% berturut-turut pada temperatur penuangan 725°C sebesar
0,086%, 0,184%, 0,266%. Porositas rata-rata pada penambahan fraksi Fe 5%, 10%, dan 15%
berturut-turut pada temperatur penuangan 750oC sebesar 0,0958%, 0,1985%, 0,2038%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui pengaruh paduan serbuk Fe12% pada
aluminium terhadap porositas Dan struktur mikro dengan metode gravity Casting.
2. Metode Penelitian
A. Bahan penelitian
Bahan baku pengecoran yang Digunakan scrap aluminium atau Aluminium bekas dan
serbuk besi tatal besi Tuang hasil proses permesinan yang Diperoleh dari industri pengecoran
logam Batur, Ceper, Klaten
B. Alat Penelitian
Dapur peleburan krusibel, Pasir Cetak, Tetes tebu, Semen Portland, Pola. Ladel/Kowi milik
lab pengecoran UP’45, Rangka Cetak, Timbangan berat, Mesin Uji Komposisi Kimia
Spektrometer, Mikroskop optic, Blower, kokas, Arang , Gergaji tangan, Resin.
C. Tahapan Penelitian
Pola dibuat dari kayu dengan bentuk Disajikan pada Gambar berikut
2) Peleburan
2. Peleburan Menggunakan dapur krusibel dengan Bahan bakar kokas, yang di atasnya
ditaruh Kowi untuk tempat aluminium dan serbuk Besi yang akan dilebur. Aluminium dan
Serbuk besi 12% ditimbang disesuaikan Dengan volume dari pola, sehingga Peleburan tidak
mengalami kekurangan Cairan logam aluminium.
3) Pengamatan Porositas
Pengamatan porositas dilakukan dengan melihat secara visual pada setiap sisi bagian luar
dari benda coran. Dari ketiga spesimen benda coran tersebut di cari rata-rata porositas untuk
menentukan tingkat porositas dari benda coran. Penentuan porositas menggunakan
persamaan: massa jenis = berat benda coran dibagi luas penampang benda coran atau
(P=m/v) . Pengujian densitas dilakukan dengan menggunakan metode Archimedes. Porositas
dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah volume ruang kosong (rongga pori)
yang dimiliki oleh zat padat terhadap jumlah dari volume zat padat itu sendiri. Porositas suatu
bahan pada umumnya dinyatakan sebagai porositas terbuka atau apparent porosity, dan dapat
dinyatakan dengan persamaan :
Porosity = -1 pm/pth
Keterangan :
pm : densitas aktual (gram/cm3) pth
Hasil uji komposisi kimia benda Coran bahan baku scrap aluminium Ditunjukan Tabel 1,
sebagai berikut:
Unsur utama pembentuk benda coran yaitu Aluminium, silikon, ferro, magnesium. Unsur Fe
mempengaruhi aluminium Menjadi lebih keras, unsur Si Menyebabkan efek fluiditas baik.
Hasil Benda coran di sajikan Gambar 4 di bawah Ini:
Benda coran secara umum mengalami porositas dan penyusutan, terutama pada bagian
permukaan benda yang atas. Porositas juga terjadi karena adanya gas hydrogen yang terjebak
didalam logam cair tidak bisa keluar melalui pori-pori pasir cetak. Penyusutan aluminium
bisa juga disebabkan pengaruh dari aliran turbulensi cairan logam. Aliran turbulensi
menyebabkan putaran logam cair sehingga pada bagian tengah terjadi kekosongan.
Pengaruh diameter saluran tuang Terhadap porosiats ditunjukan Gambar 5 Sebagai berikut:
Untuk menentukan porositas dalam penelitian ini menggunakan metode yaitu mencari
volume benda coran dan menimbang benda coran. Dari kedua variabel tersebut kemudian
dicari massa jenis yaitu dengan cara massa benda coran dibagi volume benda coran. Nilai
massa jenis benda coran rendah menunjukan tingkat porositas banyak atau lebih luas
sebaliknya benda coran dengan nilai massa jenis tinggi menunjukan tingkat porositas sedikit.
Dengan dimensi saluran masuk yang lebih besar menyebabkan kecepatan aliran logam
cair menjadi lebih cepat sehingga menyebabkan terjadi turbulen dan logam cair tidak dapat
mengalir dengan sempurna
Dari Gambar 8 menunjukan bahwa foto Struktur mikro spesimen C hampir sama Dengan foto
struktur mikro spesimen A. Antara Fe dan silikon bersenyawa,sedangkan Aluminium dan Mg
bersenyawa. Ini menunjukan konsistensi persenyawaan antara unsur-unsur yang ada dalam
logam tersebut.
C. Jurnal Ketiga
1. Pendahuluan
Teknologi pengolahan lembaran logam (sheet metal) merupakan salah satu teknologi
manufaktur paling awal yang dikembangkan dalam industri manufaktur (Lin and Chang 1996).
Seiring dengan pesatnya perkembangan industri manufaktur, teknologi pemrosesan lembaran
logam telah mengalami peningkatan terus menerus. Akibatnya, produk lembaran logam telah
banyak digunakan di semua sektor industri. Penekukan (bending) sheet metal merupakan salah
satu proses pembentukan logam (metal forming). Banyak pendekatan penekukan logam telah
dikembangkan dalam menanggapi tuntutan beragamnya bentuk, spesifikasi plat, dan
meningkatnya toleransi pembentukan logam. Proses pembentukan lembaran logam melibatkan
kombinasi lentur elastis-plastik dan deformasi regangan benda kerja (Palaniswamy, Ngaile, and
Altan 2004). Berdasarkan perlakukan suhu, metode pembentukan logam dibagi dalam dua proses
yaitu pembentukan dingin (cold working) yang dilakukan pada suhu kamar dan pembentukan
panas (hot working) dengan temperatur tinggi, Proses pembentukan dingin dilakukan tanpa
pemanasan benda kerja.
Pembentukan dingin merupakan pembentukan plastis logam di bawah suhu rekristalisasi dan
dilakukan di suhu kamar. Proses pembentukan logam didasarkan pada tipe penekukanya ada dua
yaitu, pembentukan kinematic (Kinematic shaping) dan pembentukan dengan dies (shaping with
rigid tools). Proses pembentukan kinematik lebih fleksibel. Bentuk akhir dari komponen tersebut
tidak ditentukan oleh bentuk alat, melainkan oleh gerakan relatif alat dan benda kerja.
Pembentukan dengan dies dipengaruhi oleh geometri benda kerja yang diinginkan, terutama
yang berkaitan dengan lengkungan, dan faktor springback setelah penekanan. Karena geometri
dies dan benda tetap, proses pembentukan ini menghasilkan reproduktifitas tinggi dan waktu
pemrosesan lebih pendek dalam banyak kasus
2. Metode Penelitian
Material dan Dimensional Penelitian ini menggunakan plate 1,0 mm material SUS 304 HL yang
diproduksi dari PT Jindal Stainless Indonesia dengan
Ekperimen menggunakan produk dengan tiga proses bending dengan panjang blank
137,7 mm. Dimensi dan toleransi benda kerja tersaji pada tabel berikut:
Gaya dan Kerja Penekukan Radius bending sangat menentukan kualitas proses bending,
karena akan mempengaruhi mutu, Radius bending yang kekecilan bisa menyebabkan
keretakan (crack) sedangkan jika terlalu besar akan berdampak pada dimensi dan
terjadinya pemborosan bahan. Dies dan-v-dies yang teredia saat ini
Analisis Gaya dan Kerja Bending Analisis gaya dan kerja penekukan di dasarkan pada data pada
tabel 3 posisi G, H dan I. Panjang G, H dan I berturut-turut adalah 180, 460 dan 380 mm, Proses
bending dilakukan secara membujur (longitudinal) dengan menggunakan dies beradius 1,0 mm dan
1,2 mm. Dengan menggunakan material SUS 304 1,0 mm yang memiliki tensile strength 670 MPa
maka besarnya gaya yang diperlukan pada proses bending dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 1. Perhitungan gaya pada ekperimen ini tidak menggukanan persamaan 2 karena
perbandingan lebar bendingan dengan ketebalan bahan melebihi 10 ( >10). Perhitungan keja
bending dilakukan dengan menggunakan persamaan 3. Dengan model V-Dies dengan kedalaman
bending 23,8 maka konstanta ketidakrataan, x ditetapkan sebesar 1/3. Perhitungan gaya bending
pada posisi G dengan bs = 180 mm, ketebalan bahan, s= 1 mm, Rm = 670 MPa (N/mm2 ) dan lebar
V-dies, w = 49,1 mm dihitung menggunakan persamaan 1 sebagai berikut:
Sedangkan perhitungan kerja bending pada posisi G dengan konstanta ketidak rataan x= 0,3 dan
kedalalaman v-dies, h = 0,0238 m dihitung dengan menggunakan persamaan 3 sebagai berikut:
Hasil perhitungan gaya yang dibutuhkan (Fb) dan kerja mesin bending (Ws) pada posisi
bendingan G, H dan L Tersaji pada tabel 7
Berdasarkan perhitungan pada table maka, mesin bending diatur pada gaya minimal 6,5 kN.
Untuk Perbandingan perhitungan gaya mesin bending dengan gaya sebenarnya pada saat
pelaksanan, tersaji pada grafik berikut:
A. Kelebihan jurnal
Keterikatan antar topik
Kajian antar topik pada jurnal ini saling terkait, yaitu sama-sama melakukan
penelitian tentang Pembentukan logam dan pengecoran
Sistematika bahan kajian
Sistematika Penyusunan kajian ini dapat dikatakan sudah baik dan sesuai
dengan standar penulisan jurnal yang tepat. Jurnal juga di desain dengan
metode penelitian yang bervariasi Serta pelampiran hasil gambar dan grafik
dari hasil penelitian serta keterangan .
Penulis dari jurnal banyak melampirkan refrensi sehingga sangat memudahkan
untuk mencari penelitian lain yang berkaitan dengan jurnal itu sendiri.
B. Kekurangan jurnal
Gambar pada jurnal 2 yang dibuat kurang jelas, sehingga agak sulit untuk
dipahami.
Pengolahan data pada metode penelitian sukar dipahami sehingga pembaca harus
benar - benar mememahaminya.
A. Kesimpulan
Jurnal ini dapat digunakan sebagai pendukung atau referensi pada saat melakukan
pembentukan logam karena materi yang terkandung dalam jurnal di atas sudah cukup
baik untuk dijadikan pedoman dalam melakukan Pembentukan logam salah satunya
yaitu bending dan pengecoran logam .
Daftra pustaka
Sukarman. (2020). Analisis Pengaruh Radius dies terhadap springback logam lembaran stainless
steel pada proses bending hidrolik . jurnal Teknologi, 10.
Sumpena. (2017). Pengaruh paaduan serbuk fe12% pada Alluminium terhadap porositas dan
struktur mikro dengan metode gravity casting. jurnal ENGINE, 6.
Suyuti, M. A. (2020). Rancang bangun proses tool untuk alat bending pelat tipe die- v air
bending. Jurnal Teknik Mesin , 7.