Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KELOMPOK

“ ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN DI KOLAM RENANG DAN


TEMPAT UMUM”
Untuk memenuhi mata kuliah : Analisis Kualitas Lingkungan
Dosen Pengampu : Arum Siwiendrayanti, S. KM., M. Kes

Disusun oleh
1. Annisa Zahra Putri ( 6411420008)
2. Safira Ristia Wahyu Ningrum ( 6411420012)
3. Dwi Ambarwati Nur Ammatullah (6411420039)
4. Dini Nurkholisah (6411420040)
5. Dian Jaya (6411420041)
6. Azkia Banaring Tyas (6411420042)

ROMBEL 3A KESEHATAN MASYARAKAT

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN PADA KOLAM RENANG

1. Pengertian Kolam Renang


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 32 tahun 2017 Tentang Standar
Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan
Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian Umum. Kolam renang
didefinisikan sebagai tempat dan fasilitas umum berupa konstruksi kolam berisi air yang
telah diolah yang dilengkapi dengan fasilitas kenyamanan dan pengamanan baik yang
terletak di dalam maupun di luar bangunan yang digunakan untuk berenang, rekreasi, atau
olahraga air lainnya.
2. Sanitasi Lingkungan Kolam Renang
Kolam renang yang ideal adalah kolam renang yang senantiasa memenuhi syarat
keamanan, kebersihan, dan kenyamanan. Suatu kolam renang diharapkan mampu
memberikan kenyamanan bagi para pengunjung namun tetap harus mengedepankan faktor
keamanan, terutama untuk semua fasilitas penunjang yang berada di dalam area kolam
renang. Aspek kebersihan juga merupakan hal penting untuk diperhatikan karena berkaitan
erat dengan aspek kesehatan khususnya faktor penularan penyakit. Penyakit-penyakit yang
dapat ditularkan di kolam renang meliputi semua penyakit food and water borne disease,
seperti penyakit mata, penyakit kulit, penyakit kuning (hepatitis), dan penyakit yang
berhubungan dengan pencernaan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.061 Tahun
1991, suatu kolam renang harus memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan kolam
renang, antara lain:
a. Persyaratan Umum
1) Lingkungan kolam renang harus selalu dalam keadaan bersih dan dapat mencegah
kemungkinan terjadinya penularan penyakit serta tidak menjadi sarang dan
perkembangbiakan vektor penular penyakit.
2) Bangunan kolam renang dan semua peralatan yang digunakan harus memenuhi
persyaratan kesehatan serta dapat mencegah tejadinya kecelakaan
b. Persyaratan Tata Bangunan
Setiap bangunan di lingkungan kolam renang harus tertata sesuai fungsinya dan
harus memenuhi persyaratan kesehatan sehingga tidak menyebabkan pencemaran
terhadap air kolam renang.
c. Persyaratan Konstruksi Bangunan
1) Lantai
a) Lantai kolam renang harus kuat, kedap air, memiliki permukaan yang rata, tidak
licin, dan mudah dibersihkan.
b) Lantai kolam renang yang selalu kontak dengan air harus memiliki kemiringan
yang cukup (2-3 persen) ke arah saluran pembuangan air limbah.
2) Dinding Kolam Renang
a) Permukaan dinding harus mudah dibersihkan.
b) Permukaan dinding yang selalu kontak dengan air harus terbuat dari bahan yang
kuat dan kedap air
3) Ventilasi
Sitem ventilasi harus dapat menjamin peredaran udara di dalam ruang dengan baik.
4) Sistem pencahayaan
a) Tersedia sarana pencahayaan dengan intensitas yang sesuai.
b) Untuk kolam renang yang digunakan saat malam hari harus dilengkapi dengan
lampu berkapasitas 12 volt.
5) Atap
Atap tidak boleh bocor agar tidak memungkinkan terjadinya genangan air.
6) Langit-langit
Langit-langit harus memiliki ketinggian minimal 2,5 meter dari lantai dan mudah
dibersihkan.
7) Pintu
Pintu harus dapat mencegah masuknya vektor penyakit seperti serangga, tikus, dan
binatang pengganggu lain.
8) Persyaratan kelengkapan kolam renang
Kolam renang harus memiliki fasilitas kelengkapan diantaranya: bak cuci kaki,
kamar dan pancuran bilas, kamar ganti dan penitipan barang, kamar P3K, fasilitas
sanitasi (bak sampah, jamban dan peturasan, serta tempat cuci tangan) dan gudang
bahan-bahan kimia dan perlengkapan lain.
9) Persyaratan Bangunan dan Fasilitas Sanitasi
a) Area kolam renang
 Harus ada pemisah yang jelas antara area kolam renang dengan area
lainnya.
 Kolam harus selalu terisi air dengan penuh.
 Jumlah maksimum perenang adalah sebanding dengan luas permukaan
kolam dibagi 3 m2 .
 Lantai dan dinding kolam harus kuat, kedap air, rata, berwarna terang, dan
mudah dibersihkan. Sudut dinding dan dasar kolam harus melengkung.
 Saluran air yang masuk ke kolam renang harus terjamin tidak terjadi kontak
antara air bersih yang masuk dengan air kotor. Lubang pembuangan air
kotor harus berada di dasar kolam renang yang paling rendah dan
berseberangan dengan lubang masuknya air.
 Lubang saluran pembunagan air kolam dilengkapi dengan ruji dan tidak
membahayakan perenang.
 Kolam berkedalaman < 1,5 meter, kemiringan lantai tidak > 10%. Pada
kedalaman > 1,5 meter kemiringan lantai kolam tidak > 30%.
 Dinding kolam renang harus rata dan vertikal, jika terdapat injakan maka
pegangan dan tangga tidak boleh ada penonjolan, terbuat dari bahan
berbentuk bulat dan tahan karat.
 Kolam harus dilengkapi dengan saluran peluap di kedua belah sisinya.
 Lantai tepi kolam harus kedap air dan memiliki lebar minimal 1 meter,
tidak licin, dan permukaannya miring keluar kolam.
 Pada setiap kolam harus ada tanda yang menunjukkan kedalaman kolam
dan tanda pemisah untuk orang yang dapat berenang dan tidak dapat
berenang.
 Pada setiap kolam harus ada tanda yang menunjukkan kedalaman kolam
dan tanda pemisah untuk orang yang dapat berenang dan tidak dapat
berenang.
 Apabila ada papan loncat dan papan luncur, harus memenuhi ketentuan
teknis untuk mencegah kecelakaan.
b) Bak Cuci kaki
 Harus terdapat bak cuci kaki yang berukuran minimal panjang 1,5 meter,
lebar 1,5 meter, dan kedalaman 20 cm dengan pengisian air yang penuh.
 Kadar sisa khlor pada air bak cuci kaki kurang lebih 2 ppm.
c) Kamar Mandi
 Kamar mandi harus bersih, tidak berbau, kamar mandi pria dan wanita
terpisah, lantai tidak licin dan kedap air
 Jumlah kamar mandi minimal 1 per 40 pengunjung.
d) Kamar Ganti
 Kamar mandi harus bersih, tidak berbau, kamar mandi pria dan wanita
terpisah, lantai tidak licin dan kedap air
e) Jamban dan Peturasan
 Tersedia minimal 1 buah jamban untuk tiap 40 orang wanita dan 1 buah
jamban untuk tiap 60 orang pria dan harus terpisah antara jamban untuk pria
dan wanita.
 Tersedia 1 buah peturasan untuk tiap 60 orang pria.
 Apabila kapasitas kolam renang kurang dari jumlah pengunjung diatas,
maka harus disediakan minimal 2 buah jamban dan 2 buah peturasan untuk
pria dan 3 buah jamban untuk wanita.
 Jamban yang tersedia kedap air dan tidak licin, dinding berwarna terang,
jamban leher angsa, memiliki ventilasi dan penerangan cukup, tersedia air
pembersih yang cukup, dan memiliki luas lantai minimal 1 m2 .
 Konstruksi peturasan terbuat dari bahan kedap air, tahan karat, sistem leher
angsa, luas lantai minimal 1,5 m2 .
 Jika peturasan dibuat sistem talang atau memanjang, maka untuk tiap satu
peturasan panjangnya minimal 60 m
f) Tempat Sampah
 Memiliki tutup yang mudah dibuka/ditutup tanpa mengotori tangan.
 Tempat sampah terbuat dari bahan yang ringan, tahan karat, kedap air, dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.
 Tempat sampah harus mudah dibersihkan dan memiliki volume yang sesuai
untuk menampung sampah dari tiap kegiatan.
 Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara yang tidak terbuat dari
beton permanen dan tidak menjadi ternpat perindukan vektor penyakit.
 Tempat pengumpul sampah sementara harus dikosongkan minimal 3 x 24
jam.
 Jamban yang tersedia kedap air dan tidak licin, dinding berwarna terang,
jamban leher angsa, memiliki ventilasi dan penerangan cukup, tersedia air
pembersih yang cukup, dan memiliki luas lantai minimal 1 m2 .
 Konstruksi peturasan terbuat dari bahan kedap air, tahan karat, sistem leher
angsa, luas lantai minimal 1,5 m2
 Jika peturasan dibuat sistem talang atau memanjang, maka untuk tiap satu
peturasan panjangnya minimal 60 m.
g) Tempat Cuci Tangan
Tempat cuci tangan terletak di tempat yang mudah dijangkau dan
berdekatan dengan jamban peturasan dan kamar ganti pakaian serta dilengkapi
dengan sabun, pengering tangan dan cermin.
h) Gudang Bahan Kimia
 Tersedia gudang khusus untuk tempat pengelolaan bahan kimia.
 Penempatan kalsium hipoklorit harus terpisah dengan aluminium sulfat
atau bahan-bahan kimia lainnya.
i) Perlengkapan lain
 Tersedia papan pengumuman yang berisi antara lain larangan berenang
bagi penderita penyakit kulit, penyakit kelamin, penyakit epilepsi, penyakit
jantung dan lain-lain.
 Tersedia perlengkapan pertolongan bagi perenang, antara lain: pelampung,
tali penyelamat dan lain-lain.
 Tersedia alat untuk mengukur kadar pH dan sisa khlor air kolam renang
secara berkala. Hasil pengukuran sisa khlor dan pH air kolam renang
harian, diumumkan kepada pengunjung melalui papan pengumuman.
 Tersedia tata tertib berenang dan anjuran menjaga kebersihan..
3. Standar Baku Mutu Air Kolam Renang
Untuk menjaga agar kolam renang tidak menjadi tempat penularan penyakit, maka
kualitas airnya harus benar-benar dijaga dan diawasi agar senantiasa memenuhi
persyaratan dan standar yang telah ditetapkan oleh menteri kesehatan. Adapun
persyaratan air kolam renang yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
a. Parameter Fisik
Parameter fisik air adalah dipandang dari segi fisiknya. Jadi air kolam harus
memenuhi dari segi fisiknya. Jadi air kolam harus memenuhi persyaratan seperti
jernih atau tidak berwarna, tidak keruh, tidak berbau, tidak berasa, dan berada dalam
suhu udara biasa. Selain itu, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 32
Tahun 2017 pada Lampiran I tentang Standar Baku Mutu Air Kolam Renang adalah
bebas dari bau yang menggangu, bebas dari benda terapung, dan jernih.
Bau dan rasa biasanya terjadi bersama-sama dan biasanya disebabkan oleh
adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe tertentu organisme
mikroskopik, serta persenyawaan-persenyawaan kimia seperti phenol. Intensitas bau
dan rasa dapat meningkat bila pada air dilakukan khlorinasi (Sutrisno, 2010). Seperti
yang disebutkan dalam penelitian Cita dan Adriyani (2009), timbulnya bau pada air
kolam renang Tirta Krida berasal dari kandungan kaporit yang berlebihan dalam air
pada saat proses khlorinasi.
Air yang jernih adalah air yang bebas dari partikel bahan yang tersuspensi.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 32 Tahun 2017, kejernihan air
dapat diukur dengan menggunakan Piringan merah hitam (Secchi) berdiameter 20
cm terlihat jelas dari kedalaman 4,572m. Jika air kolam jernih maka kenyamanan
pengguna kolam renang saat berenang tetap terjaga. Dan yang terakhir yaitu
kepadatan perenang. Untuk kedalaman <1m kepadatan perenang maksimal 2,2
m2/Perenang, kedalaman 1-1,5 m maksimal 2,7 m2/Perenang, dan kedalaman >1,5m
maksimal 4 m2/Perenang, Untuk kepadatan, semakin dalam Kolam Renang maka
semakin luas ruang yang diperlukan untuk setiap perenang.
Tabel 1. Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
untuk Media Air Kolam Renang
No. Parameter Unit Standar Baku Keterangan
Mutu (kadar
maksimal)
1. Bau Tidak berbau
2. Kekeruhan NTU 0,5
3. Suhu °C 16-40
4. Kejernihan Piringan Piringan merah hitam
terlihat jelas (Secchi) berdiameter
20 cm terlihat jelas dari
kedalaman 4,572m
5. Kepadatan m2/perenang 2,2 Kedalaman <1 m
Perenang 2,7 Kedalaman 1-1,5 m
4 Kedalaman >1,5 m
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 tahun 2017
b. Parameter Kimia
Parameter kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk
media air Kolam Renang meliputi 6 parameter yaitu pH, alkalinitas, sisa khlor bebas,
sisa khlor terikat, total bromine/sisa bromine, dan potensial reduksi oksidasi
(oxidation reduction potential). Konsentrasi minimum untuk setiap parameter
bergantung pada jenis Kolam Renang. Jika Kolam Renang menggunakan disinfektan
bromide, maka konsentrasi minimum juga berbeda dibandingkan dengan konsentrasi
khlorin. Masing-masing konsentrasi minimum terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan untuk media Air Kolam Renang
No. Parameter Unit Standar Keterangan
Baku Mutu
(kadar
maksimal)
1. pH 7-7,8 apabila menggunakan khlorin
dan diperiksa minimum 3 kali
sehari
7-8 apabila menggunakan
bromine dan diperiksa
minimum 3 kali sehar
2. Alkalinitas mg/l 80-200 semua jenis Kolam Renang
3. Sisa Khlor mg/l 1-1,5 Kolam beratap/ tidak beratap
bebas mg/l 2-3 Kolam panas dalam ruangan
4. Sisa khlor mg/l 3 semua jenis Kolam Renang
terikat
5. Total Bromie mg/l 2-2,5 kolam biasa
mg/l 4-5 heated pool
Sisa bromine mg/l 3-4 Kolam beratap/tidak
beratap/kolam panas dalam
ruangan
6. Oxidation mV 720 semua jenis Kolam Renang
reduction Sisa Khlor/Bromine diperiksa
potential 3 kali
(ORP)
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 tahun 2017
c. Parameter Bakteriologis
Parameter biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk
media air Kolam Renang terdiri dari 5 (lima) parameter. Empat parameter tersebut
terdiri dari indikator pencemaran oleh tinja (E. coli), bakteri yang tidak berasal dari
tinja (Pseudomonasaeruginosa, Staphylococcus aureus dan Legionella spp).
Sedangkan parameter Heterotrophic Plate Count (HPC) bukan merupakan indikator
keberadaan jenis bakteri tertentu tetapi hanya mengindikasikan perubahan kualitas
air baku atau terjadinya pertumbuhan kembali koloni bakteri heterotrophic
Tabel 3. Parameter Biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
untuk Media Air Kolam Renang
No. Parameter Unit Standar Baku Keterangan
Mutu (kadar
maksimum)
1. E. Coli CFU/100 ml <1 diperiksa setiap
bulan
2. Heterotrophic Plate CFU/100 ml 100 diperiksa setiap
Count (HPC) bulan
3. Pseudomonas CFU/100 ml <1 diperiksa bila
aeruginosa diperlukan
4. Staphylococcus CFU/100 ml <100 diperiksa seqaktu-
aureus waktu
5. Legionella spp CFU/100 ml <1 diperiksa setiap 3
bulan untuk air yang
diolah dan setiap
bulan untuk SPA
alami dan panas

4. Cara Pengelolaan Air


Kualitas air kolam renang tipe resirkulasi sangat tergantung pada cara pengolahannya,
karena pengolahan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas air kolam renang.
Pada dasarnya tindakan pengolahan air kolam renang berkisar pada dua macam yaitu
proses kimia dan proses fisika.
a. Proses Kimia
Proses kimia pada pengolahan air kolam renang adalah proses pembubuhan zat
kimia ke dalam air pada saat pengolahan. Proses pengolahan air kolam meliputi:
1) Khlornisasi
Proses pendesinfeksian air dengan menggunakan khlor aktif ini bertujuan
untuk meningkatkan kualitas air secara bakteriologis sehingga dapat
mengendalikan atau mengurangi jumlah bakteri yang ada dalam air kolam renang.
Zat khlor merupakan bahan yang aktif dan mudah terurai sehingga dapat cepat
bereaksi dengan bahan-bahan organik atau anorganik di dalam air. Untuk proses
khlorinasi yang baik maka pH air yang diperlukan adalah berkisar antara 7,2 – 7,6
sebab suasana basa akan mempercepat terurainya khlor aktif membentuk asam
hipoklorit dan kedua ini adalah sangat taksis terhadap mikroorganisme (Chandra,
2009). Sumber senyawa khlorinasi aktif yang biasanya dipakai untuk bahan
desinfektan adalah:
a) Kalsium hipoklorit atau yang biasa disebut kaporit, dengan rumus kimia
(Ca(COCl)2) yaitu senyawa khlor aktif yang berbentuk bubuk putih atau
granula dengan kadar khlor aktif mulai dari 25 – 30%.
b) Natrium hipoklorit dengan rumus kimia NaCl yaitu senyawa khlorit aktif
yang berupa cairan berwarna kekuning-kuningan dengan kadar khlor aktif
antara 12 – 25%.
c) Hepta oksida dikhlor aktif dengan rumus kimianya Cl2O, yaitu senyawa khlor
aktif yang berupa cairan kental seperti minyak kelapa dan tidak berwarna.
 Koagulasi
Koagulasi (penggumpalan) Proses ini bertujuan untuk penjernihan air yang
dilakukan dengan cara pembubuhan bahan-bahan koagulasi seperti Al2(SO4)3
atau yang biasa disebut tawas, FeCL3 atau ferri khlorida, FeCl2 atau ferro
khlorida. Tujuan dari pembubuhan zat koagulasi adalah untuk mengingat kotoran-
kotoran yang ada di dalam air kolam menjadi gumpalan-gumpalan kotoran yang
lebih besar lagi, sehingga mudah mengendap untuk kemudian disedot/disaring.
Untuk memperoleh efektifitas yang tinggi dalam proses koagulasi, maka
diperlukan suasana pH antara 7,4 – 7,6 dan harus dilakukan pengadukan yang baik
sehingga zat koagulan yang diberikan dapat tercampur rata dengan air kolam
secara merata (Sitanggang, 2012).
 Pengendalian Lumut
Lumut dan alga merupakan tumbuhan air yang dapat berkembang biak
dalam air kolam renang sehingga dapat mempengaruhi kualitas air kolam.
Tumbuhan ini tumbuh disebabkan adanya kandungan lumpur yang terdapat pada
dinding kolam, dan dasar kolam. Secara fisiologis, dapat menimbulkan gangguan
estetika karena adanya bercak-bercak atau noda sehingga air kolam tampak kotor.
Untuk menghilangkan atau mengendalikan alga dan lumut tersebut dapat
digunakan bahan kimia seperti senyawa cupri sulfat (zat prusi, vitriol bitu).
Pemberian prusi ini harus dilakukan penyikatan dinding dan dasar kolam dengan
prusi pada setiap kali diadakan pembersihan umum. penggunaan prusi yang
berlebihan akan membahayakan karena dapat berakibat hilangnya warna rambut
pada perenang disamping itu dapat membuat air kolam menjadi biru (Sitanggang,
2012).
 Netralisasi
Netralisasi adalah proses pembubuhan bahan kimia untuk membantu atau
mempercepat penetralan bahan-bahan yang digunakan dalam pengolahan air, yaitu
dengan jalan menaikkan atau menurunkan pH air, dalam hal ini ditujukan untuk
menetralkan kandungan alumunium dan bahan membahayaka lainnya yang
terdapat di dalam air kolam (Sitanggang, 2012)
2) Proses Fisika
Menurut Sitanggang (2012), dalam pengolahan air kolam renang yang
dimaksudkan dengan proses fisika adalah proses pengolahan air melalui tahapan
pengadukan, pengendapan, dan penyaringan.
 Pengadukan
Proses pengadukan ini adalah proses pencampuran bahan kimia yang digunakan
dalam pengolahan air dengan seluruh air yang ada dengan cara mengadukkannya,
di dalam instilasi pengolahan proses pengadukan dilakukan setelah pembubuhan
bahan-bahan kimia. Idealnya suatu unit pengaduk yang komplit dapat menjangkau
volume air kolam renang sehingga dapat merata.
 Pengendapan
Proses ini dimaksudkan untuk mengendapkan flok-flok kotoran yang terbentuk
pada proses koagulasi. Pengendapan ini diharapkan dapat membantu dan
mempermudah dalam proses penyaringan.
 Penyaringan
Pada proses penyaringan ini bertujuan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang
masih melayang di dalam air karena kotoran tersebut tidak dapat mengendap
sehingga melalui filter ini air diharapkan dapat jernih kembali.
ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR
(TPA)

A. Pengertian Tempat Pembuangan Akhir (TPA)


Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah tempat untuk mengumpulkan sampah,
tempat itu harus terisolasi dengan baik untuk menghindari dampak negatif
terhadaplingkungan sekitar TPA. Keterbatasan lahan merupakan permasalahan yang sering
dihadapi dalam membangun sarana dan prasarana serta pelayanan penunjang. Salah
satunya TPA Umum. Lokasi TPA harus ditentukan dengan mengidentifikasi karakteristik
fisik lahan dengan mempertimbangkan potensi lahan yang terdapat di kawasan baru. Perlu
juga mengkaji penetapan dan analisis kesesuaian lahan TPA ditinjau dari tata guna lahan
untuk memastikan bahwa lahan yang digunakan untuk TPA tidak menyalahi peraturan
yang berlaku.

Proses pengolahan sampah itu sendiri dimulai dari timbulnya di sumber -


pengumpulan - pemindahan/pengangkutan-pengolahan – pembuangan.
Ada beberapa persyaratan dalam menentukan lokasi Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) sampah, yaitu:
a. Daerah non-geologis (daerah sesar, tanah longsor, gempa bumi, dll)
b. Daerah yang tidak rawan geologi, yaitu daerah yang kedalaman air tanahnya
kurangdari 3 meter, jenis tanah yang mudah menyerap air, dan daerah yang dekat
dengan sumber air, dll.
c. Bukan daerah rawan medan (kemiringan tanah > 20%)
d. Lokasinya bukan area dengan aktivitas yang sering seperti bandara dan bukan pusat
untuk perdagangan
e. Bukan kawasan yang terlindungi
B. Sanitasi Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
Air bersih, kualitas udara, kontaminasi makanan mempunyai ukuran-ukuran kapan
dikategorikan bersih, tak terpolusi, tak terkontaminasi. Ukuran-ukuran tersebut disebut
parameter. Parameter mempunyai nilai baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
Parameter kualitas lingkungan harus kuantitatif supaya ukuran menjadi objektif. Parameter
kualitas lingkungan sangat penting dilakukan khususnya pada tempat pembuangan akhir
(TPA), parameter kualitas lingkungan TPA dibagi beberapa macamyaitu :
1. Parameter fisika.
a. Suhu
Suatu badan perairan dipengaruhi oleh musim, posisi lintang, ketinggian
dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran
serta kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika,
kimia dan biologi badan air (Effendi, 2003).
b. TSS (Total Suspended Solid)
Padatan tersuspensi total (TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter
> 1μm) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 μm
(Effendi, 2003). TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad -jasad renik,
yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke
badan air.
2. Parameter Kimiaa.
a. pH
Pescod (1973) mengatakan bahwa nilai pH menunjukkan tinggi rendahnya
konsentrasi ion hidrogen dalam air. Kemampuan air untuk mengikat atau
melepaskan sejumlah ion hidrogen akan menunjukkan apakah perairan tersebut
bersifat asam atau basa (Barus, 2002). Selanjutnya beliau menambahkan bahwa
nilai pH perairan dapat berfluktuasikarena dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis,
respirasi organisme akuatik, suhu dan keberadaan ion-ion di perairan tersebut.
Menurut Pohland dan Harper (1985) nilai pH air lindi pada tempat pembuangan
sampah perkotaan berkisar antara 1,5 – 9,5.
b. DO (Dissolved oxygen)
Oksigen terlarut (dissolved oxygen) merupakan konsentrasi gas oksigen
yang terlarut dalam air. Oksigen yang terlarut dalam air berasal darihasil
fotosintesis oleh fitoplankton atau tumbuhan air dan proses difusi dari udara
(Fardiaz,1992). Faktor yang mempengaruhi jumlah oksigen terlarut di dalam air
adalah jumlah kehadiran bahan organik, suhu, aktivitas bakteri, kelarutan,
fotosintesis dan kontak dengan udara. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi
secara harian dan musiman tergantung pada percampuran (mixing) dan
(turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan keadaan limbah yang
masuk ke badan air, sehingga akan mempengaruhi kelarutan dan keberadaan unsur-
unsur nutrien di perairan (Wetzel, 2001).
c. BOD5 (Biochemical Oxygen Demand)
Biochemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan oleh
mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik yang terdapat dalam air pada
keadaan aerobik yang diinkubasi pada suhu 20oC selama 5hari, sehingga sering
disebut BOD5 (APHA, 1989). Nilai BOD perairan dapat dipengaruhi oleh suhu,
densitas plankton, keberadaan mikroba, serta jenis dan kandungan bahan organik
(Effendi, 2003). Nilai BOD5 ini juga digunakan untuk menduga jumlah bahan
organik didalam air limbah yang dapat dioksidasi dan akan diuraikan oleh
mikroorganisme melalui proses biologi.
d. COD (Chemical Oxygen Demand)
COD menyatakan jumlah total oksigen yangdibutuhkan untuk
mengoksidasi semua bahan organik yang terdapat di perairan, menjadi CO2 dan
H2O (Hariyadi, 2001). Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang
yangdikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang diperlukan dalam
mengoksidasi air sampel(Boyd, 1982). Bila BOD memberikan gambaran jumlah
bahan organik yang dapat terurai secara biologis (bahan organik mudah urai,
biodegradable organic matter), maka COD memberikan gambaran jumlah total
bahan organik yang mudah urai maupun yang sulit terurai (non biodegradable)
(Hariyadi, 2001). Analisa COD berbeda dengan analisa BOD5, namun
perbandingan antara angka COD dengan angka BOD5 dapat ditetapkan. Angka
perbandingan yang semakin rendah menunjukkan adanya zat-zat yang bersifat
racun dan berbahaya bagi mikroorganisme (Alaerts dan Santika, 1984).
3. Drainase
Drainase di TPA berfungsi untuk Mengendalikan limpasan air hujan dengan tujuan
untuk memperkecil aliran yang masuk ke timbunan sampah. Seperti diketahui,air
hujanmerupakan faktor utama terhadap debit lindi yang dihasilkan. Semakin kecil
rembesan air hujan yang masuk ke timbunan sampah akan semakin kecil pula debit
lindi yang dihasilkan yang pada gilirannya akan memperkecil kebutuhan unit
pengolahannya.
4. Lapisan Kedap Air
Lapisan kedap air berfungsi untuk mencegah rembesan air lindi yang terbentuk
didasar TPA ke dalam lapisan tanah dibawahnya. Untuk lapisan ini harus dibentuk
diseluruh permukaan dalam TPA baik dasr masupun dinding. Bila tersedia ditempat,
tanah lempungsetebal ± 50 cm merupakan alternatif yang baik sebagai lapisan kedap
air. Namun bila tidak dimungkinkan, dapat diganti dengan lapisan sintetis lainnya
dengan konsekwensi biaya yangrelatif tinggi (Hifdziyah, 2016).
5. Penanganan Gas
Gas yang terbentuk di TPA umumnya berupa gas karbon dioksida dan metan
dengankomposisi hampir sama, disamping gas- gas lain yang sangat sedikit jumlahnya.
Kedua gastersebut memiliki potensi besar dalam proses pemanasan global terutama gas
metan;karenanya perlu dilakukan pengendalian agar gas tersebut tidak dibiarkan lepas
bebas ke 6 tamosfer. Untuk itu perlu dipasang pipa ventilasi agar gas dapat keluar dari
timbunan sampah pada titik-titik tertentu. Untuk ini perlu diperhatikan kualitas dan
kondisi tanah penutup TPA.Tanah penutup yang porous atau banyak memiliki rekahan
akan menyebabkan gas lebihmudah lepas ke udara bebas. Pengolahan gas metan
dengan cara pembakaran sederhanadapat menurunkan potensi dalam pemanasan
global.
6. Penanganan Lindi
Lindi merupakan air yang terbentuk dalam timbunan sampah yang melarutkan banyak
sekali senyawa yang memiliki kandungan pencemar khususnya zat organik
sangattinggi. Lindi sangat berpotensi menyebabkan pencemaran air baik air tanah
maupun permukaan sehingga perlu ditangani dengan baik.
7. Parameter fisik kimia
a. Kualitas Udara
Kegiatan pengoperasian TPA sampah, apabila tidak dikelola dengan baik
akanmenyebabkan penurunan kualitas udara. Emisi kendaraan bermotor menuju
lokasi akan mengeluarkan gas CO2, CO, Sox, HC dan Pb dapat menyebabkan
menurunnya kualitas udara. Kegitan operasional pengolahan akhir sampah yang
berdampak terhadap penurunan kualitas udara adalah konsentrasi dan jenis gas di
lokasi landfill selama penimbunan. Gas-gas utama yang dihasilkan adalah
metandan CO2. Gas metan bila terakumulasiakan mengakibatkan terjadinya
ledakan, sedangkan gas CO2 akan menyebabkan perubahan suhu lingkungan mikro
(Ahadi, 2011).
b. Kualitas Air Permukaan
Kegitan pengoperasian pengolahan akhir sampah akan berdampak terhadap
kualitasair permukaan yang akibat air leachate yang dihasilkan dari timbunan
sampah yang mengandung bahanbahan organik akan di buang ke sungai/parit.
Menurunnya kualitas air sungai ini pada akhirnya akan berdampak lebih lanjut
terhadap kesehatan masyarakat,menurunnya keanekaragaman flora dan fauna
perairan gangguan kamtibmas dan persepsinegatif masyarakat yang berada dihilir
lokasi proyek (Ahadi, 2011).
8. Parameter Hayatia.
a. Flora Perairan (Plankton)
Akibat penurunan kualitas air permukaan yang disebabkan oleh air leachate yang
dihasilkan oleh kegiatan pengolahan akhir sampah parameter utama Amoniak
(NH3), Nitrit(NO2), Nitrat (NO3), COD, BOD dan DO akan berdampak terhadap
flora perairan(Plankton) (Ahadi, 2011).
b. Fauna Perairan (Bentos dan Ikan)
Dampak kegiatan pengoperasian pengolahan akhir sampah kota terhadap fauna
perairan (bentos dan ikan) disebabkan pula oleh air leachate yang dihasilkan oleh
kegiatan pengolahan sampah dengan parameter utama amoniak (NH3),Nitrit (NO2),
Nitrat (NO3),COH,BOD, dan DO

DAFTAR PUSTAKA
Adriana.(2016).Analisis Kualitas Air Kolam Renang Indoor dan Outdoor Depok Spot Center
dan Tirta Sari di Kabupaten Sleman Berdasarkan Ketentuan-Ketentuan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.416/MENKES/PER/IX/1990.Skripsi : Program Studi Biologi,Jurusan
Pendidikan MIPA,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
H, Dwinda Maulidya,dkk.(2021).Analisis Kualitas Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Sampah.
https://www.scribd.com/embeds/529589596/content?start_page=1&view_mode=scroll&
acces_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf.Diakses Tanggal 3 Desember 2021.
Kemenkes RI.(2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air
Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian
Umum.http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._32_ttg_Standar_Ba
ku_Mutu_Kesehatan_Air_Keperluan_Sanitasi,_Kolam_Renang,_Solus_Per_Aqua_.pdf.
Diakses Tanggal 3 Desember 2021.

Anda mungkin juga menyukai