1. Proses induksi
Penelitian kualitatif tidak mulai dari membaca literatur kemudian merumuskan hipotesa
dan mengumpulkan data, tetapi mulai dari pengumpulan data. Dari data yang terkumpul,
peneliti melakukan analisis dan dari sinilah disain penelitian dibuat. Beberapa peneliti
kualitatif memulai penelitian dengan disain umum sekedar pintu masuk ke lapangan dan
sekaligus memberikan arah dalam pengumpulan data. Kemudian disain ini disempurnakan
lagi (redesign) setelah memperoleh data pendahuluan dari lapangan dan mungkin akan
dirubah lagi setelah pengumpulan data berikutnya. Para ahli penelitian kualitatif
mengemukakan alasan bahwa dengan cara yang disebutkan di atas, memungkinkan peneliti
untuk mengumpulkan data yang komprehensif dan menghasilkan temuan yang sama sekali
baru. Alasan lain yang dikemukakan oleh pendukung penelitian kualitatif adalah bahwa dapat
memasuki disiplin yang baru dikembangkan yang masih miskin dengan teori.
masing-masing peserta lokakarya penelitian ditanya tentang lokakarya bagi mereka, maka
akan diperoleh makna yang berbeda-beda sesuai dengan persepsi mereka. Persepsi masing-
masing akan mempengaruhi perilaku dalam mengikuti kegiatan lokakarya. Hasil observasi
terhadap perilaku peserta lokakarya penelitian angkatan ke tujuh menunjukkan ada peserta
yang secara ajeng datang terlambat, setelah duduk dikursi ia tertidur, ketika petugas
komsumsi datang ia langsung bangun dan keluar mengambil segelas kopi walaupun jam
istrahat untuk minum belum tiba. Seorang peserta ini setelah diwawancarai gtentang makna
lokakarya mengemukakan jawaban yang sangat menarik yaitu lokakarya adalah sekedar
proses untuk mendapatkan sertifikat penataran penelitian dan sebagai wahana pelaksanaan
tugas fakultas (dia ditugaskan untuk menjadi peserta). Jika observasi diteruskan kepada
peserta yang lainnya dari angkatan yang sama dan berikutnya, makna (pengertian) tentang
lokakarya penelitian bagi tenaga akademis IAIN Kendari secara menyeluruh akan ditemukan.
7. Ekstensi Triangle
Ekstensi triangle berarti verifikasi temuan melalui sumber informasi ganda (manusia,
situasi dan waktu) dan metode pengumpulan data ganda (wawancara, observasi dan analisis
dokumen) dan bahkan dengan peneliti-peneliti yang berbeda. Walaupun triangle tidak wajib,
tetapi peneliti kualitatif melakukannya. Cara ini digunakan peneliti untuk memperoleh
validitas data dan sekaligus reliabilitasnya. Pada penelitian kuantitatif mungkin dicek dengan
menggunakan statistik tertentu yang dilaksanakan di belakang meja. Jika konklusi yang sama
ditemukan oleh peneliti yang berbeda dengan menggunakan metode berbeda maka konklusi
tersebut menjadi lebih terpercaya jika dibandingkan dengan konklusi yang ditemukan oleh
6
satu orang dengan menggunakan metode tunggal atau triangle dan dari satu sumber informasi
atau beberapa sumber informasi.
1. Etnografi
Etnografi adalah suatu metodologi penelitian yang dikembangkan oleh ahli-ahli
antropologi untuk mengkaji kebudayaan dan masyarakat. Akhir-akhir ini istilah etnografi
digunakan silih berganti dengan istilah studi lapangan, studi kasus, naturalistik ingkuary dan
partisipan abservasi. Ahli-ahli antropologi dan mereka yang kenal dengan etnografi tidak
menemukan bahwa istilah-istilah ini dapat dipakai silih berganti. Istilah etnografi mengacu
kepada dua pengertian yaitu: (1) serangkaian metode atau teknik yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, (2) rekaman tertulis sebagai produk dari penggunaan teknik-teknik
etnografi.
Etnografi merupakan metode yang digunakan oleh peneliti untuk meliput tatanan sosial
dan makna sosial suatu ajang bagi orang-orang yang berpartisipasi di dalamnya. Lima teknik
pada umumnya digunakan dalam metode etnografi; (1) partisipan observasi, (2) wawancara
mendalam, (3) sejarah kehidupan, (4) analisa dokumen, dan (5) catatan harian peneliti
(rekaman pengalaman dan kesan peneliti). Penggunaan salah satu dari teknik ini
mengharuskan peneliti untuk pergi ke lapangan (Field): seseorang meleburkan diri kedalam
cara-cara kehidupan bersama untuk memperoleh pengetahuan dari dekat (firsthang) tentang
segi-segi kehidupan tersebut (Shaffier Dkk, 1980). Kerja lapangan dimulai dari masuk ke
dalam suatu ajang yang telah dipilih, kemudian mengadakan hubungan dengan penduduk
setempat, mempertahankan beberapa tipe hubungan dengan subyek penelitian, dan terakhir
meninggalkan ajang.
2. Studi Kasus
Studi kasus adalah serangkaian kegiatan penyelidikan untuk mengdeskripsi dan
menganalisis secara intensif dan terperinci suatu gejala atau unit sosial seperti individu,
kelompok, komunitas atau lembaga. Dalam studi kasus, semua atau sebagian besar variabel
diteliti untuk gejala atau unit sosial. Untuk menentukan semua atau sebagian variabel saja
yang akan diteliti pada dasarnya tergantung dengan tujuan penelitian. Selain itu, tujuan
penelitian juga memberi arah sifat penelitian seperti lintas waktu (longitudinal) atau ditujukan
kepada suatu gejala pada kurun waktu tertentu.
Studi kasus bersifat “holistic” yaitu keseluruhan kontek menjadi pusat penelitian. Selain
holistic, Helmstadter (1970) mengemukakan empat sifat lagi: yaitu berfungsi sebagai metode
penelitian untuk memberikan sumbangan kepada pengetahuan dan juga sebagian cara untuk
perbaikan situasi yang sedang diteliti; hasil penelitian adalah hipotesa-hipotesa yang
dikembangkan secara emperis; peneliti mempunyai banyak kebebasan untuk mengumpulkan
dan menganalisisnya; dapat ditetapkan untuk mempelajari situasi yang sulit atau tidak beres.
3. Graunded Teori
7
Graunded teori sebagai suatu metode penelitian yang dikembangkan dan disempurnakan
oleh ahli sosiologi Glaser dan Strauss (1967) dan tujuan utamanya adalah untuk membangun
teori. Seperti etnografi dan studi kasus, dalam studi gro undeo teori merupakan instrumen
utama yang mengumpulkan dan analisis data, dan model penelitian “inductive fieldword”
bukan “deductivi hypothesis testing”. Hasil akhir dari studi grounded teoriadalah terciptanya
suatu teori yang muncul dari atau didapatkan dalam data. Penelitian grounded teori
menekankan discovery sedangkan diskripsi dan verifikasi menjadi perhatian kedua. Grounded
teori dalam konsep Bogdan dan Biklen (1982) disebut studi kasus ganda.
4. Penelitian Interaktif
Beberapa karateristik yang membedakan penelitian interaktif dengan tiga mode/jenis
yang telah dibahas sebelumnya: (1) peneliti berperan sebagai fasilitator pemecahan masalah
dan dalam beberapa kasus sebagai katalisator antara penemuan-penemuan penelitian dengan
orang-orang yang mungkin dapat memperoleh keuntungan atau melakukan tindakan
berdasarkan dari penemuan-penemuan tersebut, (2) hasil-hasil penelitian dimaksudkan untuk
aplikasi langsung bagi orang-orang yang dilibatkan dalam penelitian atau bagi orang-orang
yang pada mulanya akan menggunakannya, (3) desain penelitian diformulasi pada waktu
penelitian sedang berjalan, seluruhnya ditentukan sebelumnya.
Penelitian interaktif dibagi menjadi dua tipe, yaitu: (1) penelitian tindakan dan (2)
penelitian partisipatori.
a. Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan dapat digunakan untuk memecahkan masalah khusus, praktis, sosial
atau individual yang didapatkan dalam masayarakt, agen sosial, sekolah, kelas atau bahkan
masalah masalah peneliti sendiri. Menurut Isaac (1971), penelitian tindakan di desain untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau untuk memecahkan masalah-masalah
yang diaplikasikan secara langsung di dalam ajang kelas atau dunia kerja. Dalam pengertian
yang lebih luas, Bogdan dan Biklen (1982) mendiskripsikan penelitian tindakan sebagai
pengumpulan data secara sistematik yang didesain untuk menimbulkan perubahan sosial.
b. Penelitian Partisipatori
Konseptualisasi penelitian partisipatori dimulai di Tanzania pada awal tahun 1970 oleh
peneliti pendidikan orang dewasa yang sengaja menikutsertakan masyarakat dalam
keseluruhan proses penelitian. Agar penelitian dapat dilacak dari karya Paulo Freire,
kelompok Tavistok di Inggris dan karya Kurt Lewin dan metode penelitian sosial yang tidak
berdasarkan evistimologi positivist seperti yang telah dikembangkan oleh Marx, Mead, dan
Dewey. Pendukung penelitian partisivatori terkuat sejak tahun 1975 adalah International
Council for Adult Education.
D. Orientasi Teoritis
Perhatian yang ditunjukkan oleh para penelitikualitatif terhadap makna demikian pun
sifat-sifat lain yang telah dibahas sebagai karakteristik penelitian kualitatif, membawa kita
kepembahasan tentang orientasi teoritis dari metode tersebut. Di kalangan para peneliti
kualitatif, teori itu kadang-kadang dipahami terbatas sebagai seperangkat proposisi yang
dinyatakan secara sistematis dan yang dapat diuji secara empirik.
Bila kita menyebut orientasi teoritis atau perspektif teoritis, kita sesungguhnya berbicara
tentang cara memandang dunia, apa yang dianggap penting oleh orang, dan apa yang
menyebabkan segala sesuatu berjalan/terjadi. Disebutkan atau tidak, semua kegiatan
penelitian dibimbing oleh orientasi teoritis. Peneliti yang baik menyadari landasan teorinya
8
dan menggunakannya untuk keperluan mencegah penelitian membuat deskripsi yang tidak
terarah dan tidak sistematis.
Ada tiga sumber utama menjadi dasar teori penelitian kualitatif, yaitu: fenomenologi,
antropologi, dan interaksi simbolik.
1. Fenomenologi
Penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari suatu kejadian dan mana interaksi
bagi orang biasa pada situasi tertentu. Mereka menekankan verstehen, pemahaman menerut
atas interaksi orang-orang. Fenomenologi berkepercayaan bahwa bagi manusia ada banyak
cara penafsiran pengalaman yang tersedia bagi kita masing-masing melalui interaksi dengan
orang lain. Selanjutnya, makna cari pengalaman itulah yang membentuk kenyataan.
Selanjutnya makna dari pengalaman itulah yang membentuk kenyataan. Sebagai akibatnya,
kenyataan itu adalah bentukan sosial.
2. Antropologi
Usaha memberikan kebudayaan atau segi-seginya dinamakan antropologi. Para
antropologi sampai saat ini belum ditemukan kesatuan pendapat mengenai apa itu
kebudayaan, tetapi mereka semua mengatakan menggantungkan kerangka pada kebudayaan.
Beberapa antropologi mendefinisikan kebudayaan sebagai pengetahuan perolehan yang
digunakan orang untuk menafsirkan pengalaman dan membuahkan tingkah laku. Dalam
pengertian ini, kebudayaan merangkum: apa yang dilakukan orang, apa yang diketahui orang,
serta barang-barang dibuat dan dipergunakan orang.
3. Interaksi Simbolik
Tinjauan sejarah menunjukkan bahwa interaksi simbolik sudah ada selama beberapa
waktu berselang. Paham ini terdapat pada pendekatan yang dianut oleh aliran Chicago untuk
melakukan penelitian pada awal abad XX.
Selama dengan pandangan fenomenologi yang merupakan hal yang mendasar bagi
metode kualitatif adalah asumsi bahwa pengalaman manusia itu di peroleh dengan
perantaraan interprestasi. Benda (subjek) orang, situasi, dan kejadian itu tidak memiliki
maknanya sendiri, melainkan makna itu diberikan kepada hal-hal tersebut oleh manusia.
Makna yang diberikan orang kepada pengalaman dan proses interprestasinya merupakan hal
yang esensial dan konstitutif, bukan hal yang kebetulan atau bersifat sekunder terhadap
pengalaman itu (Bogdan dan Biklen, 1982). Untuk bisa memahami tingkah laku orang, kita
harus memahami defenisi dan proses terbentuknya.
E. Rancangan Operasional
1. Pengertian
Dalam kegiatan penelitian, istilah rancangan operasional penelitian kadang kala
disamakan pengertiannya dengan rancangan penelitian. Padahal diantara keduanya terdapat
perbedaan yang esensial. Untuk itu berikut akan diberikan tentang perbedaan antara usulan
penelitian, rancangan penelitian, dan rancangan operasional penelitian.
Usulan penelitian adalah rencana penelitian yang diusulkan kepada pimpinan lembaga
atau pembimbing untuk mendapatkan persetujuan agar dapat dikembangkan lebih lanjut dan
dilaksanakan. Dalam banyak hal usulan penelitian di ajukan untuk mendapatkan sponsor
(pemberi dana) dalam pelaksanaannya.
Usulan penelitian umumnya memuat: (1) aspek yang berisi akademik, (2) aspek teknis
metodologis, (3) aspek teknis administratif. Usulan penelitian masih belum dikatakan lengkap
jika hanya berisi uraian yang bersifat akademik dan teknis metodologis saja. Terlebih-lebih
uraian tentang aspek akademis dan metodologis ini biasanya baru dikemukakan secara
9
ringkas. Dalam usulan penelitian harus juga termuat teknis administratif, seperti lembar
pengasahan, jadwal pelaksanaan, biaya penelitian, organisasi personalis, dan riwayat hidup
peneliti.
Rancangan penelitian yaitu model rancangan yang dipakai dalam memecahkan masalah
penelitian. Dalam kepustakaan metodologi dikenal adanya beberapa jenis rancangan, seperti
eksperiment expost facto, deskriptif, historis, yang selanjutnya dapat diperinci lagi
berdasarkan jenis penelitian itu sendiri. Pembahasan tentang rancangan penelitian menjadi
sangat urgen dicantumkan dalam usulan maupun rancangan operasional, karena pemelihan
terhadap suatu model rancangan akan sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian.
Rancangan operasional adalah nama yang diberikan terhadap metode penelitian yang
lengkap dan rinci sebagai hasil pengembangan dari usulan penelitian. Umumnya, setelah
usulan penelitian dinyatakan layak untuk dilaksanakan/didanai, peneliti diharapkan
mengembangkan usulan penelitian itu kedalam rancangan yang lebih operasional. Hal ini
terutama dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang lengkap dan rinci mengenai aspek
akademik dan teknis metodologis penelitian yang dalam usulan penelitian baru diuraikan
secara ringkas.
Alternatif Pertama
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Fokus Penelitian
c. Tujuan Penelitian
d. Kegunaan Penelitian
e. Latar Penelitian
f. Kajian Pustaka
BAB II METODE PENELITIAN
a. Tempat dan Waktu Penelitian
b. Pendekatan dan Jenis Penelitian
c. Kehadiran Penelitian
d. Jenis dan Sumber Data
e. Pengumpulan Data
f. Analisis Data
g. Pengecekan Keabsahan Data
Alternatif Kedua
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Fokus Penelitian
c. Tujuan Penelitian
d. Keguanaan Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB III METODE PENELITIAN
a. Tempat dan waktu Penelitian
b. Pendekatan dan Jenis Penelitian
c. Kehadiran Penelitian
10
Alternatif pertama dapat dipilih apabila penelitian yang dilakukan benar-benar baru.
Maksudnya, pada saat penelitian berlangsung, belum ada penelitian sejenis yang dilaksanakan
oleh orang lain. Pemikiran deduktif pun belum banyak ditemukan dalam literatur. Dengan
demikian kajian pustaka menjadi pendek. Sedangkan alternatif kedua, nampaknya lebih tepat
untuk penelitian yang telah pernah diteliti dalam kondisi lain, dan/atau orang lain, sehingga
memunkinkan pengkajian pustakadan deduktif teori dari berbagai sumber.
F. Teknik Pengumpulan
Dalam penelitian kualitatif pada umumnya menggunakan tiga teknik pengumpulan data,
yaitu pengamatan, wawancara mendalam (indepth interview), dan dokumentasi.
1. Pengamatan
Pengamatan pertama-tama digunakan oleh peneliti etnorafi yang mengkaji suatu
budaya. Lincoln dan Guba (1985) mengklasifikasikan pengamatan atas tiga bagian. Pertama,
pengamat dapat bertindak sebagai partisipan atau non-partisipan, kedua pengamatan dapat
dilakukan secara terus terang atau menyamar, ketiga pengamatan dapat dilakukan secara
alami atau dirancang.
Sedangkan menurut Sprandley (1980) membedakan derajat keterlibatan dalam
pengamatan atas tiga tingkatan, yaitu tanpa keterlibatan, keterlibatan rendah, dan keterlibatan
rendah. Variasi itu tercermin dalam tingkat partisipasi, yaitu: (1) tidak berpartisipasi (non-
participation), (2) partisipasi pasif (passive participation), (3) partisipasi moderat (moderat
participation), (4) partisipasi aktif (active participation), dan (5) partisipasi lengkap (complete
participation).
2. Wawancara
Pelaksanaan wawancara selama penelitian ini diupayakan bersifat terbuka (open-ended)
dan tidak terstruktur. Wawancara terbuka menurut Ary (1985) ialah isinya memberi
kebebasan kepada informan untuk memberikan responnya. Tidak terstruktur maksudnya
adalah pelaksanaan wawancara dengan merujuk pada suatu pedoman yang hanya memuat
garis besar yang akan ditanyakan dan akan dijawab secara bebas oleh informan.
Teknik wawancara dalam hal ini juga digunakan secara simultan dengan teknik
pengamatan. Cara demikian digunakan karena pada kenyataannya di lapangan, bahwa ada
kalanya tidak diperoleh pemahaman tentang kegiatan subjek melalui pengamatan semata.
Pada saat-saat yang demikian sambil lalu dilaksanakan wawancara dengan pertimbangan
bahwa wawancara tersebut tidak merusak suasana alamiah site yang sedang diamati.
3. Studi Dokumen
Teknik dstudi okumen digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non-insani.
Sumber ini terdiri atas dokumen dan rekaman. Lincoln dan Guba (1985) mengartikan
rekaman sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk
individu/organisasi dengan tujuan untuk membuktikan adanya suatu peristiwa atau memenuhi
accounting. Contoh: jadwal penerbangan, laporan audit, formulir pajak, akta kelahiran,
rekaman nilai siswa, dan direktori pemerintah. Sedangkan istilah dokumen diartikan sebagai
setiap tulisan atau bahan selain rekaman, yang tidak dipersiapkan khusus untuk tujuan
11
penelitian. Contoh: surat-surat, buku harian, naskah pidato, editorial surat kabar, catatn kasus,
skip televisi, foto-foto, dan sejarah kesehatan.
5. Penelitian Kepustakaan
Penelitian kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan
penelaahan terhadap buku, literatur, catatan, serta berbagai laporan yang berkaitan dengan
masalahyang ingin dipecahkan (Nazir,1988).
diadakan analisis tahap kedua ini masih sering peneliti harus kembali turun ke lapangan
karena pertimbangan adanya data yang belum terekam, dengan demikian terjadilah proses
perpanjangan pengumpulan data.
Ananlisis domain, dilakukan baik dengan menggunakan folk terms, analytic terms,
maupun mixed terms. Ada enam langkah yang ditempuh dalam penerapan analisis ini, yakni:
1. Memilih hubungan semantik tunggal
2. Mempersiapkan lembar kerja analisis
3. Memilih sampel dari data lapangan
4. Mencari terminologi peliput dan terminologi diliput yang cocok dengan hubungan
semantik
5. Mencari domain yang hubungan semantiknya berbeda
6. Membuat daftar pengelompokkan domain (Kadir, 1983).
Dalam analisis domain ini, selain melihat kode catatan lapangan, juga peneliti kembali
membaca catatan lapangan untuk mencari hubungan semantik yang ada di dalamnya. Daftar
domain dibuat berdasarkan urutan pengelompokkan Spradley (1980).
Analisis taksonomis, sebagai kelanjutan dari analisis domain, maka kegiatan dalam
tahapan ini adalah mengkategorikan dominan berdasarkan hubungan semantik tunggal. Dalam
hal ini dicari bagian-bagian dari kegiatan belajar, hubungan diantara bagian-bagian dan
hubungan keseluruhannya. Dari gambaran kegiatan belajar secara keseluruhan, selanjutnya
diberikan bagian-bagian dasar dari domain dan unit lebih kecil yang membentuk suatu
domain. Ada tujuh langkah yang dilakukan dalam analisis ini, yakni (1) mulai dengan
memilih domain yang memuat informasi yang paling banyak, (2) mencari persamaan
berdasarkan hubungan semantik, (3) mencari included terms tambahan, (4) mencari domain
yang lebih besar, lebih inklusif yang mungkin memuat subset dari domain yang sedang
dianalisis, (5) mengkonstruk taksonomis sementara berdasarkan outline, (6) melaksanakan
pengamatan terfokus untuk mencek hasil analisis, dan (7) mengkonstruk komplit taksonomis
dan peneliti menghentikan pengumpulan data untuk analisis taksonomis.
Analisis komponensial, analisis ini dimaksudkan untuk mencari komponen pengertian
secara sistematis yang berhubungan dengan kategori kegiatan belajar subjek. Ada delapan
langkah yang ditempuh dalam analsis ini, yakni (1) memilih satu domain untuk dianalsis, (2)
mencari seluruh kontras, (3) mempersiapkan lembar kerja paradigma, (4) mengidentifikasi
dimensi kontras yang mempunyai pasangan nilai, (5) menggabungkan dimensi-dimensi
kontras yang berhubungan dekat menjadi satu dimensi yang mempunyai nilai multi, (6)
menyiapkan pertanyaan kontras untuk atribut yang hilang, (7) melaksanakan pengamatan
selektif untuk menemukan informasi yang kurang jelas, dan (8) menyiapkan paradigma yang
konkrit. Dari langkah-langkah tersebut dihasilkan peta hasil penelitian yang menjadi acuan
dalam penyusunan laporan penelitian.
Analisis tema, meskipun penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus, akan
tetapi kegiatan subjek yang diteliti telah berpola dalam suatu budaya, sehingga dapat
dilakukan analisis tema. Analisis tema disini dimaksudkan untuk menemukan latar terjadinya
kontras di antara kegiatan subjek.
Penyajian data pada laporan penelitian dibuat dalam bentuk teks naratif yang berisi
sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan adanya penerikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
pengetikan, penyuntingan atau alih tulis), tetapi analisis kualitatif telah menggunakan kata-
kata yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas.
Analisis alir yang dimaksudkan dalamtulisan ini adalah kegiatan yang terdiri atas tiga
alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan
kesimpulan/verefikasi.
a. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi. Bila kabar yang muncul dari catatan-
catatan tertulis dilapangan kegiatan reduksi data berlangsung terus-menerus selama penelitian
berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul, lihat gambar 1, antisipasi akan
adanya reduksi tampak pada waktu peneliti memutuskan kerangka konseptasi wilayah
penelitian, permasalahan penelitian, dan pendekatan pengumpulan data yang dipilihnya.
Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi selanjutnya membuat
ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, menulis
memo. Reduksi data/proses transformasi ini berlanjut terus setelah penelitian lapangan,
sampai laporan akhir lengkap tersusun.
Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis, melainkan bagian dari
analisis. Pilihan-pilihan peneliti tentang bagian data mana yangdikode, mana yang dibuang,
cerita-cerita apayang sedang berkembang, semuanya itu merupakan pilihan-pilihan analisis.
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian
rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa melalui reduksi data, kita tidak perlu
mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan dan
ditransformasikan dalam aneka macam cara melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau
uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas. Ada kemungkinan data
dapat diubah kedalam angka-angka atau peringkat-peringkat, tetapi tindakan seperti ini tidak
selalu bijaksana. Bahkan kalau tindakan seperti itu tampaknya sebagai suatu strategi analitik
yang baik, dengan berpedoman pada: biarkan saja angka-angka dan kata-kata untuk
menguaraikan angka-angka itu ada bersama-sama dalam analsis anda berikutnya. Dengan cara
itu kita tidak menapis data yang ada dari konteks di mana data itu diperoleh.
b. Penyajian Data
Penyajian adalah sekumpulan informasi yang tersusun untuk memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian yang sering dilakukan
pada masa lalu untuk data kualitatif adalah bentuk naratif. Misalnya, teks dalam jumlah 3.600
halaman catatan lapangan, adalah sangat tidak praktis, teks tersebut terpencar-pencar bagian
demi bagian dan bukan simultan, tersusun kurang baik, dan sangat berlebihan. Dalam kondisi
seperti itu, peneliti dapat dengan mudah tergelincir untuk bertindak ceroboh dan secara
gegabah mengambil kesimpulan yang memihak, dan tak berdasar. Manusia tidak cukup
mampu sebagai pemroses informasi yang besar jumlahnya, kecenderungan kognitifnya adalah
menyederhanakan informasi yang kompleks ke dalam kesatuan bentuk yang disederhanakan
dan selektif atau konfigurasi yang mudah dipahami. Dengan demikian informasi yang
gamblang, misalnya informasi yang mengasyikkan, lompatan pada halaman 230 dan catatan
lapangan sesudah halaman-halaman yang membosankan dan secara drastis mendapatkan
kelebihan data. Halaman-halaman 192-225 dengan tiba-tiba disingkirkan, dan kriteria
pembobotan dan penyeleksian mungkin tidak akan dipersoalkan. Teks naratif, melebihi beban
kemampuan manusia dalam memproses informasi dan menggerogoti kecenderungan-
kecenderungan mereka untuk menemukan pola-pola yang sederhana.
14
Dalam pelaksanaan penelitian, penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang
utama bagi analisis kualitatif yang valid. Penyajian dimaksud adalah membuat matriks, grafik,
jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun
dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih. Dengan demikian seorang penganalisis
apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis yang
menurut saran yang dikiaskan oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin berguna.
Catatlah dengan saksama, sebagaimana halnya dengan reduksi data, penciptaan dan
penggunaan penyajian data tidaklah terpisah dari analisis. Merancang deretan dan kolom-
kolom sebuah matriks untuk data kualitatif dan memutuskan jenis dan bentuk data yang harus
dimasukkan ke dalam kotak-kotak matriks merupakan kegiatan analisis.
c. Menarik Kesimpulan/Verifikasi
Sejak awal pengumpulan data, seorang peneliti kualitatif mulai mencari arti benda-
benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, kongfigurasi-kongfigurasi yang mungkin,
alur sebab akibat dan proposisi.
Peneliti yang berkompeten akan menangani kesimpulan itu dengan longgar, tetap
terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan, kemudian meningkat menjadi lebih
rinci. Kesimpulan final mungkin belum muncul sampai pengumpulan data berakhir,
bergantung pada besarnya kumpulan catatan lapangan, pengkodean, penyimpanan, dan
metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan peneliti, dan tuntutan pemberi dana,
tetapi sering kali kesimpulan itu telah dirumuskan sebelumnya sejak awal, sekalipun seorang
peneliti menyatakan telah melanjutkannya secara induktif.
Penarikan kesimpulan, hanyalah sebagian dari suatu kegiatan kongfigurasi yang utuh.
Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu
mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis selama ia
menulis suatu tinjauan ulang pada catatan lapangan, tikar pikiran dengan teman sejawat untuk
mengembangkan kesepakatan, atau untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam
seperangkat data yang lain. Singkatnya, makna yang muncul dari data harus diuji
kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, atau menvalidasinya. Jika tidak demikian,
yang kita miliki adalah cita-cita yang menarik mengenai sesuatu yang terjadi dan yang tidak
jelas kebenaran dan kegunaannya.
2. Analisis Interaktif
Telah disebutkan sebelumnya, bahwa tiga hal utama, yaitu reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang jalin menjalin pada saat sebelum,
selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun
wawasan umum yang disebut analisis (ketiga kegiatan tersebut dapat dilihat dalam gambar 2).
Ketiga jenis kegiatan analisis dan kegiatan pengumpulan data itu merupakan proses siklus dan
interaktif. Peneliti harus siap bergerak di antara empat sumbu kumparan itu selama
pengumpulan data, selanjutnya bergerak bolak balik diantara kegiatan reduksi, penyajian, dan
penarikan kesimpulan/verifikasi selama sisa waktu penelitiannya. Pengkodean data, misalnya
(reduksi data), menjurus ke arah gagasan-gagasan baru guna dimasukkan ke dalam suatu
matriks (penyajian data). Pencatatan data mempersyaratkan reduksi data selanjutnya. Begitu
matriks terisi, kesimpulan awal dapat ditarik, tetapi hal itu menggiring pada pengambilan
keputusan untuk menambah kolom lagi pada matriks itu untuk dapat menguji kesimpulan
tersebut.
Dalam hal ini, analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan
terus menerus. Masalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan secara
berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling susul-menyusul. Namun dua hal
lainnya itu senantiasa merupakan bagian dari lapangan.
15
Model analisis ini pada dasarnya tidak lebih rumit dari pada analisis penelitian
kualitatif. Mereka pun harus terpaku perhatiannya pada reduksi data (menghitung mean,
standar deviasi, indeks), penyajian data (tabel korelasi, cetakan, angka-angka, regresi), dan
penarikan kesimpulan/verifikasi (derajat signifikansi, perbedaan eksperimental/kontrol).
Masalahnya ialang kegiatan itu dilakukan melalui batasan-batasan yang jelas, metode yang
sudah dikenal, patokan-patokan yang memberi pedoman, dan kegiatannya lebih berupa
peristiwaberurutan jika dibandingkan dengan kegiatan yang berulang atau siklus. Di sisi lain,
para peneliti kualitatif menempati posisi yang lebih bersifat longgar, dan juga lebih bersifat
perintis.
Posisi tersebut memiliki konsekuensi bahwa analisis kualitatif perlu di dokumentasikan
sebagai suatu proses yang jauh lebih mendalam dari pada yang dilakukan saat ini. Hal ini
diperlukan tidak hanya bagi tujuan pemeriksaan usaha analisis, tetapi juga bagi tujuan-tujuan
belajar. Peneliti kualitatif, perlu lebih memahami apa yang justru sedang berlangsung pada
saat menganalisis data, sehingga dapat menggembangkan metode-metode yang dapat
dijabarkan lebih umum lagi.
1. Kredibilitas
Untuk mencapai taraf kepercayaan (kredibilitas), maka ditempuh tujuh cara yang
disarankan oleh Lincoln dan Guba (1984), yaitu:
(a) memperpanjang waktu tinggal di lokasi penelitian,
(b) mengadakan pengamatan lebih tekun,
Perspektif/Pandangan:
Etik= kata peneliti
Emik= Kata Subjek
16
2. Transferabilitas
Untuk melihat sejauh mana penelitian ini dapat ditransfer kepada subjek lain, maka
dibuatlah perian secara menyeluruh dan rinci (thick description) peristiwa-peristiwa yang
diamati, perilaku subjek, latar tempat dan waktu penelitian, serta data pendukung lainnya.
Perian ini ditulis secara konsisten dalam catatan lapangan.
3. Dependabilitas
Kebergantungan (dependabilitas) mengacu pada sejauh mana kualitas proses dalam
mengkonseptualisasikan penelitian, pengumpulan data, interprestasi temuan, dan pelaporan
hasil penelitian. Untuk menciptakan kualitas itu, maka dilakukan pemeriksaan melalui audit
trail oleh beberapa orang auditor yang dipandang dapat memberikan reaksi yang independen
terhadap proses dan hasil penelitian ini.
17
4. Konfirmabilitas
Kepastian (konfirmabilitas) mengacu pada hasil penelitian. Untuk mencapai
konfirmabilitas temuan dengan data pendukungnya, maka peneliti mencocokkan kembali
temuannya dengan data yang baru diperoleh yang terangkum dalam catatan pengamatan dan
transkrip wawancara.
18
Oleh
Prof. Dr. H. Anwar Hafid, M. Pd.
Makalah
Disajikan pada Workshop Penguatan Kapasitas Penelitian Dosen IAIN Kendari, Hotel
Plasa Inn Kendari, tanggal 27-29 November 2020