Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

SEJARAH PARIWISATA

“STRUKTUR DAN PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN”

OLEH :

APRIYANTO (AINII9O15)

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2021
STRUKTUR DAN PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN

Pariwisata bisa ditinjau dari berbagai sudut pandang dimana belum ada keseragaman sudut
pandang. Salah satunya adalah yang dikemukan oleh E. Guyer Freuler dalam Yoeti (1996: 115),
yang menyatakan : Pariwisata dalam artian modern adalah merupakan phenomena dari jaman
sekarang yang didasarkan di atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian
yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada khususnya
disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia
sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan
daripada alat-alat pengangkutan.

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselnggarakan
dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau untuk
mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan
tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka
ragam. (Yoeti, 1996: 118) Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa orang yang
melakukan perjalanan akan memerlukan berbagai barang dan jasa sejak mereka pergi dari
tempat asalnya sampai di tempat tujuan dan kembali lagi ke tempat asalnya.

Munculnya produk barang dan jasa ini disebabkan adanya aktivitas rekreasi yang dilakukan oleh
wisatawan yang jauh dari tempat tinggalnya. Dalam hal ini mereka membutuhkan pelayanan
transportasi, akomodasi, catering, hiburan, dan pelayanan lainnya. Jadi, produk industri
pariwisata adalah keseluruhan pelayanan yang diterima oleh wisatawan, mulai meningggalkan
tempat tinggalnya (asal wisatawan) sampai pada tujuan (daerah tujuan wisata) dan kembali lagi
ke daerah asalnya. Pariwisata dikatakan sebagai industri, karena di dalamnya terdapat berbagai
aktivitas yang bisa menghasilkan produk berupa barang dan jasa. Akan tetapi, industri
pariwisata tidak seperti pengertian industri pada umumnya, sehingga industri pariwisata
disebut industri tanpa asap.

Uraian di atas sejalan dengan konsep industri pariwisata yang dikemukakan oleh Yoeti (1996:
153) yang menyatakan: “Industri pariwisata adalah kumpulan dari macam-macam perusahaan
yang secara bersama-sama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and service) yang
dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya, selama dalam
perjalannnya”. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapatlah dikatakan bahwa industri
pariwista adalah kumpulan dari bermacam-macam perusahaan yang secara bersama-sama
menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan maupun traveller
selama dalam perjalanannya.

Secara umum Pariwisata ialah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dalam jangka waktu
tertentu dari suatu tempat ke tempat lain dengan melakukan perencanaan sebelumnya,
tujuannya untuk rekreasi atau untuk suatu kepentingan sehingga keinginannya dapat terpenuhi
atau pariwisata dapat diartikan juga sebagai suatu perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain
untuk rekreasi lalu kembali ke tempat semula.

A. Unsur-unsur Pariwisata

Adapun beberapa unsur yang ada dalam industri pariwisata saat ini, diantaranya seperti:

 Biro Perjalanan

Merupakan badan usaha dimana melayani semua proses perjalanan pariwisata sedang
berangkat sampai kembali pulang, yang sehingga wasatawan mendapatkan kenyamanan
selama perjalanan pariwisata.

 Akomodasi

Merupakan tempat untuk tinggal sementara atau lebih sering disebut dengan tempat
menginap. Banyak sekali pilihan menginap saat melakukan perjalanan wisata saat ini, misalnya
tempat tersebut seperti hotel, perkemahan, motel dan lain-lain. Saat ini semakin berkembang
tempat untuk menginap terutama dalam segi fasilitas dan berbagai macam kebutuhan, seperti
makan dan minum, fasilitas oleh raga, fasilitas ruang pertemuan, fasilitas jamuan-jamuan dan
lain-lain. Karena semakin berkembangnya jaman dan teknologi maka kebutuhan para
wasatawan-pun semakin banyak dan berkembang, sehingga harus disediakan oleh perusahaan
yang bergerak di bidang akomodasi ini.
 Transportasi

Merupakan industri pada pariwisata yang menyediakan jasa angkutan, jasa transportasi ini
mulai dari angkutan darat, laut dan juga udara. Pengelolaan jasa angkutan ini banyak sekali
mulai yang dikelola oleh pihak swasta sampai pemerintah. Jasa ini sangat berpengaruh bagi
bidang pariwisata, karena dapat mempermudah untuk mencapai tempat tujuan wisata, saat ini
banyak sekali jasa-jasa yang ditawarkan terutama dengan harga yang terjangkau.

 Jasa Boga Dan Restoran

Merupakan fasilitas dalam bidang makanan dan minuman ketika berwisata, saat ini industri jasa
boga dan restoran dalam pariwisata sangat menguntungkan karena dalam setiap wisatawan
pastinya selalu membutuhkan makanan dan minuman sehingga mereka pasti membelinya serta
ingin mencoba berbagai jenis makanan maupun minuman daerah setempat. Dan makanan dan
minuman ini biasanya sering dijadikan sebagai cindera mata atau oleh-oleh untuk di bawa
pulang ke rumah.

 Money Changer / Tempat Penukaran Uang

Tempat untuk menukarkan mata uang asing saat ini semakin berkembang, penukaran mata
uang asing tidak hanya dilakukan di bank saha tapi banyak sekali perusahaan yang tersebar di
tempat tertentu, terutama di kota-kota besar yang menyediakan penukaran mata uang asing.

 Atraksi Wisata

Merupakan pertunjukan yang diadakan di tempat-tempat wisata, pertunjukan tersebut


misalnya seperti tarian, musik dan lain-lain. Pertunjukan dapat dilakukan secara tradisional
maupun secara modern, melalui industri atraksi wisata maka dapat meningkatkan keunggulan
daerah wisata setempat sehingga dikenal oleh banyak orang.

 Oleh-Oleh Atau Cindera Mata


Industri cindera mata sangat menjanjikan di daerah tempat wisata, karena setiap orang yang
berwisata umumnya selalu membeli cindera mata untuk dibawa pulang ke rumah, cindera mata
ini umumnya berupa benda kerajinan tangan khas daerah setempat.

B. Agen-agen Pengembangan

Kementerian Pariwisata menilai guru sebagai tenaga pendidik dan pencetak sumber daya
manusia (SDM) di sekolah-sekolah sangat potensial untuk menjadi agen promosi pariwisata
daerah di wilayahnya masing-masing. Kepala Bidang Pengembangan SDM Kepariwisataan dan
Sertifikasi Kompetensi Kementerian Pariwisata, Reza Rahmana Kaloka, saat Pelatihan Dasar
SDM Kepariwisataan Bagi Guru di Harris Hotel Residences & Sunset Road Badung, Bali, Kamis,
(20/6), mengatakan, Bali sebagai destinasi wisata yang sudah sangat populer harus selalu
memiliki SDM pariwisata yang profesional untuk terus mempromosikan Bali. Dan, peran guru
dinilai potensial untuk itu.

Kementerian Pariwisata menilai guru sebagai tenaga pendidik dan pencetak sumber daya
manusia (SDM) di sekolah-sekolah sangat potensial untuk menjadi agen promosi pariwisata
daerah di wilayahnya masing-masing. Kepala Bidang Pengembangan SDM Kepariwisataan dan
Sertifikasi Kompetensi Kementerian Pariwisata, Reza Rahmana Kaloka, saat Pelatihan Dasar
SDM Kepariwisataan Bagi Guru di Harris Hotel Residences & Sunset Road Badung, Bali, Kamis,
(20/6), mengatakan, Bali sebagai destinasi wisata yang sudah sangat populer harus selalu
memiliki SDM pariwisata yang profesional untuk terus mempromosikan Bali. Dan, peran guru
dinilai potensial untuk itu.

“Guru juga bisa memberikan pemahaman mengenai dampak ekonomi dari aktivitas pariwisata
yang selanjutnya diharapkan dapat menjadi kader sekaligus agen perubahan dalam
pengembangan kepariwisataan,” kata Reza dalam keterangan tertulis Kemenpar yang
diterima AkuratTravel, Senin, (24/6). Selanjutnya, guru diharapkan dapat menjadi kader
sekaligus agen perubahan dalam pengembangan kepariwisataan.

“Insan guru diharapkan dapat memahami alur proses dan bisnis pariwisata serta mempunyai
pengetahuan yang khusus. Dan tahu dengan jelas mengenai suatu tempat atau obyek wisata
sehingga dapat menerangkan lebih detil kepada wisatawan baik wisatawan Nusantara ataupun
mancanegara,” kata Reza. Dalam kegiatan tersebut, hadir Sekretaris Dinas Pariwisata Provinsi
Bali, Ni Nyoman Ayu Andriani, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Bali, KN. Boy Jayawibawa, dan
200 orang guru yang tinggal di sekitar destinasi wisata yang ada di Bali.

Kemenpar memiliki beberapa program yang dikembangkan terkait kebijakan pengembangan


SDM ini.Selain Pelatihan SDM Bagi Guru, ada pula Pelatihan SDM Goes to Campus, Sertifikasi
Kompetensi, Pendampingan Pengembangan Desa Wisata, Sosialisasi Sadar Wisata, dan
Pelatihan Berbasis Kompetensi yang dilakukan di sana.

C. Kemampuan Pengembangan

Segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat disebut atraksi” atau
lazim pula di katakan obyek wisata. Atraksi-atraksi ini antara lain panorama keindahan alam
yang menakjubkan seperti gunung, lembah, ngarai, air terjun, danau, pantai, matahari terbit,
dan matahari terbenam, cuaca, udara dan lain-lain. Di samping itu juga berupa budaya hasil
ciptaan manusia seperti monumen, candi, bangunan klasik, peningalan purba kala, museum
budaya, arsitektur kuno, seni tari, musik, agama,adat-istiadat, upacara, pekan raya, peringatan
perayaan hari jadi, pertandingan, atau kegiatan-kegiatan budaya, sosial dan keolahragaan
lainnya yang bersifat khusus, menonjol dan meriah, (Pendit,2002.20).

Dalam membangun suatu objek wisata harus dirancang sesuai dengan potensi daya tarik yang
dimiliki. Suatu pengembangan daya tarik yang berhasil, harus memiliki kriteria kelayakan,
Suwantoro (1997 : 20) mengatakan :

 Kelayakan Financial

Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari pengembangan objek wisata
tersebut. Dari awal perkiraan untung rugi harus sudah diperhitungkan.

 Kelayakan Sosial Ekonomi Regional

Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang ditanamkan untuk
membangun sebuah objek wisata juga akan memiliki dampak sosial ekonomi secara regional,
dapat menciptakan lapangan pekerjaan atau berusaha, dapat meningkatkan penerimaan pada
sektor yang lain seperti : pajak, perindustrian, perdagangan, pertanian, dan lain-lain. Dalam hal
ini, pertimbangan tidak semata-mata komersial saja tetapi juga memperhatikan dampaknya
secara luas.

 Layak Teknis

Pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggung-jawabkan secara teknis dengan melihat
daya dukung yang ada. Tidaklah perlu memaksa diri untuk membangun objek wisata apabila
daya dukung objek wisata tersebut rendah. Daya tarik objek wisata akan berkurang atau
bahkan hilang bila objek wisata

 Layak lingkungan

Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan kegiatan pembangunan objek
wisata. Pembangunan suatu objek wisata yang mengakibatkan rusaknya lingkungan harus
dihentikan pembangunannya. Pembangunan objek wisata bukanlah untuk merusak lingkungan
tetapi sekedar memanfaatkan sumber daya alam untuk karkebaikan manusia sehingga menjadi
keseimbangan, keselarasan, dan keserasian hubungan antara manusia dengan lingkungan alam
dan manusia dengan Tuhannya.

Pengembangan Obyek wisata sangat erat kaitannya dengan peningkatan produktifitas sumber
daya alam dalam konteks pembangunan ekonomi, sehingga selalu dihadapkan pada kondisi
interaksi berbagai kepentingan yang melibatkan aspek kawasan hutan, pemerintah daerah,
aspek masyarakat, dan pihak swasta di dalam suatu sistem tata ruang wilayah. Kendala
pengembangan obyek wisata berkaitan erat dengan: (a) Instrumen kebijaksanaan dalam
pemanfaatan dan pengembangan fungsi kawasan untuk mendukung potensi obyek wisata
alam; (b) Efektifitas fungsi dan peran obyek wisata ditinjau dari aspek koordinasi instansi
terkait; (c) Kapasitas institusi dan kemampuan SDM dalam pengelolaan obyek wisata di
kawasan hutan; dan (d) Mekanisme peran serta masyarakat dalam pengembangan pariwisata.

D. Faktor-faktor Lokasional
Faktor-faktor lokasional yang mempengaruhi pengembangan potensi obyek wisata adalah kondisi fisis,
aksesibilitas, pemilikan dan penggunaan lahan, hambatan dan dukungan serta faktor-faktor lain seperti
upah tenaga kerja dan stabilitas politik. Selain itu unsur-unsur pokok yang harus diperhatikan meliputi
obyek dan daya tarik wisata, prasarana wisata, sarana wisata, infrastruktur dan masyarakat/ lingkungan
(Suwantoro, 1997: 19).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi potensi wisata tersebut diatas dapat diuraikan sebagai
berikut:

a. Kondisi fisis

Aspek fisis yang berpengaruh terhadap wisata berupa iklim, tanah, batuan dan morfologi, hidrosfer,
flora dan fauna.

b. Atraksi dan obyek wisata Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang
untuk mengunjungi suatu daerah tertentu, misal adalah tari-tarian, nyayian, kesenian daerah, upacara
adat dan lain-lain (Yoeti, 1996: 172)

c. Aksesibilitas

Aksesibilitas berkaitan dengan usaha pencapaian tempat wisata. Semakin mudah tempat tersebut
dicapai maka akan menambah minat wisatawan untuk berkunjung.

d. Pemilikan dan penggunaan lahan

Variasi dalam pemilikan dan penguasaan lahan dapat mempengaruhi lokasi tempat wisata, bentuk
pengembangannya, serta juga bisa mempengaruhi arah pengembangannya. Bentuk penguasaan lahan
antara lain lahan negara atau pemerintah, lahan masyarakat dan lahan pribadi.8

e. Sarana dan prasarana wisata

Sarana wisata adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik
secara langsung atau tidak langsung. Sarana wisata ini berupa transportasi, biro perjalanan wisata, hotel
atau penginapan dan rumah makan. Prasarana wisata adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar
sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan pada
wisatawan untuk memenuhi kebutuhan yang beranekaragam. Prasarana wisata ini berupa prasarana
perhubungan, komunikasi, instalasi listrik, persediaan air minum, sistem irigasi, sistem perbankan dan
pelayananan kesehatan (Yoeti, 1996: 194).

f. Masyarakat

Pemerintah melalui instansi-instansi terkait telah menyelenggarakan penyuluhan kepada masyarakat


dalam bentuk bina masyarakat sadar wisata (Suwantoro, 1997: 23).

E. Analisis Dampak Pengembangan

Pengembangan sektor pariwisata pada suatu daerah akan selalu diikuti oleh dampak ikutan
yang menyertainya. Tidak dapat dihindari bahwa akibat dari datangnya wisatawan ke suatu
wilayah tertentu dengan kondisi sosio-kultur dan sosio-ekonomi yang berbeda pasti akan
menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu di wilayah tersebut. Pengaruh tersebut adakalanya
sampai berdampak pada terjadinya pergeseran konstruksi ekonomi, sosial, budaya bahkan
sampai pada bergesernya pranata sosial di daerah tersebut. Memang harus diakui, di era
globalisasi saat ini, dimana kebebasan beraktifitas, berusaha dan berekspresi adalah mutlak
merupakan hak asasi setiap orang, maka akulturasi dan asimilasi sangat mungkin bahkan
mudah terjadi antara wisatawan sebagai pendatang dan penduduk pribumi sebagai tuan
rumah.

Bagaimanapun, pengaruh akibat dari kegiatan pengembangan pariwisata itu adalah sebuah
keniscayaan, tinggal bagaimana pemerintah dan masyarakat di daerah tujuan wisata membuat
sebuah kesepakatan sosial untuk menanggulangi pengaruh atau dampak negatif yang berlebih
akibat dari kegiatan ini. Dalam buku Pegangan Penatar dan Penyuluh Kepariwisataan Indonesia
yang diterbitkan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, disebutkan bahwa manfaat dan
dampak yang ditimbulkan akibat dari pengembangan pariwisata dapat ditinjau dari empat
aspek:

1. Aspek Ekonomi,

Dampak positif Menambah devisa atau PAD. Membuka kesempatan berusaha. Menambah
lapangan kerja. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah. Mendorong
pembangunan daerah. Dampak negatif Harga barang dan jasa pelayanan menjadi naik, karena
banyaknya pengunjung atau wisatawan yang dianggap selalu membawa uang banyak. Harga
tanah naik akibat dari banyaknya para investor yang memerlukan tanah untuk pembangunan
hotel dan sarana penunjang industri pariwisata

2. Aspek Sosial-Budaya,

Dampak positif Pelestarian budaya dan adat. Meningkatkan kecerdasan masyarakat.


Meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani. Mengurangi konflik social. Dampak negatif
Penduduk khususnya remaja seringkali terpengaruh pola hidup para wisatawan yang tidak
sesuai dengan budaya dan kepribadian bangsa kita sendiri (degradasi moral).

3. Aspek Berbangsa dan Bernegara,

Dampak positif Mempererat persatuan dan kesatuan. Menumbuhkan rasa memiliki dan
kecintaan terhadap tanah air. Memelihara hubungan baik secara internasional. Dampak negatif
Banyaknya peluang dan pemanfaatan wisatawan juga mengundang perilaku yang tidak
bertanggungjawab misalnya: pemerasan, perjudian, prostitusi, pencurian, pengedaran barang
barang terlarang, penipuan dan lain sebagainya.

4. Aspek Lingkungan.

Dampak positif Melestarikan lingkungan. Menumbuhkan suasana hidup tenang dan bersih.
Meningkatkan kesegaran fisik dan mental. Jauh dari polusi, santai dapat mengembalikan
kesehatan pisik dan mental dengan demikian pengembangan pariwisata merupakan salah satu
cara dalam upaya untuk melestarikan lingkungan. Memperoleh nilai tambah atas pemanfaatan
dari lingkungan yang ada. Dampak negatif Terjadi pengrusakan lingkungan, baik karena
pembangunan prasarana dan sarana pariwisata, maupun karena ulah pengunjung atau
tangantangan jahil orang yang tidak bertanggungjawab.

Pariwisata merupakan salah satu aspek penting yang dapat memberikan berbagai dampak
positif. Bagi individu atau pengguna jasa, tentu saja manfaat kegiatan berwisata adalah sebagai
obat pereda stress dan penat. Bagi penyedia jasa, kegiatan pariwisata dapat memberikan
dampak ekonomi bagi mereka. Secara lebih luas, keberadaan kegiatan pariwisata di suatu
daerah mampu menggerakkan berbagai aktivitas yang dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi pada daerah itu sendiri.

F. Konsep 3A Dalam Pengembangan Pariwisata

Berdasarkan Undang-Undang Kepariwisataan Nomor 10 Tahun 2009, defisini dari


kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat
multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara
serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan pengusaha. Perwujudan Kerjasama multidimensi dan multidisiplin
dalam pembentukan atau pengembangan pariwisata dinilai akan mampu menggerakkan
berbagai bentuk perkembangan wilayah, seperti peningkatan berbagai kualitas sarana dan
prasarana yang dapat menunjang kegiatan wisata seperti jalan, drainase, halte, dan sebagainya.
Pembangunan kepariwisataan diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan
kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan
alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata.

Terdapat 3 aspek penting yang menjadi dasar dalam perencanaan pengembangan pariwisata
yang disingkat dengan 3A (atraksi, amenitas, aksesbilitas). Aspek 3A merupakan syarat minimal
bagi pengembangan sebuah destinasi wisata. Setiap destinasi wisata sudah pasti mempunyai
keunikan dan ciri khasnya masing-masing yang membuat banyak orang tertarik untuk
mengunjungi lokasi wisata tersebut. Di lain sisi, faktor amenitas dan aksesbilitas akan menjadi
kunci bagi keberlangsungan wisatawan dalam menikmati pengalaman berwisata. Ketiga faktor
ini memiliki peran penting dalam membangun pengalaman berwisata yang nyaman serta
menyenangkan bagi wisatawan.

 Atraksi

Dilansir dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, atraksi wisata memiliki definisi yaitu seni, budaya,
warisan sejarah, tradisi, kekayaan alam, atau hiburan, yang merupakan daya tarik wisatawan di
daerah tujuan wisata. Berdasarkan UU Nomor 10 Tahun 2009, daya tarik wisata memiliki
definisi yaitu segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau
tujuan kunjungan wisatawan.

Atraksi wisata sangatlah beragam, tak terbatas pada hal-hal yang berhubungan dengan alam
seperti pegunungan atau pantai, namun dapat pula berupa hal-hal yang diciptakan oleh
manusia seperti pusat perbelanjaan atau theme park. Atraksi wisata juga tak terbatas pada
lokasi atau site attractions seperti tempat-tempat bersejarah, tempat dengan iklim yang baik,
pemandangan indah, namun juga termasuk event attractions seperti seperti pagelaran tari,
pameran seni lukis, atau peristiwa lainnya). Secara umum, terdapat beberapa faktor yang dapat
mendorong wisatawan untuk bersedia pergi mengunjungi lokasi wisata, yaitu:

1. Sesuatu untuk dilihat, umumnya merupakan alasan pertama bagi wisatawan untuk
bersedia berkunjung ke lokasi wisata
2. Sesuatu untuk dilakukan, yaitu kegiatan atau fasilitas yang tersedia di lokasi wisata yang
dapat membuat membuat wisatawan merasa nyaman untuk melakukan beragam
aktivitas di lokasi wisata.
3. Sesuatu untuk dibeli, yaitu suatu lokasi wisata perlu memiliki fasilitas untuk berbelanja
souvenir atau hasil kerajinan sebagai oleh-oleh.
4. Sesuatu untuk diketahui, yaitu selain memberikan ketiga hal tersebut di atas, juga dapat
memberikan informasi serta edukasi bagi wisatawan.
 Amenitas

Amenitas memiliki arti yaitu fasilitas. Ketersediaan amenitas pada lokasi wisata bukan
merupakan suatu hal yang akan menarik wisatawan datang berkunjung atau dengan kata lain
bukan menjadi tujuan utama wisatawan. Amenitas merupakan pelengkap dari atraksi utama
wisata. Ketiadaan atau kurang baiknya kondisi amenitas pada lokasi wisata akan menurunkan
minat dari wisatawan sehingga penyediaan amenitas pada lokasi wisata sangat penting untuk
diperhatikan keberadaannya. Amenitas tak hanya terbatas pada ketersediaan akomodasi untuk
wisatawan bermalam, namun juga ketersediaan restoran untuk kebutuhan pangan,
ketersediaan transportasi lokal yang memudahkan wisatawan untuk bepergian, dan lain
sebagainya. Selain itu, fasilitas pendukung lain seperti toilet umum, tempat beribadah, area
parkir, juga menjadi faktor kelengkapan amenitas yang penting untuk dipenuhi oleh pihak
penyedia jasa wisata.

Tak hanya dari segi kuantitas, namun kualitas dari ketersediaan amenitas juga penting untuk
diperhatikan serta disesuaikan dengan kebutuhan. Kualitas amenitas yang baik akan berbanding
lurus dengan tingkat kenyamanan wisatawan dalam menikmati pengalaman berwisata sehingga
juga akan menaikkan citra dari lokasi wisata tersebut. Tak terbatas dalam bentuk fisik, namun
amenitas juga didukung dengan faktor non fisik seperti hospitality atau keramahtamahan serta
jasa.

 Aksesibilitas

Definisi dari aksesibilitas pariwisata dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 adalah
semua jenis sarana dan prasarana transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari
wilayah asal wisatawan ke destinasi pariwisata maupun pergerakan di dalam wilayah destinasi
pariwisata dalam kaitan dengan motivasi kunjungan wisata. Pembangunan aksesibilitas
pariwisata dapat meliputi:

1) Penyediaan dan pengembangan sarana transportasi angkutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api;
2) Penyediaan dan pengembangan prasarana transportasi angkutan jalan, sungai, danau
dan penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api; dan
3) Penyediaan dan pengembangan sistem transportasi angkutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api.

Aksesbilitas juga merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang tingkat kenyamanan
berwisata bagi wisatawan. Idealnya, keberadaan sarana dan prasarana aksesbilitas haruslah
diletakkan pada lokasi yang tidak terlalu jauh dari lokasi amenitas seperti akomodasi ataupun
tempat makan. Selain itu, kemudahan untuk mengakses sarana dan prasarana serta kondisinya
yang berkualitas baik juga akan meningkatkan tingkat kenyamanan wisatawan.

Dilansir dari laman kontan, konsep 3A masih menjadi strategi yang dipilih pemerintah untuk
mengembangkan destinasi wisata di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih banyaknya pelaku
pariwisata di daerah yang belum benar-benar memahami konsep tersebut. Seperti yang telah
dibahas sebelumnya bahwa konsep 3A merupakan aspek minimal atau syarat mutlak yang
harus dipenuhi oleh suatu lokasi wisata.

Namun selain konsep 3A tersebut, terdapat faktor pelengkap lainnya yakni ancilliary, yang
berkaitan dengan ketersediaan sebuah organisasi atau orang-orang yang mengurus destinasi.
Kelembagaan atau tourist organization dibutuhkan untuk menyusun kerangka pengembangan
pariwisata, mengatur industri pariwisata serta mempromosikan daerah sehingga dapat dikenal
oleh lebih banyak orang. Pada akhirnya, diperlukan koordinasi serta strategi yang apik agar
seluruh upaya pengembangan pariwisata dapat berjalan dengan optimal. Selain itu, diperlukan
pula upaya promosi melalui pemanfaatan media, baik daring maupun luring, yang juga
diharapkan akan mendukung peningkatan minat wisatawan dalam berkunjung ke lokasi wisata.

DAFTAR PUSTAKA

https://m.akurat.co/id-665996-read-guru-harus-jadi-agen-promosi-pariwisata-daerah

https://www.gurupendidikan.co.id/pariwisata/

https://cvinspireconsulting.com/rencana-pengembangan-pariwisata/

https://www.google.com/amp/s/fia409.wordpress.com/2016/08/08/dampak-pengembangan-
industri-pariwisata/amp/

https://www.handalselaras.com/mengenal-konsep-3a-dalam-pengembangan-pariwisata/

Anda mungkin juga menyukai