Anda di halaman 1dari 19

KARAKTERISTIK ANAK DENGAN GANGGUAN BAHASA

(SPEECH DELAY, GAGAP, LATAH) DAN CARA PENANGANANNYA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan ABK

Dosen pengampu: Dr. Lilik Sriyanti, M.Si.

Disusun Oleh :

Nama : Febriyanto

Nim : 23040190031

Kelas : PGMI-5B

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus dengan judul “Karakteristik Anak Dengan Gangguan
Bahasa (Speech Delay, Gagap, Latah) Dan Cara Penanganannya”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Sragen, 12 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. LATAR BELAKANG..................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................1

C. TUJUAN.......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................2

A. SPEECH DELAY.........................................................................................2

B. GAGAP.........................................................................................................5

C. LATAH.........................................................................................................9

BAB III PENUTUP.............................................................................................14

A. KESIMPULAN...........................................................................................14

B. SARAN.......................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berbahasa merupakan proses seseorang menyampaikan ide, gagasan,
pesan, atau informasi kepada orang lain dengan menggunakan sebuah
bahasa yang digunakannya dalam bentuk kata-kata, frase, klausa atau
kalimat. Proses berbahasa seseorang akan dimengerti oleh orang lain, jika
dia berbahasa dengan baik dan benar. Berbahasa yang baik dan benar
indikatornya adalah menggunakan kaidah bahasa dengan baik dan benar,
pemilihan diksi kata, dan ketepatan dalam mengucapkan. dalam berbicara,
manusia memiliki kelainan fungsi otak sehingga mempengaruhinya dalam
berbahasa, baik produktif (gangguan dalam mengucapkan ketika
berbahasa) maupun reseptif (gangguan pemahaman berbahasa). Inilah
yang di sebut sebagai gangguan berbahasa. Dalam pembahasan ini kami
akan membahas mengenai karakteristik anak dengan gangguan bahasa
(speech delay, gagap, latah) dan cara penanganannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana karakteristik anak dengan gangguan bahasa speech delay?
2. Bagaimana karakteristik anak dengan gangguan bahasa gagap?
3. Bagaimana karakteristik anak dengan gangguan bahasa latah?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui karakteristik anak dengan gangguan bahasa speech
delay.
2. Untuk mengetahui karakteristik anak dengan gangguan bahasa gagap.
3. Untuk mengetahui karakteristik anak dengan gangguan bahasa latah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. SPEECH DELAY
Seorang anak dikatakan memiliki speech delay ketika kemampuan
bicaranya jauh dibawah rata-rata anak sebayanya. Ketika berbicara
mengenai speech delay sebaiknya disinggung juga mengenai speech
disorder. Harus dibedakan antara speech delay dengan speech disorder.
Speech disorder merajuk kepada kemampuan bicara anak yang tidak
berkembang seperti berkembangnya kemampuan bicara anak pada
umumnya, sedangkan pada speech delay kemampuan bicara anak masih
dapat berkembang seperti anak pada umumnya hanya saja waktunya lebih
lambat dari pada anak pada umumnya.

Speech delay sendiri dapat dikategorikan menjadi dua bagian


berdasarkan penyebabnya primary speech delay adalah sebuah kondisi
dimana penyebab dari speech delay ini tidak diketahui, sedangkan
secondary speech delay adalah speech delay yang disebabkan oleh kondisi
lain seperti autisme, kecacatan pada pendengaran, permasalahan
perkembangan secara umum, dan kecatatan sistem saraf. Penyebab dari
speech delay ini tentu saja penting untuk diketahui karena akan
berhubungan dengan bagaimana speech delay ini akan ditangani nantinya.

Gangguan bicara (speech delay) adalah suatu keterlambatan dalam


berbahasa ataupun berbicara. Gangguan berbahasa merupakan
keterlambatan dalam sektor bahasa yang dialami oleh seorang anak
(Soetjiningsih, dalam alfani 2021:207).

Menurut Dr.verury, Berikut adalah patokan kemampuan berbicara


anak sesuai usianya:

1. Usia 3 bulan. Di usia ini, bayi biasanya sudah mulai mengeluarkan


suara yang tidak memiliki arti atau bisa dibilang ‘bahasa bayi’

2
(blabbing). Selain itu, ia juga sudah mulai bisa mengenali dan
mendengarkan suara serta memperhatikan wajah orangtuanya saat
sedang berbicara kepadanya. Jadi, berusahalah untuk jeli dengan tiap
tangisan yang ia keluarkan. Sebab, pada usia tiga bulan, bayi sudah
bisa menangis untuk kebutuhan yang berbeda-beda.
2. Usia 6 bulan. Bayi mulai mengeluarkan suara-suara yang berbeda, dan
suku katanya mulai terdengar lebih jelas, seperti “pa-pa” atau “ba-ba”.
Barulah ada akhir usia enam bulan, ia akan mulai bersuara untuk
mengekspresikan kondisinya saat senang atau sedih, menoleh ke arah
datangnya suara, dan memperhatikan alunan musik.
3. Usia 9 bulan. Menginjak usia 9 bulan, bayi akan mulai memahami
beberapa kata dasar seperti ‘”tidak” atau “ya”. Ia juga akan mulai
menggunakan nada suara yang lebih luas.
4. Usia 12 bulan. Bayi sudah bisa mengucapkan kata “mama” atau
“papa” dan menirukan kata-kata yang diucapkan orang terdekat di
sekitarnya. Pada usia ini, bayi juga sudah bisa memahami beberapa
perintah seperti, “ayo, sini” atau “ambil botolnya”.
5. Usia 18 bulan. Di usia ini, bayi sudah bisa mengulang kata-kata yang
orangtua ucapkan kepadanya dan akan menunjuk ke sebuah benda
atau bagian tubuh yang orangtua sebutkan. Selain itu, bayi juga sudah
bisa mengucapkan sekitar 10 kata dasar. Namun, jangan khawatir jika
ada beberapa kata yang masih belum jelas pengucapannya seperti kata
“makan” disebut “mam”.
6. Usia 24 bulan. Bayi sudah bisa mengucapkan setidaknya 50 kata dan
berkomunikasi memakai dua kosa kata.
7. Usia 3-5 tahun. Kosakata yang dimiliki anak pada usia ini akan
berkembang dengan cepat. Di usia tiga tahun, sebagian besar anak-
anak sudah dapat menangkap kosakata baru dengan cepat. Mereka
juga sudah bisa memahami perintah yang lebih panjang.

3
Terlambatnya kemampuan biacara anak dapat dilihat dari munculnya
beberapa ciri-ciri khusus. Early Support for Children, Young People and
Families (dalam Wulan, dkk, 2020:104) menjelaskan bahwa apabila tanda-
tanda di bawah ini mulai muncul atau terlihat pada anak, orang tua
sebaiknya mulai wasapada. Tanda-tandanya adalah:

1. Tidak merespon terhadap suara.


2. Adanya kemunduran dalam perkembangan.
3. Tidak memiliki ketertarikan untuk berkomunikasi.
4. Kesulitan dalam memahami perintah yang diberikan.
5. Mengeluarkan kata- kata atau kalimat yang tidak biasa seperti anak-
anak pada umumnya.
6. Berbicara lebih lambat dari pada anak seumurannya.
7. Perkataanya sulit dimengerti bahkan oleh keluarganya sendiri.
8. Kesulitan memahami perkataan orang dewasa.
9. Kesulitan berteman, bersosialisasi dang mengikuti permainan.
10. Kesulitan dalam belajar mengeja, bahasa bahkan matematika (Wulan,
dkk, 2020:104).

Hal pertama yang perlu orang tua lakukan yaitu memeriksakan


tumbuh kembang anak secara menyeluruh untuk menemukan penyebab
utama speech delay. Setelah menemukan penyebabnya, anak dapat dilatih
dengan terapi wicara. Berikut beberapa jenis terapi wicara yang bisa
dijalani oleh anak:

1. Terapi wicara untuk anak yang terlambat bicara. Terapi ini dilakukan
untuk merangsang anak untuk berbicara.Terapis akan mencoba
berbagai cara seperti mengajak anak bermain, memperkenalkan kartu
bergambar dan bahasa isyarat.
2. Terapi untuk anak dengan Apraxia. Apraxia adalah kesulitan untuk
mengucapkan suku kata tertentu. Anak mengetahui kata yang ingin
diucapkan, tetapi tidak dapat menyebutkannya dengan benar.Terapi

4
ini bertujuan untuk membantu anak memahami respon pendengaran,
visual, atau sentuhan.Salah satu caranya dengan melatih anak
berbicara di depan cermin atau dengan merekam suaranya.
3. Terapi untuk gagap bicara (stuttering). Terapis akan mencoba melatih
anak untuk berbicara lebih pelan dan jelas karena berbicara terlalu
cepat dapat memperburuk kondisi gagap.Sebaiknya lakukan deteksi
dan intervensi sedini mungkin untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik.

B. GAGAP
Gagap yaitu berbicara yang kacau, tersendat-sendat, mendadak
berhenti, lalu mengulang-ulang suku karta pertama, kata-kata berikutnya,
dan setelah berhasil mengucapkan kata-kata itu kalimat dapat diselesaikan.
Penderita gagap kerap tidak berhasil mengucapkan suku kata awal, hanya
berhasil mengucapkan konsonan atau vokal awalnya dengan susah payah
hingga bisa menyelesaikan kalimatnya. Dalam usahanya mengucapkan
kata pertama yang barangkali gagal, penderita gagap menampakkan rasa
letih dan kecewanya. Penyebab gagap belum diketahui secara tuntas.
Namun, hal-hal yang dianggap berperan misalnya:

1. Faktor stress
2. Pendidikan anak yang terlalu keras dan ketat, serta tidak mengijinkan
anak berargumentasi atau membantah
3. Adanya kerusakan pada belahan otak (hemisfer) yang dominan
4. Faktor neurotik famial (Rohmani, 2017:71).

Dulu gagap dianggap terjadi karena adanya pemaksaan untuk


menggunakan tangan kanan pada anakanak yang kidal. Namun, kini
anggapan tersebut tidak dapat dipertahankan. Gagap termasuk disfasia
ringan yang lebih sering terjadi pada kaum laki-laki dari pada perempuan,
dan lebih banyak terjadi pada golongan remaja daripada orang dewasa.

5
Gagap melibatkan gangguan pada kemampuan untuk bicara lancar
dengan waktu yang tepat. Untuk dapat didiagnosis sebagai gagap,
kurangnya kelancaran bicara harus tidak sesuai dengan usia anak. Gagap
biasanya dimulai pada usia antara 2 dan 7 tahun dan terdapat pada sekitar
1 di antara 100 anak sebelum pubertas. Menurut Rohmani (2017:147)
gangguan ini ditandai oleh satu dari beberapa karakteristik sebagai berikut:

1. Repetisis dari suara- suara dan suku kata


2. Perpanjangan pada suara- suara tertentu
3. Penyisipan suara- suara yang tidak tepat
4. Kata-kata yang terputus, seperti adanya jeda di antara kata- kata yang
diucapkan
5. Hambatan dalam berbicara
6. Circumlocution (subtitusi kata-kata alternatif untuk menghindari kata-
kata yang bermasalah)
7. Tampak adanya tekanan fisik ketika mengucapkan kata- kata, dan
8. Repetisi dari kata yang terdiri dari suku kata tunggal (misalnya, “S-s-
saya senang bertemu Anda”)

Gagap muncul terutama pada laki- laki dengan rasio sekitar 3 : 1.


Gagap akan hilang pada 80% anak, umumnya sebelum usia 16 tahun.
Sebanyak 60% kasus menunjukkan perbaikan tanpa penanganan. Gagap
dipercaya melibatkan interaksi antara faktor genetis dan lingkungan. Pada
beberapa kasus mungkin ada penyebab kecemasan sosial dan fobia sosial,
paling tidak pada orang dewasa yang gagap. Penanganan pada gangguan
komunikasi umumnya dilakukan melalui terapi bicara dan konseling
psikologis untuk kecemasan sosial dan masalah-masalah emosional
lainnya.

Berikut ini gagap bicara yang disebabkan oleh faktor lain, seperti
faktor biologis, sosiologis, dan psikologis.

1. Faktor Biologis

6
a. Kelahiran Prematur atau riwayat kelahiran bayi yang lahir prematur
biasanya mengalami kerusakan mental. Sering pertumbuhan jiwa
dan jasmaninya tertunda atau mengalami kelambatan.
b. Genetik terjadi ketika ada garis keturunan yang membawa
presdiposisi rentan terhadap serangan gagap bicara. Gangguan saraf
atau neorologis terdapat gangguan pada koordinasi dari fungsi
motorik untuk berbicara, seperti gangguan pada syaraf bicara,
gangguan alat bicara, dan keterbatasan lidah.
2. Faktor Sosiologis
a. Lingkungan keluarga yang disebabkan tekanan psikologis dari
keluarga.
b. Lingkungan masyarakat yang terasa asing sehingga membuatnya
tertekan.
3. Faktor Psikologis

Umumnya karena ketidakmatangan emosi seseorang atau


kelambanan perkembangan emosi seseorang. Ketegangan yang
berasal dari reaksi seseorang terhadap lingkungannya, di antaranya
adalah stress mental karena sesuatu yang dirasakan, namun tidak
mampu untuk dilakukan.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa


gagap lebih banyak disebabkan oleh faktor psikologis dibanding
fisiologis, seperti terdapat trauma, ketakutan, kecemasan, dan
kesedihan pada masa kecil bisa menyebabkan seseorang menjadi
gagap sampai dewasa. Misalnya, anak yang kedua orang tuanya sering
bertengkar, sehingga membuat anak takut, cemas, sedih, dan sering
menangis. Cara bicara yang gagap ketika menangis bisa menjadi
kebiasaan sampai ia dewasa.

Pengobatan dalam menangani gagap pada tiap orang berbeda-beda,


disesuaikan dengan hasil pemeriksaan dokter. Penanganan yang dilakukan

7
juga tidak bisa menghilangkan gagap secara menyeluruh, namun dapat
membantu penderita gagap dalam mengendalikan gejala yang ada.

Beberapa metode yang digunakan untuk mengobati gagap adalah:

1. Terapi bicara. Terapi ini berfokus pada mengurangi frekuensi


munculnya gejala gagap saat berbicara. Pasien akan diberikan arahan
untuk meminimalkan munculnya gagap dengan berbicara lebih
perlahan, mengatur pernapasan saat berbicara, dan memahami kapan
gagap akan muncul. Terapi ini juga dapat menghilangkan kegelisahan
pada penderita yang sering muncul ketika akan melakukan
komunikasi.
2. Menggunakan peralatan khusus. Pasien dapat menggunakan peralatan
khusus yang bertujuan untuk mengendalikan gejala. Salah satu alat
yang sering digunakan untuk mengendalikan gejala gagap adalah DAF
atau delayed auditory feedback. Alat ini bekerja dengan mengulang
apa yang penggunanya ucapkan, sehingga membuat pengguna seperti
berbicara secara serempak dengan orang lain.
3. Terapi perilaku kognitif. Terapi perilaku koginitif bertujuan untuk
mengubah pola pikir yang dapat memperburuk kondisi gagap. Selain
itu, metode ini juga dapat menghilangkan stres dan rasa gelisah yang
dapat memicu gagap.

Belum ada obat-obatan yang terbukti dapat mengatasi gagap. Pada


anak-anak, keterlibatan orang tua sangat berpengaruh. Memahami cara
berkomunikasi yang baik dengan penderita gagap, dapat membantu dalam
perbaikan kondisi penderita. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
berkomunikasi secara efektif dengan penderita gagap adalah:

1. Dengarkan apa yang penderita sampaikan. Lakukan kontak mata


secara alami dengan penderita selagi berbicara.
2. Hindari melengkapi kata yang ingin disampaikan penderita. Biarkan
penderita menyelesaikan perkataannya.

8
3. Pilih tempat berbicara yang tenang dan nyaman. Bila perlu, atur
momen ketika penderita tengah merasa sangat tertarik untuk
menceritakan sesuatu.
4. Hindari bereaksi negatif ketika gagap kambuh. Berikan koreksi
dengan lembut dan puji penderita ketika menyampaikan suatu maksud
dengan lancar.
5. Berbicara secara perlahan. Penderita gagap secara tidak sadar akan
mengikuti kecepatan berbicara lawan bicaranya. Jika lawan bicaranya
berbicara secara perlahan, penderita juga akan berbicara secara
perlahan, sehingga dapat lebih lancar menyampaikan maksudnya.

Jika hal ini terjadi pada anak-anak para orang tua sebaiknya tidak
menganggap lucu atas keadaan ini karena akan membuat anak tersebut
merasa malu bahkan akan memperparah gagapnya. Berikut ini beberapa
hal yang harus dilakukan jika menghadapi seorang anak yang gagap:

1. Bersikap sabar dan tenang


2. Menyarankan anak untuk bicara dengan tenang dan perlahan
3. Jangan menirukannya
4. Berbicaralah dengan tenang dan perlahan-lahan dan jelas sehingga
anak tersebut mempunyai banyak kesempatan untuk menirukan
percakapan tersebut.
5. Berikan anak tersebut kesempatan untuk berbicara dan jangan
memotong pembicaraannnya.
6. Berilah penghargaan kepadanya jika ia dapat berbicara dengan baik
(Ismail, 2021:17).

C. LATAH
Menurut ismail (2021:17), latah adalah respon reflektif berupa
perkataan atau perbuatan yang tidak terkendali yang terjadi ketika
seseorang merasa kaget. Latah bukanlah penyakit mental, tapi lebih
merupakan kebiasaan yang tertanam di pikiran bawah sadar. Setiap orang

9
latah punya respon yang berbeda-beda dalam bereaksi terhadap stimulus
yang mengagetkan, diantarnya:

1. Mengulangi perkataan orang lain.


2. Meniru gerakan orang lain.
3. Mengucapkan kata-kata tertentu berulang-ulang (biasanya kata-kata
jorok).
4. Melaksanakan perintah secara spontan pada saat terkejut, misalnya;
ketika penderita dikejutkan dengan seruan perintah seperti ”jongkok”
atau “loncat”, dia akan melakukan perintah itu seketika.

Menurut Dardjowidjojo (2005:154) latah mempunyai ciri-ciri sebagai


berikut:

1. Latah hanya terdapat di Asia Tenggara


2. Pelakunya hampir semua wanita.
3. Kata-kata yang dkeluarkan umumnya berkaitan dengan seks atau alat
kelamin pria atau jantan.
4. Kalau terkejutnya berupa kata, maka si latah juga bisa mengulang kata
yang telah disebutkan.

Latah sering disamakan dengan ekolalia, yaitu perbuatan membeo,


atau menirukan apa yang dikatakan orang lain, tetapi sebenarnya latah
adalah suatu sindrom yang terdiri atas curah verbal repetitif yang bersifat
jorok (koprolalla) dan gangguan lokomotorik yang dapat dipancing.

Secara umum ada empat jenis latah yaitu:

1. Ekolalia, latah dengan mengulangi perkataan orang lain.Contoh: jika


orang yang berada di dekat penderita megagetkannya dengan
menyebutkan kata mundur, maka penderita latah secara spontan akan
mengulangi kata-kata tersebut berulang-ulang.
2. Ekopraksia, latah dalam bentuk meniru gerakan orang lain. Artinya,
ketika melihat orang lain bertingkah laku unik, secara spontan orang

10
yang mengidap latah ekopraksia akan meniru persis gerakan orang
tersebut secara berulang-ulang.Contoh: jika orang yang berada didekat
penderita latah mengagetkannya sambil menari, maka secara spontan
penderita latah akan ikut menari.
3. Koprolalia, latah dengan mengucapkan kata-kata tabu atau kotor.
Artinya, ketika ada sesorang mengagetkannya secara spontanitas
penderita latah akan mengeluarkan kata-kata tabu atau kotor secara
berulang-ulang.
4. Automatic obedience: melaksanakan perintah secara spontan pada saat
terkejut, misalnya: ketika penderita dikejutkan dengan seruan perintah
seperti“jongkok” atau “tidur”, ia akan segera melakukan perintah itu.

Latah memang bukan gangguan psikologis yang serius dan malah


banyak orang menganggapnya sebagai hiburan atau sesuatu yang lucu.
Namun jika seseorang ingin tampil berwibawa atau jika ia tidak ingin lagi
menjadi bahan godaan/tertawaan orang lain, maka ia harus menghilangkan
kebiasaan latahnya. Ada dua syarat yang harus dipenuhi agar kebiasaan
latah bisa dihilangkan dengan cepat dan hasilnya permanen, yaitu:

1. Harus sungguh-sungguh ingin berubah dan serius ingin


menghilangkan kebiasaan latah Anda.
2. Harus setuju untuk menganggap latah sebagai kebiasaan yang kurang
baik dan merugikan diri sendiri.

Kebiasaan latah akan sulit dihilangkan atau bisa saja kambuh


sewaktu-waktu apabila penderita menganggap menjadi latah itu lucu,
menguntungkan dan menyenangkan.

Penanganan gangguan bicara diawali dengan identifikasi pasein


seperti, riwayat kesehatan, kemampuan berbicara, kemampuan mendengar,
kemapuan kognitif, dan kemampuan berkomunikasi. Kemudian
penanganan dilanjutkan dengan diagnosis gangguan yang dialami pasien.

11
Setelah hasil diagnosis didapat, barulah diterapkan terapi yang tepat untuk
pasien.

1. Terapi Bicara

Terapi bicara biasanya menggunakan audio atau video dan


cermin. Setelah pasien mengetahui gangguan yang dideritanya, terapis
kemudian mengajarkan kemampuan berbicara dengan menggunakan
metode yang sesuai dengan usia pasien.Terapi bicara anak-anak
biasanya menggunakan pendekatan bermain, boneka, bermain peran,
memasangkan gambar atau kartu. Terapi bicara orang dewasa
biasanya menggunakan metode langsung, yaitu melalui latihan dan
praktek. Terapi artikulasi pada orang dewasa berfokus untuk
membantu pasien agar dapat memproduksi bunyi dengan tepat. Terapi
ini biasanya meliputi bagaimana menempatkan posisi lidah dengan
tepat, bentuk rahang, dan mengontrol nafas agar dapat memproduksi
bunyi dengan tepat. Untuk gangguan suara, terapi berfokus pada
bagaimana menghasilkan bunyi yang baik dan memperbaikan tingkah
laku yangmengakibatkan gangguan vokal.

2. Terapi Oral Motorik

Terapi ini menggunakan latihan yang tidak melibatkan proses


bicara, seperti minum melalui sedotan, meniup balon, atau meniup
terompet. Latihan ini bertujuan untuk melatih dan memperkuat otot
yang digunakan untuk berbicara.

3. Terapi Berbasis Komputer

Seiring perkembangan teknologi, para ahli patologi bahasa dan


bicara mengembangkan berbagai piranti lunak yang dapat membantu
dalam proses terapi gangguan bicara, diantaranya:

a. TinyEYE, merupakan piranti lunak yang memungkinkan terapi


bicara dapat dilakukan dari jarak jauh. Metode yang digunakan

12
pada piranti ini sama dengan metode yang dipakai pada terapi
tatap muka.
b. Fast ForWord, merupakan piranti lunak yang dirancang
berdasarkan masalah pada proses pendengaran. Piranti ini
menggunakan permainan yang dirancang untuk memperlambat
tempo suara sehingga memungkinkan pengguna untuk
membedakan bunyi.
c. TWIST (Technology with Innovative Speech Therapy)
merupakan piranti lunak yang dikembangkan untuk terapi
berbicara bagi penderita stroke, penderita geger otak, penderita
penyakit degeneratif saraf, dan anak-anak yang mengalami
gangguan berbicara.
4. Terapi Intonasi Melodi

Terapi intonasi melodi dapat diterapkan pada penderita stroke


yang mengalami gangguan berbahasa. Musik atau melodi yang
digunakan biasanya yang bertempo lambat, bersifat lrik, dan
mempunyai tekanan yang berbeda.

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari materi yang telah dibahas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:

1. Karakteristik speech delay antara lain: Tidak merespon terhadap


suara, adanya kemunduran dalam perkembangan, tidak memiliki
ketertarikan untuk berkomunikasi, kesulitan dalam memahami
perintah yang diberikan, mengeluarkan kata-kata atau kalimat yang
tidak biasa seperti anak-anak pada umumnya, berbicara lebih lambat
dari pada anak seumurannya, perkataanya sulit dimengerti bahkan
oleh keluarganya sendiri, kesulitan memahami perkataan orang
dewasa, kesulitan berteman, bersosialisasi dang mengikuti permainan,
kesulitan dalam belajar mengeja, bahasa bahkan matematika. Solusi
yang dapat dilakukan bila anak mengalami speech delay antara lain:
Terapi wicara untuk anak yang terlambat bicara, Terapis akan
mencoba berbagai cara seperti mengajak anak bermain,
memperkenalkan kartu bergambar dan bahasa isyarat. Terapi untuk
anak dengan Apraxia. Apraxia adalah kesulitan untuk mengucapkan
suku kata tertentu. Terapi untuk gagap bicara (stuttering). Terapis
akan mencoba melatih anak untuk berbicara lebih pelan dan jelas
karena berbicara terlalu cepat dapat memperburuk kondisi gagap.
2. Karakteristik gagap antara lain: repetisis dari suara- suara dan suku
kata, perpanjangan pada suara- suara tertentu, penyisipan suara- suara
yang tidak tepat, kata-kata yang terputus, seperti adanya jeda di antara
kata- kata yang diucapkan, hambatan dalam berbicara, circumlocution
(subtitusi kata-kata alternatif untuk menghindari kata-kata yang
bermasalah), tampak adanya tekanan fisik ketika mengucapkan kata-
kata, dan repetisi dari kata yang terdiri dari suku kata tunggal

14
(misalnya, “s-s-saya senang bertemu anda”). Beberapa metode yang
digunakan untuk mengobati gagap adalah dengan terapi bicara, terapi
ini berfokus pada mengurangi frekuensi munculnya gejala gagap saat
berbicara. Menggunakan peralatan khusus, Pasien dapat menggunakan
peralatan khusus yang bertujuan untuk mengendalikan gejala. Terapi
perilaku kognitif, terapi perilaku koginitif bertujuan untuk mengubah
pola pikir yang dapat memperburuk kondisi gagap.
3. Karakteristik latah antara lain: mengulangi perkataan orang lain,
meniru gerakan orang lain, mengucapkan kata-kata tertentu berulang-
ulang (biasanya kata-kata jorok), melaksanakan perintah secara
spontan pada saat terkejut, misalnya: ketika penderita dikejutkan
dengan seruan perintah seperti ”jongkok” atau “loncat”, dia akan
melakukan perintah itu seketika. Solusi yang dapat dilakukan antara
lain: Terapi bicara, terapi oral motoric, terapi berbasis computer, dan
terapi intonasi melodi.

B. SARAN

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, masih ada


banyak kekurangan dan kesalahan dalam isi maupun bentuknya. Maka dari
itu, kami mengaharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ismail, Anwar . 2021.” Human Language Disorder”. Jurnal Bilingual. Vol.


11 No.1.

Istiqlal, Alfani Nurul. 2021. “Gangguan Keterlambatan Berbicara (Speech


Delay) Pada Anak Usia 6 Tahun”. Preschool. Vol.2 No.2.

Wulan, Fauzia,dkk. 2020. “Mengenali Dan Menangani Speech Delay Pada


Anak”. Jurnal Al-Shifa. Vol. 1 No 2.

Dardjowidjojo, S. 2005. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa


Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Indah, rohmani nur. 2017. Gangguan Berbahasa. Malang: UIN-Maliki


Press.

Handayani, Verury Verona. 2021. “Begini cara mengatasi speech delay pada
anak”. Dikutip dari https://www.halodoc.com/artikel/3-cara-
mengatasi-speech-delay-pada-anak , diakses pada 18 Oktober 2021
pukul 15.43 WIB.

16

Anda mungkin juga menyukai