Disusun oleh
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
‘’Karakteristik ABK dengan gangguan emosional (Autis, ADHD-ADD,
Tunalaras, down sindrom)’’. Penulisa ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M. Si.selaku dosen dalam bidang mata kuliah Anak
Berkebutuhan Khusus Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang “’Karakteristik ABK dengan gangguan emosional (Autis,
ADHD-ADD, Tunalaras, down sindron)’’ bagi para pembaca dan juga bagi
penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Lilik Sriyanti, M ,selaku
dosen di bidang mata kuliah Anak Berkebutuhan Khusus yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaa makalah ini.
Intan ambarwati
2
DAFTARA ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTARA ISI...................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG............................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................5
C. TUJUAN................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
A. PENGERTIAN AUTIS, ADHD-ADD, TUNALARA, DOWN SINDROM..........6
1. Autisme......................................................................................................................6
2. ADHD..........................................................................................................................7
3. TUNALARAS................................................................................................................8
4. DOWN SINDROM........................................................................................................9
B. KARAKTERISTIK AUTIS, ADHD-ADD, TUNALARAS, DOWN SINDROM............................10
1. KARAKTERISTIK AUTISME.........................................................................................10
2. KARAKTERISTIK ADHD..............................................................................................12
3. KARAKTERISTIK TUNALARAS.....................................................................................14
4. KARAKTERISTIK DOWN SINDROM............................................................................16
BAB III............................................................................................................................18
PENUTUP.......................................................................................................................18
A. KESMPULAN.....................................................................................................18
B. SARAN................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................24
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Autisme tidak hanya menjadi fenomena kecil yang terjadi di
tengah-tengah masyarakat Indonesia. Lebih dari itu, autisme kini semakin
banyak menjangkit orang Indonesia, khususnya anak-anak. Hal tersebut
didukung dengan semakin bertambahnya angka prevalensi penderita
gangguan autisme di Indonesia dari tahun ke tahun. Autisme sendiri
merupakan gangguan yang meliputi area kognitif, emosi, perilaku, sosial,
termasuk juga ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang-orang di
sekelilingnya. Anak yang autis akan tumbuh dan berkembang dengan cara
yang berbeda dibandingkan dengan anak-anak normal lainnya. Hal
tersebut disebabkan oleh terjadinya penurunan kemampuan kognisi secara
bertahap. Sejalan dengan autisme dan termasuk dalam salah satu
klasifikasi autisme, sindrom asperger juga merupakan gangguan yang
banyak terjadi di Indonesia. Meskipun sindrom asperger merupakan sub
jenis dari autisme secara keseluruhan, dalam hal perbedaannya yang
mencolok, sindrom asperger kemudian banyak dianalisis secara lebih
mendalam dan dianggap sebagai sub jenis autisme yang “spesial”.
Apakah itu "ADHD"? Sebelumnya para orang tua dan guru
menggambarkan anak-anak yang mudah terangsang, beralih perhatian atau
tidak mendengar panggilan orang lain sebagai hiperaktif. Istilah kurang
pemusatan perhatian dan impulsivitas (ADD) digunakan oleh profesional
dalam bidang pendidikan dan psikologi untuk menggambarkan masalah
belajar yang lebih serius dan berpanjangan pada anak-anak. Gangguan
kurang pemusatan perhatian (ADD) tanpa hiperaktiviti (terutama sekali
jenis yang tidak bisa memusatakan perhatian penuh) adalah subkategori
kepada ADHD. Biasanya, anak-anak dalam golongan ini kurang memberi
perhatian penuh dan perhatian mudah beralih. Mereka yang dikategorikan
4
ADD tanpa hiperaktiviti kerapkali tidak didiagnosa dengan tepat.
Gangguan hiperkinetik merupakan satu lagi istilah yang digunakan untuk
menggambarkan ADHD. Berdasarkan hasil pengamatan di beberapa
sekolah di Bandung diitemukan 1 dari 25 anak-anak yang mengalami
masalah ADHD lebih banyak didiagnosa pada anak-anak lelaki
berbanding dengan anakanak perempuan. Ini mungkin berlaku kerana
ADD tanpa hiperaktiviti lebih berpengaruh dalam diri anak-anak
perempuan dan tidak didiagnosa dengan tepat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian anak berkebutuhan khusus autis, ADHD-ADD,
tunalaras, down sindrom ?
2. Karakteristik anak berkebutuhan khusus autis, ADHD-ADD,
tunalaras, down sindrom ?
C. TUJUAN
1. Agar mengetahui pengertian anak berkebutuhan khusus autis, ADHD-
ADD, tunalaras, down sindrom !
2. Agar mengetahui karakteristik anak berkebutuhan khusus autis,
ADHD-ADD, tunalaras, down sindrom !
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Autisme
Autis berasal dari kata autos yang artinya segala sesuatu yang mengarah
pada diri sendiri. Dalam Kamus Lengkap Psikologi, autisme didefinisikan
sebagai: (1) cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau oleh
diri sendiri, (2) menanggapi dunia berdasarkan penglihatan, harapan sendiri, dan
menolak realitas (3) keasyikan ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri.
Autistic disorder adalah adanya gangguan atau abnormalitas
perkembangan pada interaksi sosial dan komunikasi serta ditandai dengan
terbatasnya aktifitas dan ketertarikan. Munculnya gangguan ini sangat tergantung
pada tahap perkembangan dan usia kronologis individu. Autistic disorder
dianggap sebagai early infantile autism, childhood autism, atau Kanner’s autism.
Perilaku autistik digolongkan dalam dua jenis, yaitu perilaku yang eksesif
(berlebihan) dan perilaku yang defisit (berkekurangan).
Yang termasuk perilaku eksesif adalah hiperaktif dan tantrum (mengamuk)
berupa menjerit, menggigit, mencakar, memukul, mendorong. Di sini juga sering
terjadi anak menyakiti dirinya sendiri (self-abused). Perilaku defisit ditandai
dengan gangguan bicara, perilaku sosial kurang sesuai, defisit sensori sehingga
dikira tuli, bermain tidak benar dan emosi yang tidak tepat, misalnya tertawa-
tawa tanpa sebab, menangis tanpa sebab, dan melamun.
Autisme dimulai pada awal masa kanak-kanak dan dapat diketahui pada
minggu pertama kehidupan. Dapat ditemukan pada semua kelas sosial ekonomi
maupun pada semua etnis dan ras. Penderita autisme sejak awal kehidupan tidak
mampu berhubungan dengan orang lain dengan cara yang biasa. Sangat terbatas
pada kemampuan bahasa dan sangat terobsesi agar segala sesuatu tetap pada
keadaan semula (rutin/monoton).1
1.Dinie Ratri Desiningrum. 2016. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta : Hak
Cipta,2016:hlm 27-28
6
2. ADHD
Pengertian ADHD Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) ADHD adalah
attention deficit hyperactivity disorder (Attention = perhatian, Deficit=berkurang,
Hiperactivity= hiperaktif, dan Disorder = gangguan) jika diartikan dalam Bahasa
Indonesia berarti gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. ADHD =
kurang pemusatan perhatian + impulsivitas + hiperaktivitas. Seseorang dapat
memenuhi salah satu kriteria ADHD yaitu kurang perhatian (Inattention) atau
hiperaktifitas &impulsif, atau keduanya. Kondisi ini terjadi selama periode paling
tidak enam bulan, yang mengakibatkanpertumbuhanseseorang tersebut menjadi
tidak sesuai dengan tingkat pertumbuhan usia normal.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka ADHD merupakan hambatan seorang
individu dalam pemusatan perhatian yang disertai perilaku hiperaktivitas.
Penyebab dan Pengaruh ADHD Tidak ada yang mengetahui penyebab ADHD
secara pasti. Teori lama menduga penyebabnya antara lain adalah keracunan,
komplikasi pada saat melahirkan, alergi terhadap gula dan beberapa jenis
makanan, dan kerusakan pada otak. Meskipun teori ini ada benarnya, banyak
kasus ADHD yang tidak cocok dengan penyebab tersebut. Penelitian
membuktikan bahwa ADHD ada hubungannya dengan genetikaseorang anak.
Bukan berarti jika salah seorang orang tua menderita ADHD, maka anak juga
akan menderita ADHD. Juga tidak berarti jika anak menderita ADHD karena ada
kerabat dekat yang menderita ADHD.
Berikut adalah bentuk-bentuk pengaruh kondisi ADHD pada individu,
diantaranya:
7
Pengaruh ADHD pada aspek sosial. Individu ADHD menunjukkan lebih
mementingkan diri sendiri, mudah cemas, kasar, tidak peka, tidak dewasa,
tertekan, harga diri rendah, keras, membuat ramai, tidak berpikir panjang, menarik
diri dari kelompok, sering berperilaku tanpa perasaan, tidak mau menunggu
giliran.
3. Tunalaras
Definisi Tunalaras banyak istilah yang digunakan untuk menggambarkan
anak yang mengalami masalah sosial interpersonal dan intrapersonal ekstrim.
Istilah tersebut antara lain: emotionally handicapped, emotionally inpaired,
behaviorally impaired, socially/emotionally handicapped, emotionally conflited,
dan seriously behaviorally disabled. Semua istilah tersebut tidak menunjukkan
dengan jelas apa yang membedakan gangguan ini dengan gangguan yang lainnya.
Lembaga Individuals with Disabilities Education Act (IDEA) melaporkan
penggunaan istilah emotionally disturbed, namun dinilai kurang tepat. Lalu istilah
tersebut diganti dengan behaviorally disturbeddan dinilai cukup tepat oleh CCBD
(Council for Children with Behavioral Disorder).2
a. Tingkah laku yang muncul merupakan suatu tindakan yang ekstrem, dan
bukanlah suatu tindakan yang hanya berbeda sedikit dengan tindakan yang
biasa dilakukan.
b. Disebut gangguan karena bersifat sesuatu yang kronis, tidak akan mudah
hilang begitu saja.
c. Tingkah laku tersebut merupakan suatu tingkah laku yang tidak dapat
diterima karena tidak sesuai harapan-harapan sosial dan budaya.
2 Dinie Ratri Desiningrum. 2016. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta : Hak
Cipta,2016 : hlm 29-30
8
yang secara personal kurang memuaskan, tetapi masih dapat dididik sehingga
dapat berperilaku yang dapat diterima oleh kelompok sosial dan bertingkah laku
yang dapat memuaskan dirinya sendiri. Berarti anak yang termasuk dalam
gangguan perilaku kategori berat dan parah memerlukan intervensi yang intensif
dan berkelanjutan serta dapat dilatih di rumah, atau kelas khusus, sekolah luar
biasa, atau institusi berasrama khusus.3
4. Down sindrom
1. Karakteristik autisme
Terdapat tiga gejala utama individu dengan Autistic Spectrum Disorder
(ASD), yaitu gangguan dalam interaksi, komunikasi, dan perilaku. Selain itu,
3 Nanik.Penelusuran karakteristik hasil tes inteligensi WISC pada anak dengan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. Jurnal Psikologi UGM.34(1),2017 :hlm 18-39.
4Sugiarto, Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), (diakses dari
https://pauddikmaskalbar.kemdikbud.go.id/berita/mengenal-anak-berkebutuhan-khusus.html pada
tanggal 3 Oktober 2021, pukul: 16.20).
9
individu dengan ASD juga memiliki karakteristik-karakteristik tambahan, yaitu
gangguan dalam kognisi, persepsi sensori, motorik, afek atau mood, tingkah laku
agresif dan impulsif, serta gangguan tidur dan makan.
Gangguan Interaksi Sosial Gejala anak dengan ASD ditunjukkan sejak bayi,
adapun ciri-ciri terkait interaksi sosial yang biasanya muncul, yaitu:
a. Bayi atau balita autis tidak berespon normal ketika diangkat atau dipeluk.
b. Bayi autis ketika disusui ibu tidak mau menatap mata ibu dan tidak mau
menjalin interaksi nonverbal dengan ibu.
c. Anak-anak autis tidak menunjukkan perbedaan respon ketika berhadapan
dengan orang tua, saudara kandung atau guru, dengan orang asing.
d. Enggan berinteraksi secara aktif dengan orang lain. Ia tidak berminat pada
orang, melainkan asyik sendiri dengan benda-benda dan lebih senang
menyendiri.
e. Tidak tersenyum pada situasi sosial, tetapi tersenyum atau tertawa ketika
tidak ada sesuatu yang lucu menurutnya.
f. Tatapan mata berbeda, terkadang menghindari kontak mata atau melihat
sesuatu dari sudut matanya.
g. Tidak bermain seperti selayaknya anak normal.
10
terhadap reaksi pendengarnya. Sering tidak memahami ucapan yang
ditujukan kepada mereka.
d. Sulit memahami bahwa satu kata mungkin memiliki banyak arti.
e. Menggunakan kata-kata yang aneh atau kiasan, seperti seorang anak yang
berkata “... sembilan” setiap kali melihat kereta api.
f. Terus mengulangi pertanyaan biarpun telah mengetahui jawabannya atau
memperpanjang pembicaraan mengenai topik yang ia sukai tanpa peduli
dengan lawan bicaranya.
g. Sering mengulangi kata-kata yang baru saja atau pernah mereka dengar,
tanpa maksud berkomunikasi. Mereka sering berbicara pada diri sendiri
atau mengulangi potongan kata atau cuplikan lagu dari iklan di televisi dan
mengucapkannya di muka orang lain dalam suasana yang tidak sesuai.
h. Gangguan dalam komunikasi non verbal, misalnya tidak menggunakan
gerakan tubuh dalam berkomunikasi selayaknya orang lain ketika
mengekspresikan perasaannya atau merasakan perasaan orang lain, seperti:
menggelengkan kepala, melambaikan tangan, mengangkat alis.
i. Tidak menunjuk atau memakai gerakan tubuh untuk menyampaikan
keinginannya, melainkan mengambil tangan orang tuanya untuk
mengambil objek yang dimaksud.
Gangguan Perilaku anak dengan ASD juga mengalami gangguan, yaitu dalam
bentuk:
11
d. Mungkin sulit dipisahkan dari suatu benda yang tidak lazim dan menolak
meninggalkan rumah tanpa benda tersebut, misalnya seorang anak laki-
laki yang selalu membawa penghisap debu kemanapun.
e. Tidak suka dengan perubahan yang ada di lingkungan atau perubahan
rutinitas. Seperti tidak mau melalui jalan yang tidak biasa dilaluinya,
tidak mau memakai baju baru atau tidak mau makanmakanan yang tidak
biasa dimakannya.5
5 Mujahiddin, 2012. Memahami dan Mendidik Anak Autisme Melalui Perspektif dan
Prinsip-prinsip Metode Pekerjaan Sosial. Medan: Mataniari Project
6 Dinie Ratri Desiningrum. 2016. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta : Hak
Cipta,2016 : hlm 47-51
12
a. Tidak dapat duduk dengan tenang.
b. Sering meninggalkan bangku tanpa alasan yang jelas.
c. Berlari, memanjat tidak pada tempatnya (pada usia dewasa, lebih
ditunjukkan dengan sikap gelisah).
d. Kesulitan dalam menikmati kegiatan atau permainan yang tenang
dan membawa relaksasi.
e. Berkeinginan untuk selalu bergerak aktif.
f. Cerewet, suka berbicara kadang tidak sesuai dengan konteks.
3. Karakteristik tunalaras
Inteligensi dan Prestasi Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata anak
dengan gangguan emosional dan tingkah laku memiliki tingkat inteligensi pada
tingkat dull normal range (skor IQ berkisar pada angka 90), dan hanya sedikit
7 Dinie Ratri Desiningrum. 2016. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta : Hak
Cipta,2016 : hlm 58-65
13
yang memiliki tingkat inteligensi di atas rata-rata. Dibandingkan dengan distribusi
normal inteligensi, kebanyakan anak dengan gangguan emosional dan tingkah
laku berada pada kategori slow learner dan ketidakmampuan intelektual ringan
(mild intellectual disability). Kebanyakan anak yang memiliki gangguan
emosional dan tingkah laku juga merupakan anak yang tidak berprestasi
(underachiever) disekolahnya.
Secara umum karakteristik sosial dan emosional anak dengan gangguan emosional
dan tingkah laku, adalah:
14
Masalah hambatan dalam belajar merupakan karakteristik pertama dan merupakan
aspek yang signifikan di sekolah.
15
Beberapa masalah fisik yan mungkin akan dialamu anak-anak
dengan Down Sindrom, walaupun tidak semua anak mengalami masalah
yang sama dengan derajat gangguan yang sama pula. Gangguan yang
dapat dialami anak Down Sindrom antara lain:
a. Gangguan pendengaran.
b. Gangguan komunikasi, bicara dan bahasa.
Banyak anak Down Sindrom memiliki rongga hidung yang kecil,
yang membuat mereka sulit untuk melawan flu dan infeksi. Apabila hal
ini tidak ditangani sedini mungkin, anak akan mengalami gangguan
pendengaran dan belajar.
Biasanya bayi terdiagnosa sebagai Down Sindrom lebih karena
roman mukanya, yaitu:
a. Lemah otot (Musice Hypotenia).
b. Profil muka yang datar (Flat Facial Profile).
c. Bentuk mata yang keatas (Oblique Palpebral Fissures).
d. Bentuk kuping yang abnormal (Dysplastic Ear).
e. Satu garis horisontal pada telapak tangan (Simian Crease).
f. Kelentuan yang berlebihan pada persendian (Hyperflexibility).
g. Jari kelingking (jari kecil) hanya ada satu sendi (Dysplastic Middle
Phalanx of the finger).
h. Lipatan pada dalam ujung mata (Epicanthal folds).
i. Jarak yang berlebihan antara jempol kaki dan telunjuk kaki (Exessive
between large and second toe).
j. Lidah besar yang tidak sebanding dengan mulutnya (Enlargment of
tongue).9
9 Wardah, Antara Fakta dan Hawarap Sindrom Down, (Jakarta: Pusat Data dan
Informasi, 2019), hlm. 2-3.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Autis
Pengertian Autistic disorder adalah adanya gangguan atau abnormalitas
perkembangan pada interaksi sosial dan komunikasi serta ditandai dengan
terbatasnya aktifitas dan ketertarikan.
Karakteristik autis Gangguan Interaksi Sosial Gejala anak dengan ASD
ditunjukkan sejak bayi:
a. Bayi atau balita autis tidak berespon normal ketika diangkat atau
dipeluk.
b. Bayi autis ketika disusui ibu tidak mau menatap mata ibu dan tidak
mau menjalin interaksi nonverbal dengan ibu.
c. Anak-anak autis tidak menunjukkan perbedaan respon ketika
berhadapan dengan orang tua, saudara kandung atau guru, dengan
orang asing.
17
d. Enggan berinteraksi secara aktif dengan orang lain. Ia tidak berminat
pada orang, melainkan asyik sendiri dengan benda-benda dan lebih
senang menyendiri.
2. ADHD-ADD
18
c. Suka memukul, menunjukkan ketidaksukaan dengan menyerang
secara fisik.
3. Tuna laras
4. Down sindrom
Beberapa masalah fisik yan mungkin akan dialamu anak-anak
dengan Down Sindrom, walaupun tidak semua anak mengalami masalah
yang sama dengan derajat gangguan yang sama pula. Gangguan yang
dapat dialami anak Down Sindrom antara lain:
Gangguan pendengaran.
Gangguan komunikasi, bicara dan bahasa.
Biasanya bayi terdiagnosa sebagai Down Sindrom lebih karena roman
mukanya
19
B. SARAN
Dalam menyusun makalah ini, saya merasa masih banyak
kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, saya mohon
kritik dan saran dari pembaca. Agar sayai dapat memperbaiki makalah
selanjutnya. Kemudian, apabila ada kritikan dan saran yang bersifat
membangun, saya sangat membuka pintu selebar lebarnya. Dengan
harapan saya untuk pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.
20
DAFTAR PUSTAKA
Wardah, Antara Fakta dan Hawarap Sindrom Down, (Jakarta: Pusat Data dan Informasi,
2019),
21