SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Dikerjakan Oleh :
Dikerjakan Oleh :
DEVY SARI PURNIAWATI
NIM. I 0101060
SKRIPSI
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan
Tim Penguji Pendadaran Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Disetujui,
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
MOTTO
Keinginan manusia adalah seperti koin-koin kecil yang dibawanya dalam sebuah
kantung. Semakin banyak yang dimilikinya akan semakin memberatkannya.
If life is a river and your heart is aboat, the water is flowing spirit keep you float.
Always welcome thw new morning with a new spirit, a sime on your face, love in
your heart and good thoughts in your mind.
Forget the mistake that you have made, but don’t forget the lesson you learned.
PERSEMBAHAN
UNTUK PAPA, MAMA, KEDUA KAKAK, DAN ADIKKU DI
YOGYAKARTA
ABSTRAK
Devy Sari Purniawati, 2005, Karakteristik Dinamis Struktur Domes
Berelemen Membran. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha esa,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Karakteristik
Dinamis Struktur Domes Berelemen Membran. Penelitian ini bertujuan untuk
melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik,
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih secara khusus kepada Bapak
Ir.Agus Supriyadi, MT dan Bapak Senot Sangadji, ST, MT selaku pembimbing
skripsi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca
yang budiman.
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN MOTTO iv
HALAMAN PERSEMBAHAN v
ABSTRAK vi
KATA PENGANTAR vii
UCAPAN TERIMA KASIH viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL xi
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 2
1.3 Rumusan Masalah 3
1.4 Batasan Masalah 3
1.5 Manfaat dan Tujuan 4
BAB II LANDASAN TEORI 5
2.1 Tinjauan Pustaka 5
2.2 Dasar Pemikiran 6
2.3 Persamaan Differensial Gerakan Struktur MDOF 7
2.4 Solusi Modus Getar dan Frekuensi Alami 9
2.5 Model Elemen Hingga 11
2.5.1 Idealisasi Matriks Kekakuan Struktur Segitiga 15
2.5.2 Idealisasi Matriks Kekakuan Struktur Persegi 21
2.5.3 Proses pembentukan Persamaan Global Struktur 24
2.5.4 Perhitungan Tegangan Elemen 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25
3.1 Uraian Umum 25
3.2 Analisis Model 25
3.3 Deskripsi Domes 25
3.3.1 Permodelan Struktur 26
3.4 Metode Analisis 26
3.5 Kerangka Analisis 26
3.6 Tahap Analisis 28
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 30
4.1 Analisis Struktur Dome 30
4.1.1 Struktur Dome Elemen Shell Persegi 30
4.1.2 Struktur Dome Elemen Shell Segitiga 34
4.1.3 Struktur Dome Elemen Shell Belah Ketupat 38
4.2 Pembahasan 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 44
5.1 Kesimpulan 44
5.2 Saran 44
DAFTAR PUSTAKA xvii
LAMPIRAN xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tabel Partisipasi Mode 32
Tabel 4.2 Data Frekuensi Alami dan Periode Getar 32
Tabel 4.3 Joint Displacement Struktur 33
Tabel 4.4 Gaya Dalam dan Tegangan Elemen Shell 35
Tabel 4.5 Data Frekuensi Alami dan Periode Getar Struktur 36
Tabel 4.6 Joint Displacement Struktur 36
Tabel 4.7 Gaya Dalam dan Tegangan Elemen Shell 38
Tabel 4.8 Data Frekuensi Alami dan Periode Getar Struktur 40
Tabel 4.9 Joint Displacement Struktur 40
Tabel 4.10 Gaya Dalam dan Tegangan Elemen Shell 41
Tabel 4.11 Perbandingan Nilai Joint Displacement Maksimum 43
Tabel 4.12 Perbandingan Nilai Periode Getar dan Frekuensi Alami 43
Tabel 4.13 Perbandingan Gaya Dalam dan Tegangan Dalam Shell 43
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Model Dome yang Bervariasi 1
Gambar 1.2 Desain Elemen Struktural Dome 2
Gambar 2.1 (a) Sistem dengan Tiga Derajat Kebebasan Teredam
(b) Free-Body Diagram 7
Gambar 2.2 Elemen Segitiga Dalam Tiga Dimensi 14
Gambar 2.3 Elemen Segitiga Pada Koordinat Global 15
Gambar 2.4 Elemen Segitiga Pada Koordinat Lokal 16
Gambar 2.5 Elemen Shell Rectangular dengan Empat Joint 20
Gambar 2.6 Elemen Persegi dengan Koordinat Global 21
Gambar 3.1 Diagram Ilustrasi Global Penelitian 27
Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Perhitungan Secara Umum 28
Gambar 3.3 Diagram Alir Perhitungan dengan Komputer 29
Gambar 4.1 Crenosphere Stadion di Amerika Serikat Tinggi
Maksimum dome mencapai 500ft dengan diameter
Maksimum 1000ft 30
Gambar 4.2 Dome dengan Elemen Shell Persegi 30
Gambar 4.3 Modus Getar Pertama dengan Periode Getar
(T= 0,07354 detik) 31
Gambar 4.4 Distribusi Gaya Shell Maksimum pada Tiap Tingkat Mode 32
Gambar 4.5 Distribusi Momen Shell Maksimum pada
Tiap Tingkat Mode 32
Gambar 4.6 Distribusi Gaya Shell Maksimum pada
Tiap Tingkat Mode 33
Gambar 4.7 Distribusi Tegangan Shell Maksimum pada
Tiap Tingkat Mode 33
Gambar 4.8 Dome Kaca dengan Elemen Shell Segitiga 34
Gambar 4.9 Dome dengan Elemen Shell Segitiga 34
Gambar 4.10 Modus Getar Pertama dengan Periode Getar
(T= 0,07358 detik) 35
Gambar 4.11 Distribusi Gaya Shell Maksimum
pada Tiap Tingkat Mode 35
Gambar 4.12 Distribusi Momen Shell Maksimum
Pada Tiap Tingkat Mode 35
Gambar 4.13 Distribusi Gaya Geser Shell Maksimum
Pada Tiap Tingkat Mode 36
Gambar 4.14 Distribusi Tegangan Shell Maksimum
Pada Tiap Tingkat Mode 37
Gambar 4.15 Dome dengan Elemen Shell Belah Ketupat 38
Gambar 4.16 Modus Getar Pertama dengan Periode Getar
(T=0,07438 detik) 38
Gambar 4.17 Distribusi Gaya Shell Maksimum
Pada Tiap Tingkat Mode 39
Gambar 4.18 Distribusi Momen Shell Maksimum
Pada Tiap Tingkat Mode 39
Gambar 4.19 Distribusi Gaya Geser Maksimum
Pada Tiap Tingkat Mode 40
Gambar 4.20 Distribusi Tegangan Shell Maksimum
Pada Tiap Tingkat Mode 40
Gambar 4.21 Perbandingan Pola Getaran Struktur Domes 41
Gambar 4.22 Domes dengan Elemen Shell Belah Ketupat
Tampak dari atas 41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Hasil Analisis Model
A-1 Model Shell Elemen Persegi
A-2 Model Shell Elemen Segitiga
A-3 Model Shell Elemen Belah Ketupat
Lampiran B Surat-surat Skripsi
BAB I
PENDAHULUAN
Desain dome yang baik dan optimal harus mampu memberi ketahanan
struktural terhadap beban angin dan beban gempa bumi. Gempa bumi, tanah, dan
pondasi struktur biasanya bergetar pada periode 0.2 hingga 1.2 detik, sedangkan
angin pada umumnya berhembus dengan periode getar sebesar 2 detik atau
dengan frekuensi alami 0.5 Hz. Sehingga diperlukan desain elemen shell dari
dome yang tepat baik berbentuk triangular, rectangular, maupun diamond untuk
mencapai kondisi getaran struktur yang berada jauh dari resonansi getaran gempa
bumi maupun beban angin.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Beban dinamik adalah setiap beban yang besarnya, arah atau posisinya
berubah menurut waktu. Demikian pula respon struktur terhadap beban dinamik,
yaitu lendutan dan tegangan yang dihasilkan juga mengalami perubahan waktu,
atau bersifat dinamik. (R.W. Clough & Penzein, 1988).
Kemudian R.W. Clough & Penzein (1988) juga mengatakan bahwa
masalah dinamika struktur adalah sifat perubahan menurut waktu sehingga
masalah dinamik tidak mempunyai penyelesaian tunggal, seperti pada masalah
statis. Analisisnya harus menentukan penyelesaian berturut-turut sesuai dengan
semua waktu yang penting dalam riwayat respon. Jadi masalah dinamis jelas lebih
kompleks dan banyak menyita waktu daripada masalah statis.
Analisis dinamik ini digunakan pada struktur-struktur khusus yaitu :
gedung yang strukturnya tidak beraturan, gedung dengan loncatan bidang muka
yang besar, gedung dengan tingkat kekakuan yang tidak merata, gedung yang
tingginya lebih dari 40 m, gedung yang bentuk, ukuran, dan penggunaannya tidak
umum. (Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung,
1987).
Anil K Chopra (1995) menyatakan bahwa salah satu aplikasi penting dari
teori dinamika struktur dalam rekayasa gempa adalah analisis respon dari struktur
terhadap gerakan tanah yang diakibatkan oleh gempa bumi.
Pada analisis dinamik pertama-tama haruslah menentukan frekuensi alami
dan modus getar struktur sebagai parameter dasar. Metode yang dikenal untuk
masalah ini adalah penyelesaian nilai eigen dan vektor eigen dari struktur. (Senot
Sangadji, 2004).
Modal Analysis Method adalah metode yang memakai standar mode
shapes pada struktur MDOF dengan kondisi unforced vibration. Pada kondisi
tersebut akan diperoleh suatu pola/ragam goyangan struktur MDOF yang dikenal
secara umum dengan standar mode shapes, karena respon struktur merupakan
fungsi langsung atas mode shapes struktur yang bersangkutan. (Widodo. 2001).
Clough & Penzien (1993) mengatakan bahwa metode ini juga mempunyai
kelemahan yaitu terletak pada penyelesaian eigenproblem untuk mencari
nilai/koordinat mode shapes. Karena proses tranformasi dari coupled menjadi
uncoupled, persamaan differensial menjadi uncoupled maka tidak diperlukan
matriks massa, matrik redaman, dan matriks kekakuan.
Persamaan eigenproblem merupakan karakteristik struktur yang berupa
hubungan antara massa dan kekakuan struktur. Hubungan tersebut akan
menentukan nilai frekuensi sudut dan periode getar dari struktur. (Widodo, 2001).
u1 u2 u3
k1 k2 k3
P1(t) P2(t) P3(t)
c1 c2 c3
(a)
(b)
Gambar 2.1 (a) Sistem dengan tiga derajad kebebasan teredam;
(b) Free-Body Diagram
dimana : m = massa struktur
c = koefisisen redaman struktur
•
u = kecepatan relatif
k = kekakuan tingkat
u = nodal displacement
p(t) = beban luar saat t
Berdasarkan pada kesetimbangan dinamik pada free body diagram gambar
maka akan diperoleh :
•• • • •
m1 u 1 + c1 u 1 k 2 (u 2 u 1 ) c 2 (u 2 u 1 ) p 1 (t) = 0
(2.1)
•• • • • •
m 2 u 2 k 2 (u 2 u1 ) + c 2 (u 2 u1 ) k 3 (u 3 u 2 ) c 3 (u 3 u 2 ) p 2 (t) = 0
(2.2)
•• • •
m 3 u 3 + k 3 (u 3 u 2 ) + c 3 (u 2 u 1 ) p 3 (t) = 0
(2.3)
Pada persamaan tersebut diatas tampak bahwa keseimbangan dinamik
suatu massa yang ditinjau ternyata dipengaruhi oleh kekakuan, redaman dan
simpangan massa sebelum dan sesudahnya. Persamaan dengan sifat – sifat seperti
itu umumnya disebut coupled equation, karena persamaan – persamaan tersebut
akan tergantung satu sama dengan yang lainnya. Penyelesaian persamaan tersebut
harus dilakukan secara simultan, artinya dengan melibatkan seluruh persamaan
yang ada.
Selanjutnya menyusun persamaan – persamaan diatas menurut parameter
yang sama (percepatan, kecepatan, dan simpangan) sehingga akan diperoleh :
•• • •
m1 u 1 + (c1 + c 2 ) u 1 c 2 u 2 + (k 1 + k 2 )u 1 k 2 u 1 = p1 (t)
(2.4)
•• • • •
m 2 u 2 c 2 u1 + (c 2 + c 3 ) u 2 c 3 u 3 k 2 u1 + (k 2 + k 3 )u 2 k 3 u 3 = p 2 (t)
(2.5)
•• • •
m 3 u 3 c 2 u 2 + c 3 u 3 k 3 u 2 + k 3 u 3 = p 3 (t)
(2.6)
Persamaan – persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut
:
•• •
m1 0 0 u1 c1 + c 2 c2 0 u1
•• •
0 m2 0 u2 + c2 c 2 + c3 c3 u 2
•• •
0 0 m3 u 3 0 c3 c3 u
3
k1 + k 2 k2 0 u1 p1 (t)
+ k2 k2 + k3 k 3 u 2 = p 2 (t)
0 k3 k3 u3 p 3 (t)
(2.7)
Persamaan di atas dapat ditulis dalam matriks yang lebih kompak :
•• •
m u + c u + ku = p(t)
(2.8)
Apabila struktur dengan derajat kebebasan banyak tersebut dikenai beban
gempa bumi maka persamaan (2.8) menjadi :
•• • ••
m u + c u + ku = m {1}u g
(2.9)
••
dimana {1}adalah vektor angka satu dan u g adalah percepatan tanah.
(2.15)
persamaan (2.15) disebut persamaan karakteristik, persamaan frekuensi, atau
eigenproblem.
Dengan memperluas determinan akan diperoleh persamaan aljabar berderajat N,
dalam parameter N 2 untuk sistem yang mempunyai N derajat kebebasan.
Ke-N akar-akar persamaan ini ( N1 , N 2 , N 3 ,......N N ) menunjukkan frekuensi
natural dari ke-N getaran yang mungkin terjadi pada sistem. Akar dari persamaan
karakteristik dikenal sebagai nilai karakteristik, nilai normal atau nilai eigen. Jika
frekuensi natural getaran NN sudah diketahui, persamaan (2.14) dapat
z = xz = yz =0
xz = yz =0
z =0
akan didapatkan komponen tegangan dari regangan:
E E
x = 2 x + 2 y
1 1
(2.18)
E E
y = 2 x + 2 y
1 1
(2.19)
xy
xy =
G
(2.20)
Pada persamaan (2.20), G adalah konstanta elastisitas lain yang disebut modulus
geser. Hubungan G terhadap modulus elastisitas (E) dinyatakan :
E
G=
2(1 + )
(2.21)
persamaan (2.21) disubstirusikan ke persamaan (2.20) diperoleh :
2(1 + )
xy = xy
E
(2.22)
adalah angka poisson (Possion Ratio).
Persamaan (2.18), (2.19), dan (2.22) disubstitusikan ke persamaan (2.17) didapat
hubungan antara tegangan dan regangan bidang sebagai berikut :
x 1 0 x
E
y = 2
1 0 y
1 1
xy 0 0 xy
2
(2.23)
dengan :
1 0
E
D= 2
1 0
1 1
0 0
2
(2.24)
[D] adalah matriks kekakuan material tegangan bidang untuk Plane Stress.
X
Gambar (2.3) Elemen Segitiga pada Koordinat Global
vi vj
ui uj
i j x
Gambar (2.4) Elemen Segitiga pada Koordinat Lokal
(x yj k xkyj) (x k y i xi yk ) (x y
i j x jyi )
H= (y j yk ) (y k yi ) (y i yj)
(x k xi ) (x i xk ) (x j xi )
3x 3
(2.29)
agar lebih simple titik nodal di elemen segitiga tersebut berimpit dengan titik awal
koordinat lokal x-y sehingga :
x i = 0 yi = 0 y j = 0
A = ½ (x j 0 )(y k 0) = ½ x j y k
x jyk 0 0
H= yk yk 0
xk x j xk xj
3x 3
(2.30)
N2 = yk x xk y
N3 = x jy
(2.33)
0
x
x
y = 0 .[N ]2 x 6 .{u}6 x1
y
xy
y x
(2.34)
persamaan (2.32) disubstitusikan ke persamaan (2.34) didapat :
{ } = [B].{u}
(2.35)
sehingga didapat matriks kekakuan local :
[K ] = [B]T .[D][. B]dv
v
(2.36)
dimana untuk Plane Stress matriks kekakuan material tegangan bidang dapat
dilihat pada persamaan (2.24):
1 0
E
D= 2
1 0
1 1
0 0
2
proses integrasi persamaan diatas cukup panjang, sehingga tidak ditulis secara
lengkap disini. Hasil stiffness matrik elemen segitiga sebagai berikut :
[K ] = t × A × [B]T × [D]× [B]
(2.37)
dimana : K = matrik kekauan elemen
t = tebal struktur
A = luas penampang elemen
D = matriks konstitutif (material) elemen
!i 0 !j 0 !k 0
1
[B] = 0 i 0 j 0 k
2A
i !i j !j k !k
(2.38)
[B]T = Transpose matriks [B]
!i = y j yk i = xk xj
! j = yk yi j = xi xk
!k = yi yj k = xj xi
g
h
e f
X
Gambar (2.6) Elemen Persegi pada Koordinat global
vh vg
b b
g
h ug
uh
h
x,u
ve h
vf
e uf
ue f
v( x, y ) = a 5 + a 6 x + a 7 y + a8 xy
(2.39)
persamaan tersebut dapat ditulis menjadi :
1
[(b x )(h y)u1 + (b + x ))h y)u 2 + (b + x )(h + y)u 3 + (b x)(h + y)u 4 ]
u ( x , y) =
4bh
……………………………………………………………………………………(2
.40)
1
[(b x )(h y) v1 + (b + x ))h y) v 2 + (b + x )(h + y) v 3 + (b x )(h + y)v 4 ]
v( x , y ) =
4bh
……………………………………………………………………………………(2
.41)
kemudian diperoleh nilai N “Shape Function” :
N1 =
(b x )(h y)
N2 =
(b + x )(h y)
4 bh 4 bh
N3 =
(b + x )(h + y ) N4 =
(b x )(h + y )
4bh 4bh
yang dapat ditulis kedalam bentuk matriks :
ue
ve
uf
u N 0 N2 0 N3 0 N4 0 vf
= 1
v 0 N1 0 N2 0 N3 0 N4 ug
vg
uh
vh
(2.42)
= [N ]2 x 8 .{u}8 x1
dengan menggunakan displacement regangan, dapat ditulis sebagai berikut :
0
x
x
y = 0 .[N ]2 x 8 .{u}8 x1
y
xy
y x
(2.43)
persamaan (2.42) disubstitusikan ke persamaan (2.43) menjadi :
{ } = [B].{u}
(2.44)
sehingga didapat matriks kekakuan lokal :
h b
[K ] = [B]T [D][B].t dx dy
h b
(2.45)
dimana untuk Plane Stress matriks kekakuan material tegangan bidang dapat
dilihat pada persamaan (2.24):
1 0
E
D= 2
1 0
1 1
0 0
2
proses integrasi persamaan diatas cukup panjang, sehingga tidak ditulis secara
lengkap disini. Hasil stiffness matrik elemen segitiga sebagai berikut :
[K ] = t × A × [B]T × [D]× [B]
(2.46)
dimana : K = matrik kekauan elemen
t = tebal struktur
A = luas penampang elemen
D = matriks konstitutif (material) elemen
(h y) 0 (h y) 0 (h + y) 0 (h + y) 0
1
B= 0 (b x) 0 (b + x) 0 (b + x) 0 (b x)
4bh
(b x) (h y) (b + x) (h y) (b + x) (h + y) (b x) (h + y)
………………………………………………………………………………….(2.4
7)
(2.49)
dengan metode persamaan linier program SAP 2000 dapat menghasilkan nilai
displacement. {d}merupakan unknown degrees of freedom yang biasa disebut
Primary Unknowns yang merupakan parameter pertama kali terhitung dalam
metode kekakuan.
METODOLOGI PENELITIAN
yang telah dikemukakan, yaitu untuk mengetahui pengaruh bentuk atau model
shell element pada struktur Plane Stress terhadap respon dinamis struktur yang
sistem yang tersusun dari elemen – elemen yang layak, yang masih memberikan
sebagai building house di tepi pantai bertingkat dua berjenis monolithic dan
STRUKTUR
Domes
RESPON I
Frekuensi alami
ANALISIS
DINAMIS
RESPON II
Modal Analysis Modus Getar
BEBAN
Berat sendiri
RESPON III
Displacement
Material
Parameter
Penyusunnya
MULAI
Data Struktur
(Material dan Frame)
Pemodelan Struktur
Persamaan Karakteristik
SELESAI
Data Struktur
(Material dan Frame)
Pemodelan Struktur
Output :
Frekuensi Alami dan Periode Getar
Modus Getar,
Joint Displacement
SELESAI
Model struktur dome yang digunakan pada analisis ini adalah gambar 4.2 berikut :
Gambar 4.3 Modus getar pertama dengan periode getar ( T = 0.07354 detik ).
Modus getar struktur pada step mode pertama, kedua, dan ketiga bisa
dilihat perbedaannya pada gambar diagram gaya dan tegangan dalam shell berikut
ini :
Dari gambar diatas dapat diketahui modus getar ke-1 dan ke-2 masih
simetris dan tegangan berpusat di dasar sebesar 1530 ton/m. Pada mode ke-3
modus getar sudah asimetris, garis meredian satu dengan yang lain berbeda arah
perpindahannya. Tegangan terbesar terletak pada tiap – tiap garis merediannya
sebesar 3650 ton/m.
Mode ke-1 distribusi momen terbesar terletak pada 2 shell bawah dan
momen terbagi rata menuju puncak domes. Mode ini masih cukup stabil karena
deformasi struktur sangat kecil. Kondisi pada mode ke-2 masih sama dengan
mode ke-1 tetapi struktur sudah terdeformasi cukup besar ke kiri. Pada mode ke-3
distribusi momen terbesar terdapat pada garis meredian.
Distribusi gaya geser terbesar mode ke-1 dan mode ke-2 berpusat pada
dasar dome dan struktur masih bersifat simetris dan hanya terdeformasi ke kanan
dan ke kiri. Mode ke-3 sudah bersifat asimetris dan gaya geser terbesar mendekati
puncak dome.
Mode ke-1 struktur dome masih stabil karena hampir tidak terdeformasi
dan tidak ada distribusi tegangan yang besar. Hal ini ditunjukkan dengan tidak
adanya warna biru pada struktur. Mode ke-2 distribusi tegangan shell terbesar
berpusat pada dasar dome sebelah kiri dan struktur sudah mulai terdeformasi ke
kanan. Mode ke-3 sangat tidak stabil karena distribusi tegangan shell terbesar
terdapat pada garis meridian menerus dari puncak menuju dasar sehingga
menyebabkan struktur tidak simetris.
Selanjutnya gaya dan tegangan maksimum maupun minimum dapat
ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 4.4 Gaya dalam dan tegangan elemen shell
Maksimum Minimum
F (ton/m) 6187,23 -6186,54
M (ton-m/m) 29,61 -29,61
V (ton/m) 37,17 0,08
S Top (ton/m^2) 145132,17 -145108,82
S Bottom (ton/m^2) 108239,06 -108239,02
S Average (ton/m^2) 743,54 1,69
Model struktur dome yang digunakan pada analisis ini adalah gambar 4.9 berikut :
Modus getar struktur pada step mode pertama, kedua, dan ketiga bisa
dilihat perbedaannya pada gambar diagram gaya dan tegangan dalam shell berikut
ini :
Mode ke-1 Mode ke-2 Mode ke-3
Gambar 4.11 Distribusi gaya shell maksimum pada tiap tingkat mode
Distribusi tegangan shell pada ketiga mode ini hampir sama dengan
distribusi gaya shell. Distribusi terbesar ditunjukkan dengan warna biru dan
terkecil dengan warna kuning. Bentuk ketiga mode ini simetris sehingga struktur
masih cukup stabil.
Selanjutnya gaya dan tegangan shell maksimum maupun minimum dapat
ditabelkan sebagai berikut :
Tabel 4.7 Gaya dalam dan tegangan elemen shell
Maksimum Minimum
F (ton/m) 11555,30 -13163,21
M (ton-m/m) 105,71 -124,94
V (ton/m) 341,883 0,04
S Top (ton/m^2) 237318,93 -393551,44
S Bottom (ton/m^2) 225077,76 -556714,14
S Average (ton/m^2) 6837,67 0,79
4.1.3 Struktur Dome Elemen Shell Belah Ketupat
Model struktur dome dengan menggunakan bantuan perangkat lunak
analisis struktur adalah sebagai berikut :
Adapun monolithic domes di atas disusun oleh : 504 buah elemen shell,
dengan luasan shell maksimum pada bagian dasar lengkung sebesar 1.2404 m2,
dan luas daerah shell minimum di puncak dome sebesar 0.1898m2.
Gambar 4.16 Modus getar pertama dengan periode getar ( T = 0.07438 detik ).
Modus getar struktur pada step mode pertama, kedua, dan ketiga bisa
dilihat perbedaannya pada gambar diagram gaya dan tegangan dalam shell berikut
ini :
Mode ke-1 dan mode ke-3 terdeformasi di puncak tetapi tidak terdeformasi
ke kanan maupun ke kiri. Sedangkan pada mode ke-2 terdeformasi ke kanan.
Kondisi seperti di atas menunjukkan bahwa struktur tidak stabil di puncak dome.
Distribusi gaya geser pada ketiga mode tersebut terbesar terletak pada
puncak dome. Kondisi ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan warna di puncak
dome yaitu merah. Warna merah berkisar antara 4200-5600 ton/m, sedang warna
ungu berkisar antara 0-14 ton/m.
Ketiga mode tersebut terdistribusi merata dengan warna yang sama tetapi
pada mode ke-1 dan mode ke-3 terdeformasi besar di puncak.
Selanjutnya gaya dan tegangan shell maksimum maupun minimum dapat
ditabelkan sebagai berikut :
Tabel 4.10 Gaya dalam dan tegangan elemen shell
Maksimum Minimum
F (ton/m) 354047,59 -351811,4
M (ton-m/m) 389,30 -537,74
V (ton/m) 4451,82 0,008377
S Top (ton/m^2) 7608419,28 -68090,96
S Bottom (ton/m^2) 6556956,95 -73030,46
S Average (ton/m^2) 89036,47 0,17
4.2 Pembahasan
a. Hasil analisis menunjukkan bahwa modus pertama struktur domes dengan
elemen shell berbentuk dasar persegi, segitiga, dan belah ketupat memiliki
deformasi yang sedikit berbeda seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini :
Lokasi deformasi
b. Hasil analisis menunjukkan bentuk modus getar yang dihasilkan elemen shell
persegi mode ke-3 pada distribusi gaya, momen, gaya geser dan tegangan
shell berbentuk asimetris. Garis meridian satu dengan yang lain berbeda arah
perpindahannya. Kalau dikaji lebih lanjut elemen shell persegi tidak memiliki
tingkat kestabilan yang tinggi, karena terdapat 4 titik yang bisa dibuat
bermacam–macam ruang misalnya belah ketupat.
c. Modus getar shell segitiga dari mode ke-1 sampai mode terakhir berbentuk
simetris. Kalau dikaji lebih lanjut elemen shell segitiga yang memiliki 3 titik
hanya bisa dibuat 1 bidang saja. Hal ini menunjukkan bahwa shell segitiga
memiliki tingkat kestabilan yang lebih tinggi dari shell persegi.
f. Data periode getar dan frekuensi alami struktur menunjukkan angka yang
saling mendekati, dimana berkisar pada nilai 0.074 detik atau sekitar 13,5 hz.
Frekuensi alami ini cukup aman terhadap getaran dinamis angin yang berkisar
pada nilai 0.5 Hz.
Tabel 4.12 Perbandingan nilai Periode getar dan Frekuensi alami
Periode Getar Frekuensi Alami
(detik) (Hz)
Domes shell persegi 0,073539 13,59
Domes shell segitiga 0,073583 13,59
Domes shell belah ketupat 0,074379 13,44
g. Data gaya dalam dan tegangan dalam elemen shell struktur dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 4.13 Perbandingan gaya dalam dan tegangan dalam shell
Domes shell persegi Domes shell segitiga Domes shell belah ketupat
F max. (ton/m) 6187,23 11555,3 354047,60
M max. (ton-m/m) 29,61 105,72 389,30
V max. (ton/m) 37,18 341,88 4451,82
S max. (ton/m^2) 145132,17 237318,93 6556956,95
Semakin besar gaya dalam yang ditahan oleh elemen shell, maka semakin
besar pula faktor keamanan yang harus dianalisis dalam desain struktur
domes.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap tiga model dengan tiga
tipe shellyang berbeda, yaitu persegi (rectangular), segitiga (triangular), dan
belah ketupat (diamond), dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Elemen shell persegi menunjukkan modus getar yang asimetris karena pada
garis meridian satu dengan yang lain berbeda perpindahannya.
b. Elemen shell belah ketupat memiliki modus getar yang terdeformasi besar di
puncak domes.
c. Elemen shell segitiga menunjukkan modus getar yang simetris dari mode
pertama sampai terakhir.
d. Besarnya periode getar dan frekuensi alami pada fundamental mode (modus
pertama) kondisi unforced vibration shell persegi adalah 0.07354 detik dan
13.59 Hz, segitiga adalah 0.07358 detik dan 13.59 Hz, belah ketupat adalah
0.07437 detik dan 13.45 Hz.
5.2 Saran
Beberapa pembatasan dan penyederhanaan yang dilakukan dalam analisis
ini dapat menjadi bahan pertimbangan pada analisis selanjutnya. Misalnya jumlah
model, bentuk struktur domes lain yang belum dikaji dalam analisis ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ayala, D.D & C, Kasapula. 2001. Limit State Analysis of Hemispherical Domes
with Finite Friction. Inggris, from:http://.www.monolitihicdome.com .
Logan, Daryl L. 1986. A First Course in Finite Element Method. Boston: PWS
Engineering.
Paz, Mario. 1993. Dinamika Struktur: Teori dan Perhitungan. Edisi kedua. New
York: Van Nostrand Reinhold Company.
Zimmerman, Jonathan & Robert Bisset. 2004. Dome of a Home Premiers on The
Travel Channel. Accssed on September 13th, 2004, from:
www.domeofhome.com.