Anda di halaman 1dari 123

TUGAS RANCANGAN ELEMEN MESIN

KOPLING DAN RODA GIGI


TOYOTA AVANZA

DAYA (P) : 104 HP


PUTARAN (n) : 6000 RPM

DISUSUN OLEH:

RIZKY FADILLAH
2007230145

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
HALAMAN PENGESAHAN

TUGAS RANCANGAN ELEMEN MESIN

KOPLING DAN RODA GIGI


TOYOTA AVANZA

DISUSUN OLEH:

RIZKY FADILLAH
2007230145

Diketahui Oleh Disetujui Oleh


Ketua Prodi Teknik Mesin Dosen Pembimbing

Chandra A Siregar, S.T., M.T Chandra A Siregar, S.T., M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

ii
HALAMAN SPESIFIKASI

TUGAS RANCANGAN ELEMEN MESIN

KOPLING DAN RODA GIGI


TOYOTA AVANZA

Nama : FRANS WIJAYA


NPM : 1907230101
Semester : V ( Lima )
Spesifikasi :

...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Medan, 18 Desember 2021


Dosen Pembimbing

Chandra A Siregar, S.T., M.T

iii
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji
dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia
dan nikmat yang tiada terkira. Salah satu dari nikmat tersebut adalah keberhasilan
penulis dalam menyelesaikan Tugas Rancangan Elemen Mesin yang meliputi
Perencanaan Kopling dan Roda Gigi pada mobil Toyota Avanza dengan Daya : 104
PS dan Putaran 6000 RPM sebagai syarat untuk meraih gelar akademik Sarjana
Teknik pada Program Studi Teknik Mesin,Fakultas Teknik,Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Medan.
Banyak pihak telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Rancangan Elemen
Mesin ini, untuk itu penulis menghaturkan rasa terimakasih yang tulus dan dalam
kepada:
1. Bapak Munawar Alfansury Siregar, S.T., M.T selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara
2. Bapak Chandra A Siregar, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin,
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
3. Bapak Ahmad Marabdi Siregar, S.T., M.T selaku Sekretaris Program Studi Teknik Mesin,
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
4. Bapak Chandra A Siregar, S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Tugas Rancangan Elemen
Mesin ini..
5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen di Program Studi Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis.
6. Orang tua penulisyang telah bersusah payah membesarkan dan membiayai studi penulis.
7. Bapak/Ibu Staf Administrasi di Biro Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.
8. Senior dan sahabat-sahabat saya yang tidak mungkin namanya di sebut satu per satu.

iv
Tugas Rancangan Elemen Mesin ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis berharap kritik dan masukan yang konstruktif untuk menjadi bahan
pembelajaran berkesinambungan penulis di masa depan. Semoga Tugas Rancangan
Elemen Mesin ini dapat bermanfaat bagi dunia konstruksi Teknik Mesin

Medan, 18 Desember 2021


Penulis

Frans wijaya

v
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN SPESIFIKASI Iii
KATA PENGANTAR Iv
DAFTAR ISI Vi
DAFTAR GAMBAR Vii
DAFTAR TABEL Vii
i
DAFTAR NOTASI Ix
LEMBAR ASISTENSI X

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 2
1.3. Batasan Masalah 2
1.4. Sistematika Penulisan 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4


2.1. Kopling 4
2.1.1 klasifikasi kopling 4
2.1.2 Macam macam kopling 5
2.1.3 Dasar Pemilihan Kopling 12
2.2. Roda Gigi 13
2.2.1 Klasifikasi Roda gig 13
2.2.2 Macam macam roda gigi 15
2.2.3. Teori Dasar Gear Ratio 22

BAB 3 PERHITUNGAN BAGIAN UTAMA 23


3.1 Kopling 23
3.1.1 Poros 23
3.1.2 Spline dan naf 30
3.1.3 Plat Gesek 35
3.1.4 Pegas 42
3.1.5 Bantalan 49
3.1.6 Baut dan Mur 55
3.1.7 Paku Keling 60
3.2 Roda Gigi 64
3.2.1 Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Satu 66
3.2.2 Perhitungan Roda Gigi Kecepatan dua 71
3.2.3 Perhitungan Roda Gigi Kecepatan 76
3.2.4 Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Empat 81
3.2.5 Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Lima 86
3.2.6 Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Mundur 91

vi
BAB 4 PERAWATAN 96
4.1 Kopling 96
4.2 Roda Gigi 96

BAB 5 KESIMPULAN 98
DAFTAR PUSTAKA 103

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kopling Bus 6


Gambar 2.2 Kopling Flens Kaku 6
Gambar 2.3 Kopling Flens Tempa 7
Gambar 2.4 kopling Karet Bintang 7
Gambar 2.5 kopling Rantai 8
Gambar 2.6 kopling Gigi 8
Gambar 2.7 kopling Universal Hook 9
Gambar 2.8 kopling Cakar 9
Gambar 2.9 kopling Plat 10
Gambar 2.10 kopling Kerucut 10
Gambar 2.11 kopling Friwil 11
Gambar 2.12 Roda Gigi Lurus 16
Gambar 2.13 Roda Gigi Miring 16
Gambar 2.14 Roda Gigi Miring Ganda 17
Gambar 2.15 Roda Gigi Dalam Dan Pinyon 17
Gambar 2.16 Roda Gigi Dan Pinyon 18
Gambar 2.17 Roda Gigi Kerucut Lurus 18
Gambar 2.18 Roda Gigi Kerucut Spiral 19
Gambar 2.19 Roda Gigi Permukaan 19
Gambar 2.20 Roda Gigi Miring Silang 20
Gambar 2.21 Roda Gigi Cacing Slindris 20
Gambar 2.22 Roda Gigi Lurus Cacing Selubung Ganda 21
Gambar 2.23 Roda Gigi Hypoid 21
Gambar 3.1 Poros 24
Gambar 3.2 Spline 30
Gambar 3.3 Plat Gesek 35
Gambar 3.4 Pegas Kejut 42
Gambar 3.5 Bantalan 49
Gambar 3.6 Baut Dan Mur 55
Gambar 3.7 Paku Keling 60
Gambar 3.8 Nama- Nama Bagian Roda Gigi 64

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Kopling 12


Tabel 2.2 Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin 14
Tabel 3.1 Faktor Koreksi daya yang akan di transmisikan (FC) 25
Tabel 3.2 Standart Bahan Poros 25
Tabel 3.3 Diameter Poros 27
Tabel 3.4 DIN 5462-DIN 5464 31
Tabel 3.5 Harga µ dan pa 35
Tabel 3.6 Momen puntir gesek statis kopling plat tunggal kering 38
Tabel 3.7 Laju keausan permukaan plat gesek 39
Tabel 3.8 Batas keausan rem dan kopling plat tunggal kering 40
Tabel 3.9 Harga modulus geser G 42
Tabel 3.10 Bantalan bola 49
Tabel 3.11 Faktor - faktor V, X, Y dan X0, Y0 51
Tabel 3.12 Ukuran standar ulir kasar metris 56
Tabel 3.13 Faktor Bentuk Gigi 65
Tabel 3.14 Faktor dinamis fv 65

LAMPIRAN
SPESIFIFIKASI MOBIL
SURAT BIMBINGAN
GAMBAR TEKNIK KOPLING
GAMBAR TEKNIK RODA GIGI

Sistem penulisan daftar pustaka dalam tugas rancangan elemen mesin kopling dan
roda gigi menggunakan APA Style.
Amir, D. dan Susatyo, W. (2006)Perencanaan Gedung Disperending. Laporan
Tugas Akhir, Surabaya: Program Studi Teknik Sipil, UNDIP.
Aprianda, H. (2013) Evaluasi Daktilitas pada Bangunan Rumah Toko di Kota Medan
Terkait dengan Peraturan Gempa 2012. Laporan Tugas Akhir. Medan: Program
Studi Teknik Sipil, UMSU.

viii
Ketentuan penulisan
1. Laporan ditulis pada kertas A4 dengan batas. Kiri 4cm, dan 3cm untuk batas
atas, bawah dan kanan.
2. Laporan ditulis dengan huruf Times New Roman dengan font 12.
3. Penomoran halaman diletakkan pada sudut kanan bawah. Dengan ketentuan
angka romawi untuk halaman sampul sedangkan isinya menggunakan angka
arab.
4. Halaman sampul menggunakan 1 spasi kecuali kata pengantar 1,5 spasi
5. Halaman Isi ditulis dengan 1,5 spasi.
6. Halaman penutup (daftar isi, lampiran2, lembar kegiatan harian, lembar
asistensi) ditulis dengan menggunakan 1 spasi.
7. Penulisan Bab berada di tengah (centre) dengan menggunakan angka arab dan
ditulis dalam 1 spasi. Setelah itu diberikan 2 x enter untuk menulis sub bab
(lihat lampiran).
8. Untuk memulai penulisan pada setiap paragraph, penulisan dilakukan
menjorok ke dalam sejauh 1 cm.
9. Penggunaan tulisan cetak tebal pada halaman isi hanya diperbolehkan untuk
menuliskan BAB dan Judul bab
10. Istilah asing ditulis dengan cetak miring.
11. Penomoran tabel dan gambar tidak ditulis cetak tebal (bold).
12. Penulisan nama pada tabel dilakukan diatas tabel dengan 1 spasi (termasuk
tabel, 1 spasi). Penulisan dilakukan rata pinggir kiri.
13. Tabel dibuat tanpa menggunakan garis vertical, hanya garis horizontal pada
kepala tabel dan penutup tabel.
14. Penulisan nama gambar dilakukan dibawah gambar pada posisi centre
(termasuk gambar, centre).

ix
LEMBAR ASISTENSI

TUGAS RANCANGAN ELEMEN MESIN

KOPLING DAN RODA GIGI


TOYOTA AVANZA

DAYA (P) : 104 HP


PUTARAN (n) : 6000 RPM

Nama : Frans wijaya


NPM : 1907230101

NO Hari/Tanggal Kegiatan Paraf

Medan, Desember 2021


Dosen Pembimbing

Chandra A Siregar, S.T., M.T

x
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada zaman dahulu manusia memanfaatkan tenaga hewan untuk alat
pengangkut atau kegiatan lain. Sejak dahulu manusia melakukan terobosan untuk
mempermudah pengangkutan atau transportasi.
Dan hasilnya manusia menciptakan sepeda yang digerakkan oleh kaki
manusia dengan bantuan rantai untuk melanjutkan putaran ke roda belakang dan sejak
itulah sepeda banyak digunakan untuk berbagai macam kegiatan manusia.
Dari tahun ke tahun dan zaman ke zaman alat transportasi banyak mengalami
perubahan dengan perkembangan zaman semakin canggih dan menuntut akan
pemanfaatan yang efisien waktu, manusia menemukan / menggunakan mesin seperti
pada mobil maupun pada sepeda motor yang menggunakan kopling untuk
menyetabilkan atau meneruskan putaran dari mesin ke transmisi karena dianggap
lebih efisien dan lebih mudah penggunaannya.
Sebelum ditemukannya kopling untuk menghentikan putaran mesin, kita harus
terlebih dahulu mematikannya. Hal ini adalah sangat tidak efektif. Efisiensi suatu
mesin menjadi bertambah setelah ditemukan kopling yang digunakan untuk
memindahkan dan memutuskan daya dan putaran suatu mesin ataupun motor. Maka
boleh disimpulkan bahwa kopling adalah salah satu komponen mesin yang memiliki
peranan penting dalam pengoperasiannya.
Tulisan ini dibuat untuk dapat mengetahui bagaimana cara / prinsip kerja pada
kopling dan roda gigi. Perencanaan kopling dan roda gigi ini diambil dari data
kopling mobil Toyota Avanza. Dan ini merupakan salah satu kewajiban yang harus
dipenuhi oleh setiap mahasiswa fakultas teknik program studi teknik mesin UMSU
untuk mencapai gelar sarjana teknik.

1
1.2. Tujuan
Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari sistem kopling ini adalah :
1. Untuk mempermudah pemindahan transmisi.
2. Untuk meredam momen torsiyang timbul pada saat kendaraan berjalan.
3. Untuk menghubungkan dan melepaskan putaran Crank Shaft ke Transmisi.
Adapun tujuan umum dari sistem roda gigi ini adalah :
1. Untuk merendahkan putaran mesin.
2. Untuk meredam momen torsi yang timbul pada saat kendaraan berjalan.
3. Untuk meneruskan putaran dari flywhell(roda gila) ke kopling menuju
transmisi sampai ke repair wheel drive.

Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari kopling ini adalah :
1. Agar dapat menghitung tegangan geser yang terjadi pada kopling.
2. Agar dapat memilih / mengetahui bahan-bahan dan jenis bahan dalam
perencanaan kopling.
3. Agar dapat menghitung perbandingan putaran pada sistem kopling.
Adapun tujuan khusus dari roda gigi ini adalah :
1. Agar dapat menghitung tegangan geser yang terjadi pada roda gigi
2. Agar dapat memilih/mengetahui bahan-bahan dan jenis bahan
dalamperencanaan roda gigi.
3. Agar dapat menghitung perbandingan putaran pada tiap – tiap roda gigi.
1.3. Batasan Masalah.
Adapun batasan masalah agar tidak menyimpang dari tujuan perancangan
yang akan di harapkan, penulis perlu membatasi masalah yang akan dihitung dalam
rancangan kopling dan roda gigi.
Batasan-batasannya adalah :
1. Daya (P) = 104 PS
2. Putaran (n) = 6000 rpm

2
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang akan dijabarkan yaitu diawali dengan Halaman
Pengesahan, Halaman Spesifikasi,Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Gambar, dan
Daftar Tabel. Pada BAB 1 yang akan dibahas adalah Latar Belakang Perencanaan,
Tujuan Perencanaan, Batasan Masalah, dan Sistematika Penulisan. Pada BAB 2 akan
di bahas mengenai Tinjauan Pustaka mengenai kopling dan roda gigi. Pada BAB 3
yang akan dibahas adalah.
Perhitungan kopling :
1. Perhitungan ukuran Poros
2. Perhitungan ukuran Spline dan Naaf
3. Perhitungan ukuran Plat Gesek
4. Perhitungan ukuran Pegas
5. Perhitungan ukuran Bantalan
6. Perhitungan ukuran Baut dan Mur
7. Perhitungan ukuran Paku Keling
Perhitungan roda gigi :
1. Perhitungan Roda Gigi pada kecepatan pertama
2. Perhitungan Roda Gigi pada kecepatan kedua
3. Perhitungan Roda Gigi pada kecepatan ketiga
4. Perhitungan Roda Gigi pada kecepatan keempat
5. Perhitungan Roda Gigi pada kecepatan kelima
6. Perhitungan Roda Gigi pada kecepatan mundur
7. Bantalan
8. Baut dan Mur
Selanjutnya pada BAB 4 akan ditulis mengenai Pemeliharaan Maintenance
dari kopling dan roda gigi. BAB 5 akan diisi dengan Kesimpulan dari perhitungan
kopling dan roda gigi. Dan di akhiri dengan Daftar Pustaka, Lampiran, Lembar
Asistensi, Spesifikasi Mobil, Surat Bimbingan, Gambar Teknik Kopling, dan Gambar
Teknik Roda Gigi.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kopling
Kopling adalah suatu komponen mesin yang digunakan untuk
menghubungkan dua bagian konstruksi mesin yaitu antar poros yang bergerak dan
poros yang digerakkan.Kopling ini berfungsi untuk memindahkan tenaga mesin dan
putaran mesin ke roda belakang secara perlahan-lahan sehingga dapat bergerak
dengan lembut pada saat tenaga mesin dipindahkan ke transmisi. Kopling ini
ditempatkan diantara roda penerus dan transmisi dengan demikian jelaslah bahwa
kopling merupakan komponen yang utama dalam suatu mesin yaitu menghubungkan
dan melepaskan hubungan antara putaran mesin dan transmisi.

2.1.1 Klasifikasi Kopling


Kopling merupakan komponen mesin yang banyak sekali digunakan dalam
konstruksi mesin, sehingga untuk merencanakan kopling harus diperhatikan hal - hal
sebagai berikut :
1. Pemasangan yang mudah dan cepat.
2. Aman pada putaran tinggi, getaran dan tumbukan kecil.
3. Konstruksinya yang baik dan praktis.
4. Material kopling harus tahan terhadap :
 Temperatur yang tinggi dan sifat penghantar arus.
 Keausan dan goresan.
 Koefisien gesek yang tinggi.
 Sifat ductility yang baik.
5. Dapat mencegah pembebanan lebih.
6. Harga dan ketersediaan.

Jika ditinjau dari sistem pengoperasian dan cara kerjanya maka kopling dapat
dibedakan atau diklasifikasikan menjadi sebagi berikut :

4
a. Kopling tetap
b. Kopling tidak tetap

a. Kopling tetap
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa
terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut terletak pada satu garis lurus atau
dapat sedikit berbeda sumbunya. Berbeda dengan kopling tidak tetap yang dapat
dilepaskan dan dihubungkan bila diperlukan, maka kopling tetap selalu dalam
keadaan terhubung.

b. Kopling tidak tetap


Kopling tidak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros
yang digerakkan dan poros penggerak dengan putaran yang sama dalam meneruskan
daya. Serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut baik dalam keadaan
diam maupun berputar.

2.1.2. Macam - macam Kopling

a. Kopling Kaku
Kopling kaku digunakan bila kedua poros dihubungkan dengan sumbu segaris.
Kopling ini banyak digunakan pada poros mesin dan transmisi umum dipabrik -
pabrik.

Yang termasuk kedalam kopling kaku adalah :

 Kopling Bus
Kopling ini digunakan apabila dua buah poros saling disambungkan sentrik dengan
teliti. Pada konstruksinya ujung poros pada kopling ini harus dirapikan dan distel satu
terhadap yang lainnya dengan teliti, juga pada arah memanjang. Kopling ini sering
digunakan pada bubungan, baling - baling kapal dan juga pada poros baling - baling.
Kopling bus seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

5
Gambar 2.1 Kopling Bus (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)

 Kopling Flens Kaku


Kopling flens kaku terdiri atas naaf dengan flens yang terbuat dari besi cor atau baja
dan dipasang pada ujung dengan diberi pasak serta diikat dengan baut pada flensnya.
Dalam beberapa hal naaf dapat dipasang pada poros dengan sumbu pres atau kerut.
Kopling flens kaku seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.2 Kopling Flens Kaku (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)

 Kopling Flens Tempa


Kopling ini flensnya ditempa menjadi satu dengan poros pada ujung poros dan
disebut poros flens tempa. Keuntungannya adalah diameter flens dibuat kecil karena
tidak memerlukan naaf. Kopling ini digunakan untuk poros turbin air yang
dihubungkan dengan generator sebagai pembangkit listrik.
Kopling flens tempa seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

6
Gambar 2.3 Kopling Flens Tempa (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)

 Kopling Karet Bintang


Kopling ini juga hampir sama kerjanya dimana digunakan karet sehingga
memungkinkan poros ikut berputar tidak pada satu garis. Kopling ini biasanya
digunakan untuk penyambungan daya yang besar, seperti pada turbin uap untuk
menggerakkan generator.
Kopling karet bintang seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.4 Kopling Karet Bintang (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)

 Kopling Rantai
Sesuai dengan namanya kopling ini menggunakan rantai untuk menghubungkan
kedua buah poros. Kopling rantai umumnya digunakan untuk memindahkan momen
yang besar, seperti pada mesin gilas dan turbin uap.
Kopling rantai seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

7
Gambar 2.5 Kopling Rantai (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)

 Kopling Gigi
Kopling ini pada bagaian sillinder dalam terdapat gigi - gigi yang dihubungkan
dengan silinder luar. Silinder luar ini dihubungkan dengan menggunakan baut. Pada
kopling ini terdapat tempat untuk memasukkan minyak. Kopling ini digunakan pada
mesin pengaduk beton. Kopling gigi seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.6 Kopling Gigi (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)

b. Kopling Universal
Salah satu jenis kopling universal yaitu kopling universal hook. Kopling ini dirancang
sedemikian rupa sehingga mampu memindahkan putaran walaupun poros tidak
sejenis. Kopling ini digunakan pada mesin frais.
Kopling universal seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

8
Gambar 2.7 Kopling Universal Hook (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)

c. Kopling Cakar
Kopling ini meneruskan momen dengan kontak positif (tidak dengan perantaraan
gesekan) hingga tidak dapat slip. Ada dua bentuk kopling cakar, yaitu kopling cakar
persegi dan kopling cakar spiral. Kopling cakar persegi dapat meneruskan momen
dalam dua arah putaran, tetapi tidak dapat dihubungkan dalam keadaan berputar
sebaliknya, kopling cakar spiral dapat dihubungkan dalam keadaan berputar tetapi
hanya baik untuk satu putaran saja. Kopling cakar seperti terlihat dalam gambar di
bawah ini.

Gambar 2.8 Kopling Cakar (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)

d. Kopling Plat
Kopling ini meneruskan momen dengan perantaraan gesekan. Dengan
demikikan pembebanan yang berlebihan pada poros penggerak pada waktu
dihubungkan dapat dihindari. Selain itu, karena dapat terjadi slip maka kopling ini
sekaligus juga dapat berfungsi sebagai pembatas momen. Menurut jumlah platnya,

9
kopling ini dibagi atas kopling plat tunggal dan kopling plat banyak, dan menurut
cara pelayanannya dapat dibagi atas cara manual, hidrolik dan magnetik. Kopling
disebut kering bila plat - plat gesek tersebut bekerja dalam keadaan kering dan
disebut basah bila terendam atau dilumasi dengan minyak. Kopling ini sering
digunakan pada kendaraan bermotor.

Gambar 2.9 Kopling Plat (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)

e. Kopling Kerucut ( Cone Clutch )


Kopling ini menggunakan bidang gesek yang berbentuk kerucut. Kopling ini
mempunyai keuntungan dimana dengan gaya aksial yang kecil dapat ditransmisikan
momen yang besar. Kelemahannya adalah daya yang diteruskan tidak seragam.
Kopling kerucut sepeti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.10 Kopling Kerucut (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)

10
f. Kopling Friwil
Dalam permesinan sering diperlukan kopling yang dapat lepas dengan
sendirinya bila poros penggerak mulai berputar lebih lambat atau dalam arah
berlawanan arah dari poros yang digerakkan. Kopling friwil seperti yang terlihat pada
gambar di bawah ini.

Gambar 2.11 Kopling Friwil (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)

11
2.1.3. Dasar Pemilihan Kopling
Dalam merencanakan kopling untuk kendaraaan bermotor, maka yang sering
dipakai adalah jenis kopling tidak tetap, yaitu kopling cakar, kopling plat, kopling
kerucut dan juga kopling friwil. Perhatikan tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Kopling

Nama Kopling Kelebihan Kekurangan


Kopling Dapat meneruskan momen Tidak dapat dihubungkan
Cakar dalam dua arah putaran dalam keadaan berputar

Kopling Plat Dapat dihubungkan dalam Hanya dapat memutar


keadaan berputar sekitar 50 rpm
Terjadinya slip sangat
kecil

Kopling Kerucut Gaya aksial kecil Dayanya tidak seragam


menghasilkan momen torsi
besar

Kopling Friwil Kopling ini dapat lepas Tidak dapat dihubungkan


dengan sendirinya bila dalam keadaan berputar
poros penggerak mulai kencang.
lambat

12
2.2. Roda Gigi
Sesuai dengan fungsinya roda gigi adalah merupakanelemen mesin yang dapat
mentransmisikan daya dan putaran. Aspek yang harus diperhatikan dalam
perencanaan ini adalah efek - efek yang diakibatkan dalam pemindahan daya dan
putaran. Dalam pemindahan daya dan putaran tersebut masih ada alat yang berperan
sebagai pemindah daya dan putaran yaitu sabuk 8 rantai.
Diluar transmisi diatas ada pula cara lain untuk memindahkan daya, misalnya
dengan sabuk (belt) dan rantai (chain), tetapi transmisi dengan roda gigi jauh lebih
unggul dibandingdengan sabuk dan rantai, faktor slip pada roda gigi jauh lebih kecil
dan putaran lebih tinggi tepat serta daya yang dipindahkan lebih besar. Namun untuk
merencanakan sebagai alat pemindah daya pada transmisi (gear box) harus benar -
benar mampu memindahkan roda gigi sebagai alat pemindah daya.
Oleh karena itu di dalam perencanaan roda gigi harus benar-benar teliti untuk
perencanaan dan pembuatannya sehingga pada putaran yang tinggi tidak terjadi slip
yang dapat mengakibatkan putaran roda gigi tidak bekerja sebagaimana yang
diinginkan dalam perencanaan ini.

2.2.1. Klasifikasi Roda Gigi


Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya sehingga penerusan daya dilakukan
oleh gigi-gigi kedua roda yang saling berkait. Roda gigi sering digunakan karena
dapat meneruskan putaran dan daya yang lebih bervariasi dan lebih kompak daripada
menggunakan alat transmisi yang lainnya, selain itu roda gigi juga memiliki beberapa
kelebihan jika dibandingkan dengan alat transmisi lainnya, yaitu:
 Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang besar.
 Kemampuan menerima beban lebih tinggi.
 Efisiensi pemindahan dayanya tinggi karena faktor terjadinya slip sangat
kecil.
 Kecepatan transmisi rodagigi dapat ditentukan sehingga dapat digunakan
dengan pengukuran yang kecil dan daya yang besar.

13
Roda gigi dapat diklasifikasikan menurut poros arah putaran dan bentuk gigi. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.2 (Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen
Mesin) hal.2.1.2.

Letak poros Roda gigi Keterangan


Roda gigi dengan poros Roda gigi lurus, (a) (Klasifikasi atas dasar
sejajar Roda gigi miring, (b) bentuk alur gigi)
Roda gigi miring ganda,(c)

Roda gigi luar Arah putaran


Roda gigi dalam dan berlawanan
pinyon, (d) Arah putaran sama
Batang gigi dan pinyon,(e) Gerak lurus & berputar

Roda gigi dengan poros Roda gigi kerucut lurus,(f) Klasifikasi atas dasar
berpotongan Roda gigi kerucut spiral, (g) bentuk jalur gigi)
Roda gigi kerucut ZEROL
Roda gigi kerucut miring
Roda gigi kerucut miring
ganda

Roda gigi permukaan (Roda gigi dengan


dengan poros berpotongan, poros berpotongan
(h) berbentuk istimewa)
Roda gigi dengan poros Roda gigi miring silang, (i) Kontak titik
silang Batang gigi miring silang Gerakan lurus dan
berputar
Roda gigi cacing silindris,
(j)
Roda gigi cacing selubung
Ganda (globoid), (k)
Roda gigi cacing samping

Roda gigi hiperboloid


Roda gigi hipoid, (l)
Roda gigi permukaan silang

Sumber : Dasar Perancanaan dan Pemilihan Elemen Mesin,hal 212,Sularso dan


Kiyokatsu Suga.

14
Dari tabel di atas maka roda gigi ini dapat dibedakan atau diklasifikasikan menjadi
sebagi berikut :

a. Roda gigi dengan poros sejajar.


b. Roda gigi dengan poros yang berpotongan.
c. Roda gigi dengan poros silang / tegak lurus.

a. Roda gigi dengan Poros Sejajar


Roda gigi dengan poros sejajar adalah roda gigi dimana gigi - giginya sejajar
pada dua bidang silinder. Kedua bidang silinder tersebut bersinggungan dan
yang satu mengelilingi pada yang lain dengan sumbu tetap sejajar.
b. Roda gigi dengan Poros yang Berpotongan
Roda gigi dengan poros yang berpotongan ini digunakan pada suatu transmisi
yang memiliki poros tidak sejajar.
c. Roda gigi dengan Poros Silang / Tegak Lurus
Yang termasuk pada jenis ini adalah roda gigi miring silang, batang gigi miring
silang (kontak gigi gerakan lurus dan berputar), roda gigi cacing silindris, roda
gigi cacing selubung ganda (globoid), roda gigi cacing samping, roda gigi tipe
hiperboloid, roda gigi hipoid, roda gigi permukaan silang.

2.2.2. Macam-macam Roda Gigi


a. Roda Gigi Lurus
Roda gigi lurus adalah jenis roda gigi yang dapat mentransmisikan daya dan
putaran antara dua poros yang sejajar. Roda gigi ini merupakan yang paling dasar
dengan jalur gigi yang sejajar dengan poros.

15
Gambar. 2.12. Roda gigi lurus (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

b. Roda Gigi Miring


Roda gigi miring ini memiliki jalur gigi yang berbentuk ulir silindris yang
mempunyai jarak bagi. Jumlah pasangan gigi yang saling membuat kontak serentak
(perbandingan kontak) adalah lebih besar dari pada roda gigi lurus sehingga
pemindahan momen atau putaran melalui gigi - gigi tersebut dapat berlangsung lebih
halus. Roda gigi ini sangat baik dipakai untuk mentransmisikan putaran yang tinggi
dan besar.

Gambar. 2.13. Roda gigi miring (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

16
c. Roda Gigi Miring Ganda
Pada roda gigi ini gaya aksial yang timbul pada gigi mempunyai alur
berbentuk alur V yang akan saling memindahkan. Dengan roda gigi ini reduksi,
kecepatan keliling dan daya diteruskan dan diperbesar tetapi pada pembuatannya
agak sukar.

Gambar. 2.14. Roda gigi miring ganda (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

d. Roda Gigi Dalam dan Pinyon


Roda gigi ini dipakai jika diinginkan transmisi dengan ukuran kecil
denganreduksi yang besar, karena ada pinyon yang terletak di dalam roda gigi ini.

Gambar. 2.15. Roda gigi dalam dan pinyon (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

17
e. Batang Gigi dan Pinyon
Merupakan dasar propil pahat pembuat gigi. Pasangan antara batang gigi dan
pinyon digunakan untuk merubah gerak putar menjadi gerak lurus atau sebaliknya.

Gambar. 2.16. Roda gigi dan pinyon (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

F. Roda Gigi Kerucut Lurus


Roda gigi kerucut lurus adalah roda gigi yang paling mudah dan paling sering
digunakan / dipakai, tetapi sangat berisik karena perbandingan kontaknya yang kecil.
Konstruksinya juga tidak memungkinkan pemasangan bantalan pada kedua ujung
porosnya.

Gambar. 2.17. Roda gigi kerucut lurus (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

18
g. Roda Gigi Kerucut Spiral
Pada roda gigi ini memiliki perbandingan kontak yang terjadi lebih besar dan
dapat meneruskan putaran tinggi dengan beban besar. Sudut poros kedua gigi kerucut
ini biasanya dibuat 90 0.

Gambar. 2.18. Roda gigi kerucut spiral (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

h. Roda Gigi Permukaan


Roda gigi ini merupakan roda gigi dengan poros berpotongan yang bagian
permukaan giginya rata.

Gambar. 2.19. Roda gigi permukaan (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

19
i. Roda Gigi Miring Silang
Roda gigi ini mempunyai kemiringan 70 sampai 230, digunakan untuk
mentransmisikan daya yang lebih besar dari pada roda gigi lurus. Roda gigi ini juga
meneruskan putaran dengan perbandingan reduksi yang benar.

Gambar. 2.20. Roda gigi miring silang (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

j. Roda Gigi Cacing Silindris


Roda gigi ini membentuk silindris dan lebih umum dipakai. Digunakan untuk
mentransmisikan daya dan putaran yang lebih besar tanpa mengurangi dayanya.
Kemiringan antara 250 – 450,roda gigi ini banyak dipakai pada sistem kemudi.

Gambar. 2.21. Roda gigi cacing silindris (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

20
k. Roda Gigi Cacing Selubung Ganda (Globoid)
Roda gigi ini digunakan untuk mentransmisikan daya dan putaran pada beban
besardengan perbandingan kontak yang lebih besar pula.

Gambar. 2.22. Roda gigi cacing selubung ganda


(globoid)(duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

l. Roda Gigi Hipoid


Roda gigi ini mempunyai jalur gigi berbentuk spiral pada bidang kerucut yang
sumbunya saling bersilangan dan pemindahan gaya pada permukaan gigi berlangsung
secara meluncur dan menggelinding. Roda gigi ini dipakai pada deferensial.

Gambar. 2.23. Roda gigi hypoid (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

21
2.2.3. Teori Dasar Gear Ratio

Gear rasio bersal dari bahasa Inggris Gear Ratio, yang artinya perbandingan
gigi. Maksudnya adalah perbandingan jumlah mata gigi dari 2,4 atau 5 gigi. Pada
trnsmisi sepeda motor umumnya menggunakan kombinasi 2 gigi untuk tiap tingkat
percepatannya. Jadi pada sepeda motor untuk percepatan gigi pertama terdiri atas 2
konstruksi gigi,pada percepatan kedua terdapat 2 konstruksi gigi yang berbeda dari
gigi pertama. Demikian seterusnya untuk percepatan ketiga dan percepatan keempat.

Sedangkan pada transmisi mobil umumnya menggunakan kombinasi dan 5


untuk tiap tingkat percepatannya,maka artinya adalah perbandingan anatara 4 atau 5
gigi tersebut. Jadi gear rasio bukanlah benda atau giginya, tetapi adalah angka atau
nilai dari perbandingan gigi tersebut.

22
BAB 3

PERHITUNGAN UKURAN UTAMA KOPLING

3.1 Kopling
Kopling adalah suatu komponen mesin yang digunakan untuk menghubungkan
dua bagian konstruksi mesin yaitu antar poros yang bergerak dan poros yang
digerakkan. Kopling ini berfungsi untuk memindahkan tenaga mesin dan putaran
mesin ke roda belakang secara perlahan-lahan sehingga dapat bergerak dengan
lembut pada saat tenaga mesin dipindahkan ke transmisi. Kopling ini ditempatkan
diantara roda penerus dan transmisi dengan demikian jelaslah bahwa kopling
merupakan komponen yang utama dalam suatu mesin yaitu menghubungkan dan
melepaskan hubungan antara putaran mesin dan transmisi.

3.1.1 Poros
Komponen ini merupakan yang terpenting dari beberapa elemen mesin yang
biasa dihubungkan dengan putaran dan daya. Poros merupakan komponen stasioner
yang berputar, biasanya yang berpenampang bulat yang akan mengalami beban puntir
dan lentur atau gabungannya.
Kadang poros ini dapat mengalami tegangan tarik, kelelahan, tumbukan atau
pengaruh konsentrasi tegangan yang akan terjadi pada diameter poros yang terkecil
atau pada poros yang terpasang alur pasak, hal ini biasanya dilakukan pada
penyambungan atau penghubungan antar komponen agar tidak terjadi pergeseran

23
Gambar 3.1 Poros (https://www.academia.edu › 002)

Pada perencanaan ini poros memindahkan Daya (P) sebesar 104 PS dan
Putaran (n) sebesar 6000 rpm. Jika daya di berikan dalam daya kuda (PS) maka harus
dikalikan 0,74 untuk mendapatkan daya dalam (kW).
Daya (P) = 104 PS
Putaran (n) = 6000 rpm
Dimana :
1 PS = 0,74 kW
P = 104 x 0,74 kW
P = 76,96 kW

Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka faktor
keamanan dapat diambil dalam perencanaan. Jika faktor koreksi adalah fc (Tabel 3.1)
maka daya rencana Pd (kW) sebagai berikut:

Pd  fc  P (kW )

Dimana :
Pd = Daya rencana
fc = faktor koreksi
P = Daya

24
Tabel 3.1. Faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan (fc)
Daya yang di transmisikan Fc
Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 - 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2
Daya normal 1,0 - 1,5
Sumber : lit. 1 hal 7, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0.
Maka daya rencana Pd adalah :
Pd  fc  P
 1,0  76,96
= 76,96 kW
Jika momen puntir (torsi) adalah T (kg.mm), maka torsi untuk daya maksimum :
Pd
T  9,74x105 
n . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 7 )
76,96
T  9,74x105 
6000

T 12493 kg  mm

Tabel 3.2. Standart bahan poros


Standard dan Lambang Perlakuan Kekuatan tarik Keterangan
Macam panas (kg/mm2)
Baja karbon S30C Penormalan 48
konstruksi S35C “ 52
mesin (JIS G S40C “ 55
4501) S45C “ 58
S50C “ 62
S55C “ 66
Batang baja S35C-D - 53 Ditarik dingin,
yang difinis S45C-D - 60 digerinda,
dingin S55C-D - 72 dibubut, atau
gabungan antara
hal-hal tersebut
Sumber : lit. 1 hal 3, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

25
Tegangan geser yang di izinkan B
 sf 
a
 1 2
sf

dimana :
 a = tegangan geser yang diizinkan poros (kg/mm²)

 B = kekuatan tarik bahan poros (kg/mm²)


sf1 = faktor keamanan akibat pengaruh massa untuk bahan S-C (baja karbon)
diambil 6,0 sesuai dengan standart ASME( lit 1 hal 8 )
sf 2 = faktor keamanan akibat pengaruh bentuk poros atau daya spline pada
poros, harga sebesar 1,3- 3,0 maka di ambil 2.0 ( lit 1 hal 8 ).

Bahan poros di pilih dari bahan yang difinis dingin S45C-D dengan kekuatan

tarik  B  60 kg / mm2

maka :   60 = 5 kg / mm2
B =
a
sf  sf 6,0  2,0
1 2

Pertimbangan untuk momen diameter poros :

5,1
s  1/3
d    K t  Cb  T  . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 8)
 a 
dimana :
d s = diameter poros (mm)

 a = tegangan geser yang diizinkan poros (kg/mm²)


T = momen torsi rencana (kg.mm)

Cb = faktor keamanan terhadap beban lentur harganya 1,2 - 2,3 (diambil 2,3).

Kt = faktor bila terjadi kejutan dan tumbukan besar atau kasar 1,5 - 3, (diambil 3,0)
5,1
maka : d  
1/3

 5  3,0  2,3 12493


s
 

26
 30,4 mm  30 mm ( sesuai dengan tabel 3.3).

27
Tabel 3.3. Diameter poros
4,5 *11,2 28 45 *112 280 450
12 30 120 300 460
*31,5 48 *315 480
5 *12,5 32 50 125 320 500
130 340 530
35 55
*5,6 14 *35,5 56 140 *355 560
(15) 150 360
6 16 38 60 160 380 600
Sumber : lit. 1 hal 9, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

28
Diagram aliran poros

START

1.Daya yang ditransmisikan : P = 76,96 kW Putaran poros : n1 = 6000 rpm

2. Faktor koreksi : fc = 1,0

3. Daya rencana : Pd = 76,96kW

4. Momen puntir rencana : T = 12493kg.mm

5. Bahan poros S45C, baja karbon kekuatan tarik : σB = 60 kg/mm2

6. Tegangan geser yang diizinkan : τa = 5,0 kg/mm2

7. Faktor koreksi untuk momen puntir Kt = 3,0 Faktor lenturan : Cb = 2,3

8. Diameter poros : ds = 30 mm

9. Tegangan geser : τ = 2,3kg/mm2

10. <

STOP

END

29
Keterangan :
1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari
bilangan standar.
2. Bilangan di dalam kurung hanya dipakai untuk bagian dimanaakan dipasang
bantalan gelinding.
Pada diameter poros di atas 28 mm, maka tegangan geser yang terjadi pada
poros adalah :

5,1  T.....................................
 ( Lit 1, hal 7 )
d s3

dimana :

 = tegangan geser (kg/mm2)


T = momen torsi rencana (kg.mm)
d s = diameter poros (mm)

5,112493
maka :   303

63714
  27000

= 2,3 kg / mm2

Berdasarkan perhitungan di atas maka poros tersebut aman di pakai karena


tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan yaitu :
2,3< 5 kg/mm². ( aman ).

30
3.1.2. Spline dan Naaf
Pada dasarnya fungsi spline adalah sama dengan pasak, yaitu meneruskan daya
dan putaran dari poros ke komponen - komponen lain yang terhubung dengannya,
ataupun sebaliknya. Perbedaannya adalah spline menyatu atau menjadi bagian dari
poros sedangkan pasak merupakan komponen yang terpisah dari poros dan
memerlukan alur pada poros untuk pemasangannya.
Selain itu jumlah spline pada suatu konstruksi telah tertentu (berdasarkan standar
SAE), sedangkan jumlah pasak ditentukan sendiri oleh perancangnya. Hal ini
menyebabkan pemakaian spline lebih menguntungkan dilihat dari segi
penggunaannya karena sambungannya lebih kuat dan beban puntirnya merata
diseluruh bagian poros dibandingkan dengan pasak yang menimbulkan konsentrasi
tegangan pada daerah dimana pasak dipasang.

Gambar 3.2 Spline

Pada perhitungan ini telah diperoleh ukuran diameter porosnya ( d s ) sebesar


(30mm) bahan yang digunakan yaitu S45C-D dengan kekuatan tarik 60 kg/mm 2,
untuk spline pada kendaraan dapat diambil menurut DIN 5462 sampai 5464. Dalam
perencanaan ini diambil DIN 5463 untuk beban menengah. Seperti yang terdapat
pada tabel dibawah ini :

31
Tabel 3.4. DIN 5462 – DIN 5464
Diamet Ringan DIN Menengah DIN Berat DIN 5464
er 5462 5463 Banyaknya Baji
dalam Banyaknya Baji Banyaknya Baji
d1 d2 b d2 b d2
(I) (I) (I) b (mm)
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
11 - - - 6 14 3 - - -
13 - - - 6 16 3,5 - - -
16 - - - 6 20 4 10 20 2,5
18 - - - 6 22 5 10 23 3
21 - - - 6 25 5 10 26 3
23 6 26 6 6 28 6 10 29 4
26 6 30 6 6 32 6 10 32 4
28 6 32 7 6 34 7 10 35 4
32 8 36 6 8 38 6 10 40 5
36 8 40 7 8 42 7 10 45 5
42 8 46 8 8 48 8 10 52 6
46 8 50 9 8 54 9 10 56 7

Diameter maksimum ( diambil d = 30 mm )


s

d s  0,81 d 2

ds
d2
0,81
30
d2  37,04 mm  38 mm
0,81
Spline yang direncanakan atau ketentuan ukurannya (dari tabel 3.4.) antara
lain :
Jumlah ( i ) = 8 buah
Lebar ( b ) = 6 mm
Diameter luar ( d2 ) = 38 mm

32
Perhitungan Spline dan Naaf

38 
Tinggi ( H ) = d 2  d s = 30 = 4 mm
2
2
3
d
Panjang ( L ) = 2 =
38 = 60,97 mm
3

ds
2
302
d2  38 
Jari - jari ( Rm ) = = 17 mm
ds 30
= 4
4
Jarak antara spline ( w ) = 0,5  d2 0,5  38 mm= 19 mm
=

Besar gaya yang bekerja pada Spline :


T
F
Rm

dimana :

F = gaya yang bekerja pada spline (kg)


T = momen puntir yang bekerja pada poros sebesar 12493 kg.mm

Rm = jari-jari spline (mm)

maka :

12493
F 17
 734 kg

Tegangan geser pada poros spline adalah :

 g F
iwL

33
dimana :

 g = tegangan geser yang terjadi pada spline (kg/mm2)


F = gaya yang bekerja pada spline (kg)

i = jumlah gigi spline


w = jarak antar spline (mm)
L = panjang spline (mm)
maka :

g  734
 0,079 kg / mm2
8 19 
60,97

Sedangkan tegangan tumbuk yang terjadi adalah :


F
P 734
iHL 84  0,376 kg / mm2
60,97
Kekuatan tarik dari bahan yang direncanakan adalah 60 kg/mm2 dengan faktor
keamanan untuk pembebanan dinamis (8 – 10) diambil 10 untuk meredam getaran
yang terjadi.
Tegangan geser yang diizinkan :

 gi  0,8  trk
dimana :
60
 trk   6 kg / mm2
10
maka :
  0,8  6  4,8 kg / mm2
gi

Maka spline dan naaf aman terhadap tegangan geser yang terjadi. Dimana dapat
dibuktikan :
g   gi

0,079  4,8

34
Tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan (aman).

35
Diagram aliran spline dan naaf

START a

1. Diameter poros : ds = 30 mm 8. Faktor keamanan = 10

9. Tegangan geser yang diizinkan : τgi = 4,8kg/mm

2.Jumlah spline dan naaf : i = 8 buah,


Lebar spline dan naaf : b = 6 mm,
Diameter luar : d2 = 38 mm

10.

3. Tinggi : H = 4 mm, jari-jari : Rm = 17 mm

STOP
4. Gaya pada spline : F = 734 kg

5. Tegangan geser: τg = 0,079 kg/mm2 END

6. Tegangan tumbukan : P = 0,376 kg/mm2

7. Kekuatan tarik bahan yang direncanakan = 60 kg/mm2

36
3.1.3. Plat Gesek
Plat gesek berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran poros penggerak
dengan poros yang digerakkan akibat terjadinya gesekan pada plat, sekaligus juga
sebagai penahan dan penghindar dari adanya pembebanan yang berlebihan.
Syarat plat gesek yaitu :
1. Tahan pada suhu tinggi

2. Tahan pada gesekan

Gambar 3.3 Plat Gesek

Pada perencanaan ini bahan yang digunakan ialah besi cor dan asbes. Dengan
asumsi material sangat baik untuk menghantar panas serta tahan pada temperatur
tinggi yaitu sampai sekitar 200oC. Seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.5. Harga µ dan pa


Bahan Permukaan 
p (kg/mm2)
a
Kontak Kering Dilumasi
Bahan cor dan besi cor
0,10 – 0,20 0,08 – 0,12 0,09 – 0,17
Besi cor dan perunggu
0,10 – 0,20 0,10 – 0,20 0,05 – 0,08
Besi cor dan asbes
0,35 – 0,65 - 0,007 – 0,07
(ditenun)
0,05 – 0,10 0,05 – 0,10 0,005 – 0,03
Besi cor dan serat
- 0,10 – 0,35 0,02 – 0,03
Besi cor dan kayu
Sumber : lit. 1 hal 63, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

37
Diketahui : P = 104 PS
n = 6000 rpm
ds = 30 mm ( diameter poros )

Daya yang ditransmisikan P :

Daya di berikan dalam daya kuda (PS) maka harus diubah untuk mendapatkan daya
dalam (kW).

Dimana : 1 PS = 0,74 kW
Maka :
P = 104 x 0,74 kW
P = 76,96 kW

Putaran poros n1 = 6000 rpm

Faktor koreksi (fc)= 1,0

Daya rencana Pd :

Pd  fc   1,0   76,96 kW
P 76,96

Momen puntir rencana T :


Pd
T  9,74x105 
n
76,96
T  9,74x105 
6000

T 12493 kg  mm

Perbandingan diameter dalam bidang gesek D1 dan diameter luar bidang gesek

D2  > 0,5. Maka direncanakan perbandingan D1 / D2  0,8
diameter

38
Gaya tekanan gesekan F :

Berdasarkan tabel 3.5 dari bahan Besi cor dan asbes (ditenun), harga tekanan
permukaan yang diizinkan pada bidang gesek (0,007 – 0,07)
diambil Pa  0,02

kg / mm2
maka :

F D 2
D2   . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 62 )
P
2 1 a
4
3,1428
 1 2

 0,82 D 2  0,02
2
4
 0,00565 D22

rm  D1  D2 / 4
 0,8 1D2 / 4
 0,45 D2
Berdasarkan tabel 3.5 dari bahan Besi cor dan asbes (ditenun), harga koefisien
gesekan kering ( 0,35 - 0,65 )
  0,4
diambil maka :
T    F  rm...............................................( Lit 1, hal 62 )
12493  0,4  0,00565D2  0,45D
2 2

12493  0,001017 D  101,7 106 D 3


3
2 2

12493
D2  3  497,105531
101,7 106

D2  497,10  497 mm

Maka diameter luar bidang gesek D2  = 497 mm

Diameter dalam kopling


D1  0,8  D2
:

39
 0,8  497  397,6 mm

40
Tabel 3.6. Momen puntir gesek statis kopling plat tunggal kering

Nomor Kopling 1,2 2,5 5 10 20 40 70 100

Momen gesek
1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
statis (kg.m)
GD2 sisi rotor
(kg.m2) 0,0013 0,0034 0,0089 0,0221 0,0882 0,2192 0,4124 1,1257
GD2 sisi stator 0,0022 0,0052 0,0150 0,0322 0,1004 0,2315 0,5036 1,0852
(kg.m2)
Diameter 40
15 20 25 30 50 60 70
lubang 10 x
5x2 5x2 7x3 7x3 15 x 5 15 x 5 18 x 6
Alur pasak 3,5
Sumber : lit. 1 hal 68, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

GD2 pada sisi rotor diambil berdasarkan diameter lubang = 30 dari tabel di atas.
maka :
30  20 
GD2  0,0882   0,2192  0,0882
 40  20 
 
 0,0882  0,5  0,131
 0,1537 kg  m2

Putaran relatif nr = 6000 rpm

Waktu penghubung rencana te = 0,3 s

Faktor keamanan kopling f = 2,1


Momen start :

Tl1  T  12493 kg  mm = 12,493 kg  m


GD2  n
T  r  T............................................( Lit 1, hal 67 )
a
375  te l1

41
dimana :

Ta = momen start (kg.m)

GD 2 = efek total roda gaya terhadap poros kopling (kg.m2)


nr = kecepatan putaran relatif (rpm)

te = waktu penghubungan rencana (s)

Tl1 = momen beban pada saat start (kg.m)


maka :

0,1537  6000
Ta  375  0,3  12,493
 20.69 kg  m
Waktu penghubungan yang sesungguhnya :

tae 
GD2  n r 
 0,1537   0,3 s

6000
375  Ta  Tl1 375  20,69  12,493

tae  te

0,3 s  0,3 s , baik

Tabel 3.7. Laju keausan permukaan pelat gesek

w = [cm3/(kg.m)]
Bahan Permukaan

Paduan tembaga sinter (3 - 6) x 10-7

Paduan sinter besi (4 - 8) x 10-7

Setengah logam (5 - 10) x 10-7

Damar cetak (6 - 12) x 10-7


Sumber : lit. 1 hal 72, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

42
Tabel 3.8. Batas keausan rem dan kopling pelat tunggal kering
Nomor kopling / rem 1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
Batas keausan
2,0 2,0 2,5 2,5 3,0 3,0 3,5 3,5
permukaan (mm)
Volume total pada
7,4 10,8 22,5 33,5 63,5 91,0 150 210
batas keausan (cm3)
Sumber : lit. 1 hal 72, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

Bahan gesek paduan tembaga sinter


Berdasarkan tabel 3.7. dengan bahan paduan tembaga sinter maka: w  4  107
cm3 / kg  m

Volume keausan yang diizinkan ( L3 ) :

Dengan mengambil nomor tipe kopling 30, maka dapat diambil volume keausan
yang diizinkan dari tabel 3.8. sebesar :

 30  20 
L3  63,5   91,0  63,5
 40  20 
 

 63,5  0,5  27,5  77,25 cm3

43
Diagram aliran kopling plat gesek
b a

START
10.Pemilihan tipe kopling
Nomor tipe kopling 30
Momen gesekan statis :
1. Daya yang ditransmisikan : P Tso = 30
= 76,96 kW
Puratan poros : n1 = 6000 rpm
11.Waktu penghubungan
sesungguhnya: tae = 0,3 s

2. Faktor koreksi : fc = 1,0

12.
>
3. Daya rencana : Pd = 76,96 kW

<
4. Momen puntir rencana : T =12493

5.Diameter dalam : D1 = 397,6 mm


Diameter luar : D2 = 497mm 13. Bahan gesek paduan
jari-jari : rm = 0,45 D2 tembaga sinter Volume
keausan yang diizinkan : L3
= 77,25 cm3
Laju keausan permukaan :w
6.Gaya tekanan gesekan : F = 0,005 D22
= 4x10-7 cm3/kg.m

7. GD2 pada poros kopling =


0,1537 kg/mm2
Puratan relatif : nr = 6000 rpm

14. Nomor kopling 30Bahan


gesek paduan tembaga sinter
8. Waktu penghubungan rencana : te = 0,3
s faktor keamanan kopling : f = 2,1

STOP
9. Momen start : Ta = 20,69 kg.m

b END
a

44
3.1.4. Pegas
Pegas kendaraan dapat berfungsi sebagai pelunak tumbukan atau kejutan dan
meredam getaran yang terjadi. Pegas yang dimaksudkan disini adalah pegas kejut
pada plat gesek. Pegas kejut ini berfungsi untuk mengontrol gerakan dan menyimpan
energi. Pegas kejut ini dibuat dari kawat baja tarik keras yang dibentuk dingin atau
kawat yang ditemper dengan minyak.

Gambar 3.4 Pegas Kejut

Tabel 3.9. Harga modulus geser G


Harga G
Bahan Lambang
( kg/mm2 )
Baja pegas SUP 8 x 103
Kawat baja keras SW 8 x 103
Kawat piano SWP 8 x 103
Kawat distemper dengan minyak --- 8 x 103
Kawat baja tahan karat SUS 7,5 x 103
(SUS 27, 32, 40)
Kawat kuningan BsW 4 x 103
Kawat perak nikel NSWS 4 x 103
Kawat perunggu fosfor PBW 4,5 x 103
Kawat tembaga berilium BeCuW 5 x 103
Sumber : lit. 1 hal 313, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

45
Momen puntir (torsi) adalah
T 12493 kg  mm , jumlah pegas kejut
direncanakan 6 buah dan direncanakan diameter rata - rata pegas ( D ) = 28 mm,
D D
harga perbandingan berkisar antara 4 - 8. Dalam rancangan ini, harga diambil
d d
4, sehingga diperoleh
:
D
4
d
28
4 d 7
d

Beban maksimum :
Wl
T  D / 2 Wl ........................................................................ ( Lit 1, hal 72 )

maka :

T 12493
Wl    892,35 kg
D / 2 28 / 2

Lendutan yang terjadi pada beban  = (18 – 20) mm, diambil 20

mm Indeks pegas :

c = D/d
c=4

Faktor tegangan :
4c  1 0,615..............................................
K  ( Lit 1, hal 316 )
4c  4 c
4  4 1 0,615
 4  4  4 4

 1,404

46
Tegangan geser  :
T
 T
Zp 
 / 6  d 3
12493

3,14 / 6 7 3

 69,60 kg / mm2

Bahan pegas SUP4 ( Baja pegas ) dengan tegangan geser maksimum yang diizinkan
  65 kg / mm2 , Modulus geser G  8000 kg /
(berdasarkan tabel 3.9.)
mm2
a

Tegangan rencana :

 d   a  0,8

 65  0,8  52 kg / mm2

Wl
k

892,35
  44,61 kg / mm
20

Jumlah lilitan yang bekerja :


Gd4
k
8n  D 3
8000 7 
4

44,61 
8n  28
3

8n  19,61
n  2,4  3

47
Lendutan total :
1
 t  20   6,6 mm
3
Tinggi bebas H f :

Hc  n 1,5 d

 3 1,5 7  31,5 mm

Cl = 0,2 – 0,6 mm, diambil 0,4 mm


Cl  H l  H c  / n  1,5

0,4  H l  31,5 / 3

1,5
Hl  31,5  1,8

Hl  33,3 mm

Maka :

  H f  Hl

20  H  33,3
f

H f  33,3  20  53,3 mm

Tinggi awal terpasang H s :

Cs = 1,0 – 2,0 mm, diambil 1,5 mm

C s  H s  H c  / n 

1,5 1,5  H s 

31,5 / 3 1,5 Hs  31,5


 6,75
Hs  38,25 mm

48
Lendutan awal terpasang :

o HfHs

 53,3  38,25

 15,05 mm

Beban awal terpasang Wo :

 
Wo  H f  H s  k

 53,3 38,25 44,61

 671,3 kg

Lendutan efektif h :

h    o
 20  15,05
 4,95 mm

Tinggi pada lendutan maksimum Hl  33,3 mm

Jumlah lilitan mati pada setiap ujung 1

Tinggi mampat
Hc  31,5 mm

Hl  Hc
33,3 mm  31,5 mm, baik

49
Kelonggaran kawat pada awal terpasang antara 1,0 – 2,0 mm, maka diambil Cs  1,5

mm

Kelonggaran kawat pada awal terpasang antara 0,2 – 0,6 mm, maka diambil Cl  0,4

mm

Hf /D  5

53,3 / 28  5
1,90 < 5

Diameter kawat d  7 mm
Bahan pegas SUP4 ( Baja pegas ) perlakuan panas
Jumlah lilitan yang bekerja n  3
Lilitan yang mati 1 pada setiap ujung
Lendutan efektif
h  4,95 mm

Lendutan total   20 mm
Tinggi tekan
Hc  31,5 mm

Beban awal terpasang Wo  671,3 kg

50
Diagram aliran pegas
b a
START 11. Beban awal terpasang : Wo =
667,2 kg
Lendutan efektif : h = 4,95 mm
1. Beban maksimum : Wl = Tinggi pada lendutan maksimum:
892,35 kg Tinggi pd lendutan maksimum : Hl =
Lendutan : δ = 18 – 20 mm 33,3 mm
Tarik atau tekan
Diameter rata-rata : D =28 mm
12. Jumlah lilitan mati pd
setiap ujung 1
2.Taksiran awal:Indeks
pegas : c = 4 13. Tinggi mampat : Hc = 31,5 mm
Diamater kawat :d = 7mm

3. Faktor tegangan : K = 1,404


> 14.

4.Tegangan geser : τ = 69,16 kg/mm2 <

15. Kelonggaran kawat pada awal


5.Bahan pegas SUP4 (Baja terpasang : Cs = 1,5 mm
pegas) Kelonggaran kawat pada lendutan
Tegangan geser maksimum maksimum : Cl = 0,4 mm
yang diizinkan : τa = 65 kg/mm2
Modulus geser : G= 8000
kg/mm2
Tegangan rencana : τd = 52 T 16. 5
kg/mm2

7. Jumlah lilitan yang bekerja : n = 3


17.Diameter kawat : d = 7 mm
8. Lendutan total : δt = 6,67 mm Bahan pegas SUP4 (Baja pegas)
Perlakuan panasJumlah
lilitan yang bekerja : n = 3
Lilitan mati 1
Lendutan efektif : h = 4,95 mm
Lendutan total : δt = 6,67 mm
9. Konstanta pegas : k = 44,32 kg/mm
Tinggi tekan : Hc = 31,5 mm
Beban awal : Wo = 705,4 kg
10.Tinggi bebas : Hf = 53,3 mm Tinggi awal terpasang : Hs = 38,25 mm
Lendutan awal terpasang : δo = 15,05

a STOP

51
END

52
3.1.5. Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros yang berbeban sehingga
putaran dan getaran bolak-balik dapat berputar secara halus, dan tahan lama. Bantalan
harus kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesinnya bekerja dengan baik,
jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun
atau tidak berkerja semestinya.

Gambar 3.5 Bantalan

Momen yang ditransmisikan dari poros T 12493 kg  mm dan putaran


(n) = 6000 rpm

Tabel 3.10. Bantalan Bola


Nomor Bantalan Ukuran luar (mm) Kapasitas Kapasitas
Dua nominal nominal
Jenis
Dua sekat dinamis statis
terbuk D D B R
sekat tanpa spesifik C spesifik
a
kontak (kg) Co (kg)
6000 10 26 8 0,5 360 196
6001 6001ZZ 6001VV 12 28 8 0,5 400 229
6002 6002ZZ 6002VV 15 32 9 0,5 440 263
6003 6003ZZ 6003VV 17 35 10 0,5 470 296
6004 6004ZZ 6004VV 20 42 12 1 735 465
6005 6005ZZ 6005VV 25 47 12 1 790 530
6006 6006ZZ 6006VV 30 55 13 1,5 1030 740
6007 6007ZZ 6007VV 35 62 14 1,5 1250 915
6008 6008ZZ 6008VV 40 68 15 1,5 1310 1010
6009 6009ZZ 6009VV 45 75 16 1,5 1640 1320
6010 6010ZZ 6010VV 50 80 16 1,5 1710 1430

53
Pada perhitungan ini telah diperoleh ukuran diameter porosnya ( d s ) sebesar
(30mm). Berdasarkan dari tabel 3.10. di atas maka ukuran-ukuran dari bantalan dapat
ditentukan sebagai berikut :

Nomor bantalan
6006, Diameter D  55 mm
bantalan : Lebar B 13 mm
bantalan :
Kapasitas nominal dinamis spesifik : C 1030 kg

Kapasitas nominal statis spesifik : Co  740 kg


Untuk bantalan bola alur dalam Fa
 0,014 (direncanakan) dari tabel 3.11. di
Co
bawah ini :

54
Tabel 3.11. Faktor - faktor V, X, Y dan X0, Y0
Beban Beban Baris
tunggal Baris ganda
putar putar
Jenis Baris Baris
pd pd
Banta e tunggal ganda
cincin cincin Fa / VFr> e Fa /VFr ≤ e Fa /VFr> e
Lan dalam luar
V X Y X Y X Y X0 Y0 X0 Y0
Fa /C0
2,30 2,30 0,19
= 0,014
1,99 1,99 0,22
Bantal = 0,02 1,71 1,71 0,26
an = 0,056 1,55 1,55 0,28
bola = 0,084 1 1,2 0,56 1,45 1 0 0,56 1,45 0,30 0,6 0,5 0,6 0,5
alur = 0,11 1,31 1,31 0,34
dalam = 0,17 1,15 1,15 0,38
= 0,28
1,04 1,04 0,42
= 0,42
1,00 1,00 0,44
= 0,56

α
0,43 1,00 1,09 0,70 1,63 0,57 0,42 0,84
Bantal = 20o 0,41 0,87 0,92 0,67 1,41 0,68 0,38 0,76
an = 25o 1 1,2 0,39 0,76 1 0,78 0,63 1,24 0,80 0,5 0,33 1 0,66
bola = 30o 0,37 0,66 0,66 0,60 1,07 0,95 0,29 0,58
sudut = 35o 0,35 0,57 0,55 0,57 0,93 1,14 0,26 0,52
= 40o

Sumber : lit. 1 hal 135, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

55
Beban aksial Fa :
bantalan
Fa  Co  0,014
 740  0,014  10,36 kg

Dari tabel di atas juga dapat diketahui harga beban radial


dengan menggunakan
Fr
persamaan :
Fa

e v  Fr

dimana :
v = beban putar pada cincin dalam

e = 0,19

maka : Fr  Fa  10,36  54,52 kg


v 1
e 0,19

Dengan demikian beban ekivalen dinamis P dapat diketahui melalui persamaan di


bawah ini :

P  X  Fr  Y  Fa

dimana :
P = beban ekivalen (kg)
Fr
= beban radial (kg)
Fa
= beban aksial (kg)
X,
Y = harga - harga baris tunggal yang terdapat dalam tabel 3.11. di atas

maka : P  0,56  54,52  2,30 10,36


 54,35 kg
56
Jika C (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan P (kg) beban
ekivalen dinamis, maka faktor
kecepatan f n bantalan adalah :
1/3
 33,3 
fn  
 n 
1/3
f n   33,3 
6000
 0,210
 

Faktor umur fh
bantalan
:
C
f 
n
fh P

1030
 0,210 
54,35  3,97

Umur nominal dari bantalan Lh :

L  500   f 3
h h

 500  3,97  
3
jam
31285,386

57
Diagram aliran bantalan gelinding

START

1.Momen yang ditransmisikan : T = 12493 kg.mm Putaran poros : n = 6000 rpm

2.Nomor nominal yang diasumsikan.


Kapasitas nominal dinamis spesifik : C = 1030 kg Kapasitas nominal statis spesifik :

3.Cincin yang berputar dalam ∑ Fa / Co = 0,014, faktor e = 0,19 ∑ Fa / V . ∑ Fr : faktor X =

4.faktor kecepatan : fn = 0,177 Faktor umur : fh = 3,35

5.Umur : Lh = 31285,386 jam

< 6. Lh atau Ln : Lha

7.Nomor nominal bantalan Pasan, ketelitian, dan umur bantalan

STOP

END

58
3.1.6. Baut dan Mur
Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk mencegah
kecelakaan atau kerusakan pada mesin. Pemilihan baut dan mur sebagai alat pengikat
harus dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan ukuran yang sesuai. Di dalam
perencanaan kopling ini. Baut dan mur berfungsi sebagai pengikat gear box. Untuk
menentukan ukuran baut dan mur, berbagai faktor harus diperhatikan seperti sifat
gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja, kekuatan bahan, kelas ketelitian, dan lain-
lain.

Gambar 3.6 Baut dan Mur

Beban yang diterima baut merupakan beban yang diterima bantalan

W  P pada bantalan  54,35 kg

Faktor koreksi (fc) = 1,2

Maka beban rencana Wd :

Wd  fc W

Wd  1,2  54,35

 65,22 kg

Bahan baut dipakai baja liat dengan kadar karbon 0,22 %


Kekuatan tarik :
 B  42 kg / mm2
Faktor keamanan : Sf  dengan tegangan yang di izinkan   6 kg / mm2
7 a

(difinis tinggi)

59
Diameter inti yang diperlukan :

4 Wd
d1 
 a

4  65,22
d1 
3,14  6

d1  3,72 mm

Tabel 3.12. Ukuran standar ulir kasar metris


Ulir dalam
Jarak Tinggi
Ulir Diameter Diameter Diameter
bagi kaitan
luar D efektif D2 dalam D1
p H1
1 2 3 Ulir luar
Diameter Diameter Diameter
luar d efektif d2 inti d1
M6 1 0,541 6,000 5,350 4,917
M7 1 0,541 7,000 6,350 5,917
M8 1,25 0,677 8,000 7,188 6,647
M9 1,25 0,677 9,000 8,188 7,647
M 10 1,5 0,812 10,000 9,026 8,376
M 11 1,5 0,812 11,000 10,026 9,376
M 12 1,75 0,947 12,000 10,863 10,106
M 14 2 1,083 14,000 12,701 11,835
M 16 2 1,083 16,000 14,701 13,835
M 18 2,5 1,353 18,000 16,376 15,294
M 20 2,5 1,353 20,000 18,376 17,294
M 22 2,5 1,353 22,000 20,376 19,294
M 24 3 1,624 24,000 22,051 20,752
M 27 3 1,624 27,000 25,051 23,752
M 30 3,5 1,894 30,000 27,727 26,211
M 33 3,5 1,894 33,000 30,727 29,211
M 36 4 2,165 36,000 34,402 31,670
M 39 4 2,165 39,000 36,402 34,670
Sumber : lit. 1 hal 290, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

60
Dipilih ulir metris kasar diameter inti d1  4,917 mm  3,72 mm dari tabel
3.12. di atas.

Maka pemilihan ulir standar ulir luar :


diameter luar d  6 mm

diameter inti d1  4,917 mm


jarak bagi
p  1 mm

Tegangan geser yang diizinkan :

 a  (0,5  0,75)   a  diambil 0,5


maka :

 a  0,5  6  3 kg / mm2

dengan tekanan permukaan yang diizinkan q a  3 kg / mm2

Diameter luar ulir dalam


D  6 mm
Diameter efektif ulir
D2  5,350 mm
dalam Tinggi kaitan gigi
H1  0,541 mm
dalam

Jumlah ulir mur yang diperlukan :

z Wd
  D2  H1  qa
z 65,22
3,1428  5,350  0,541 3
z  2,39  3

Tinggi mur :

H zp

61
H


1

m
m

62
Jumlah ulir mur :
3
z'  z'  3
H 1
p

Tegangan geser akar ulir baut :

b  Wd
(dimana k  0,84 )
 kp
d1 z

b 
65,22
 1,67 kg / mm2
3,1428  4,917  0,84 1
3

Tegangan geser akar ulir mur :

n  Wd
(diman j  0,75 )
D jp a
z
65,22
n   1,53 kg / mm2
3,1428  6  0,75 1
3

Tegangan geser akar ulir baut  b  dan tegangan geser akar ulir mur  n 
lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan  a  , maka baut dan mur yang
direncanakan aman terhadap tegangan geser.

Bahan baut dan mur baja liat dengan kadar karbon 0,22 %.
Diameter nominal ulir : Baut = M 6, Mur = M 6, tinggi mur = 3 mm.

63
Diagram aliran baut dan mur
a
START b

1. Beban : W = 54,35 kg
9.Jmlh ulir mur yg diperlukan : z = 3
2. Faktor koreksi : fc = 1,2

10.Tinggi mur : H = 3 mm
3.Beban rencana : Wd = 65,22kg

4.Bahan baut : baja liat 11.Jumlah ulir mur : z’ = 3 mm


Kekuatan tarik : σB = 42 kg/mm2
Faktor keamanan : Sf = 7
Tegangan geser yang
diizinkan : τa = 6 kg/mm2 12.Tegangan geser akar ulir
baut : τb = 1,68 kg/mm2
Tegangan geser akar
ulir mur : τn = 1,54 kg/ mm2
5.Diameter inti yang diperlukan : d1
= 4,917 mm

6.Pemilihan ulir standar > τb : τa


Diameter luar : d = 6 mm 13.
τn : τa
Diameter inti : d1 = 4,917 mm
Jarak bagi : p = 54,35 mm

7.Bahan mur : baja liat 14.Bahan baut : baja liat


Kekuatan tarik : σB = 42 kg/mm2 Bahan mur : baja liat
Tegangan geser yang Diameter nominal ulir :
diizinkan : τa = 3 kg/mm2 baut = M 6, mur = M 6
Tegangan permukaan yang Tinggi mur : H = 3 mm
diizinkan : qa = 3 kg/mm2

8. Diameter luar ulir dalam : D = 6 mm


STOP
Diameter efektif ulir dalam : D2 = 5,350 mm
Tinggi kaitan gigi dalam : H1 = 0,541 mm

b END
a

64
3.1.7. Paku Keling
Paku keling merupakan alat penyambung tetap / mati. Dalam banyak kasus
penggunaannya, sambungan paku keling digantikan dengan sambungan las karena
sambungan paku keling memerlukan waktu lebih lama dari pada sambungan las yang
lebih sederhana. Pada sisi lain sambungan paku keling terlihat jauh lebih aman dan
mudah untuk dilakukan pengontrolan yang lebih baik (dibunyikan dengan pukulan).
Khususnya untuk sambungan logam ringan orang lebih menyukai pengelingan, untuk
menghindarkan penuruna kekuatan disebabkan tingginya suhu seperti karena
pengelasan (pengaruh dari struktur pengelasan).
Paku keling yang dipasang pada plat gesek dan plat penghubung berfungsi untuk
meneruskan putaran plat gesek ke plat penghubung dan selanjutnya ke poros.

Gambar 3.7 Paku Keling

Jumlah paku keling dalam perencanaan ini sebanyak 24 buah.


Diameter paku keling d = (2,3 – 6) mm, diambil 5 mm.
Diameter kepala paku keling :

D  1,6  d
 1,6  5  8 mm
Lebar kepala paku keling :

K  0,6  d
 0,6  5  3 mm

65
Karena paku keling terletak di tengah - tengah kopling plat gesek, sehingga :

D1  D2
rm  4

dimana :
rm = jarak paku keling dari sumbu poros (mm)

D1 = diameter dalam plat gesek (mm)


D2 = diameter luar plat gesek (mm)

maka :

397,6   223,65 mm
rm
497
4

Gaya yang bekerja pada paku keling


:
T
F
rm

dimana :
F = gaya yang bekerja pada paku keling (kg)
T = momen puntir yang bekerja pada poros sebesar 12408 kg.mm
rm = jarak antara paku keling (mm)

maka :

12493
F  223,65  55,85 kg

Jadi seluruh paku keling mengalami gaya F = 55,85 kg

Sedangkan gaya yang berkerja pada masing - masing paku keling dapat di
asumsikan dengan persamaan berikut ini :
F
F'

66
n

67
dimana :
F ' = gaya yang diterima setiap paku keling (kg)
F = gaya yang diterima seluruh paku keling (kg)

n = banyaknya paku keling yang direncanakan

maka :
55,85
F'  2,3 kg
24
Jadi setiap paku keling menerima gaya F’ = 2,3 kg

Bahan paku keling aluminium dengan tegangan tarik  b  37 kg / mm2

faktor keamanan paku keling v  8 10, diambil 9

Tegangan izin paku


keling.
b 37
  =  4,11 kg / mm2
i
v 9

Luas penampang paku keling A :

3,1428 2
A 4 d
3,1428 2
  5  19,625 mm 2
4

Tegangan geser yang terjadi :

F'
   2,3
g  0,117 kg / mm2
A 19,625
Tegangan geser yang diizinkan
:

 gi  0,8   i

 0,8  4,11  3,28

68
Diagram aliran paku keling

START

1.Banyak paku keling : n = 24

2. Diameter paku keling : d = 5

3.Gaya yang bekerja pada paku keling : F= 2,3 kg

4.Bahan paku keling Aluminium

5.Faktor keamanan 9

6.Tegangan tarik : τb = 37 kg/mm2

7.Luas penampang paku keling : A = 19,625 mm2

8.Tegangan geser yang terjadi : τg = 0,204 kg/mm2

9. Tegangan geser yang diizinkan : τgi = 3,28 kg/mm2

10. τgi>τg

11.Bahan paku keling Aluminium Diameter paku keling : d = 5 mm Banyaknya paku

STOP

END

69
3.2. Roda Gigi

Gambar. 3.8. Nama-nama bagian roda gigi

Roda gigi transmisi yang direncanakan adalah :


Daya (N) = 104 PS
Putaran (n) = 6000 rpm

Pemindahan daya dan putaran direncanakan dengan transmisi roda gigi secara
bertingkat dengan perbandingan gigi sebagai berikut :

I 3,769
II 2,045
III 1,376
PERBANDINGAN GIGI
IV 1,000
V 0,838
R 4,128

70
Tabel 3.13. Faktor bentuk gigi
Jumlah Jumlah
Jumlah gigi
gigi Y gigi Y Y
Z
Z Z
10 0,201 19 0,314 43 0,396
11 0,226 20 0,320 50 0,408
12 0,245 21 0,327 60 0,421
13 0,261 23 0,333 75 0,434
14 0,276 25 0,339 100 0,446
15 0,289 27 0,349 150 0,459
16 0,295 30 0,358 300 0,471
17 0,302 34 0,371 Batang gigi 0,484
18 0,308 38 0,383

Tabel 3.14. Faktor dinamis fv


Kecepatan
v  0,5  10 m s fv  3
3v
Rendah
Kecepatan
v  5  20 m s fv  6
6v
Sedang
Kecepatan v  20  50 m s 5,5
fv
5,5  v
Sumber : lit. 1 hal 240, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

71
3.2.1. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Satu
Diketahui : P = 104 PS = 76,96 kW
n1 = 6000 rpm
i = 3,769 ( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )

Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0.
Daya rencana Pd :
Pd  fc  P
 1,0  76,96  76,96 kW

Diameter sementara lingkaran jarak bagi :


2  200
d1
 1i . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 216 )

d1 
2  200
 83,87 mm
1
3,769

2  200 
id  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 216 )
2
1i

2  200  3,769
d2  1  3,769  316,12 mm

Modul pahat m = 6
Jumlah gigi :
d d.............................................
m z ( Lit 1, hal 214 )
z m
d1
z  83,87
1   13,97  14
m 6
d 316,12
z    52,68  53
2
6
2
m

72
Perbandingan gigi :
z
i  2........................................................................................ ( Lit 1, hal 216 )
z1
53
i  3,78
14

Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar) :


d 01
 z1  m
 14 6  84 mm
d 02
 z2  m
 53 6  318 mm

Jarak sumbu poros :


d01  d02
a 
0
2
84  318
  201 mm
2

Kelonggaran puncak :
Ck  0,25  m
 0,25  6  1,5

Diameter kepala :
dk1  z1  2 m  14  2 6  96 mm

dk2  z2  2 m  53  2 6  330 mm

73
Diameter kaki :
d f 1  z  2  m  2  C
1 k

 14  2 6  2 1,5  72 mm


d f 2  z2  2 m  2  C
k

 53  2 6  2 1,5  306 mm

Kedalaman pemotongan :
H  2  m  Ck

 2  6 1,5  13,5 mm

Faktor bentuk gigi, dari Tabel 3.5.


z1  14  Y1  0,276
 53  50 
z  53  Y  0,408   0,276  0,408
2 2
 60  50 
 
Y2  0,368

Kecepatan keliling :
  d01  n.......................................................
v ( Lit 1, hal 238 )
60 1000

3,1428  84  6000
v 60 1000  26,37 m s

Gaya tangensial
:
102  Pd......................................................
 ( Lit 1, hal 238 )
Ft v
102  76,96
  297,68 kg
F 26,37
t

74
Faktor dinamis :

fv 5,
 5,55v

5,5
 0,517
fv  5,5 26,37

Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :


Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik  B1  52 mm2
kg
Kekerasan permukaan
gigi HB1  (rata-rata)
187

Roda gigi besar FC 20


: Kekuatan tarik  B2  20 mm2
kg
Kekerasan permukaan H B2 170 (rata-rata)
gigi

Tegangan lentur yang diizinkan :


S 35 C :
 a1  26 mm2
FC 20 : kg
mm2
 a2  9 kg

Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka,
K H  0,079 kg mm2 .

75
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :

Fb   a  m  Y  f v................................................................................. ( Lit 1, hal 240 )

F'b1   a1  m  Y1  f v
 26  6  0,276  0,517
 22,2 kg / mm

F' b2   a2  m  Y2  f v
 9  6  0,368  0,517
 10,2 kg / mm

Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar :

F'  f  k  2 ................. ( Lit 1, hal 244 )


d z 2
H v H 01
z1  z2

2  53
F 'H  0,517  0,079  84  5,42 kg / mm
 14 
53
Harga minimum
F'min  5,42 kg / mm F' H
dari

Lebar sisi
297,68
Ft   54,92mm
b
F' H
5,42

Jarak bagi  P = m .  = 6 . 3,14 = 18,84 mm


m 6  3,14
Tebal gigi  S =    9,42mm
2
2

76
Lebar gigi  b = 0,7 . d 01
= 0,7 .84 = 58,8 mm

77
3.2.2. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Dua
Diketahui : P = 104 PS = 76,96 kW
n1 = 6000 rpm
i = 2,045 ( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0

Daya rencana Pd :
Pd  fc  P

 1,0  76,96  76,96 kW

Diameter sementara lingkaran jarak bagi :


2  200
d1 
1i

d1 
2  200
 131,36 mm
1
2,045

2  200  i
d2  1i

2  200  2,045
d2  1  2,045  268,63 mm

Modul pahat m = 6

Jumlah gigi
:
d d
m  z
z m
d1
z  131,36
1   21,89  22
m 6

78
d2 268,63
z    44,77  45
2
m 6

79
Perbandingan gigi
:
z2
i
z1
45
i  2,045
22

Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar) :


d 01  z1  m
 22  6 132 mm
d 02  z2  m
 45  6  270 mm

Jarak sumbu poros :

a0 d01  d02

2

132  270
 2  201 mm

Kelonggaran puncak :
Ck  0,25  m
 0,25  6  1,5

Diameter kepala :
dk1  z1  2 m  22  2 6  144 mm

dk2  z2  2 m  45  2 6  282 mm

80
Diameter kaki :
d f 1  z  2  m  2  C
1 k

 22  26  21,5 120 mm


d f 2  z2  2 m  2  C
k

 45  26  21,5  258 mm

Kedalaman pemotongan :
H  2  m  Ck

 2  6 1,5  13,5 mm

Faktor bentuk gigi, dari Tabel 3.5.


 22  21 
z  22  Y  0,327   0,333  0,327
1 1
 23  21 
 
Y1  0,33
 45  43 
z  45  Y  0,396   0,408  0,396
2 2

 50  43 
Y2  0,397  

Kecepatan keliling :

  d01  n
v  60 1000

3,1428 132  6000


v 60 1000  41,448 m s

Gaya tangensial
:
102  Pd
F  v
t
102  76,96
  189,392 kg
41,448
F
t

81
Faktor dinamis :

fv 5,5
 5,5 v

5,
5  0,460
fv 5,5 41,448

Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :


Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik  B1  52 mm2
kg
Kekerasan permukaan
gigi HB1  (rata-rata)
187

Roda gigi besar FC 20


: Kekuatan tarik  B2  20 mm2
kg
Kekerasan permukaan H B2 170 (rata-rata)
gigi

Tegangan lentur yang diizinkan :


S 35 C :
 a1  26 mm2
FC 20 : kg
mm2
 a2  9 kg

Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka,
K H  0,079 kg mm2 .

82
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :
Fb   a  m  Y  f v

F'b1   a1  m  Y1  f v
 26  6  0,33 0,460
 23,68 kg / mm

F' b2   a2  m  Y2  f v
 9  6  0,397  0,460
 9,86 kg / mm

Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar :

F'  f  k  2  z2
d 
H v H 01
z1  z2
2  45
F ' H  0,460  0,079  6,45 kg / mm
132  22 
45
Harga minimum
F'min  6,45 kg / mm F' H
dari

Lebar sisi
189,392
Ft   29,36mm
b
F H
' 6,45

Jarak bagi  P = m .  = 6 . 3,1428 = 18,84 mm


m 6  3,1428
Tebal gigi  S =   9,24mm
 2
2

Lebar gigi  b = 0,7 . d 01


= 0,7 . 132 = 92,4 mm

83
3.2.3. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Tiga
Diketahui : P = 104 PS = 76,96 kW
n1 = 6000 rpm
i = 1,376( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc =
1,0

Daya rencana Pd :
Pd  fc  P

 1,0  76,96  76,96 kW

Diameter sementara lingkaran jarak bagi :


2  200
d1 
1i

d1 
2  200
 168,35 mm
1
1,376

2  200  i
d2  1i

2  200 1,376
d2  1  1,405  231,64 mm

Modul pahat m = 6
Jumlah gigi :
d d
m  z
z m
d1
z  166,32
1   28,05  28
m 6
d 231,64
z    38,60  39
2
6
2
m
84
Perbandingan gigi :
z
i 2
z1

39
i  28  1,39

Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar) :


d 01
 z1  m
 28  6 168 mm
d 02
 z2  m
 39  6  234 mm

Jarak sumbu poros :


d01  d02
a 
0
2
168  234
 2  201 mm

Kelonggaran puncak :
Ck  0,25  m
 0,25  6  1,5

Diameter kepala :
dk1  z1  2 m  28  2 6  180 mm

dk2  z2  2 m  39  2 6  246 mm

85
Diameter kaki :
d f 1  z  2  m  2  C
1 k

 28  26  21,5 156 mm


d f 2  z2  2 m  2  C
k

 39  26  21,5  222 mm

Kedalaman pemotongan :
H  2  m  Ck

 2  6 1,5  13,5 mm

Faktor bentuk gigi, dari Tabel 3.5.


 28  27 
z  28  Y  0,349   0,358  0,349
1 1
 30  27 
 
Y1  0,351
39  38 
z  39  Y  0,383   0,396  0,383
2 2

 43  38 
Y2  0,385  

Kecepatan keliling :

  d01  n
v  60 1000

3,1428 168  6000


v 60 1000  52,752 m s

Gaya tangensial
:
102  Pd
Ft  v
102  76,96
  148,80 kg
F 52,752
t

86
Faktor dinamis :

fv 5,5
 5,5 v

5,
 0,430
fv 5,5  5 52,752

Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :


Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik  B1  52 mm2
kg
Kekerasan permukaan
gigi HB1  (rata-rata)
187

Roda gigi besar FC 20


: Kekuatan tarik  B2  20 mm2
kg
Kekerasan permukaan H B2 170 (rata-rata)
gigi

Tegangan lentur yang diizinkan :


S 35 C :
 a1  26 mm2
FC 20 : kg
mm2
 a2  9 kg

Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka,
K H  0,079 kg mm2 .

87
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :
Fb   a  m  Y  f v

F'b1   a1  m  Y1  f v
 26  6  0,351 0,430
 23,54 kg / mm

F' b2   a2  m  Y2  f v
 9  6  0,385  0,430
 8,93 kg / mm

Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar :

F'  f  k  2  z2
d 
H v H 01
z1  z2
2  39
F ' H  0,430  0,079 168
 28  39

 6,64 kg / mm

Harga minimum
F'min  6,64 kg / mm F' H
dari

Lebar sisi
148,80
Ft   22,40mm
b
F' H
6,64

Jarak bagi  P = m .  = 6 . 3,1428 = 18,84 mm


m 6  3,1428
Tebal gigi  S =   9,42mm
 2
2

Lebar gigi  b = 0,7 . d 01


= 0,7 . 168 = 117,6 mm

88
3.2.4. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Empat
Diketahui : P = 104 PS = 76,96 kW
n1 = 6000 rpm
i = 1,000( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )

Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc =

1,1

Daya rencana Pd :
Pd  fc  P
 1,0  76,96  76,96 kW

Diameter sementara lingkaran jarak bagi :


2  200
d1 
1i

d1 
2  200
 200 mm
11,000

2  200  i
d2  1i

2  200 1,000
d2  1  1,000  200 mm

Modul pahat m = 6
Jumlah gigi :
d d
m  z
z m
d1
z  200
1   33,3  33
m 6
d2
z  200
2
  33,3  33
m
89
6

90
Perbandingan gigi :
z
i 2
z1
35
i 1
33

Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar) :


d 01
 z1  m
 33  6 198 mm
d 02
 z2  m
 336 198 mm

Jarak sumbu poros :


d01  d02
a 
0
2
198 198
  396
2
mm

Kelonggaran puncak :
Ck  0,25  m
 0,25  6  1,5

Diameter kepala :
dk1  z1  2 m  33  2 6  210 mm

dk2  z2  2 m  33  2 6  210 mm

91
Diameter kaki :
d f 1  z  2  m  2  C
1 k

 33 26  21,5 186 mm


d f 2  z2  2 m  2  C
k

 33 26  21,5 186 mm

Kedalaman pemotongan :
H  2  m  Ck

 2  6 1,5  13,5 mm

Faktor bentuk gigi, dari Tabel 3.5.


 33  30 
z  33  Y  0,358   0,371  0,358
1 1
 34  30 
 
Y1  0,367
33  30 
z  33  Y  0,371  0,371 0,358
2 2

 34  30 
Y2  0,367  

Kecepatan keliling :

  d01  n
v  60 1000

3,1428 198  6000


v 60 1000  62,172 m s

Gaya tangensial
:
102  Pd
Ft  v
102  76,96
  126,261 kg
F 62,172
t

92
Faktor dinamis :

fv 5,5
 5,5 v

5,
5  0,410
fv 5,5 62,172

Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :


Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik  B1  52 mm2
kg
Kekerasan permukaan
gigi HB1  (rata-rata)
187

Roda gigi besar FC 20


: Kekuatan tarik  B2  20 mm2
kg
Kekerasan permukaan H B2 170 (rata-rata)
gigi

Tegangan lentur yang diizinkan :


S 35 C :
 a1  26 mm2
FC 20 : kg
mm2
 a2  9 kg

Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka,
K H  0,079 kg mm2 .

93
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :

Fb   a  m  Y  f v

F'b1   a1  m  Y1  f v
 26  6  0,367  0,410
 23,47 kg / mm

F' b2   a2  m  Y2  f v
 9  6  0,367  0,410
 8,12 kg / mm

Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar :

F'  f  k  2  z2
d 
H v H 01
z1  z2
2  33
F ' H  0,410  0,079 198
 33  33

 6,41 kg / mm

Harga minimum
F'min  6,41 kg / mm F' H
dari

Lebar sisi
126,261
Ft  
b
F' H
19,70mm 6,41

Jarak bagi  P = m .  = 6 . 3,1428 = 18,84 mm


m 6  3,1428
Tebal gigi  S =  9,42mm
.  2
2

Lebar gigi  b = 0,7 . d 01


= 0,7 .198 = 138,6 mm

94
3.2.5. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan
Lima
Diketahui : P = 104 PS = 76,96 kW
n1 = 6000 rpm
i = 0,838( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc =
1,0

Daya rencana Pd :
Pd  fc  P

 1,0  76,96  76,96 kW

Diameter sementara lingkaran jarak bagi :


2  200
d1 
1i

d1 
2  200
 217,62 mm
1
0,838

2  200  i
d2  1i

2  200  0,838
d2  1  0,838  182,37 mm

Modul pahat m = 6
Jumlah gigi :
d d
m  z
z m
d1 217,62
z    36,27  37
1
m 6
d2 182,37
z    30,39  30
2
m 6

95
Perbandingan gigi :
z
i 2
z1
30
i  0,81
37

Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar) :


d 01
 z1  m
 37  6  222 mm
d 02
 z2  m
 30  6 180 mm

Jarak sumbu poros :


d01  d02
a 
0
2
222  180
 2  201 mm

Kelonggaran puncak :
Ck  0,25  m
 0,25  6  1,5

Diameter kepala :
dk1  z1  2 m  37  2 6  234 mm

dk2  z2  2 m  30  2 6  192 mm

96
Diameter kaki :
d f 1  z  2  m  2  C
1 k

 37  26  21,5  210 mm


d f 2  z2  2 m  2  C
k

 30  26  21,5 168 mm

Kedalaman pemotongan :
H  2  m  Ck

 2  6 1,5  13,5 mm

Faktor bentuk gigi, dari Tabel 3.5.


37  34 
z  37  Y  0,371   0,383  0,371
1 1
 38  34 
 
Y1  0,38
z2  30  Y2 
0,358

Kecepatan keliling :

  d01  n
v  60 1000

3,1428  222  6000


v 60 1000  69,708 m s

Gaya tangensial
:
102  Pd
Ft  v
102  76,96
  112,61 kg
F 69,708
t

97
Faktor dinamis :

5,5
5,5 v
fv
5,5

fv   0,397
5,5 69,708

Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :


Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik  B1  52 mm2
kg
Kekerasan permukaan
gigi HB1  (rata-rata)
187

Roda gigi besar FC 20


: Kekuatan tarik  B2  20 mm2
kg
Kekerasan permukaan H B2 170 (rata-rata)
gigi

Tegangan lentur yang diizinkan :


S 35 C :
 a1  26 mm2
FC 20 : kg
mm2
 a2  9 kg

Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka,
K H  0,079 kg mm2 .

98
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :
Fb   a  m  Y  f v

F'b1   a1  m  Y1  f v
 26  6  0,38  0,397
 23,53 kg / mm

F' b2   a2  m  Y2  f v
 9  6  0,358  0,397
 7,67 kg / mm

Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar :

F'  f  k  2  z2
d 
H v H 01
z1  z2
2  30
F 'H  0,397  0,079  222
 37  30

 6,23 kg / mm

Harga minimum
F'min  6,23 kg / mm F' H
dari

Lebar sisi
112,61
Ft  
b
F' H
18,07mm 6,23

Jarak bagi  P = m .  = 6 . 3,1428 = 18,84 mm


m 6  3,1428
Tebal gigi  S =  9,42mm
.  2
2

Lebar gigi  b = 0,7 . d 01


= 0,7. 222 = 155,4 mm

99
3.2.6. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Mundur (Reverse)
Diketahui : P = 104 PS = 76,96 kW
n1 = 6000 rpm
i = 4,128( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )

Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc =

1,0

Daya rencana Pd :
Pd  fc  P
 1,0  76,96  76,96 kW

Diameter sementara lingkaran jarak bagi :


2  200
d1 
1i

d1 
2  200
 78 mm
1
4,128

2  200  i
d2  1i

2  200  4,128
d2 1 4,128  321,99 mm

Modul pahat m = 6
Jumlah gigi :
d d
m  z
z m
d1 78
z    13  13
1
m m
d2
z 
2

100
6
321,99
  53,66  53
6

101
Perbandingan gigi :
z
i 2
z1
53
i  4,07
13

Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar) :


d 01
 z1  m
13  6  78 mm
d 02
 z2  m
 536  318 mm

Jarak sumbu poros :


d01  d02
a 
0
2
78  318
  198 mm
2
Kelonggaran puncak :
Ck  0,25  m
 0,25  6  1,5

Diameter kepala :
dk1  z1  2 m  13  2 6  90 mm

dk2  z2  2 m  53  2 6  330 mm

102
Diameter kaki :

d f 1  z  2  m  2  C
1 k

 13 26  21,5  66 mm


d f 2  z2  2 m  2  C
k

 53 26  21,5  306 mm

Kedalaman pemotongan :

H  2  m  Ck

 2  6 1,5  13,5 mm

Faktor bentuk gigi, dari Tabel 3.5.


z1 13  Y1  0,261
 53  50 
z  53  Y  0,408   0,276  0,408
2 2
 60  50 
 
Y2  0,368

Kecepatan keliling :

  d01  n
v  60 1000

3,1428  78  6000
v 60 1000  24,492 m s

Gaya tangensial
:
102  Pd
Ft  v

102  76,96
F  24,492  320,5 kg
t

103
Faktor dinamis :

5,5
5,5 v
fv
5,5

fv   0,526
5,5 24,492
Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :
Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik  B1  52 mm2
kg
Kekerasan permukaan
gigi HB1  (rata-rata)
187

Roda gigi besar FC 20


: Kekuatan tarik  B2  20 mm2
kg
Kekerasan permukaan H B2 170 (rata-rata)
gigi

Tegangan lentur yang diizinkan :


S 35 C :
 a1  26 mm2
FC 20 : kg
mm2
 a2  9 kg

Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor maka,
K H  0,079 kg
mm2 .

104
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :
Fb   a  m  Y  f v

F'b1   a1  m  Y1  f v
 26  6  0,261 0,526
 21,41 kg / mm

F' b2   a2  m  Y2  f v
 9  6  0,368  0,526
 10,45 kg / mm
Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar :

F'  f  k  2  z2
d 
H v H 01
z1  z2
2 53
F ' H  0,526  0,079 
78  13  53

 5,20 kg / mm

Harga minimum
F'min  5,20 kg / mm F' H
dari

Lebar sisi
320,5
Ft   61,6mm
b
F' 
5,20

Jarak bagi  P = m .  = 6 . 3,1428 = 18,84 mm


m 6  3,1428
Tebal gigi  S =   9,42mm
 2
2

Lebar gigi  b = 0,7 . d 01


= 0,7 .78 = 54,6 mm

105
BAB 4
PERAWATAN ( PEMELIHARAAN MAINTENANCE)

4.1 Kopling
Pemeliharaan yang di butuhkan oleh kopling adalah perawatan berkala yang
di lakukan setiap 6 bulan sekali, meliputi :

1. Pembersihan sisa- sisa gesekan plat gesek yang berbahan dasar asbes yang
biasanya meninggalkan sisa di bagian dalam dari rumah kopling.
2. Pemberian minyak pelumas pada pegas kopling guna mencegah karat yang
timbul karena usia atau waktu.
3. Penggantian karet penekan kopling yang biasanya juga rusak karena waktu
atau jangka pemakaian.
4. Pemeliharaan ini haruslah dilakukan di bengkel, hal ini karena untuk
membongkar kopling kita terlebih dahulu haruslah menurunkan rumah
transmisi atau biasa di sebut (transdown).
Dengan pemakaian dari kopling yang tidak terlalu dipaksakan dapat membuat
kopling menjadi lebih tahan lama dan awet.

4.2 Roda Gigi


Adapun Pemeliharaan yang di butuhkan oleh roda gigi yaitu :

1. Oli transmisi yang berkualitas baik


Untuk mempercepat serta memperhalus pengoperasian pada roda gigi,
sebaiknya pilihlah tipe oli fully syntetis dengan viscositas 75-90 W. Ciri-ciri
dari pelumas itu terbilang encer serta tahan panas, dan juga dapat memberikan
proteksi pada transmisi menjadi lebih maksimal. Apabila perawatan transmisi
kurang maka dapat menyebabkan kebocoran sehingga membuat oli transmisi
menjadi lebih cepat kering. Penyebab kebocoran biasanya berasal dari baut
tempat pembuangan oli yang mengalami kerusakan ataupun yang tidak rapat.

106
2. Penyetelan kopling yang sesuai
Untuk memperhalus dan mempercepat perubahan gigi sebaiknya setel kopling
terlebih dahulu, karena jarak pedal kopling yang terlalu tinggi dapat
merenggangkan jarak pada kopling serta transmisi. Hal ini dapat
menyebabkan perpindahan gigi menjadi kasar serta berat saat perpindahan
gigi dilakukan. Hindarilah meletakkan kaki di kopling saat tidak digunakan,
agar kopling tidak cepat aus. Saat gigi sudah masuk dan kendaraan sudah
melaju, biasakan agar kaki tidak menyentuh pedal kopling . cara ini efektif
untuk mengurangi cepat ausnya kopling.

3. Mengganti oli transmisi secara berkala


Untuk memperpanjang umur pemakaian transmisi. Perawatan oli secara
berkala dan teratur akan memberikan efek dan pegaruh besar pada kinerja
mesin sebab keberadaan oli sangat menunjang sebagai bahan pelumas pada
mesin. Faktor dalam pemelihan oli yang disesuaikan dengan standar
kebutuhan mesin juga sangat penting untuk menunjang keawetan mesin.
Selain itu, pemilihan oli yang tepat juga bisa menghindari terjadinya panas
yang berlebih ketika mesin mobil beroperasi.

4. Menggunakan suku cadang berkualitas


Penggunaan suku cadang asli dapat mengurangi kerusakan lebih cepat, karena
dengan produk asli artinya kualitas lebih terjamin karena memang sudah
melewati percobaan dan kelayakan dalam penggunaan.

107
BAB 5
KESIMPULAN

Dari hasil perhitungan rancangan Kopling untuk TOYOTA AVANZA di


Peroleh data sebagai berikut :

1. Perhitungan Poros

Momen Torsi ( T ) = 12493 kg.mm


Bahan Poros = S45C-D
Diameter Poros = 30 mm

2. Perhitungan Spline Dan Naaf

Bahan spline dan naaf = S45C-D


Lebar spline ( b ) = 6 mm
Jumlah spline dan naaf ( i ) = 8
Diameter luar spline ( D ) = 38 mm
Jari - jari spline dan naaf ( Rm ) = 17 mm
Tinggi spline dan naaf ( H ) = 4 mm
Panjang spline dan naaf ( L ) = 60,97 mm
Gaya bekerja pada spline dan naaf = 734 kg

3. Perhitungan Plat gesek

Diameter dalam ( D1 ) = 397,6 mm


Diameter luar ( D2 ) = 497 mm
Momen start ( Ta ) = 20,69 kg.m
Volume keausan izin ( L3 ) = 77,25 cm3

108
4. Perhitungan Pegas

Bahan pegas = SUP 4 ( Baja pegas )


Beban maksimum ( Wl ) = 892,35 kg
Diameter pegas ( d ) = 7 mm
Diameter rata - rata pegas ( D ) = 28 mm
Tinggi bebas ( Hf ) = 53,3 mm

5. Perhitungan Bantalan

Diameter bantalan ( D ) = 55 mm
Lebar bantalan ( B ) = 13 mm
Beban ekivalen dinamis bantalan ( P ) = 54,35 kg
Umur nominal bantalan ( Lh ) = 31285,386 jam

6. Perhitungan Baut dan Mur

Diameter luar ( D ) = 6 mm
Diameter efektif ( D2 ) = 5,350 mm
Diameter dalam ( D1 ) = 4,917 mm
Diameter inti ( d1 ) = 4,917 mm
Jarak bagi ( p ) = 54,35 mm
Tinggi kaitan ( H1 ) = 0,541 mm
Tinggi mur ( H ) = 3 mm

7. Perhitungan Paku Keling

Diameter paku keling ( d ) = 5 mm


Diameter kepala paku keling ( D ) = 8 mm
Lebar kepala paku keling ( K ) = 3 mm
Bahan paku keling = Aluminium
Gaya bekerja pada paku keling ( F ) = 2,3 kg
Luas penampang paku keling ( A ) = 19,625 mm2

109
Dari hasil perhitungan rancangan Roda Gigi untuk TOYOTA AVANZA di
peroleh data sebagai berikut :

1. Perhitungan komponen utama roda gigi :


Roda Gigi 1
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlah gigi ( z1 ) = 14
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 84 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 96 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 72 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 5,42 kg/mm

2. Roda Gigi 2
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 22
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 132 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 144 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 120 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 6,45 kg/mm

3. Roda Gigi 3
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 28
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 168 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 180 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 156 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 6,64 kg/mm

110
4. Roda Gigi 4
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 33
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 198 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 210 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 186 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 6,60 kg/mm

5. Roda Gigi 5
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 37
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 222 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 234 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 210 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 6,23 kg/mm

6. Roda Gigi mundur (reverse)


Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 16
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 96 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 108 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 84 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 5,77 kg/mm

7. Perhitungan Bantalan
Diameter bantalan ( D ) = 55 mm
Lebar bantalan ( B ) = 13 mm
Beban ekivalen dinamis bantalan ( P ) = 54,35 kg
Umur nominal bantalan ( Lh ) = 31285,386 jam

111
8. Perhitungan Baut dan Mur
Diameter luar ( D ) = 6 mm
Diameter efektif ( D2 ) = 5,350 mm
Diameter dalam ( D1 ) = 4,917 mm
Diameter inti ( d1 ) = 4,917 mm
Jarak bagi ( p ) = 54,35 mm
Tinggi kaitan ( H1 ) = 0,541 mm
Tinggi mur ( H ) = 3 mm

Dalam perencanaan roda gigi pada umumnya mempunyai keterbatasan pada


pemakaiannya. Walaupun bahan utamanya adalah yang terbaik, maka salah satu
jalan untuk memperpanjang roda gigi dan elemen-elemen adalah dengan
memperhitungkan poin-poin disamping.
Perencanaan roda gigi ini bekerja berulang-ulang karena roda gigi n, 1, 2, 3, 4,
5,yang berkerja. Dengan demikian dapat kita lihat mesin dan perlengkapanya
sangat erat hubungannya sesuai keperluan dan kebutuhan manusianya.
Untuk kelanggengan mesin maka tenaga ahli mesin sangat dibutuhkan.
1. Tenaga operator guna untuk pengoperasian mesin.
2. Langkah-langkah yang merupakan perlengkapan dari keseluruhan termasuk
dasar bagian mesin antara lain : transmisi adalah suatu alat yang
menghubungkan antara mesin dan rangka.
3. Kontrol mesin dalam yaitu pedal dan rem.
4. Pelumas pada suatu mesin sangat diperlukan pada bagian yang berputar,
sehingga akibat tidak dikendalikan panas tersebut akan mengakibatkan
keausan pada motor tersebut.
Kita menyadari bahwa dimana-mana mesin adalah suatu alat yang sangat
penting dalam kehidupan manusia, karena dalam penggunaannya mesin-mesin
tersebut dapat menaikkan taraf hidup manusia tersebut. Oleh karena itu
pengetahuan dan pemeliharaan merupakan suatu pengetahuan yang sangat
diperlukan guna mengembangkan daya kerja manusia dibidang teknologi.

112
DAFTAR PUSTAKA

1. Allex Vallance; Ventor levi Doughtie; Design of Machine members; third


edition, Mc Graw – Hill Book Company Inc, New York, 1951.
2. G. Takeshi Sato dan N Sugiarto H; Menggambar Mesin menurut Standart
ISO, Pradnya Paramita, Jakarta, 1992.
3. Ir. Jack Stolk dan Ir. C. Kros, 1993, Elemen Mesin ( Elemen Kostruksi
Bangunan Mesin ), PENERBIT Erlangga, Jakarta Pusat.
4. Ir. Sularso, MSME dan Kyokatsu Suga, 1983, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin, P.T. Pradya Paramitha Jakarta.
5. Niemann, H. Winter. 1992; Elemen Mesin Jilid 2. erlangga, Jakarta.
6. Creamer, Machine Design, Third Edition, McGraw-Hill, New York, 1986
7. Ferdinand P. Beer dan E. Russell Johnston. Jr,Mekanika Untuk Insinyur:
Statika,Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta, 2002
8. Joseph E. Shigley, Larry D. Mitchell, dan Gandhi Harahap (penterjemah) ,
Perencanaan Teknik Mesin, Edisi Keempat, Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1991
9. James Mangroves, Gere, Stephen P. Timoshenko, dan Hans J.
Wospakrik(penterjemah), Mekanika Bahan, Edisi Kedua, Versi SI, Jilid 1,
Erlangga,Jakarta,2001
10. Robert L. Norton, Machine Design: An Integrated Approach, Prentice Hall,
New Jersey, 2005.

113

Anda mungkin juga menyukai