DISUSUN OLEH:
RIZKY FADILLAH
2007230145
DISUSUN OLEH:
RIZKY FADILLAH
2007230145
ii
HALAMAN SPESIFIKASI
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
iii
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji
dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia
dan nikmat yang tiada terkira. Salah satu dari nikmat tersebut adalah keberhasilan
penulis dalam menyelesaikan Tugas Rancangan Elemen Mesin yang meliputi
Perencanaan Kopling dan Roda Gigi pada mobil Toyota Avanza dengan Daya : 104
PS dan Putaran 6000 RPM sebagai syarat untuk meraih gelar akademik Sarjana
Teknik pada Program Studi Teknik Mesin,Fakultas Teknik,Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Medan.
Banyak pihak telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Rancangan Elemen
Mesin ini, untuk itu penulis menghaturkan rasa terimakasih yang tulus dan dalam
kepada:
1. Bapak Munawar Alfansury Siregar, S.T., M.T selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara
2. Bapak Chandra A Siregar, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin,
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
3. Bapak Ahmad Marabdi Siregar, S.T., M.T selaku Sekretaris Program Studi Teknik Mesin,
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
4. Bapak Chandra A Siregar, S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Tugas Rancangan Elemen
Mesin ini..
5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen di Program Studi Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis.
6. Orang tua penulisyang telah bersusah payah membesarkan dan membiayai studi penulis.
7. Bapak/Ibu Staf Administrasi di Biro Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.
8. Senior dan sahabat-sahabat saya yang tidak mungkin namanya di sebut satu per satu.
iv
Tugas Rancangan Elemen Mesin ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis berharap kritik dan masukan yang konstruktif untuk menjadi bahan
pembelajaran berkesinambungan penulis di masa depan. Semoga Tugas Rancangan
Elemen Mesin ini dapat bermanfaat bagi dunia konstruksi Teknik Mesin
Frans wijaya
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN SPESIFIKASI Iii
KATA PENGANTAR Iv
DAFTAR ISI Vi
DAFTAR GAMBAR Vii
DAFTAR TABEL Vii
i
DAFTAR NOTASI Ix
LEMBAR ASISTENSI X
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 2
1.3. Batasan Masalah 2
1.4. Sistematika Penulisan 3
vi
BAB 4 PERAWATAN 96
4.1 Kopling 96
4.2 Roda Gigi 96
BAB 5 KESIMPULAN 98
DAFTAR PUSTAKA 103
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
LAMPIRAN
SPESIFIFIKASI MOBIL
SURAT BIMBINGAN
GAMBAR TEKNIK KOPLING
GAMBAR TEKNIK RODA GIGI
Sistem penulisan daftar pustaka dalam tugas rancangan elemen mesin kopling dan
roda gigi menggunakan APA Style.
Amir, D. dan Susatyo, W. (2006)Perencanaan Gedung Disperending. Laporan
Tugas Akhir, Surabaya: Program Studi Teknik Sipil, UNDIP.
Aprianda, H. (2013) Evaluasi Daktilitas pada Bangunan Rumah Toko di Kota Medan
Terkait dengan Peraturan Gempa 2012. Laporan Tugas Akhir. Medan: Program
Studi Teknik Sipil, UMSU.
viii
Ketentuan penulisan
1. Laporan ditulis pada kertas A4 dengan batas. Kiri 4cm, dan 3cm untuk batas
atas, bawah dan kanan.
2. Laporan ditulis dengan huruf Times New Roman dengan font 12.
3. Penomoran halaman diletakkan pada sudut kanan bawah. Dengan ketentuan
angka romawi untuk halaman sampul sedangkan isinya menggunakan angka
arab.
4. Halaman sampul menggunakan 1 spasi kecuali kata pengantar 1,5 spasi
5. Halaman Isi ditulis dengan 1,5 spasi.
6. Halaman penutup (daftar isi, lampiran2, lembar kegiatan harian, lembar
asistensi) ditulis dengan menggunakan 1 spasi.
7. Penulisan Bab berada di tengah (centre) dengan menggunakan angka arab dan
ditulis dalam 1 spasi. Setelah itu diberikan 2 x enter untuk menulis sub bab
(lihat lampiran).
8. Untuk memulai penulisan pada setiap paragraph, penulisan dilakukan
menjorok ke dalam sejauh 1 cm.
9. Penggunaan tulisan cetak tebal pada halaman isi hanya diperbolehkan untuk
menuliskan BAB dan Judul bab
10. Istilah asing ditulis dengan cetak miring.
11. Penomoran tabel dan gambar tidak ditulis cetak tebal (bold).
12. Penulisan nama pada tabel dilakukan diatas tabel dengan 1 spasi (termasuk
tabel, 1 spasi). Penulisan dilakukan rata pinggir kiri.
13. Tabel dibuat tanpa menggunakan garis vertical, hanya garis horizontal pada
kepala tabel dan penutup tabel.
14. Penulisan nama gambar dilakukan dibawah gambar pada posisi centre
(termasuk gambar, centre).
ix
LEMBAR ASISTENSI
x
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2. Tujuan
Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari sistem kopling ini adalah :
1. Untuk mempermudah pemindahan transmisi.
2. Untuk meredam momen torsiyang timbul pada saat kendaraan berjalan.
3. Untuk menghubungkan dan melepaskan putaran Crank Shaft ke Transmisi.
Adapun tujuan umum dari sistem roda gigi ini adalah :
1. Untuk merendahkan putaran mesin.
2. Untuk meredam momen torsi yang timbul pada saat kendaraan berjalan.
3. Untuk meneruskan putaran dari flywhell(roda gila) ke kopling menuju
transmisi sampai ke repair wheel drive.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari kopling ini adalah :
1. Agar dapat menghitung tegangan geser yang terjadi pada kopling.
2. Agar dapat memilih / mengetahui bahan-bahan dan jenis bahan dalam
perencanaan kopling.
3. Agar dapat menghitung perbandingan putaran pada sistem kopling.
Adapun tujuan khusus dari roda gigi ini adalah :
1. Agar dapat menghitung tegangan geser yang terjadi pada roda gigi
2. Agar dapat memilih/mengetahui bahan-bahan dan jenis bahan
dalamperencanaan roda gigi.
3. Agar dapat menghitung perbandingan putaran pada tiap – tiap roda gigi.
1.3. Batasan Masalah.
Adapun batasan masalah agar tidak menyimpang dari tujuan perancangan
yang akan di harapkan, penulis perlu membatasi masalah yang akan dihitung dalam
rancangan kopling dan roda gigi.
Batasan-batasannya adalah :
1. Daya (P) = 104 PS
2. Putaran (n) = 6000 rpm
2
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang akan dijabarkan yaitu diawali dengan Halaman
Pengesahan, Halaman Spesifikasi,Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Gambar, dan
Daftar Tabel. Pada BAB 1 yang akan dibahas adalah Latar Belakang Perencanaan,
Tujuan Perencanaan, Batasan Masalah, dan Sistematika Penulisan. Pada BAB 2 akan
di bahas mengenai Tinjauan Pustaka mengenai kopling dan roda gigi. Pada BAB 3
yang akan dibahas adalah.
Perhitungan kopling :
1. Perhitungan ukuran Poros
2. Perhitungan ukuran Spline dan Naaf
3. Perhitungan ukuran Plat Gesek
4. Perhitungan ukuran Pegas
5. Perhitungan ukuran Bantalan
6. Perhitungan ukuran Baut dan Mur
7. Perhitungan ukuran Paku Keling
Perhitungan roda gigi :
1. Perhitungan Roda Gigi pada kecepatan pertama
2. Perhitungan Roda Gigi pada kecepatan kedua
3. Perhitungan Roda Gigi pada kecepatan ketiga
4. Perhitungan Roda Gigi pada kecepatan keempat
5. Perhitungan Roda Gigi pada kecepatan kelima
6. Perhitungan Roda Gigi pada kecepatan mundur
7. Bantalan
8. Baut dan Mur
Selanjutnya pada BAB 4 akan ditulis mengenai Pemeliharaan Maintenance
dari kopling dan roda gigi. BAB 5 akan diisi dengan Kesimpulan dari perhitungan
kopling dan roda gigi. Dan di akhiri dengan Daftar Pustaka, Lampiran, Lembar
Asistensi, Spesifikasi Mobil, Surat Bimbingan, Gambar Teknik Kopling, dan Gambar
Teknik Roda Gigi.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kopling
Kopling adalah suatu komponen mesin yang digunakan untuk
menghubungkan dua bagian konstruksi mesin yaitu antar poros yang bergerak dan
poros yang digerakkan.Kopling ini berfungsi untuk memindahkan tenaga mesin dan
putaran mesin ke roda belakang secara perlahan-lahan sehingga dapat bergerak
dengan lembut pada saat tenaga mesin dipindahkan ke transmisi. Kopling ini
ditempatkan diantara roda penerus dan transmisi dengan demikian jelaslah bahwa
kopling merupakan komponen yang utama dalam suatu mesin yaitu menghubungkan
dan melepaskan hubungan antara putaran mesin dan transmisi.
Jika ditinjau dari sistem pengoperasian dan cara kerjanya maka kopling dapat
dibedakan atau diklasifikasikan menjadi sebagi berikut :
4
a. Kopling tetap
b. Kopling tidak tetap
a. Kopling tetap
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa
terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut terletak pada satu garis lurus atau
dapat sedikit berbeda sumbunya. Berbeda dengan kopling tidak tetap yang dapat
dilepaskan dan dihubungkan bila diperlukan, maka kopling tetap selalu dalam
keadaan terhubung.
a. Kopling Kaku
Kopling kaku digunakan bila kedua poros dihubungkan dengan sumbu segaris.
Kopling ini banyak digunakan pada poros mesin dan transmisi umum dipabrik -
pabrik.
Kopling Bus
Kopling ini digunakan apabila dua buah poros saling disambungkan sentrik dengan
teliti. Pada konstruksinya ujung poros pada kopling ini harus dirapikan dan distel satu
terhadap yang lainnya dengan teliti, juga pada arah memanjang. Kopling ini sering
digunakan pada bubungan, baling - baling kapal dan juga pada poros baling - baling.
Kopling bus seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
5
Gambar 2.1 Kopling Bus (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)
6
Gambar 2.3 Kopling Flens Tempa (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)
Kopling Rantai
Sesuai dengan namanya kopling ini menggunakan rantai untuk menghubungkan
kedua buah poros. Kopling rantai umumnya digunakan untuk memindahkan momen
yang besar, seperti pada mesin gilas dan turbin uap.
Kopling rantai seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
7
Gambar 2.5 Kopling Rantai (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)
Kopling Gigi
Kopling ini pada bagaian sillinder dalam terdapat gigi - gigi yang dihubungkan
dengan silinder luar. Silinder luar ini dihubungkan dengan menggunakan baut. Pada
kopling ini terdapat tempat untuk memasukkan minyak. Kopling ini digunakan pada
mesin pengaduk beton. Kopling gigi seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
b. Kopling Universal
Salah satu jenis kopling universal yaitu kopling universal hook. Kopling ini dirancang
sedemikian rupa sehingga mampu memindahkan putaran walaupun poros tidak
sejenis. Kopling ini digunakan pada mesin frais.
Kopling universal seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
8
Gambar 2.7 Kopling Universal Hook (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)
c. Kopling Cakar
Kopling ini meneruskan momen dengan kontak positif (tidak dengan perantaraan
gesekan) hingga tidak dapat slip. Ada dua bentuk kopling cakar, yaitu kopling cakar
persegi dan kopling cakar spiral. Kopling cakar persegi dapat meneruskan momen
dalam dua arah putaran, tetapi tidak dapat dihubungkan dalam keadaan berputar
sebaliknya, kopling cakar spiral dapat dihubungkan dalam keadaan berputar tetapi
hanya baik untuk satu putaran saja. Kopling cakar seperti terlihat dalam gambar di
bawah ini.
d. Kopling Plat
Kopling ini meneruskan momen dengan perantaraan gesekan. Dengan
demikikan pembebanan yang berlebihan pada poros penggerak pada waktu
dihubungkan dapat dihindari. Selain itu, karena dapat terjadi slip maka kopling ini
sekaligus juga dapat berfungsi sebagai pembatas momen. Menurut jumlah platnya,
9
kopling ini dibagi atas kopling plat tunggal dan kopling plat banyak, dan menurut
cara pelayanannya dapat dibagi atas cara manual, hidrolik dan magnetik. Kopling
disebut kering bila plat - plat gesek tersebut bekerja dalam keadaan kering dan
disebut basah bila terendam atau dilumasi dengan minyak. Kopling ini sering
digunakan pada kendaraan bermotor.
10
f. Kopling Friwil
Dalam permesinan sering diperlukan kopling yang dapat lepas dengan
sendirinya bila poros penggerak mulai berputar lebih lambat atau dalam arah
berlawanan arah dari poros yang digerakkan. Kopling friwil seperti yang terlihat pada
gambar di bawah ini.
11
2.1.3. Dasar Pemilihan Kopling
Dalam merencanakan kopling untuk kendaraaan bermotor, maka yang sering
dipakai adalah jenis kopling tidak tetap, yaitu kopling cakar, kopling plat, kopling
kerucut dan juga kopling friwil. Perhatikan tabel 2.1 berikut ini.
12
2.2. Roda Gigi
Sesuai dengan fungsinya roda gigi adalah merupakanelemen mesin yang dapat
mentransmisikan daya dan putaran. Aspek yang harus diperhatikan dalam
perencanaan ini adalah efek - efek yang diakibatkan dalam pemindahan daya dan
putaran. Dalam pemindahan daya dan putaran tersebut masih ada alat yang berperan
sebagai pemindah daya dan putaran yaitu sabuk 8 rantai.
Diluar transmisi diatas ada pula cara lain untuk memindahkan daya, misalnya
dengan sabuk (belt) dan rantai (chain), tetapi transmisi dengan roda gigi jauh lebih
unggul dibandingdengan sabuk dan rantai, faktor slip pada roda gigi jauh lebih kecil
dan putaran lebih tinggi tepat serta daya yang dipindahkan lebih besar. Namun untuk
merencanakan sebagai alat pemindah daya pada transmisi (gear box) harus benar -
benar mampu memindahkan roda gigi sebagai alat pemindah daya.
Oleh karena itu di dalam perencanaan roda gigi harus benar-benar teliti untuk
perencanaan dan pembuatannya sehingga pada putaran yang tinggi tidak terjadi slip
yang dapat mengakibatkan putaran roda gigi tidak bekerja sebagaimana yang
diinginkan dalam perencanaan ini.
13
Roda gigi dapat diklasifikasikan menurut poros arah putaran dan bentuk gigi. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.2 (Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen
Mesin) hal.2.1.2.
Roda gigi dengan poros Roda gigi kerucut lurus,(f) Klasifikasi atas dasar
berpotongan Roda gigi kerucut spiral, (g) bentuk jalur gigi)
Roda gigi kerucut ZEROL
Roda gigi kerucut miring
Roda gigi kerucut miring
ganda
14
Dari tabel di atas maka roda gigi ini dapat dibedakan atau diklasifikasikan menjadi
sebagi berikut :
15
Gambar. 2.12. Roda gigi lurus (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)
16
c. Roda Gigi Miring Ganda
Pada roda gigi ini gaya aksial yang timbul pada gigi mempunyai alur
berbentuk alur V yang akan saling memindahkan. Dengan roda gigi ini reduksi,
kecepatan keliling dan daya diteruskan dan diperbesar tetapi pada pembuatannya
agak sukar.
17
e. Batang Gigi dan Pinyon
Merupakan dasar propil pahat pembuat gigi. Pasangan antara batang gigi dan
pinyon digunakan untuk merubah gerak putar menjadi gerak lurus atau sebaliknya.
18
g. Roda Gigi Kerucut Spiral
Pada roda gigi ini memiliki perbandingan kontak yang terjadi lebih besar dan
dapat meneruskan putaran tinggi dengan beban besar. Sudut poros kedua gigi kerucut
ini biasanya dibuat 90 0.
19
i. Roda Gigi Miring Silang
Roda gigi ini mempunyai kemiringan 70 sampai 230, digunakan untuk
mentransmisikan daya yang lebih besar dari pada roda gigi lurus. Roda gigi ini juga
meneruskan putaran dengan perbandingan reduksi yang benar.
20
k. Roda Gigi Cacing Selubung Ganda (Globoid)
Roda gigi ini digunakan untuk mentransmisikan daya dan putaran pada beban
besardengan perbandingan kontak yang lebih besar pula.
21
2.2.3. Teori Dasar Gear Ratio
Gear rasio bersal dari bahasa Inggris Gear Ratio, yang artinya perbandingan
gigi. Maksudnya adalah perbandingan jumlah mata gigi dari 2,4 atau 5 gigi. Pada
trnsmisi sepeda motor umumnya menggunakan kombinasi 2 gigi untuk tiap tingkat
percepatannya. Jadi pada sepeda motor untuk percepatan gigi pertama terdiri atas 2
konstruksi gigi,pada percepatan kedua terdapat 2 konstruksi gigi yang berbeda dari
gigi pertama. Demikian seterusnya untuk percepatan ketiga dan percepatan keempat.
22
BAB 3
3.1 Kopling
Kopling adalah suatu komponen mesin yang digunakan untuk menghubungkan
dua bagian konstruksi mesin yaitu antar poros yang bergerak dan poros yang
digerakkan. Kopling ini berfungsi untuk memindahkan tenaga mesin dan putaran
mesin ke roda belakang secara perlahan-lahan sehingga dapat bergerak dengan
lembut pada saat tenaga mesin dipindahkan ke transmisi. Kopling ini ditempatkan
diantara roda penerus dan transmisi dengan demikian jelaslah bahwa kopling
merupakan komponen yang utama dalam suatu mesin yaitu menghubungkan dan
melepaskan hubungan antara putaran mesin dan transmisi.
3.1.1 Poros
Komponen ini merupakan yang terpenting dari beberapa elemen mesin yang
biasa dihubungkan dengan putaran dan daya. Poros merupakan komponen stasioner
yang berputar, biasanya yang berpenampang bulat yang akan mengalami beban puntir
dan lentur atau gabungannya.
Kadang poros ini dapat mengalami tegangan tarik, kelelahan, tumbukan atau
pengaruh konsentrasi tegangan yang akan terjadi pada diameter poros yang terkecil
atau pada poros yang terpasang alur pasak, hal ini biasanya dilakukan pada
penyambungan atau penghubungan antar komponen agar tidak terjadi pergeseran
23
Gambar 3.1 Poros (https://www.academia.edu › 002)
Pada perencanaan ini poros memindahkan Daya (P) sebesar 104 PS dan
Putaran (n) sebesar 6000 rpm. Jika daya di berikan dalam daya kuda (PS) maka harus
dikalikan 0,74 untuk mendapatkan daya dalam (kW).
Daya (P) = 104 PS
Putaran (n) = 6000 rpm
Dimana :
1 PS = 0,74 kW
P = 104 x 0,74 kW
P = 76,96 kW
Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka faktor
keamanan dapat diambil dalam perencanaan. Jika faktor koreksi adalah fc (Tabel 3.1)
maka daya rencana Pd (kW) sebagai berikut:
Pd fc P (kW )
Dimana :
Pd = Daya rencana
fc = faktor koreksi
P = Daya
24
Tabel 3.1. Faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan (fc)
Daya yang di transmisikan Fc
Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 - 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2
Daya normal 1,0 - 1,5
Sumber : lit. 1 hal 7, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0.
Maka daya rencana Pd adalah :
Pd fc P
1,0 76,96
= 76,96 kW
Jika momen puntir (torsi) adalah T (kg.mm), maka torsi untuk daya maksimum :
Pd
T 9,74x105
n . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 7 )
76,96
T 9,74x105
6000
T 12493 kg mm
25
Tegangan geser yang di izinkan B
sf
a
1 2
sf
dimana :
a = tegangan geser yang diizinkan poros (kg/mm²)
Bahan poros di pilih dari bahan yang difinis dingin S45C-D dengan kekuatan
tarik B 60 kg / mm2
maka : 60 = 5 kg / mm2
B =
a
sf sf 6,0 2,0
1 2
5,1
s 1/3
d K t Cb T . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 8)
a
dimana :
d s = diameter poros (mm)
Cb = faktor keamanan terhadap beban lentur harganya 1,2 - 2,3 (diambil 2,3).
Kt = faktor bila terjadi kejutan dan tumbukan besar atau kasar 1,5 - 3, (diambil 3,0)
5,1
maka : d
1/3
27
Tabel 3.3. Diameter poros
4,5 *11,2 28 45 *112 280 450
12 30 120 300 460
*31,5 48 *315 480
5 *12,5 32 50 125 320 500
130 340 530
35 55
*5,6 14 *35,5 56 140 *355 560
(15) 150 360
6 16 38 60 160 380 600
Sumber : lit. 1 hal 9, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga
28
Diagram aliran poros
START
8. Diameter poros : ds = 30 mm
10. <
STOP
END
29
Keterangan :
1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari
bilangan standar.
2. Bilangan di dalam kurung hanya dipakai untuk bagian dimanaakan dipasang
bantalan gelinding.
Pada diameter poros di atas 28 mm, maka tegangan geser yang terjadi pada
poros adalah :
5,1 T.....................................
( Lit 1, hal 7 )
d s3
dimana :
5,112493
maka : 303
63714
27000
= 2,3 kg / mm2
30
3.1.2. Spline dan Naaf
Pada dasarnya fungsi spline adalah sama dengan pasak, yaitu meneruskan daya
dan putaran dari poros ke komponen - komponen lain yang terhubung dengannya,
ataupun sebaliknya. Perbedaannya adalah spline menyatu atau menjadi bagian dari
poros sedangkan pasak merupakan komponen yang terpisah dari poros dan
memerlukan alur pada poros untuk pemasangannya.
Selain itu jumlah spline pada suatu konstruksi telah tertentu (berdasarkan standar
SAE), sedangkan jumlah pasak ditentukan sendiri oleh perancangnya. Hal ini
menyebabkan pemakaian spline lebih menguntungkan dilihat dari segi
penggunaannya karena sambungannya lebih kuat dan beban puntirnya merata
diseluruh bagian poros dibandingkan dengan pasak yang menimbulkan konsentrasi
tegangan pada daerah dimana pasak dipasang.
31
Tabel 3.4. DIN 5462 – DIN 5464
Diamet Ringan DIN Menengah DIN Berat DIN 5464
er 5462 5463 Banyaknya Baji
dalam Banyaknya Baji Banyaknya Baji
d1 d2 b d2 b d2
(I) (I) (I) b (mm)
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
11 - - - 6 14 3 - - -
13 - - - 6 16 3,5 - - -
16 - - - 6 20 4 10 20 2,5
18 - - - 6 22 5 10 23 3
21 - - - 6 25 5 10 26 3
23 6 26 6 6 28 6 10 29 4
26 6 30 6 6 32 6 10 32 4
28 6 32 7 6 34 7 10 35 4
32 8 36 6 8 38 6 10 40 5
36 8 40 7 8 42 7 10 45 5
42 8 46 8 8 48 8 10 52 6
46 8 50 9 8 54 9 10 56 7
d s 0,81 d 2
ds
d2
0,81
30
d2 37,04 mm 38 mm
0,81
Spline yang direncanakan atau ketentuan ukurannya (dari tabel 3.4.) antara
lain :
Jumlah ( i ) = 8 buah
Lebar ( b ) = 6 mm
Diameter luar ( d2 ) = 38 mm
32
Perhitungan Spline dan Naaf
38
Tinggi ( H ) = d 2 d s = 30 = 4 mm
2
2
3
d
Panjang ( L ) = 2 =
38 = 60,97 mm
3
ds
2
302
d2 38
Jari - jari ( Rm ) = = 17 mm
ds 30
= 4
4
Jarak antara spline ( w ) = 0,5 d2 0,5 38 mm= 19 mm
=
dimana :
maka :
12493
F 17
734 kg
g F
iwL
33
dimana :
g 734
0,079 kg / mm2
8 19
60,97
gi 0,8 trk
dimana :
60
trk 6 kg / mm2
10
maka :
0,8 6 4,8 kg / mm2
gi
Maka spline dan naaf aman terhadap tegangan geser yang terjadi. Dimana dapat
dibuktikan :
g gi
0,079 4,8
34
Tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan (aman).
35
Diagram aliran spline dan naaf
START a
10.
STOP
4. Gaya pada spline : F = 734 kg
36
3.1.3. Plat Gesek
Plat gesek berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran poros penggerak
dengan poros yang digerakkan akibat terjadinya gesekan pada plat, sekaligus juga
sebagai penahan dan penghindar dari adanya pembebanan yang berlebihan.
Syarat plat gesek yaitu :
1. Tahan pada suhu tinggi
Pada perencanaan ini bahan yang digunakan ialah besi cor dan asbes. Dengan
asumsi material sangat baik untuk menghantar panas serta tahan pada temperatur
tinggi yaitu sampai sekitar 200oC. Seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini :
37
Diketahui : P = 104 PS
n = 6000 rpm
ds = 30 mm ( diameter poros )
Daya di berikan dalam daya kuda (PS) maka harus diubah untuk mendapatkan daya
dalam (kW).
Dimana : 1 PS = 0,74 kW
Maka :
P = 104 x 0,74 kW
P = 76,96 kW
Daya rencana Pd :
Pd fc 1,0 76,96 kW
P 76,96
T 12493 kg mm
Perbandingan diameter dalam bidang gesek D1 dan diameter luar bidang gesek
D2 > 0,5. Maka direncanakan perbandingan D1 / D2 0,8
diameter
38
Gaya tekanan gesekan F :
Berdasarkan tabel 3.5 dari bahan Besi cor dan asbes (ditenun), harga tekanan
permukaan yang diizinkan pada bidang gesek (0,007 – 0,07)
diambil Pa 0,02
kg / mm2
maka :
F D 2
D2 . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 62 )
P
2 1 a
4
3,1428
1 2
0,82 D 2 0,02
2
4
0,00565 D22
rm D1 D2 / 4
0,8 1D2 / 4
0,45 D2
Berdasarkan tabel 3.5 dari bahan Besi cor dan asbes (ditenun), harga koefisien
gesekan kering ( 0,35 - 0,65 )
0,4
diambil maka :
T F rm...............................................( Lit 1, hal 62 )
12493 0,4 0,00565D2 0,45D
2 2
12493
D2 3 497,105531
101,7 106
D2 497,10 497 mm
39
0,8 497 397,6 mm
40
Tabel 3.6. Momen puntir gesek statis kopling plat tunggal kering
Momen gesek
1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
statis (kg.m)
GD2 sisi rotor
(kg.m2) 0,0013 0,0034 0,0089 0,0221 0,0882 0,2192 0,4124 1,1257
GD2 sisi stator 0,0022 0,0052 0,0150 0,0322 0,1004 0,2315 0,5036 1,0852
(kg.m2)
Diameter 40
15 20 25 30 50 60 70
lubang 10 x
5x2 5x2 7x3 7x3 15 x 5 15 x 5 18 x 6
Alur pasak 3,5
Sumber : lit. 1 hal 68, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga
GD2 pada sisi rotor diambil berdasarkan diameter lubang = 30 dari tabel di atas.
maka :
30 20
GD2 0,0882 0,2192 0,0882
40 20
0,0882 0,5 0,131
0,1537 kg m2
41
dimana :
0,1537 6000
Ta 375 0,3 12,493
20.69 kg m
Waktu penghubungan yang sesungguhnya :
tae
GD2 n r
0,1537 0,3 s
6000
375 Ta Tl1 375 20,69 12,493
tae te
w = [cm3/(kg.m)]
Bahan Permukaan
42
Tabel 3.8. Batas keausan rem dan kopling pelat tunggal kering
Nomor kopling / rem 1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
Batas keausan
2,0 2,0 2,5 2,5 3,0 3,0 3,5 3,5
permukaan (mm)
Volume total pada
7,4 10,8 22,5 33,5 63,5 91,0 150 210
batas keausan (cm3)
Sumber : lit. 1 hal 72, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga
Dengan mengambil nomor tipe kopling 30, maka dapat diambil volume keausan
yang diizinkan dari tabel 3.8. sebesar :
30 20
L3 63,5 91,0 63,5
40 20
43
Diagram aliran kopling plat gesek
b a
START
10.Pemilihan tipe kopling
Nomor tipe kopling 30
Momen gesekan statis :
1. Daya yang ditransmisikan : P Tso = 30
= 76,96 kW
Puratan poros : n1 = 6000 rpm
11.Waktu penghubungan
sesungguhnya: tae = 0,3 s
12.
>
3. Daya rencana : Pd = 76,96 kW
<
4. Momen puntir rencana : T =12493
STOP
9. Momen start : Ta = 20,69 kg.m
b END
a
44
3.1.4. Pegas
Pegas kendaraan dapat berfungsi sebagai pelunak tumbukan atau kejutan dan
meredam getaran yang terjadi. Pegas yang dimaksudkan disini adalah pegas kejut
pada plat gesek. Pegas kejut ini berfungsi untuk mengontrol gerakan dan menyimpan
energi. Pegas kejut ini dibuat dari kawat baja tarik keras yang dibentuk dingin atau
kawat yang ditemper dengan minyak.
45
Momen puntir (torsi) adalah
T 12493 kg mm , jumlah pegas kejut
direncanakan 6 buah dan direncanakan diameter rata - rata pegas ( D ) = 28 mm,
D D
harga perbandingan berkisar antara 4 - 8. Dalam rancangan ini, harga diambil
d d
4, sehingga diperoleh
:
D
4
d
28
4 d 7
d
Beban maksimum :
Wl
T D / 2 Wl ........................................................................ ( Lit 1, hal 72 )
maka :
T 12493
Wl 892,35 kg
D / 2 28 / 2
mm Indeks pegas :
c = D/d
c=4
Faktor tegangan :
4c 1 0,615..............................................
K ( Lit 1, hal 316 )
4c 4 c
4 4 1 0,615
4 4 4 4
1,404
46
Tegangan geser :
T
T
Zp
/ 6 d 3
12493
3,14 / 6 7 3
69,60 kg / mm2
Bahan pegas SUP4 ( Baja pegas ) dengan tegangan geser maksimum yang diizinkan
65 kg / mm2 , Modulus geser G 8000 kg /
(berdasarkan tabel 3.9.)
mm2
a
Tegangan rencana :
d a 0,8
65 0,8 52 kg / mm2
Wl
k
892,35
44,61 kg / mm
20
44,61
8n 28
3
8n 19,61
n 2,4 3
47
Lendutan total :
1
t 20 6,6 mm
3
Tinggi bebas H f :
Hc n 1,5 d
3 1,5 7 31,5 mm
0,4 H l 31,5 / 3
1,5
Hl 31,5 1,8
Hl 33,3 mm
Maka :
H f Hl
20 H 33,3
f
H f 33,3 20 53,3 mm
C s H s H c / n
1,5 1,5 H s
48
Lendutan awal terpasang :
o HfHs
53,3 38,25
15,05 mm
Wo H f H s k
671,3 kg
Lendutan efektif h :
h o
20 15,05
4,95 mm
Tinggi mampat
Hc 31,5 mm
Hl Hc
33,3 mm 31,5 mm, baik
49
Kelonggaran kawat pada awal terpasang antara 1,0 – 2,0 mm, maka diambil Cs 1,5
mm
Kelonggaran kawat pada awal terpasang antara 0,2 – 0,6 mm, maka diambil Cl 0,4
mm
Hf /D 5
53,3 / 28 5
1,90 < 5
Diameter kawat d 7 mm
Bahan pegas SUP4 ( Baja pegas ) perlakuan panas
Jumlah lilitan yang bekerja n 3
Lilitan yang mati 1 pada setiap ujung
Lendutan efektif
h 4,95 mm
Lendutan total 20 mm
Tinggi tekan
Hc 31,5 mm
50
Diagram aliran pegas
b a
START 11. Beban awal terpasang : Wo =
667,2 kg
Lendutan efektif : h = 4,95 mm
1. Beban maksimum : Wl = Tinggi pada lendutan maksimum:
892,35 kg Tinggi pd lendutan maksimum : Hl =
Lendutan : δ = 18 – 20 mm 33,3 mm
Tarik atau tekan
Diameter rata-rata : D =28 mm
12. Jumlah lilitan mati pd
setiap ujung 1
2.Taksiran awal:Indeks
pegas : c = 4 13. Tinggi mampat : Hc = 31,5 mm
Diamater kawat :d = 7mm
a STOP
51
END
52
3.1.5. Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros yang berbeban sehingga
putaran dan getaran bolak-balik dapat berputar secara halus, dan tahan lama. Bantalan
harus kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesinnya bekerja dengan baik,
jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun
atau tidak berkerja semestinya.
53
Pada perhitungan ini telah diperoleh ukuran diameter porosnya ( d s ) sebesar
(30mm). Berdasarkan dari tabel 3.10. di atas maka ukuran-ukuran dari bantalan dapat
ditentukan sebagai berikut :
Nomor bantalan
6006, Diameter D 55 mm
bantalan : Lebar B 13 mm
bantalan :
Kapasitas nominal dinamis spesifik : C 1030 kg
54
Tabel 3.11. Faktor - faktor V, X, Y dan X0, Y0
Beban Beban Baris
tunggal Baris ganda
putar putar
Jenis Baris Baris
pd pd
Banta e tunggal ganda
cincin cincin Fa / VFr> e Fa /VFr ≤ e Fa /VFr> e
Lan dalam luar
V X Y X Y X Y X0 Y0 X0 Y0
Fa /C0
2,30 2,30 0,19
= 0,014
1,99 1,99 0,22
Bantal = 0,02 1,71 1,71 0,26
an = 0,056 1,55 1,55 0,28
bola = 0,084 1 1,2 0,56 1,45 1 0 0,56 1,45 0,30 0,6 0,5 0,6 0,5
alur = 0,11 1,31 1,31 0,34
dalam = 0,17 1,15 1,15 0,38
= 0,28
1,04 1,04 0,42
= 0,42
1,00 1,00 0,44
= 0,56
α
0,43 1,00 1,09 0,70 1,63 0,57 0,42 0,84
Bantal = 20o 0,41 0,87 0,92 0,67 1,41 0,68 0,38 0,76
an = 25o 1 1,2 0,39 0,76 1 0,78 0,63 1,24 0,80 0,5 0,33 1 0,66
bola = 30o 0,37 0,66 0,66 0,60 1,07 0,95 0,29 0,58
sudut = 35o 0,35 0,57 0,55 0,57 0,93 1,14 0,26 0,52
= 40o
Sumber : lit. 1 hal 135, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga
55
Beban aksial Fa :
bantalan
Fa Co 0,014
740 0,014 10,36 kg
dimana :
v = beban putar pada cincin dalam
e = 0,19
P X Fr Y Fa
dimana :
P = beban ekivalen (kg)
Fr
= beban radial (kg)
Fa
= beban aksial (kg)
X,
Y = harga - harga baris tunggal yang terdapat dalam tabel 3.11. di atas
Faktor umur fh
bantalan
:
C
f
n
fh P
1030
0,210
54,35 3,97
L 500 f 3
h h
500 3,97
3
jam
31285,386
57
Diagram aliran bantalan gelinding
START
STOP
END
58
3.1.6. Baut dan Mur
Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk mencegah
kecelakaan atau kerusakan pada mesin. Pemilihan baut dan mur sebagai alat pengikat
harus dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan ukuran yang sesuai. Di dalam
perencanaan kopling ini. Baut dan mur berfungsi sebagai pengikat gear box. Untuk
menentukan ukuran baut dan mur, berbagai faktor harus diperhatikan seperti sifat
gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja, kekuatan bahan, kelas ketelitian, dan lain-
lain.
Wd fc W
Wd 1,2 54,35
65,22 kg
(difinis tinggi)
59
Diameter inti yang diperlukan :
4 Wd
d1
a
4 65,22
d1
3,14 6
d1 3,72 mm
60
Dipilih ulir metris kasar diameter inti d1 4,917 mm 3,72 mm dari tabel
3.12. di atas.
a 0,5 6 3 kg / mm2
z Wd
D2 H1 qa
z 65,22
3,1428 5,350 0,541 3
z 2,39 3
Tinggi mur :
H zp
61
H
1
m
m
62
Jumlah ulir mur :
3
z' z' 3
H 1
p
b Wd
(dimana k 0,84 )
kp
d1 z
b
65,22
1,67 kg / mm2
3,1428 4,917 0,84 1
3
n Wd
(diman j 0,75 )
D jp a
z
65,22
n 1,53 kg / mm2
3,1428 6 0,75 1
3
Tegangan geser akar ulir baut b dan tegangan geser akar ulir mur n
lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan a , maka baut dan mur yang
direncanakan aman terhadap tegangan geser.
Bahan baut dan mur baja liat dengan kadar karbon 0,22 %.
Diameter nominal ulir : Baut = M 6, Mur = M 6, tinggi mur = 3 mm.
63
Diagram aliran baut dan mur
a
START b
1. Beban : W = 54,35 kg
9.Jmlh ulir mur yg diperlukan : z = 3
2. Faktor koreksi : fc = 1,2
10.Tinggi mur : H = 3 mm
3.Beban rencana : Wd = 65,22kg
b END
a
64
3.1.7. Paku Keling
Paku keling merupakan alat penyambung tetap / mati. Dalam banyak kasus
penggunaannya, sambungan paku keling digantikan dengan sambungan las karena
sambungan paku keling memerlukan waktu lebih lama dari pada sambungan las yang
lebih sederhana. Pada sisi lain sambungan paku keling terlihat jauh lebih aman dan
mudah untuk dilakukan pengontrolan yang lebih baik (dibunyikan dengan pukulan).
Khususnya untuk sambungan logam ringan orang lebih menyukai pengelingan, untuk
menghindarkan penuruna kekuatan disebabkan tingginya suhu seperti karena
pengelasan (pengaruh dari struktur pengelasan).
Paku keling yang dipasang pada plat gesek dan plat penghubung berfungsi untuk
meneruskan putaran plat gesek ke plat penghubung dan selanjutnya ke poros.
D 1,6 d
1,6 5 8 mm
Lebar kepala paku keling :
K 0,6 d
0,6 5 3 mm
65
Karena paku keling terletak di tengah - tengah kopling plat gesek, sehingga :
D1 D2
rm 4
dimana :
rm = jarak paku keling dari sumbu poros (mm)
maka :
397,6 223,65 mm
rm
497
4
dimana :
F = gaya yang bekerja pada paku keling (kg)
T = momen puntir yang bekerja pada poros sebesar 12408 kg.mm
rm = jarak antara paku keling (mm)
maka :
12493
F 223,65 55,85 kg
Sedangkan gaya yang berkerja pada masing - masing paku keling dapat di
asumsikan dengan persamaan berikut ini :
F
F'
66
n
67
dimana :
F ' = gaya yang diterima setiap paku keling (kg)
F = gaya yang diterima seluruh paku keling (kg)
maka :
55,85
F' 2,3 kg
24
Jadi setiap paku keling menerima gaya F’ = 2,3 kg
3,1428 2
A 4 d
3,1428 2
5 19,625 mm 2
4
F'
2,3
g 0,117 kg / mm2
A 19,625
Tegangan geser yang diizinkan
:
gi 0,8 i
68
Diagram aliran paku keling
START
5.Faktor keamanan 9
10. τgi>τg
STOP
END
69
3.2. Roda Gigi
Pemindahan daya dan putaran direncanakan dengan transmisi roda gigi secara
bertingkat dengan perbandingan gigi sebagai berikut :
I 3,769
II 2,045
III 1,376
PERBANDINGAN GIGI
IV 1,000
V 0,838
R 4,128
70
Tabel 3.13. Faktor bentuk gigi
Jumlah Jumlah
Jumlah gigi
gigi Y gigi Y Y
Z
Z Z
10 0,201 19 0,314 43 0,396
11 0,226 20 0,320 50 0,408
12 0,245 21 0,327 60 0,421
13 0,261 23 0,333 75 0,434
14 0,276 25 0,339 100 0,446
15 0,289 27 0,349 150 0,459
16 0,295 30 0,358 300 0,471
17 0,302 34 0,371 Batang gigi 0,484
18 0,308 38 0,383
71
3.2.1. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Satu
Diketahui : P = 104 PS = 76,96 kW
n1 = 6000 rpm
i = 3,769 ( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0.
Daya rencana Pd :
Pd fc P
1,0 76,96 76,96 kW
d1
2 200
83,87 mm
1
3,769
2 200
id . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 216 )
2
1i
2 200 3,769
d2 1 3,769 316,12 mm
Modul pahat m = 6
Jumlah gigi :
d d.............................................
m z ( Lit 1, hal 214 )
z m
d1
z 83,87
1 13,97 14
m 6
d 316,12
z 52,68 53
2
6
2
m
72
Perbandingan gigi :
z
i 2........................................................................................ ( Lit 1, hal 216 )
z1
53
i 3,78
14
Kelonggaran puncak :
Ck 0,25 m
0,25 6 1,5
Diameter kepala :
dk1 z1 2 m 14 2 6 96 mm
73
Diameter kaki :
d f 1 z 2 m 2 C
1 k
Kedalaman pemotongan :
H 2 m Ck
2 6 1,5 13,5 mm
Kecepatan keliling :
d01 n.......................................................
v ( Lit 1, hal 238 )
60 1000
3,1428 84 6000
v 60 1000 26,37 m s
Gaya tangensial
:
102 Pd......................................................
( Lit 1, hal 238 )
Ft v
102 76,96
297,68 kg
F 26,37
t
74
Faktor dinamis :
fv 5,
5,55v
5,5
0,517
fv 5,5 26,37
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka,
K H 0,079 kg mm2 .
75
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :
F'b1 a1 m Y1 f v
26 6 0,276 0,517
22,2 kg / mm
F' b2 a2 m Y2 f v
9 6 0,368 0,517
10,2 kg / mm
2 53
F 'H 0,517 0,079 84 5,42 kg / mm
14
53
Harga minimum
F'min 5,42 kg / mm F' H
dari
Lebar sisi
297,68
Ft 54,92mm
b
F' H
5,42
76
Lebar gigi b = 0,7 . d 01
= 0,7 .84 = 58,8 mm
77
3.2.2. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Dua
Diketahui : P = 104 PS = 76,96 kW
n1 = 6000 rpm
i = 2,045 ( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0
Daya rencana Pd :
Pd fc P
d1
2 200
131,36 mm
1
2,045
2 200 i
d2 1i
2 200 2,045
d2 1 2,045 268,63 mm
Modul pahat m = 6
Jumlah gigi
:
d d
m z
z m
d1
z 131,36
1 21,89 22
m 6
78
d2 268,63
z 44,77 45
2
m 6
79
Perbandingan gigi
:
z2
i
z1
45
i 2,045
22
a0 d01 d02
2
132 270
2 201 mm
Kelonggaran puncak :
Ck 0,25 m
0,25 6 1,5
Diameter kepala :
dk1 z1 2 m 22 2 6 144 mm
80
Diameter kaki :
d f 1 z 2 m 2 C
1 k
Kedalaman pemotongan :
H 2 m Ck
2 6 1,5 13,5 mm
50 43
Y2 0,397
Kecepatan keliling :
d01 n
v 60 1000
Gaya tangensial
:
102 Pd
F v
t
102 76,96
189,392 kg
41,448
F
t
81
Faktor dinamis :
fv 5,5
5,5 v
5,
5 0,460
fv 5,5 41,448
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka,
K H 0,079 kg mm2 .
82
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :
Fb a m Y f v
F'b1 a1 m Y1 f v
26 6 0,33 0,460
23,68 kg / mm
F' b2 a2 m Y2 f v
9 6 0,397 0,460
9,86 kg / mm
F' f k 2 z2
d
H v H 01
z1 z2
2 45
F ' H 0,460 0,079 6,45 kg / mm
132 22
45
Harga minimum
F'min 6,45 kg / mm F' H
dari
Lebar sisi
189,392
Ft 29,36mm
b
F H
' 6,45
83
3.2.3. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Tiga
Diketahui : P = 104 PS = 76,96 kW
n1 = 6000 rpm
i = 1,376( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc =
1,0
Daya rencana Pd :
Pd fc P
d1
2 200
168,35 mm
1
1,376
2 200 i
d2 1i
2 200 1,376
d2 1 1,405 231,64 mm
Modul pahat m = 6
Jumlah gigi :
d d
m z
z m
d1
z 166,32
1 28,05 28
m 6
d 231,64
z 38,60 39
2
6
2
m
84
Perbandingan gigi :
z
i 2
z1
39
i 28 1,39
Kelonggaran puncak :
Ck 0,25 m
0,25 6 1,5
Diameter kepala :
dk1 z1 2 m 28 2 6 180 mm
85
Diameter kaki :
d f 1 z 2 m 2 C
1 k
Kedalaman pemotongan :
H 2 m Ck
2 6 1,5 13,5 mm
43 38
Y2 0,385
Kecepatan keliling :
d01 n
v 60 1000
Gaya tangensial
:
102 Pd
Ft v
102 76,96
148,80 kg
F 52,752
t
86
Faktor dinamis :
fv 5,5
5,5 v
5,
0,430
fv 5,5 5 52,752
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka,
K H 0,079 kg mm2 .
87
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :
Fb a m Y f v
F'b1 a1 m Y1 f v
26 6 0,351 0,430
23,54 kg / mm
F' b2 a2 m Y2 f v
9 6 0,385 0,430
8,93 kg / mm
F' f k 2 z2
d
H v H 01
z1 z2
2 39
F ' H 0,430 0,079 168
28 39
6,64 kg / mm
Harga minimum
F'min 6,64 kg / mm F' H
dari
Lebar sisi
148,80
Ft 22,40mm
b
F' H
6,64
88
3.2.4. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Empat
Diketahui : P = 104 PS = 76,96 kW
n1 = 6000 rpm
i = 1,000( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc =
1,1
Daya rencana Pd :
Pd fc P
1,0 76,96 76,96 kW
d1
2 200
200 mm
11,000
2 200 i
d2 1i
2 200 1,000
d2 1 1,000 200 mm
Modul pahat m = 6
Jumlah gigi :
d d
m z
z m
d1
z 200
1 33,3 33
m 6
d2
z 200
2
33,3 33
m
89
6
90
Perbandingan gigi :
z
i 2
z1
35
i 1
33
Kelonggaran puncak :
Ck 0,25 m
0,25 6 1,5
Diameter kepala :
dk1 z1 2 m 33 2 6 210 mm
91
Diameter kaki :
d f 1 z 2 m 2 C
1 k
Kedalaman pemotongan :
H 2 m Ck
2 6 1,5 13,5 mm
34 30
Y2 0,367
Kecepatan keliling :
d01 n
v 60 1000
Gaya tangensial
:
102 Pd
Ft v
102 76,96
126,261 kg
F 62,172
t
92
Faktor dinamis :
fv 5,5
5,5 v
5,
5 0,410
fv 5,5 62,172
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka,
K H 0,079 kg mm2 .
93
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :
Fb a m Y f v
F'b1 a1 m Y1 f v
26 6 0,367 0,410
23,47 kg / mm
F' b2 a2 m Y2 f v
9 6 0,367 0,410
8,12 kg / mm
F' f k 2 z2
d
H v H 01
z1 z2
2 33
F ' H 0,410 0,079 198
33 33
6,41 kg / mm
Harga minimum
F'min 6,41 kg / mm F' H
dari
Lebar sisi
126,261
Ft
b
F' H
19,70mm 6,41
94
3.2.5. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan
Lima
Diketahui : P = 104 PS = 76,96 kW
n1 = 6000 rpm
i = 0,838( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc =
1,0
Daya rencana Pd :
Pd fc P
d1
2 200
217,62 mm
1
0,838
2 200 i
d2 1i
2 200 0,838
d2 1 0,838 182,37 mm
Modul pahat m = 6
Jumlah gigi :
d d
m z
z m
d1 217,62
z 36,27 37
1
m 6
d2 182,37
z 30,39 30
2
m 6
95
Perbandingan gigi :
z
i 2
z1
30
i 0,81
37
Kelonggaran puncak :
Ck 0,25 m
0,25 6 1,5
Diameter kepala :
dk1 z1 2 m 37 2 6 234 mm
96
Diameter kaki :
d f 1 z 2 m 2 C
1 k
Kedalaman pemotongan :
H 2 m Ck
2 6 1,5 13,5 mm
Kecepatan keliling :
d01 n
v 60 1000
Gaya tangensial
:
102 Pd
Ft v
102 76,96
112,61 kg
F 69,708
t
97
Faktor dinamis :
5,5
5,5 v
fv
5,5
fv 0,397
5,5 69,708
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka,
K H 0,079 kg mm2 .
98
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :
Fb a m Y f v
F'b1 a1 m Y1 f v
26 6 0,38 0,397
23,53 kg / mm
F' b2 a2 m Y2 f v
9 6 0,358 0,397
7,67 kg / mm
F' f k 2 z2
d
H v H 01
z1 z2
2 30
F 'H 0,397 0,079 222
37 30
6,23 kg / mm
Harga minimum
F'min 6,23 kg / mm F' H
dari
Lebar sisi
112,61
Ft
b
F' H
18,07mm 6,23
99
3.2.6. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Mundur (Reverse)
Diketahui : P = 104 PS = 76,96 kW
n1 = 6000 rpm
i = 4,128( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc =
1,0
Daya rencana Pd :
Pd fc P
1,0 76,96 76,96 kW
d1
2 200
78 mm
1
4,128
2 200 i
d2 1i
2 200 4,128
d2 1 4,128 321,99 mm
Modul pahat m = 6
Jumlah gigi :
d d
m z
z m
d1 78
z 13 13
1
m m
d2
z
2
100
6
321,99
53,66 53
6
101
Perbandingan gigi :
z
i 2
z1
53
i 4,07
13
Diameter kepala :
dk1 z1 2 m 13 2 6 90 mm
102
Diameter kaki :
d f 1 z 2 m 2 C
1 k
Kedalaman pemotongan :
H 2 m Ck
2 6 1,5 13,5 mm
Kecepatan keliling :
d01 n
v 60 1000
3,1428 78 6000
v 60 1000 24,492 m s
Gaya tangensial
:
102 Pd
Ft v
102 76,96
F 24,492 320,5 kg
t
103
Faktor dinamis :
5,5
5,5 v
fv
5,5
fv 0,526
5,5 24,492
Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :
Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik B1 52 mm2
kg
Kekerasan permukaan
gigi HB1 (rata-rata)
187
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor maka,
K H 0,079 kg
mm2 .
104
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :
Fb a m Y f v
F'b1 a1 m Y1 f v
26 6 0,261 0,526
21,41 kg / mm
F' b2 a2 m Y2 f v
9 6 0,368 0,526
10,45 kg / mm
Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar :
F' f k 2 z2
d
H v H 01
z1 z2
2 53
F ' H 0,526 0,079
78 13 53
5,20 kg / mm
Harga minimum
F'min 5,20 kg / mm F' H
dari
Lebar sisi
320,5
Ft 61,6mm
b
F'
5,20
105
BAB 4
PERAWATAN ( PEMELIHARAAN MAINTENANCE)
4.1 Kopling
Pemeliharaan yang di butuhkan oleh kopling adalah perawatan berkala yang
di lakukan setiap 6 bulan sekali, meliputi :
1. Pembersihan sisa- sisa gesekan plat gesek yang berbahan dasar asbes yang
biasanya meninggalkan sisa di bagian dalam dari rumah kopling.
2. Pemberian minyak pelumas pada pegas kopling guna mencegah karat yang
timbul karena usia atau waktu.
3. Penggantian karet penekan kopling yang biasanya juga rusak karena waktu
atau jangka pemakaian.
4. Pemeliharaan ini haruslah dilakukan di bengkel, hal ini karena untuk
membongkar kopling kita terlebih dahulu haruslah menurunkan rumah
transmisi atau biasa di sebut (transdown).
Dengan pemakaian dari kopling yang tidak terlalu dipaksakan dapat membuat
kopling menjadi lebih tahan lama dan awet.
106
2. Penyetelan kopling yang sesuai
Untuk memperhalus dan mempercepat perubahan gigi sebaiknya setel kopling
terlebih dahulu, karena jarak pedal kopling yang terlalu tinggi dapat
merenggangkan jarak pada kopling serta transmisi. Hal ini dapat
menyebabkan perpindahan gigi menjadi kasar serta berat saat perpindahan
gigi dilakukan. Hindarilah meletakkan kaki di kopling saat tidak digunakan,
agar kopling tidak cepat aus. Saat gigi sudah masuk dan kendaraan sudah
melaju, biasakan agar kaki tidak menyentuh pedal kopling . cara ini efektif
untuk mengurangi cepat ausnya kopling.
107
BAB 5
KESIMPULAN
1. Perhitungan Poros
108
4. Perhitungan Pegas
5. Perhitungan Bantalan
Diameter bantalan ( D ) = 55 mm
Lebar bantalan ( B ) = 13 mm
Beban ekivalen dinamis bantalan ( P ) = 54,35 kg
Umur nominal bantalan ( Lh ) = 31285,386 jam
Diameter luar ( D ) = 6 mm
Diameter efektif ( D2 ) = 5,350 mm
Diameter dalam ( D1 ) = 4,917 mm
Diameter inti ( d1 ) = 4,917 mm
Jarak bagi ( p ) = 54,35 mm
Tinggi kaitan ( H1 ) = 0,541 mm
Tinggi mur ( H ) = 3 mm
109
Dari hasil perhitungan rancangan Roda Gigi untuk TOYOTA AVANZA di
peroleh data sebagai berikut :
2. Roda Gigi 2
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 22
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 132 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 144 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 120 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 6,45 kg/mm
3. Roda Gigi 3
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 28
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 168 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 180 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 156 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 6,64 kg/mm
110
4. Roda Gigi 4
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 33
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 198 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 210 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 186 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 6,60 kg/mm
5. Roda Gigi 5
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 37
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 222 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 234 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 210 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 6,23 kg/mm
7. Perhitungan Bantalan
Diameter bantalan ( D ) = 55 mm
Lebar bantalan ( B ) = 13 mm
Beban ekivalen dinamis bantalan ( P ) = 54,35 kg
Umur nominal bantalan ( Lh ) = 31285,386 jam
111
8. Perhitungan Baut dan Mur
Diameter luar ( D ) = 6 mm
Diameter efektif ( D2 ) = 5,350 mm
Diameter dalam ( D1 ) = 4,917 mm
Diameter inti ( d1 ) = 4,917 mm
Jarak bagi ( p ) = 54,35 mm
Tinggi kaitan ( H1 ) = 0,541 mm
Tinggi mur ( H ) = 3 mm
112
DAFTAR PUSTAKA
113