Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN AKHIR I-1

Utu
1.1. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah dilatar-belakangi oleh
berbagai aspek kehidupan seperti perkembangan penduduk, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dinamika kegiatan ekonomi, perkembangan jaringan
komunikasi-transportasi dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut akan membawa
perubahan terhadap bentuk keruangan di wilayah yang bersangkutan, baik secara
fisik maupun non-fisik, sebagai wadah kegiatan manusia di dalamnya. Perubahan
tersebut apabila tidak ditata dengan baik akan mengakibatkan perkembangan
yang tidak terarah dan penurunan kualitas ruang, dimana berbagai kegiatan
manusia dilaksanakan.
Ruang yang ada pada dasarnya terbatas, sementara kegiatan terus meningkat
menjadikan perlu perencanaan tata ruang yang lebih adaptif dan aplikatif. Pada
sisi lain perkembangan peraturan dan perkembangan wilayah sendiri semakin
cepat sehingga tata ruang yang ada harus selalu menyesuaikan dengan kondisi
yang ada.
Secara langsung maupun tidak langsung hal tersebut di atas, telah memberi
dampak kuat pada perubahan-perubahan paradigma pembangunan sekaligus
penataan ruang yang terjadi pada tingkat nasional, regional maupun lokal.
Beberapa permasalahan yang telah terjadi diantaranya adalah sebagai berikut :
A. Globalisasi Ekonomi
1. Adanya perubahan kebijaksanaan sektoral dari tingkat pusat maupun
kebijaksanaan daerah yang berdampak pada pengalokasian kegiatan
pembangunan dan kegiatan ekonomi yang memerlukan sumberdaya alam,
tenaga kerja, iptek, prasarana, fasilitas, utilitas, ruang/lahan berskala

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun


2009-2029
LAPORAN AKHIR I-2

besar yang harus diakomodasikan oleh wilayah kabupaten, sehingga


praktis akan terjadi pelaksanaan pemanfaatan ruang yang kurang/tidak
mengacu lagi pada rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang yang
sudah ada dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang
bersangkutan;
2. Adanya perkembangan ekonomi nasional/global melalui kerjasama
ekonomi regional di mana kabupaten dapat memanfaatkan comparative
advantage melalui kegiatan produksi, pemasokan bahan baku, kegiatan
eksport dan sebagainya, sehingga akan terjadi perubahan perwilayahan
pembangunan, perubahan sistem pusat-pusat pelayanan, perubahan
fungsi kota-kota, perubahan arah geografis pemasaran dan sebagainya;
3. Adanya ratifikasi kebijaksanaan global yang mengubah paradigma system
pembangunan dan pemerintahan yang sedang berlaku pada umumnya
misalnya kebijaksanaan fiscal dan moneter, quota, paket deregulasi dan
debirokratisasi dan sebagainya;
4. Adanya perubahan dan atau penyempurnaan peraturan perundang-
undangan, adanya rujukan baru system pembangunan dan atau
pemanfaatan ruang yang berlaku mengikat bagi kabupaten dan belum
pernah diterapkan dalam aspek pemanfaatan ruang;
5. Adanya kemajuan yang pesat di bidang informatika dan transportasi telah
meningkatkan aksesbilitas dalam hal mobilisasi informasi, barang, orang,
modal dan teknologi, sehingga akan meningkatkan efisiensi seperti jarak,
waktu, biaya, tenaga kerja serta faktor-faktor produksi lainnya;
6. Dengan pengaruh pasar bebas dan laju pertumbuhan ekonomi yang pesat,
terjadi transformasi ekonomi (sektoral) dari ekonomi yang bertumpu
pada pertanian dan subsistem/agraris menuju pertanian
modern/agribisnis dan ekonomi industri dan jasa. Hal ini berimplikasi
pada transformasi spasial dimana akan berkembang kawasan-kawasan
strategis, perubahan fungsi kawasan, perubahan system kota/pusat
pelayanan dsb.
B. Efisiensi Pembangunan
Sejalan dengan berkembangnya ilmu perencanaan pembangunan, muncul
beberapa pendekatan untuk mengefisiensikan pelaksanaan pembangunan yang
sesuai dengan tujuan pembangunan. Dalam rangka melaksanakan
pembangunan daerah semua pendekatan itu dicoba diterapkan dalam upaya
meningkatkan keterpaduan pembangunan sektoral dan wilayah. Dengan
demikian dimungkinkan terjadi efisiensi pendanaan, waktu maupun

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun


2009-2029
LAPORAN AKHIR I-3

sumberdaya lainnya dalam pelaksanaan pembangunan. Untuk melaksanakan


keterpaduan ini, pemerintah membuat kebijaksanaan bahwa pembangunan
sektoral harus dilaksanakan secara terpadu bersama-sama dengan
pembangunan daerah melalui pendekatan wilayah. Dalam konsep yang baru,
wujud operasional dalam pendekatan wilayah ini dituangkan dalam Review
Rencana Tata Ruang Wilayah yang komprehensif dan berhirarki dari tingkat
nasional, Provinsi sampai kabupaten.
C. Desentralisasi
Pada dasarnya pembangunan daerah adalah pembangunan nasional di daerah.
Dalam kaitannya dengan upaya peningkatan efisiensi proses pembangunan
lebih dititik beratkan pada mekanisme desentralisasi guna muwujudkan
otonomi daerah yang nyata dan bertanggungjawab di daerah, yang
mempunyai konsekuensi perlunya upaya peningkatan/kemampuan daerah,
karena pada akhirnya wujud pembangunan/pemanfaatan ruang terletak
didaerah kabupaten.
D. Penataan Ruang
Sejalan dengan paradigma baru pembangunan, muncul konsep pemikiran baru
yang memandang penataan ruang tidak lagi terbatas pada aspek teknis, tetapi
meliputi juga aspek-aspek lingkungan, social, ekonomi, administrasi,
manajemen, hukum dan aspek lainnya.
E. Kemitraan
Sejalan dengan keterbatasan pemerintah dalam pendanaan pembangunan
serta telah terjadinya pergeseran pola investasi dari dominasi investasi
pemerintah menjadi dominasi investasi swasta, integrasi vertical akan lebih
berkembang bersama integrasi horizontal dengan melibatkan masyarakat dan
swasta.
F. Transparansi
Dengan meningkatnya keterlibatan masyarakat dari tahap perencanaan dan
penyusunan program, pelaksanaan pembangunan, pemanfaatan sampai pada
monitoring dan evaluasi, maka tingkat social-sensitivity dan transparansi akan
semakin meingkat.
Dalam mengakomodasikan paradigma baru ke dalam pembangunan serta
dalam rangka upaya mengantisipasi global issue khususnya dibidang ekonomi,
mengakibatkan terjadinya beberapa pergeseran kebijaksanaan pemerintah.
Dalam bidang penataan ruang, perencanaan, pemanfaatan dan pengendaliannya
merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah yang bersangkutan.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun


2009-2029
LAPORAN AKHIR I-4

Ruang Yang telah disyahkan pada tahun 2007 sebagai pengganti Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang beserta peraturan penunjangnya,
memberi konsekuensi bahwa Rencana Tata Ruang harus menjadi pedoman/dasar
acuan dalam penyusunan program-program pembangunan sektoral di daearh. Di
samping itu, diperlukan adanya perubahan pola pikir dan persepsi/cara pandang
yang lama mengenai penataan ruang yang disesuaikan dengan Undang-Undang
Penataan Ruang (UUPR).
Sejalan dengan kebijaksanaan baru tersebut di atas, Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten semakin menduduki peranan yang sangat strategis
dalam pembangunan daerah dan pembangunan nasional mengingat fungsi-
fungsinya antara lain :
1. Sebagai rencana pembangunan daerah serta sebagai acuan dalam penyusunan
program-program pembangunan daerah.
2. Sebagai dasar kebijaksanaan dalam pemanfaatan ruang wilayah sesuai
dengan kondisi wilayahnya dan berazaskan pembangunan yang berkelanjutan.
3. Sebagai pendekatan penting dalam mewujudkan keterpaduan, keterkaitan
dan keseimbangan pembangunan antar kawasan dan atau wilayah dan
keserasian antar sektor.
4. Sebagai pemberi kejelasan dalam penetapan investasi pemerintah,
masyarakat dan swasta.
5. Sebagai dasar hukum penertiban terhadap perizinan pelaksanaan
pembangunan.
Sampai saat ini, seluruh kabupaten sudah memiliki rencana tata ruang wilayah
dan sebagian besar sudah disahkan dalam bentuk Peraturan Daerah. Namun
demikian dengan adanya kebijaksanaan baru seperti diuraikan diatas, beberapa
isu pokok penataan ruang telah terjadi, antara lain :
a) Sering terjadi simpangan dalam pemanfaatan ruang di lapangan karena
adanya pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku dan atau karena
lemahnya pengendalian pemanfaatan ruang dan atau kekurang tepatan
menggunakan rencana.
b) Upaya-upaya untuk memadukan rencana-rencana pembangunan dan
mensinkronkan program-program pembangunan sektoral dan daerah melalui
pemanfaatan tata ruang masih perlu ditingkatkan.
c) Produk-produk rencana tata ruang di daerah umumnya masih berdasarkan
pedoman/petunjuk penyusunan rencana tata ruang yang dikeluarkan sebelum
diundangkannya UUPR, sehingga masih perlu ditinjau kembali dan
disempurnakan lagi.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun


2009-2029
LAPORAN AKHIR I-5

d) RTRW yang dimiliki umumnya belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai


pedoman/dasar acuan untuk menyusun program pembangunan di daerahh
serta dasar dalam pemberian izin lokasi pembangunan. Lebih lanjut, belum
sepenuhnya dapat menjawab/memecahkan masalah pemanfaatan ruang dan
konflik kepentingan sektoral.
Rencana Tata Ruang adalah dasar dan panduan yang menetapkan peluang dan
batasan bagi kegiatan pembangunan. Untuk itu kebijakan Tata Ruang perlu
dilakukan secara terkoordinasi dan terpadu, sehingga keseimbangan dan
keserasian perkembangan antar wilayah antara sektor terjamin.
Permasalahan yang sering kali terjadi adalah RTRW Kabupaten/Kota yang
telah dipersiapkan dengan baik belum dimanfaatkan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pembangunan/pemanfaatan ruang maupun pengendalian
pemanfaatan ruang. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota hanya
dijadikan pelengkap atau persyaratan bahwa Kota/Kabupaten telah mempunyai
dokumen Rencana Tata Ruang. Dampak dari kondisi tersebut telah menimbulkan
berbagai permasalahan kota seperti terjadinya penyimpangan pemanfaatan
ruang, timbulnya kawasan kumuh, ketidakteraturan fungsi bangunan, timbulnya
bencana banjir dan lain-lain.
Kota Manokwari sebagai Ibukota Provinsi Papua Barat tentunya merupakan
wilayah yang mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam pembangunan
dibandingkan dengan wilayah lain. Perkembangan pembangunan yang cukup
pesat menimbulkan berbagai permasalahan seperti yang telah disebutkan,
termasuk tidak menutup kemungkinan terjadinya konflik pemanfaatan ruang.
Konflik pemanfaatan ruang yang sering timbul adalah konflik pemanfaatan ruang
antar kepentingan Nasional dengan Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) maupun
konflik antar wilayah Provinsi serta konflik pemanfaatan ruang antar wilayah
dengan sektoral atau antar sektor.
Rencana Tata Ruang Wilayah harus mempunyai kekuatan hukum yang jelas
dan terarah agar fungsi RTRW sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembangunan
dapat diwujudkan. Adanya kekuatan hukum dari RTRW Kabupaten/Kota
diharapkan pengendalian pemanfaatan ruang dapat dilaksanakan dengan benar.
Untuk memiliki kekuatan hukum yang jelas dan operasional maka RTRW
Kabupaten Manokwari harus ditetapkan sebagai Peraturan Daerah sehingga
pelanggaran terhadap RTRW Kabupaten/Kota dapat dikenakan sanksi hukum.
Oleh karena itu materi Peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten/Kota perlu
diatur terutama yang dikhawatirkan dapat menimbulkan konflik dalam
pemanfaatan ruang.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun


2009-2029
LAPORAN AKHIR I-6

Untuk menghindari terjadinya konflik pemanfaatan ruang antar kepentingan


Nasional dan Daerah maka materi RTRW Kabupaten/Kota perlu mencantumkan
Kebijakan Penataan Ruang Nasional yang ditetapkan dalam RTRWN maupun
RTRWP, sehingga program pembangunan Nasional dapat terwujud.
Selain itu perlunya Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari
ini diselaraskan dengan Rencana Tata Ruang Provinsi Papua Barat yang ada.
Untuk itu, dalam Tahun Anggaran 2009 Departemen Pekerjaan Umum Direktorat
Jenderal Penataan Ruang Satuan Kerja Dinas Pekerjaan Umum Bidang Penataan
Ruang Provinsi Papua Barat memandang perlu untuk melakukan Revisi Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari sebagai penyempurnaan dokumen
RTRW sebelumnya. Kegiatan ini merupakan upaya memperbaiki rencana agar
selalu dapat digunakan sebagai dasar hukum untuk pemanfaatan ruang dalam
mewujudkan tujuan pembangunan.

1.2. DASAR HUKUM


Dasar hukum penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang di Wilayah Kabupaten
Manokwari ini dilakukan berlandaskan pada:
1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria;
2. Undang-Undang No. 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pertambangan;
3. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Peternakan;
4. Undang–undang No. 20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok–pokok
Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia;
5. Undang-undang No. 5 Tahun 1983 Landasan Kontinen Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia;
6. Undang–undang No. 5 tahun 1984 tentang Ketentuan Pokok–pokok
Perindustrian;
7. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya;
8. Undang–undang No. 9 tahun 1990 tentang Ketentuan Kepariwisataan;
9. Undang-undang No. 15 Tahun 1990 tentang Usaha Perikanan;
10. Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman;
11. Undang-undang No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran;
12. Undang–undang No. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya;
13. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil;
14. Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun


2009-2029
LAPORAN AKHIR I-7

15. Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan


16. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara;
17. Undang-undang No. 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan;
18. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air;
19. Undang-undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;
20. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
21. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat Dan Daerah;
22. Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
23. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian;
24. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
25. Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil;
26. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi;
27. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Persampahan;
28. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2008 tentang Bangunan Gedung;
29. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan;
30. Peraturan pemerintah No. 32 tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang–
undang Tahun 1967 Tentang Ketentuan Pertambangan;
31. Peraturan pemerintah No. 33 tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan;
32. Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air;
33. Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 1982 tentang Irigasi;
34. Peraturan pemerintah No. 26 tahun 1985 tentang Jalan;
35. Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan;
36. Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 1986 tentang Kawasan Berikat (Bonded
Zone);
37. Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1987 tentang Izin Usaha Industri;
38. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas PP No. 22
Tahun 1986 tentang Kawasan Berikat (Bonded Zone);
39. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai;
40. Peraturan pemerintah No. 27 tahun 1991 tentang Rawa;
41. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran serta Masyarakat dalam
Penataan Ruang;
42. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup;

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun


2009-2029
LAPORAN AKHIR I-8

43. Peraturan Pemerintah RI. No. 10 tanggal 21 Februari Tahun 2000 tentang
Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah;
44. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenanganan Pemerintah
dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom;
45. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan;
46. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;
47. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
48. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Pembangunan Nasional;
49. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan;
50. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Kewenangan Pemerintah,
Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota;
51. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional.
52. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber
Daya Air;
53. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah;
54. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian
Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di daerah ;
55. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri;
56. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Perkeretaapian;
57. Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai,
Daerah Manfaat Sungai dan Daerah Penguasaan Sungai;
58. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 1986, tentang Pelaksanaan
Batas Wilayah Kota di Seluruh Indonesia;
59. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 69 Tahun 1996, tentang Pelaksanaan
Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat
dalam Penataan Ruang;
60. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang di Daerah;
61. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran
Serta Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah;
62. Peraturan Menteri Agraria No. 2 Tahun 1999 tentang Ijin Lokasi;

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun


2009-2029
LAPORAN AKHIR I-9

63. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang;
64. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan
Gempa Bumi;
65. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan
Perkotaan;
66. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11 Tahun 2009 tentang Rancangan
Peraturan Daerah dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;
67. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 16 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
68. Peraturan Menteri No. 50 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penataan Ruang
Daerah;
69. Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 tahun 1988 tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau;
70. Peraturan Kepala BPN No. 2 Tahun 1993, tentang Tata Cara bagi Perusahaan
untuk Memperoleh Pencadangan Tanah, Ijin Lokasi, Pemberian Perpanjangan
dan Pembaharuan Hak Atas Tanah serta Penerbitan Sertifikatnya;
71. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 53 Tahun 1989 tentang Kawasan
lndustri;
72. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 33 tahun 1989 tentang
Pengelolaan Kawasan Budidaya;
73. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung;
74. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 97 Tahun 1993 tentang Tata Cara
Penanaman Modal;
75. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 41 Tahun 1996 tentang Kawasan
Industri;
76. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 62 Tahun 2000 tentang Koordinasi
Penataan Ruang Nasional;
77. Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum;
78. Keputusan Menteri Pertanian No. 837/Kpts/UM/1980 dan No.
683/Kpts/UM/II/1981 tentang Klasifikasi Kemampuan Lahan;

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun


2009-2029
LAPORAN AKHIR I - 10

79. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 174 Tahun 2004 tentang Pedoman
Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
80. Keputusan Menteri Perhubungan No. 54 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan
Pelabuhan Laut;
81. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 10 Tahun 2004 tentang
Pelabuhan Perikanan;
82. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 50 Tahun 1997
tentang Standar Teknis Kawasan Industri;
83. Keputusan Menteri Kimpraswil No. 327 Tahun 2003 tentang Penetapan
Pedoman Bidang Penataan Ruang;
84. Peraturan Menteri Agraria No. 2 Tahun 1999 tentang Ijin Lokasi;
85. Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai,
Daerah Manfaat Sungai dan Daerah Penguasaan Sungai;
86. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang di Daerah;
87. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran
Serta Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah;
88. Peraturan Daerah Kabupaten Manokwari Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pembentukan Distrik Baru di Kabupaten Manokwari.
89. Kepala Kepala Badan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan
Kabupaten Manokwari Nomor 050/102a Tentang Rencana Strategis (Renstra)
Badan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Tahun 2006-2010.

1.3. VISI DAN MISI PENATAAN RUANG


Visi penataan ruang wilayah adalah terwujudnya perekonomian daerah yang
mampu menopang kehidupan rakyat untuk mandiri, aman, rukun, damai dan
sejahtera.

Misi penataan ruang wilayah Kabupaten Manokwari adalah:

a. Mewujudkan struktur ruang melalui pembangunan infrastruktur dan


kawasan perkotaan guna mendorong pertumbuhan wilayah sekaligus
mengurangi kesenjangan antar wilayah;

b. Mewujudkan pola ruang melalui penciptaan keselarasan kawasan


lindung dan kawasan budidaya secara berkelanjutan;

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun


2009-2029
LAPORAN AKHIR I - 11

c. Mewujudkan penyediaan sarana dan prasarana di perkotaan dan


perdesaan untuk peningkatan kualitas SDM yang lebih prduktif dan
mandiri serta berdaya-saing tinggi, serta

d. Mewujudkan terciptanya kepastian hukum dalam kegiatan usaha sesuai


rencana tata ruang serta mendorong peluang investasi produktif.

1.4. PROFIL WILAYAH KABUPATEN MANOKWARI


Profil wilayah Kabupaten Manokwari menjelaskan mengenai gambaran umum
kabupaten yang dilengkapi dengan peta orientasi dan pembagian wilayah
kabupaten, kependudukan dan sumber daya manusia, potensi bencana alam,
potensi sumber daya alam dan potensi ekonomi wilayah. Untuk lebih jelasnya
mengenai profil wilayah Kabupaten Manokwari tersebut dapat dilihat pada
penjelasan di bawah ini:

1.3.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Manokwari


Berdasarkan Undang-Undang RI No.26 Tahun 2002 Kabupaten Manokwari
dimekarkan menjadi 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Manokwari sebagai wilayah
induk, Kabupaten Teluk Bintuni, dan Kabupaten Teluk Wondama. Setelah
dimekarkan Kabupaten Manokwari memiki luas 14.580 Km2 yang terdiri dari 11
distrik. Kemudian pada tahun 2004, berdasarkan Perda Kabupaten Manokwari
No.4 Tahun 2004, terjadi pemekaran wilayah kembali pada Kabupaten Manokwari
yaitu pemekaran jumlah distrik dari 11 distrik menjadi 29 distrik.
Hingga saat ini secara administratif wilayah Kabupaten Manokwari terdiri
dari 29 distrik 9 kelurahan dan 421 kampung. Sebagai Ibu kota Propinsi Papua
Barat, Kota Manokwari mengalami perkembangan pesat baik dari segi
pemerintahan maupun segi perekonomian Namun demikian dari segi wilayah
masih stabil. Kabupaten Manokwari dari 29 wilayah Distrik yang memililki
kontur lahan yang sangat beragam. Ada Pegunungan, danau, pantai dan
dataran rendah lainnya. Terdapat 13 wilayah Distrik di wilayah Kabupaten
Manokwari diantaranya mempunyai wilayah yang berbatasan dengan laut,
sedangkan 16 Distrik lainnya merupakan wilayah yang terletak di daerah
dataran atau pegunungan yang tidak berbatasan dengan laut Adapun 13 wilayah
Distrik yang berbatasan dengan laut tersebut adalah Distrit Ransiki, Momi
Waren, Tahota, Oransbari, Manokwari Barat, Manokwari Timur, Manokwari
Utara, Manokwari Selatan, Tanah Rubu, Amberbaken, Mubrani, Masni dan
Sidey. Sedangkan 16 wilayah Distrik yang tidak berbatasan dengar laut adalah
Distrik Nenei, Sururey, Didohu, Dataran Isim, Anggi, Taige, Anggi Gida,

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun


2009-2029
LAPORAN AKHIR I - 12

Membey, Warmare, Prafi, Menyambouw, Hingk, Catubouw, Testega, Kebardan


senopi.
Adapun batas-batas wilayah yang menjadi bagian dari penyusunan RTRW
adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Samudera Pasifik
- Sebelah Timur : Teluk Cenderawasih
- Sebelah Selatan : Kabupaten Teluk Bintuni dan Kabupaten
Sorong Selatan
- Sebelah Barat : Kabupaten Sorong

Gambar 1.1. Lokasi Kabupaten Manokwari

Secara geografis Kabupaten Manokwari terletak di antara 0o15 - 3o25 LS


dan 132o35 - 134o45 BT. Adapun Luas wilayah tiap-tiap distrik di Kabupaten
Manokwari beserta rasionya terhadap luas keseluruhan dapat dilihat pada tabel
3.1. sebagai berikut.
Tabel 1.1.
Luas Wilayah Kabupaten Manokwari
LUAS Persentase
NO DISTRIK
(Km2) (%)
1. Ransiki 1,180.20 8,17
2. Momi Waren 440.00 3,05
3. Nenei 436.18 3,02
4. Sururey 407.44 2,82
5. Tahota 178.22 1,23
6. Didohu 307.89 1,22

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun


2009-2029
LAPORAN AKHIR I - 13

LUAS Persentase
NO DISTRIK
(Km2) (%)
7. Dataran Isim 214.89 1,49
8 Anggi 256.80 1,78
9 Taige 112.13 0,78
10 Anggi Gida 199.41 1,38
11 Membey 49.58 0,34
12 Oransbari 362.95 2,51
13 Warmare 598.14 4,14
14 Prafi 388.00 2,69
15 Menyambow 335.70 2,32
16 Hingk 365.08 2,53
17 Catubouw 373.72 2,59
18 Manokwari Barat 237.24 1,64
19 Manokwari Timur 154.84 1,07
20 Manokwari Utara 622.79 4,31
21 Manokwari Selatan 542.07 3,75
22 Testega 497.84 3,45
23 Tanah Rubu 481.19 3,33
24 Kebar 1,620.60 11,22
25 Senopi 1,082.40 7,49
26 Amberbaken 1,000.87 6,93
27 Mubrani 508.13 3,52
28 Masni 1,406.10 9,73
29 Sidey 219.95 1,52
Jumlah 14,580.35 100
Sumber : Kabupaten Manokwari Dalam Angka Tahun 2008

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 1.1. Orientasi Wilayah
Kabupaten Manokwari Lingkup Pulau Papua dan Peta 1.2. Batas Administrasi
Kabupaten Manokwari.

1.3.2. Kependudukan Dan Sumber Daya Manusia


Salah satu permasalahan dalam proses pembangunan wilayah yang perlu
mendapat perhatian adalah masalah sumber daya manusia atau aspek
kependudukan yang mencakup jumlah, komposisi dan distribusi penduduk.
Kependudukan ini sangat penting digunakan dalam mengestimasi keperluan
infrastruktur di sebuah wilayah.
Perkembangan pertumbuhan Kabupaten Manokwari yang cukup pesat
sangat dipengaruhi oleh semakin strategisnya posisi Kabupaten Manokwari baik
secara politis maupun ekonomi. Kabupaten Manokwari memiliki luas wilayah

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun


2009-2029
LAPORAN AKHIR I - 14

darat 14.448,50 Km2 dan wilayah laut seluas 20.590,73 Km2. Pada tahun 2007
jumlah penduduk di Kabupaten Manokwari tercatat 175.884 jiwa dan pada tahun
2008 mengalami peningkatan menjadi 183.990 jiwa. Ditinjau dari kepadatan
penduduk, rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Manokwari pada tahun 2008
adalah hanya 13 jiwa/km2. Kepadatan seperti ini dapat dikategorikan sangat
jarang. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Manokwari
hingga tahun 2008 masih minim jika dibandingkan dengan luas wilayahnya.
Kepadatan penduduk yang kecil dapat menjadi potensi permasalahan dalam
pengembangan dan pemerataan kegiatan perekonomian di Kabupaten Manokwari.

Lebih jelas kondisi jumlah penduduk tiap distrik di Kabupaten Manokwari


tahun 2008 beserta luas wilayah masing-masing distrik dan kepadatan penduduk
tahun 2008 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Manokwari
Tahun 2008
JUMLAH LUAS
KEPADATAN
NO DISTRIK PENDUDUK WILAYAH
(jiwa/Km2)
(Jiwa) (Km2)
1. Ransiki 7.983 1.180,20 7
2. Momi Waren 2.137 440,00 5
3. Nenei 1.872 436,18 4
4. Sururey 1.137 407,44 3
5. Tahota 2.390 178,22 13
6. Didohu 2.517 176,04 14
7. Dataran Isim 2.276 214,89 11
8 Anggi 2.203 256,80 9
9 Taige 1.760 112,13 16
10 Anggi Gida 3.138 199,41 16
11 Membey 1.020 49,58 21
12 Oransbari 5.708 362,95 16
13 Warmare 9.895 598,14 17
14 Prafi 13.450 388,00 35
15 Menyambow 7.019 335,70 21
16 Hingk 4942 365,08 14
17 Catubouw 3.200 373,72 9
18 Manokwari Barat 60.689 237,24 256
19 Manokwari Timur 6.951 154,84 45
20 Manokwari Utara 3.793 622,79 6
21 Manokwari Selatan 9.554 542,07 18
22 Testega 2.774 497,84 6
23 Tanah Rubu 3.888 481,19 8
24 Kebar 2.458 1.620,60 2

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun


2009-2029
LAPORAN AKHIR I - 15

JUMLAH LUAS
KEPADATAN
NO DISTRIK PENDUDUK WILAYAH
(jiwa/Km2)
(Jiwa) (Km2)
25 Senopi 876 1.082,40 1
26 Amberbaken 2.272 1.000,87 2
27 Mubrani 716 508,13 1
28 Masni 13.124 1.406,10 9
29 Sidey 4.248 219,95 19
Jumlah 183.990 14.448,50 13
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa penduduk Kabupaten
Manokwari lebih terkonsentrasi pada daerah kota yaitu Distrik Manokwari Barat
sebesar 32,98% dan diikuti oleh Distrik Manokwari Selatan 7,31%.
Perkembangan penduduk pada Kabupaten Manokwari selama tahun-tahun
terakhir mengalami perubahan dan perkembangan mulai dari tahun 2004 hingga
tahun 2008 yaitu secara berurutan berjumlah 150.110 jiwa, 157.280 jiwa,
166.322 jiwa, 175.884 dan 183.990 jiwa. Perkembangan jumlah penduduk pada
tiap-tiap distrik dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.3. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Per distrik
Kabupaten Manokwari Tahun 2004 – 2008
Distrik Th.2004 Th.2005 Th.2006 Th.2007 Th.2008
Ransiki 6.798 7.085 7.410 7.836 7.983
Momi Waren 1.820 1.897 1.984 2.098 2.137
Nenei 1.595 1.662 1.738 1.838 1.872
Sururey 974 1.009 1.055 1.116 1.137
Tahota 1.969 2.061 2.174 2.299 2.390
Didohu 2.075 2.170 2.290 2.422 2.517
Dataran Isim 1.876 1.964 2.071 2.190 2.276
Anggi 1.673 1.770 1.907 2.016 2.203
Taige 1.337 1.415 1.524 1.612 1.760
Anggi Gida 2.384 2.522 2.717 2.873 3.138
Membey 774 819 883 934 1.020
Oransbari 4.593 4.822 5.118 5.412 5.708
Warmare 7.663 8.090 8.668 9.166 9.895
Prafi 12.072 12.497 12.895 13.636 13.450
Menyambow 5.251 5.566 6.021 6.367 7.019
Hingk 3.697 3.917 4.239 4.483 4.942
Catubouw 2.394 2.538 2.745 2.903 3.200
Manokwari Barat 48.539 50.996 54.216 57.333 60.689
Manokwari Timur 5.560 5.841 6.210 6.567 6.951
Manokwari Utara 3.033 3.186 3.388 3.583 3.793
Manokwari Selatan 7.641 8.028 8.535 9.026 9.554

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun


2009-2029
LAPORAN AKHIR I - 16

Distrik Th.2004 Th.2005 Th.2006 Th.2007 Th.2008


Testega 2.218 2.331 2.478 2.620 2.774
Tanah Rubu 3.110 3.267 3.473 3.673 3.888
Kebar 2.128 2.212 2.305 2.438 2.458
Senopi 759 789 821 868 876
Amberbaken 1.957 2.038 2.124 2.246 2.272
Mubrani 616 641 669 707 716
Masni 11.788 12.198 12.589 13.313 13.124
Sidey 3.816 3.949 4.075 4.309 4.248
Jumlah 150.110 157.280 166.322 175.884 183.990
Sumber : BPS Kabupaten Manokwari Tahun 2008

1.3.3. Potensi Bencana Alam


Bencana adalah suatu kejadian yang menganggu kegiatan sehari-hari dan
sering menimbulkan kerusakan. Bencana ditimbulkan oleh suatu proses alami
atau akibat dari perbuatan manusia. Bencana tidak dapat dicegah, namun hanya
bisa diredam. Bencana hanya bisa dihindari, kejadian suatu bencana tidak dapat
diprediksi dengan tepat baik waktu maupun besarannya, manusia hanya dapat
memperkirakan sebatas kemungkinannya saja (probabilitas). Yang dapat
digolongkan suatu bencana adalah gerakan tanah, banjir, gempa, tsunami, badai
gunung meletus, kerusakan pantai, kebakaran dan lain-lain.

Gambar 1.2. Kawasan Rawan Bencana di Kabupaten Manokwari

Berikut beberapa potensi bencana alam yang terdapat di Kabupaten


Manokwari :
a) Kawasan Rawan Gempa Bumi (yang melliputi hampir seluruh wilayah
Kabupaten), khususnya dengan keberadaan sesar Sorong

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun


2009-2029
LAPORAN AKHIR I - 17

b) Kawasan Rawan Tsunami (yang meliputi wilayah pesisir bagian timur dan
selatan, yaitu ; Pada kawasan yang terletak atau berdekatan dengan
pantai seperti di pantai Borarsi, Angrem, Indoki, Fanindi, Arkuki, Wirsi,
Imbrairiri, Biryosi, dan Wosi)

1.3.4. Potensi Sumber Daya Alam


Potensi Sumber Daya Alam yang dimiliki kabupaten Manokwari diantaranya
adalah :
a) Potensi Hutan lindung dan hutan produksi yang masih sangat luas
b) Potensi Tambang dan mineral, terutamanya untuk bahan galian golongan A.
Berikut jenis potensi tambang tersebut yaitu
• Jenis Batubara yang terdapat di Kawasan Disihu (Distrik Dataran Isim),
• Timah dan Emas di Ambarbaken (Sungai Waituri dan Warsanyomi) dan
Anggi (Kampung Bomas, Sutera dan Danai Anggi Giji),
• Tembaga dan Seng di Distrik Amberbaken dan Distrik Anggi,
• Timah hitam di Distrik Amberbaken dan Distrik Masni,
• Uranium di Distrik Anggi

1.3.5. Potensi Ekonomi Wilayah


Potensi Ekonomi wilayah yang dimiliki kabupaten Manokwari diantaranya
adalah :

a) Kota Manokwari yang menjadi pusat kegiatan perdagangan dan jasa


b) Bandara Udara Rendani yang menjadi pusat kegiatan transportasi udara,
menjadi salah satu push factor perkembangan ekonomi di Kabupaten
Manokwari
c) Pelabuhan Manokwari menjadi pusat kegiatan transportasi Laut, menjadi
salah satu push factor perkembangan ekonomi di Kabupaten Manokwari
d) Potensi pertanian tanaman pangan (padi, jagung, ubi), Holtikultura dan
perkebunan (Kelapa Sawit, Kakao, Kopi dll) yang banyak dikembangkan di
Distrik Masni dan Distrik Prafi yang merupakan wilayah transmigrasi serta
beberapa Distrik lainnya. Disamping itu terdapat pula perkebunan besar
(negara/swasta) yaitu PTP Nusantara II Kebun Prafi dengan komoditas
kelapa sawit dan PT. Coklat Ransiki dengan komoditas kakao
e) Potensi Perikanan Laut yang terdapat di beberapa Distrik yang berada di
wilayah pesisir dan perikanan darat yang banyak dikembangkan di Distrik
Masni

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun


2009-2029
LAPORAN AKHIR I - 18

f) Potensi peternakan Babi, Kambing, Sapi serta ternak unggas

1.3.6. ISUE STRATEGIS WILAYAH KABUPATEN MANOKWARI


Berdasarkan perkembangan wilayah Kabupaten Manokwari yang dilihat dari
potensi wilayah, letak strategis, terdapat isu-isu pengembangan wilayah yang
nantinya akan berpengaruh terhadap pembentukan ruang wilayah Kabupaten
Manokwari. Adapun isu-isu strategis-strategis pembangunan Kabupaten
Manokwari, adalah sebagai berikut :
1. Kabupaten Manokwari termasuk dalam kawasan rawan yang rawan Bencana
Alam Gempa Bumi dan Tsunami.
2. Wilayah Kabupaten Manokwari belum memiliki batas adminsitrasi wilayah
yang jelas, mengingat wilayahnya terdiri dari dua fungsi utama yaitu sebagai
ibukota provinsi dan wilayah Kabupaten. Permasalahan tersebut terkait
langsung dengan isu pemekaran wilayah yang berdampak pada batas
wilayah pemerintahan/penguasaan.
3. Terkait dengan potensi Sumber Daya Alam, kabupaten Manokwari memiliki
potensi tambang batu bara yang bersinggungan langsung dengan potensi
tambang di wilayah Kabupaten Teluk Bintuni. Dimana Ijin penambangan dan
pengelolaan sepenuhnya berada di wilayah Kabupaten wilayah Kabupaten
Bintuni. Sehingga hal tersebut menimbulkan sengketa wilayah perbatasan
antara kabupaten Teluk Bintuni dan kab Manokwari tepatnya di Distrik
Dataran Isim Kampung Disihu. Dan berdampak pula pada masyarakat
kabupaten Manokwari yang tidak memperoleh kebebasan dalam menikmati
potensi wilayahnya sendiri.
4. Belum adanya penetapan yang jelas mengenai batas Perkotaan Manokwari
sebagai Ibu Kota Provinsi dan Perkotaan Manokwari sebagai Ibu Kota
Kabupaten.
5. Dibangunnya Kantor Gubernur di Kampung Sowi gunung Manokwari selatan
6. Terjadinya penguasaan lahan yang masih memegang unsur budaya/adat
istiadat, dalam hal ini masyarakat memegang sistem hak tanah ulayat pada
semua wilayah kabupaten, sehingga efeknya menghambat perkembangan
pembangunan wilayah khususnya mengenai pembebasan lahan. Sehingga
Investasi menjadi terhambat.
7. Terjadinya benturan kepentingan ekonomi dengan kelestarian lingkungan
hidup yaitu adanya potensi pertambangan pada kawasan lindung. Dimana
pertambangan memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun


2009-2029
LAPORAN AKHIR I - 19

meningkatkan taraf hidup di wilayah tersebut, tetapi dilain sisi lingkungan


hidup seperti kawasan lindung harus tetap dilestarikan.
8. Terdapatnya beberapa pemukiman penduduk asli dipedalaman yang berada
di tengah hutan lindung, sehingga kondikte ini perlu mendapatkan perhatian
khusus untuk mengantisipasi laju perkembangan, khususnya dalam regulasi
pemanfaatan hutan lindung.
9. Keterbatasan akses darat atau prasarana jalan, sehingga akses antar Distrik
(beberapa Distrik) dan akses antar Kampung belum terintegrasi secara
penuh. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap percepatan dan pemerataan
pembangunan.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun


2009-2029
LAPORAN AKHIR I - 20

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun


2009-2029
LAPORAN AKHIR I - 21

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun


2009-2029
LAPORAN AKHIR I - 22

1.5. KETENTUAN UMUM


Ketentuan umum ini disesuaikan dengan Undang-undang No. 26 Tahun
2007, yakni memuat tentang pengertian-pengertian yang digunakan dan
berkaitan dengan Revisi/Fasilitasi Penyesuaian RTRW Kabupaten Manokwari
Dengan RTRW Provinsi Papua Barat Tahun 2009, sebagai berikut :

1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
2. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
3. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan
fungsional.
4. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budidaya.

1.6. WAKTU PERENCANAAN


Waktu perencanaan dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah di
Kabupaten Manokwari yaitu selama kurun waktu 20 tahun, yang dibagi dalam 4
tahap, yaitu :
Penyusunan & Raperda : 2009
Tahap I : 2010 - 2014
Tahap II : 2015 - 2019
Tahap III : 2020- 2024
Tahap IV : 2025 – 2029

1.7. SISTEMATIKA PEMBAHASAN


Sistematika pembahasan dalam penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Manokwari untuk tahap Laporan Rencana ini adalah sebagai
berikut :
Bab 1 : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang, dasar hukum, profil wilayah
yang meliputi gambaran umum wilayah, kependudukan dan issue –

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun


2009-2029
LAPORAN AKHIR I - 23

issue strategis wilayah Kabupaten manokwari, ketentuan umum,


waktu perencanaan, serta sistematika pembahasan.
Bab 2: TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH
KABUPATEN MANOKWARI
Bab ini berisikan tentang tujuan, kebijakan dan strategi penataan
ruang wilayah Kabupaten Manokwari.
Bab 3 : RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN MANOKWARI
Pada bab ini berisikan tentang rencana sistem struktur ruang kawasan
perdesaan; sistem struktur ruang kawasan perkotaan; sistem pusat
kegiatan perdesaan dan perkotaan; rencana sistem jaringan
prasarana wilayah serta rencana pengelolaan kawasan. Pada bab ini
juga memuat rencana struktur ruang yang ditetapkan dalam RTRW
Nasional dan RTRW Propinsi Papua Barat yang terkait dengan wilayah
kabupaten yang bersangkutan.
Bab 4: RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN MANOKWARI
Bab ini berisikan tentang gambaran rencana pola ruang wilayah
kabupaten yang bersifat lindung maupun budidaya.
Bab 5: PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH KABUPATEN
MANOKWARI
Pada bab ini berisikan tentang penetapan kawasan strategis meliputi
kawasan hankam, kawasan ekonomi, kawasan sosio-kultural, dan
kawasan penyelamatan lingkungan hidup, rencana pengelolaan
kawasan strategis.
Bab 6: ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN
MANOKWARI
Pada bab ini berisikan tentang perumusan kebijakan strategis
operasionalisasi rencana tata ruang wilayah berupa indikasi program
utama jangka menengah 5 tahunan.
Bab 7: ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH
KABUPATEN MANOKWARI
Pada bab ini berisikan tentang pengendalian pemanfaatan ruang
melalui pengaturan zonasi; ketentuan perizinan, ketentuan insentif
dan disinsentif; serta arahan sanksi.
Bab 8 : HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN
RUANG
Bab ini berisikan tentang hak dan kewajiban masyarakat dalam
penataan ruang; sanksi administratif yang diberikan jika ada
pelanggaran serta partisipasi/peran serta masyarakat.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun


2009-2029

Anda mungkin juga menyukai