Utu
1.1. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah dilatar-belakangi oleh
berbagai aspek kehidupan seperti perkembangan penduduk, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dinamika kegiatan ekonomi, perkembangan jaringan
komunikasi-transportasi dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut akan membawa
perubahan terhadap bentuk keruangan di wilayah yang bersangkutan, baik secara
fisik maupun non-fisik, sebagai wadah kegiatan manusia di dalamnya. Perubahan
tersebut apabila tidak ditata dengan baik akan mengakibatkan perkembangan
yang tidak terarah dan penurunan kualitas ruang, dimana berbagai kegiatan
manusia dilaksanakan.
Ruang yang ada pada dasarnya terbatas, sementara kegiatan terus meningkat
menjadikan perlu perencanaan tata ruang yang lebih adaptif dan aplikatif. Pada
sisi lain perkembangan peraturan dan perkembangan wilayah sendiri semakin
cepat sehingga tata ruang yang ada harus selalu menyesuaikan dengan kondisi
yang ada.
Secara langsung maupun tidak langsung hal tersebut di atas, telah memberi
dampak kuat pada perubahan-perubahan paradigma pembangunan sekaligus
penataan ruang yang terjadi pada tingkat nasional, regional maupun lokal.
Beberapa permasalahan yang telah terjadi diantaranya adalah sebagai berikut :
A. Globalisasi Ekonomi
1. Adanya perubahan kebijaksanaan sektoral dari tingkat pusat maupun
kebijaksanaan daerah yang berdampak pada pengalokasian kegiatan
pembangunan dan kegiatan ekonomi yang memerlukan sumberdaya alam,
tenaga kerja, iptek, prasarana, fasilitas, utilitas, ruang/lahan berskala
Ruang Yang telah disyahkan pada tahun 2007 sebagai pengganti Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang beserta peraturan penunjangnya,
memberi konsekuensi bahwa Rencana Tata Ruang harus menjadi pedoman/dasar
acuan dalam penyusunan program-program pembangunan sektoral di daearh. Di
samping itu, diperlukan adanya perubahan pola pikir dan persepsi/cara pandang
yang lama mengenai penataan ruang yang disesuaikan dengan Undang-Undang
Penataan Ruang (UUPR).
Sejalan dengan kebijaksanaan baru tersebut di atas, Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten semakin menduduki peranan yang sangat strategis
dalam pembangunan daerah dan pembangunan nasional mengingat fungsi-
fungsinya antara lain :
1. Sebagai rencana pembangunan daerah serta sebagai acuan dalam penyusunan
program-program pembangunan daerah.
2. Sebagai dasar kebijaksanaan dalam pemanfaatan ruang wilayah sesuai
dengan kondisi wilayahnya dan berazaskan pembangunan yang berkelanjutan.
3. Sebagai pendekatan penting dalam mewujudkan keterpaduan, keterkaitan
dan keseimbangan pembangunan antar kawasan dan atau wilayah dan
keserasian antar sektor.
4. Sebagai pemberi kejelasan dalam penetapan investasi pemerintah,
masyarakat dan swasta.
5. Sebagai dasar hukum penertiban terhadap perizinan pelaksanaan
pembangunan.
Sampai saat ini, seluruh kabupaten sudah memiliki rencana tata ruang wilayah
dan sebagian besar sudah disahkan dalam bentuk Peraturan Daerah. Namun
demikian dengan adanya kebijaksanaan baru seperti diuraikan diatas, beberapa
isu pokok penataan ruang telah terjadi, antara lain :
a) Sering terjadi simpangan dalam pemanfaatan ruang di lapangan karena
adanya pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku dan atau karena
lemahnya pengendalian pemanfaatan ruang dan atau kekurang tepatan
menggunakan rencana.
b) Upaya-upaya untuk memadukan rencana-rencana pembangunan dan
mensinkronkan program-program pembangunan sektoral dan daerah melalui
pemanfaatan tata ruang masih perlu ditingkatkan.
c) Produk-produk rencana tata ruang di daerah umumnya masih berdasarkan
pedoman/petunjuk penyusunan rencana tata ruang yang dikeluarkan sebelum
diundangkannya UUPR, sehingga masih perlu ditinjau kembali dan
disempurnakan lagi.
43. Peraturan Pemerintah RI. No. 10 tanggal 21 Februari Tahun 2000 tentang
Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah;
44. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenanganan Pemerintah
dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom;
45. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan;
46. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;
47. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
48. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Pembangunan Nasional;
49. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan;
50. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Kewenangan Pemerintah,
Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota;
51. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional.
52. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber
Daya Air;
53. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah;
54. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian
Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di daerah ;
55. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri;
56. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Perkeretaapian;
57. Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai,
Daerah Manfaat Sungai dan Daerah Penguasaan Sungai;
58. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 1986, tentang Pelaksanaan
Batas Wilayah Kota di Seluruh Indonesia;
59. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 69 Tahun 1996, tentang Pelaksanaan
Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat
dalam Penataan Ruang;
60. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang di Daerah;
61. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran
Serta Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah;
62. Peraturan Menteri Agraria No. 2 Tahun 1999 tentang Ijin Lokasi;
63. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang;
64. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan
Gempa Bumi;
65. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan
Perkotaan;
66. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11 Tahun 2009 tentang Rancangan
Peraturan Daerah dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;
67. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 16 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
68. Peraturan Menteri No. 50 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penataan Ruang
Daerah;
69. Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 tahun 1988 tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau;
70. Peraturan Kepala BPN No. 2 Tahun 1993, tentang Tata Cara bagi Perusahaan
untuk Memperoleh Pencadangan Tanah, Ijin Lokasi, Pemberian Perpanjangan
dan Pembaharuan Hak Atas Tanah serta Penerbitan Sertifikatnya;
71. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 53 Tahun 1989 tentang Kawasan
lndustri;
72. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 33 tahun 1989 tentang
Pengelolaan Kawasan Budidaya;
73. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung;
74. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 97 Tahun 1993 tentang Tata Cara
Penanaman Modal;
75. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 41 Tahun 1996 tentang Kawasan
Industri;
76. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 62 Tahun 2000 tentang Koordinasi
Penataan Ruang Nasional;
77. Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum;
78. Keputusan Menteri Pertanian No. 837/Kpts/UM/1980 dan No.
683/Kpts/UM/II/1981 tentang Klasifikasi Kemampuan Lahan;
79. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 174 Tahun 2004 tentang Pedoman
Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
80. Keputusan Menteri Perhubungan No. 54 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan
Pelabuhan Laut;
81. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 10 Tahun 2004 tentang
Pelabuhan Perikanan;
82. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 50 Tahun 1997
tentang Standar Teknis Kawasan Industri;
83. Keputusan Menteri Kimpraswil No. 327 Tahun 2003 tentang Penetapan
Pedoman Bidang Penataan Ruang;
84. Peraturan Menteri Agraria No. 2 Tahun 1999 tentang Ijin Lokasi;
85. Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai,
Daerah Manfaat Sungai dan Daerah Penguasaan Sungai;
86. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang di Daerah;
87. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran
Serta Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah;
88. Peraturan Daerah Kabupaten Manokwari Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pembentukan Distrik Baru di Kabupaten Manokwari.
89. Kepala Kepala Badan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan
Kabupaten Manokwari Nomor 050/102a Tentang Rencana Strategis (Renstra)
Badan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Tahun 2006-2010.
LUAS Persentase
NO DISTRIK
(Km2) (%)
7. Dataran Isim 214.89 1,49
8 Anggi 256.80 1,78
9 Taige 112.13 0,78
10 Anggi Gida 199.41 1,38
11 Membey 49.58 0,34
12 Oransbari 362.95 2,51
13 Warmare 598.14 4,14
14 Prafi 388.00 2,69
15 Menyambow 335.70 2,32
16 Hingk 365.08 2,53
17 Catubouw 373.72 2,59
18 Manokwari Barat 237.24 1,64
19 Manokwari Timur 154.84 1,07
20 Manokwari Utara 622.79 4,31
21 Manokwari Selatan 542.07 3,75
22 Testega 497.84 3,45
23 Tanah Rubu 481.19 3,33
24 Kebar 1,620.60 11,22
25 Senopi 1,082.40 7,49
26 Amberbaken 1,000.87 6,93
27 Mubrani 508.13 3,52
28 Masni 1,406.10 9,73
29 Sidey 219.95 1,52
Jumlah 14,580.35 100
Sumber : Kabupaten Manokwari Dalam Angka Tahun 2008
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 1.1. Orientasi Wilayah
Kabupaten Manokwari Lingkup Pulau Papua dan Peta 1.2. Batas Administrasi
Kabupaten Manokwari.
darat 14.448,50 Km2 dan wilayah laut seluas 20.590,73 Km2. Pada tahun 2007
jumlah penduduk di Kabupaten Manokwari tercatat 175.884 jiwa dan pada tahun
2008 mengalami peningkatan menjadi 183.990 jiwa. Ditinjau dari kepadatan
penduduk, rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Manokwari pada tahun 2008
adalah hanya 13 jiwa/km2. Kepadatan seperti ini dapat dikategorikan sangat
jarang. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Manokwari
hingga tahun 2008 masih minim jika dibandingkan dengan luas wilayahnya.
Kepadatan penduduk yang kecil dapat menjadi potensi permasalahan dalam
pengembangan dan pemerataan kegiatan perekonomian di Kabupaten Manokwari.
JUMLAH LUAS
KEPADATAN
NO DISTRIK PENDUDUK WILAYAH
(jiwa/Km2)
(Jiwa) (Km2)
25 Senopi 876 1.082,40 1
26 Amberbaken 2.272 1.000,87 2
27 Mubrani 716 508,13 1
28 Masni 13.124 1.406,10 9
29 Sidey 4.248 219,95 19
Jumlah 183.990 14.448,50 13
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa penduduk Kabupaten
Manokwari lebih terkonsentrasi pada daerah kota yaitu Distrik Manokwari Barat
sebesar 32,98% dan diikuti oleh Distrik Manokwari Selatan 7,31%.
Perkembangan penduduk pada Kabupaten Manokwari selama tahun-tahun
terakhir mengalami perubahan dan perkembangan mulai dari tahun 2004 hingga
tahun 2008 yaitu secara berurutan berjumlah 150.110 jiwa, 157.280 jiwa,
166.322 jiwa, 175.884 dan 183.990 jiwa. Perkembangan jumlah penduduk pada
tiap-tiap distrik dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.3. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Per distrik
Kabupaten Manokwari Tahun 2004 – 2008
Distrik Th.2004 Th.2005 Th.2006 Th.2007 Th.2008
Ransiki 6.798 7.085 7.410 7.836 7.983
Momi Waren 1.820 1.897 1.984 2.098 2.137
Nenei 1.595 1.662 1.738 1.838 1.872
Sururey 974 1.009 1.055 1.116 1.137
Tahota 1.969 2.061 2.174 2.299 2.390
Didohu 2.075 2.170 2.290 2.422 2.517
Dataran Isim 1.876 1.964 2.071 2.190 2.276
Anggi 1.673 1.770 1.907 2.016 2.203
Taige 1.337 1.415 1.524 1.612 1.760
Anggi Gida 2.384 2.522 2.717 2.873 3.138
Membey 774 819 883 934 1.020
Oransbari 4.593 4.822 5.118 5.412 5.708
Warmare 7.663 8.090 8.668 9.166 9.895
Prafi 12.072 12.497 12.895 13.636 13.450
Menyambow 5.251 5.566 6.021 6.367 7.019
Hingk 3.697 3.917 4.239 4.483 4.942
Catubouw 2.394 2.538 2.745 2.903 3.200
Manokwari Barat 48.539 50.996 54.216 57.333 60.689
Manokwari Timur 5.560 5.841 6.210 6.567 6.951
Manokwari Utara 3.033 3.186 3.388 3.583 3.793
Manokwari Selatan 7.641 8.028 8.535 9.026 9.554
b) Kawasan Rawan Tsunami (yang meliputi wilayah pesisir bagian timur dan
selatan, yaitu ; Pada kawasan yang terletak atau berdekatan dengan
pantai seperti di pantai Borarsi, Angrem, Indoki, Fanindi, Arkuki, Wirsi,
Imbrairiri, Biryosi, dan Wosi)
1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
2. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
3. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan
fungsional.
4. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budidaya.