Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Manajemen dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia

Vol 3 No. 1, April 2019

Evaluasi Pelayanan Instalasi Farmasi Terhadap Waktu Tunggu Obat


dan Kepuasan Pelanggan Ditinjau Dari Kecepatan Pelayanan Resep
Di Rumah Sakit Bhayangkara Brimob tahun 2018
Nur Ayu Fatmawati Kastella
Universitas Respati Indonesia
Email :ayukastella@gmail.com

Abstrak

Waktu tunggu adalah salah satu standar minimum layanan farmasi di rumah sakit, waktu
tunggu untuk layanan obat non-ramuan adalah periode waktu bagi pasien untuk
mengirimkan resep mereka untuk menerima obat non-ramuan dengan standar
minimum yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan, yang adalah 30 menit,
sementara menunggu layanan ramuan obat adalah masa tenggang dari saat pasien
mengajukan resep sampai menerima obat ramuan yaitu ≤ 60 menit. Penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif dengan metode analitik observasional dan desain
penelitian survei cross sectional. Subjek penelitian adalah pasien yang mengunjungi
instalasi farmasi Rumah Sakit BhayangkaraBrimob pada bulan Juli hingga Agustus 2018
sebanyak 100 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Waktu tunggu
sebagian mempengaruhi kepuasan pasien di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara
Brimob. Hal ini ditunjukkan oleh uji t yang diperoleh dengan nilai t-hitung <-tabel (-2,477
<-1,985), maka Ho1 ditolak. Komunikasi yang efektif secara parsial mempengaruhi
kepuasan pasien di Instalasi Farmasi Brimob Rumah Sakit Bhayangkara. Hal ini
ditunjukkan oleh uji t yang diperoleh dengan nilai thitung> ttabel (19,821> 1,985), maka
Ho2 menolak. Waktu tunggu dan komunikasi yang efektif bersama-sama mempengaruhi
kepuasan pasien di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara Brimob. Ini ditunjukkan
oleh uji F hitung> F tabel (211.148> 3.090), maka Ho ditolak. Waktu tunggu sebagian
mempengaruhi kepuasan pasien di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara Brimob.
Komunikasi yang efektif secara parsial mempengaruhi kepuasan pasien di Instalasi
Farmasi Brimob Rumah Sakit Bhayangkara. Waktu tunggu dan komunikasi yang efektif
bersama-sama memengaruhi kepuasan pasien di Instalasi Farmasi Brimob Rumah Sakit
Bhayangkara.
Kata Kunci: Waktu Tunggu, Kepuasan Pelanggan, dan Kecepatan Layanan Resep

74
Jurnal Manajemen dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia
Vol 3 No. 1, April 2019

ABSTRACT

Waiting time is one of the minimum standards of pharmacy services in hospitals, waiting
time for non-concoction drug services is the time period for patients to submit their
prescriptions to receive non-concoction drugs with the minimum standard set by the
Ministry of Health, which is 30 minutes, while waiting for service concoction drug is the
grace period from the time the patient submits the prescription until receiving the
concoction drug which is ≤ 60 minutes.This study used qualitative research with
observational analytic method and cross sectional survey research design. The subjects
of the study were patients who visited the BhayangkaraBrimob Hospital pharmacy
installation in July to August 2018 as many as 100 people. Data collection using a
questionnaire. Waiting time partially affects the satisfaction of patients in the Pharmacy
Installation of Bhayangkara Hospital Brimob. This is indicated by the t test which is
obtained by the t-value calculated <-table (-2.477 <-1.985), then Ho1 is rejected.
Effective communication partially affects the satisfaction of patients at the Bhayangkara
Hospital Brimob Pharmacy Installation. This is indicated by the t test obtained by the
value of t count> t table (19.821> 1.985), then Ho2 refuse. The waiting time and effective
communication together influence the satisfaction of patients in the Pharmacy
Installation of Bhayangkara Hospital Brimob. This is indicated by the test F count> F table
(211.148> 3.090), then Ho is rejected. The waiting time partially affects the satisfaction
of patients in the Pharmacy Installation of Bhayangkara Hospital Brimob. Effective
communication partially affects the satisfaction of patients at the Bhayangkara Hospital
Brimob Pharmacy Installation. Waiting time and effective communication together
influence the satisfaction of patients at the Bhayangkara Hospital Brimob Pharmacy
Installation.
Key Words: Waiting Time,Customer satisfaction and Prescription Service Speed.

PENDAHULUAN
. Rumah Sakit berpegang pada yang menyediakan pelayanan rawat
misi sosial untuk menyembuhkan orang inap, farmasi dan gawat darurat.Standar
sakit (Khasanah & Pertiwi, 2010:117). pelayanan kefarmasian di rumah sakit
Adapun yang dimaksudkan dengan yang bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan yang baik tentu mutu pelayanan kefarmasian, menjamin
membutuhkan suatu kinerja yang tinggi kepastian hukum bagi tenaga
dalam suatu organisasi atau rumah sakit. kefarmasian dan melindungi pasien dan
Pelayanan farmasi merupakan masyarakat dari penggunaan obat yang
salah satu pelayanan kesehatan di tidak rasionaldalam rangka keselamatan
rumah sakit yang diharapkan memenuhi pasien (patient safety) (Menkes RI,
standar pelayanan minimal. Menurut 2016).
Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Waktu tunggu menjadi salah satu
nomor 72 tahun 2016 tentang standar standar minimal pelayanan farmasi di
pelayanan kefarmasian di rumah sakit rumah sakit,waktu tunggu pelayanan
menyebutkan bahwa rumah sakit(RS) obat non racikanmerupakan tenggang
adalah institusi pelayanan kesehatan waktu mulai pasien menyerahkan resep
yang menyelenggarakan pelayanan sampai dengan menerima obat non
kesehatan perorangan secara paripurna racikan dengan standar minimal yang

75
Jurnal Manajemen dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia
Vol 3 No. 1, April 2019

ditetapkan kementerian kesehatan standarpelayanan minimal waktu tunggu


yaitu≤ 30 menit, sedangkan waktu pelayanan resep yaitu untuk resep non
tunggu pelayanan obat racikan adalah racikan ≤ 30 menitdan untuk resep
tenggang waktu mulai pasien racikan ≤ 60 menit.Berdasarkan
menyerahkan resep sampai dengan informasi yang telah diterima peneliti
menerima obat racikan yaitu ≤ 60 menit pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(Menkes RI, 2008). Bhayangkara Brimob memiliki rata-rata
Kecepatan pelayanan adalah waktu tunggu non racikan 34.94 menit
target waktu pelayanan dapat dan racikan selama 61.2 menit.
diselesaikan dalam waktu yang telah Hasil kunjungan pada rawat jalan
ditetapkan oleh unit penyelenggara dari tahun 2015 hingga tahun 2017
pelayanan. Kecepatan pelayanan terus mengalami peningkatan meski
memiliki hubungan yang erat dengan tidak mencapai target yang telah
kepuasan pasien. Jadi penyedia layanan ditetapkan rumah sakit, dari tahun 2015
jasa harus memberikan kualitas terdapat sebanyak 22.216 untuk
pelayanan sebaik mungkin agar kunjungan farmasi terus meningkat
hubungan erat dalam hal kepuasan hingga tahun 2017 mencapai 50.953
pasien dapat terjaga. Pelayanan kunjungan dari target yang ditetapkan
tersebut dapat disebut cepat apabila sebesar 77.175. Pelayanan pada
waktu tunggu kurang dari 60 menit, dan fisioterapi, radiologi dan farmasi yang
disebut lama apabila waktu tunggu lebih terus mengalami peningkatan setiap
dari 60 menit (Depkes RI, 2007). tahunnya dan bahkan melebihi target
Berdasarkan penelitian yang yang telah ditetapkan Rumah Sakit
dilakukan oleh Maftuhah (2016) bahwa Bhayangkara Brimob.
jumlah resep yang diterima di instalasi Berdasarkan beberapa pengaduan
farmasi merupakan salah satu faktor pasien, diketahui bahwa masih ada
yang mempengaruhi waktu tunggu keluhan-keluhan seperti: Lambatnya
pelayanan resep. Selain itu, jumlah item pelayanan resep yang membuat pasien
obat tiap resep dan jumlah racikan pada merasa bosan.
tiap resep juga mempengaruhi waktu Sulit memahami informasi yang
tunggu pelayanan resep. Hasil dari diberikan petugas kesehatan, sehingga
beberapa penelitian sebelumnya pasien harus kembali bertanya kepada
menunjukkan bahwa waktu tunggu petugas kesehatan. Kondisi semacam ini
pelayanan resep masih lama atau belum dapat mempengaruhi kepuasan pasien
sesuai standar pelayanan minimal yang Pada kenyataannya terdapat
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan keluhan pasien sehubungan dengan
yaitu >60 menit (Bustani et al. pelayanan di Instalasi Farmasi. Hasil
2015).Sedangkan hasil penelitian yang distribusi keluhan pasien pada
dilakukan oleh Septini (2012) rata-rata pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit
waktu tunggu untuk resep non racikan Bhayangkara Brimob yang masuk pada
adalah 39 menit dan waktu tungguresep kotak saran tahun 2017 berjumlah 64
racikan adalah 60,4 menit. Rata-rata per Oktober hingga Desember 2017,
waktu tunggu pelayananresep untuk terdiri atas: 72% menyatakan tidak puas
jenis resep non racikan adalah 92,41 pelayanan resep di Instalasi
menit dan untuk jenis resep racikan Farmasikarena terlambat pemberian
adalah146,31 menit. Hal ini obatsehingga pasien harus menunggu
menunjukkan bahwa rata-rata waktu lebih 30 menit.
tunggu pelayanan resep di instalasi Dari uraian permasalahan diatas
farmasi lantai 1 RSUD Gunung Jati Kota maka penulis tertarik untuk melakukan
Cirebon tidak memenuhi penelitian dengan judul “Evaluasi

76
Jurnal Manajemen dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia
Vol 3 No. 1, April 2019

Pelayanan Instalasi Farmasi Terhadap persyaratan ciri – ciri populasi, tanpa


Waktu Tunggu Obat dan Kepuasan menghiraukan dari mana asal subjek
Pelanggan di Tinjau dari Kecepatan tersebut (asal masih dalam populasi).
Pelayanan Resep di Rumah Sakit Biasanya yang dihubungi adalah subjek
Bhayangkara Brimob Tahun 2018”. yang mudah ditemui, sehingga
pengumpulan datanya mudah. Yang
METODE penting diperhatikan disini adalah
Penelitian ini dilakukan di RS terpenuhinya jumlah (quotum) yang
Bhayangkara Brimob, dilaksanakan pada telah ditetapkan (Arikunto, 2006:
bulan Juli s/d Agustus 2018,untuk 141)sampel diambil dari sejumlah
mengevaluasi kepuasan pasien tertentu dari setiap subkelompok yang
dilakukan pengambilan data awal pada telah ditentukan. Pada penelitian ini,
bulan Mei 2018. Dengan populasi subkelompok yang ditentukan yaitu
penelitian adalah pasien yang pasien yang melakukan kunjungan di
melakukan kunjungan di Instalasi Instalasi Farmasi RS Bhayangkara
Farmasi pada bulan Juli s/d Agustus di Brimob. Data yang diperoleh kemudian
RS Bhayangkara Brimob tahun 2018. dianalisis menggunakan analisis regresi
Untuk menguji validitas dan reliabilitas linear berganda menggunakan program
dilakukan pengambilan data kepada 30 statistik SPSS versi 22. Namun sebelum
responden, setelah itu dilakukan uji melakukan pengujian regresi linear
statistik, setelah diperoleh hasil uji berganda, data terlebih dahulu di uji
validitas maka kemudian dilanjutkan validitas dan reliabilitas serta uji asumsi
penelitian dengan membagikan klasik (uji normalitas, mulitikolinearitas,
kuesioner kepada 100 responden yang dan heteroskedastisitas).
memenuhi syarat di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Bhayangkara Brimob tahun Dalam kerangka tatanan Sistem
2018. Kesehatan Nasional, Rumah Sakit
Lingkup penelitian dibatasi menjadi salah satu unsur yang harus
dengan penilaian terhadap waktu dapat memenuhi tujuan pembangunan
tunggu, komunikasi efektif dan kesehatan yaitu untuk mencapai
kepuasan pasien yang ada di Instalasi kemampuan hidup sehat bagi setiap
Framasi Rumah SakitBhayangkara penduduk agar dapat mewujudkan
Brimob tahun 2018. derajat kesehatan masyarakat yang
Populasi dalam penelitian ini optimal, sebagai salah satu unsur
semua pasien yang telah mendapatkan kesejahteraan umum dan tujuan
pelayanan di Instalasi Farmasi RS nasional (Depkes RI 2010). Berdasarkan
Bhayangkara Brimob. sebanyak 100 Permenkes No.147 Tahun 2010, Rumah
orang. Pengambilan sampel Sakit adalah institusi pelayanan
menggunakan teknik total sampling atau kesehatan yang menyelenggarakan
teknik Pengambilan jumlah sample pelayanan kesehatan perorangan secara
dihitung dengan menggunakan sampel paripurna yang menyediakan pelayanan
Slovin. Jumlah perhitungan sampel , rawat inap, rawat jalan, dan gawat
sampel dalam penelitian ini diambil darurat. Menurut American Hospital
dengan menggunakan teknik quota Association dalam Cecep (2012:30),
sampling. Teknik quota sampling rumah sakit adalah suatu institusi yang
dilakukan tidak mendasarkan diri pada fungsi utamanya memberikan pelayanan
strata atau daerah, tetapi mendasarkan kepada pasien Rumah Sakit
diri pada jumlah yang sudah ditentukan. diselenggarakan berasaskan Pancasila
Dalam mengumpulkan data, penelitian dan didasarkan kepada nilai
menghubungi subjek yang memenuhi kemanusiaan, etika dan profesionalitas,

77
Jurnal Manajemen dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia
Vol 3 No. 1, April 2019

manfaat, keadilan, persamaan hak dan mengucapkan sumpah jabatan apoteker.


anti diskriminasi, pemerataan, Sedangkan tenaga teknis kefarmasian
perlindungan dan keselamatan pasien, adalah tenaga yang membantu
serta mempunyai fungsi sosial (UU No apoteker.
44 Tahun 2009). Fasilitas pelayanan kefarmasian
Pelayanan kesehatan di rumah menurut PP No. 51 tahun 2009 tentang
sakit menurut perkembangannya karena Pekerjaan Kefarmasian adalah sarana
kemajuan teknologi dan ilmu yang digunakan untuk
pengetahuan khususnya dibidang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan.Rumah sakit saat ini tidak saja kefarmasian, yaitu apotek, instalasi
bersifat pengobatan (kuratif) tetapi juga farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik,
rehabilitasi (rahabilitatif). Kedua toko obat, atau praktek bersama.
pelayanan tersebut secara terpadu Pelayanan kefarmasian terdiri atas
melalui upaya promosi kesehatan pelayanan paripurna yang mencakup
(promotif) dan pencegahan (preventif). perencanaan, pengadaan, produksi,
Sasaran pelayanan rumah sakit menurut penyimpanan perbekalan
Susatyo, dkk (2012: 108) tidak hanya kesehatan/sediaan farmasi, dispensing
individu pasien, tetapi keluarga dan juga obat berdasarkan obat berdasarkan
masyarakat umum.Pelayanan kesehatan resep bagi penderita rawat inap atau
tersebut adalah yang dimaksud dengan farmasi, pengendalian mutu dan
pelayanan secara paripurna. pengendalian distribusi dan penggunaan
Akan tetapi pelayanan di rumah seluruh perbekalan kesehatan di rumah
sakit, baik untuk farmasi maupun rawat sakit.
inap hanya bersifat spesialistik dan Pengertian pelayanan kegiatan
subspesialistik karena pelayanan yang farmasi (Siregar, Amalia, 2004) adalah:
bersifat non spesialistik atau pelayanan a) Sistem pengadaan dan inventarisasi
dasar harus dapat dilakukan di b) Pembuatan obat, termasuk
puskesmas atau di tempat praktek pembungkusan kembali sesuai
dokter maupun unit pelayanan kebutuhan dan fasilitas yang
kesehatan lain yang setingkat tersedia berdasarkan cara
(Departemen Kesehatan RI, 2009). pembuatan obat yang baik
Dalam Undang-undang nomor 44 c) Membantu terselenggaranya sistem
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit distribusi yang efisien, baik bagi
disebutkan bahwa Rumah Sakit harus penderita rawat inap maupun
memenuhi persyaratan lokasi, farmasi
bangunan, prasarana, sumber daya d) Pemberian informasi obat yang
manusia, kefarmasian, dan peralatan. lebih baik kepada staf rumah sakit
Persyaratan kefarmasiaan sebagaimana dan penderita
dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) harus e) Membantu terselenggaranya
menjamin ketersediaan sediaan farmasi farmasi klinik termasuk
dan alat kesehatan yang bermutu, pemantauan obat dalam dosis,
bermanfaat, aman dan terjangkau. indikasi, efektivitas, efek samping
Pekerjaan kefarmasiaan menurut dan harga
PP No. 51 tahun 2009 menyebutkan f) Terselenggaranya pendidikan
bahwa tenaga kefarmasiaan adalah termasuk pendidikan berkelanjutan
tenaga yang melakukan pekerjaan bagi staf farmasi serta tempat
kefarmasiaan yang terdiri dari apoteker praktikum farmasi dan pasca
dan tenaga kefarmasian. Apoteker sarjana farmasi
adalah sarjana farmasi yang telah lulus
sebagai apoteker dan telah

78
Jurnal Manajemen dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia
Vol 3 No. 1, April 2019

Fungsi pelayanan farmasi menurut 8. Melakukan penyiapan obat


Permenkes Nomor 1197 Tahun 2004 nutrisi
disebutkan bahwa : 9. Melakukan penanganan obat
a) Pengelolaan pembekalan farmasi kanker
1. Memilih pembekalan farmasi 10. Melakukan penentuan kadar
sesuai kebutuhan pelayanan obat dalam darah
rumah sakit 11. Melakukan pencatatan setiap
2. Merencanakan kebutuhan kegiatan
perbekalan farmasi secara 12. Melaporkan setiap kegiatan
optimal Pelayanan kefarmasian
3. Mengadakan perbekalan menurut PP No 51 tahun 2009 tentang
farmasi berpedoman pada Pekerjaan Kefarmasian adalah suatu
perencanaan yang telah dibuat pelayanan langsung dan
sesuai dengan ketentun yang bertanggungjawab kepada pasien yang
berlaku berkaitan dengan sediaan farmasi
4. Memproduksi perbekalan dengan maksud mencapai hasil yang
farmasi untuk memenuhi pasti untuk meningkatkan mutu
kebutuhan pelayanan kehidupan pasien.
kesehatan dirumah sakit Waktu tunggu memiliki empat
5. Menerima perbekalan farmasi aspek, yaitu: obyektif, subyektif,
sesuai dengan spesifikasi dan kognitif, dan afektif. Waktu tunggu
ketentuan yang berlaku obyektif merupakan jalannya waktu
6. Menyimpan perbekalan farmasi yang diukur konsumen dengan
sesuai dengan spesifikasi stopwatch sebelum memperoleh
persyaratan kefarmasian layanan. Waktu tunggu subyektif adalah
7. Mendistribusikan perbekalan estimasi konsumen terhadap lamanya
farmasi ke unit-unit pelayanan waktu menunggu, dimana estimasi
di Rumah Sakit waktu bergantung pada lamanya waktu
b) Pelayanan kefarmasian dan yang diukur secara obyektif. Aspek
penggunaan obat dan alat kognitif waktu tunggu dinilai sebagai
kesehatan evaluasi konsumen terhadap lamanya
1. Mengkaji instruksi pengobatan / waktu menunggu apakah dapat
resep pasien diterima, beralasan, maupun dapat
2. Mengidentifikai masalah yang ditoleransi atau tidak, yang
berkaitan dengan penggunaan dipertimbangkan menjadi lama atau
obat dan alat kesehatan sebentar. Aspek afektif dalam
3. Mencegah dan mengatasi menunggu terdiri dari respon emosional
masalah yang berkaitan dengan dalam menunggu seperti terluka, bosan,
obat dan alat kesehatan frustrasi, stres, senang, maupun
4. Memantau efektifitas dan gembira (Bielen dan Demoulin,
keamanan penggunaan obat 2007:176).
dan alat kesehatan Perusahaan penyedia layanan
5. Memberikan informasi kepada jasa membuat beberapa pengembangan
petugas kesehatan,pasien atau untuk mengatasi waktu tunggu
keluarga konsumen (Davis dan Heineke,
6. Memberi konseling kepada 2008:64). Persepsi waktu tunggu oleh
pasien/keluarga konsumen dipengaruhi oleh faktor-
7. Melakukan pencampuran obat faktor seperti musik, pencahayaan,
suntik warna, keberadaan karyawan, serta
interaksi sosial. Musik diketahui dapat

79
Jurnal Manajemen dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia
Vol 3 No. 1, April 2019

berdampak positif terhadap respon sangat ditentukan oleh: situasi, ruang,


emosional pelanggan dalam menunggu waktu, tema, isi atau materi, teknik
layanan (Luo et al., 2004:78). penyajian. Oleh karena itu, peran
Persepsi waktu tunggu konseling kelompok sangatlah
mempengaruhi dimensi kognitif dari diperlukan untuk membantu indivudu
penilaian waktu oleh pelanggan. meningkatkan kemampuan
Pelanggan yang menunggu tidak hanya berkomunikasi secara efektif.
mengeluarkan biaya secara ekonomi, Komunikasi dikatakan efektif apabila
namun juga memiliki efek psikologis orang berhasil menyampaikan apa yang
yakni ketidakpastian tentang lamanya dimaksudkannya atau komunikasi dinilai
waktu tunggu sehingga merasa stres efektif apabila rangsangan yang
(Bielen dan Demoulin, 2007:176). disampaikan dan dimaksudkan oleh
Tingkat ketidakpuasan pelanggan dalam pengirim atau sumber, berkaitan erat
menunggu dapat dikurangi dengan cara dengan rangsangan yang ditangkap dan
mengatur persepsi waktu tunggu dipahami oleh penerima.
pelanggan. Pendekatan lainnya dapat Kepuasan adalah respon
dilakukan dengan cara meningkatkan pemenuhan dari konsumen.Kepuasan
kepuasan konsumen selama jeda waktu adalah hasil penilaian dari konsumen
menunggu (Davis dan Heineke, bahwa produk atau pelayanan telah
1998:72). memberikan tingkat kenikmatan
Menurut Prof. Dr. Alo Liliweri dimana tingkat pemenuhan lebih atau
(2003: 4), Komunikasi adalah kurang. Menurut Rowland, et at (dalam
pengalihan suatu pesan dari satu Sabarguna,2004), kepuasan berarti
sumber kepada penerima agar dapat keinginan dan kebutuhan seseorang
dipahami. Berdasarkan definisi-definisi terpenuhi sehingga ini adalah
tentang komunikasi tersebut di atas, merupakan aspek yang paling menonjol
dapat di simpulkan bahwa komunikasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan
adalah suatu proses pembentukan, kesehatan.
penyampaian, penerimaan dan Kepuasan bisa diartikan sebagai
pengolahan pesan yang terjadi di dalam upaya pemenuhan sesuatu atau
diri seseorang dan atau di antara dua membuat sesuatu memadai (Tjiptono
atau lebih dengan tujuan tertentu. dan Chandra, 2005: 195). Menurut
Definisi tersebut memberikan Oliver (dalam Barnes, 2003: 64)
beberapa pengertian pokok yaitu kepuasan adalah tanggapan pelanggan
komunikasi adalah suatu proses atas terpenuhinya kebutuhan;
mengenai pembentukan, penyampaian, sedangkan Kotler (2003: 61)
penerimaan dan pengolahan pesan. mendefinisikan kepuasan sebagai
Menurut Stewart L.Tubss – Sylvia Moss perasaan senang atau kecewa
(dalam Dedy Mulyana: 2005: 69), seseorang yang dialami setelah
komunikasi dikatakan efektif apabila membandingkan antara persepsi kinerja
orang berhasil menyampaiakan apa atau hasil suatu produk dengan
yang dimaksudkannya atau komunikasi harapan-harapannya.
dinilai efektif apabila rangsangan yang Dipertegas oleh Kotler
disampaikan dan dimaksudkan oleh (2004:10) yang menyatakan bahwa
pengirim atau sumber, berkaitan erat kepuasan pelanggan yaitu tingkatan
dengan rangsangan yang ditangkap dan dimana anggapan kinerja (perceived
dipahami oleh penerima. Menurut Dedy performance) produk akan sesuai
Mulyana (2005: 61), faktor-faktor yang dengan harapan seorang pelanggan.
mempengaruhi keberhasilan Bila kinerja produk jauh lebih rendah
kemampuan menggunakan bahasa lisan dibandingkan harapan pelanggan,

80
Jurnal Manajemen dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia
Vol 3 No. 1, April 2019

pembelinya tidak puas.Sebaliknya bila mempengaruhi presepsi dan harapan


kinerja sesuai dengan harapan atau pasien untuk memenuhi kebutuhan
melebihi harapan, pembelinya merasa termasuk pelayanan kesehatan
puas atau merasa amat gembira.Seiring (Sarwono, 2009). Responden yang
dengan pendapat diatas Purnomo berjenis kelamin laki-laki cenderung
(2003:195) mengartikan kepuasan memiliki rasa kepuasan pada pelayanan
pelanggan sebagai “Perbedaan antara yang tinggi dibandingkan dengan
harapan dan kinerja atau hasil yang responden yang berjenis kelamin
diharapkan”, maksudnya bahwa perempuan. Hal ini disebabkan karena
kepuasan pelanggan tercipta jika laki-laki cenderung menggunakkan akal
pelanggan merasakan output atau hasil dalam melakukan sesuatu, sedangkan
pekerjaan sesuai dengan harapan, atau perempuan cenderung menggunakkan
bahkan melebihi harapan pelanggan. perasaan. Dari hasil penelitian yang
Kesimpulan dari beberapa dilakukan di RS Bhayangkara Brimob
pendapat ahli diatas, teori yang paling diperoleh data dari 100 responden yang
lengkap untuk mengulas faktor-faktor diteliti yang berjenis kelamin laki-laki
kepuasan pelanggan adalah menurut adalah (36.0%) dan perempuan
Lupiyoadi (2001:158) yaitu kualitas sebanyak (64.0%).
produk, kualitas pelayanan, emosional, Dari hasil penelitian, pendidikan
harga dan biaya. terakhir responden yang paling besar
Kesimpulan dari teori kepuasan adalah pendidikan menengah keatas
dan ketidakpuasan mengenai model (SMA/sederajat) dengan nilai (78.0%)
Diskonfirmasi Ekspektasi menjelaskan dari 100 responden dan
bahwa kepuasan dan ketidakpuasan akademi/diploma berada di urutan
pelanggan merupakan perbandingan terakhir dari jenis pendidikan tersebut
antara harapan mengenai merek yang yaitu sebesar (2.0%). Jika dilihat secara
seharusnya berfungsi dengan evaluasi umum untuk jenis pendidikan yang lebih
mengenai fungsi yang sesungguhnya, banyak adalah lulusan SMA dan yang
sehingga pelanggan akan merasa puas, paling sedikit adalah akademi/diploma.
tidak puas atau dalam keadaan netral Pendidikan seseorang merupakan salah
(tidak merasa puas dan tidak merasa satu proses perubahan tingkah laku,
tidak puas) terhadap produk atau jasa semakin tinggi pendidikan seseorang
dari perusahaan. maka semakin banyak pengetahuan
serta informasi tentang kesehatan yang
diketahui. Semakin tinggi pendidikan
seseorang, maka semakin mudah orang
tersebut menerima informasi (Mantra,
HASIL 2007). Dengan pendidikan tinggi, maka
Karakteristik Responden seseorang akan cenderung untuk
Karakteristik Pasien (Responden) mendapat informasi baik dari orang lain
berdasarkan jenis kelamin, pasien maupun dari media massa. Semakin
responden di RS Bhayangkara Brimob banyak informasi yang masuk semakin
paling banyak adalah berjenis kelamin banyak pula pengetahuan yang didapat,
Perempuan sebanyak 64 (64.0%), juga termasuk pengetahuan tentang
sedangkan jenis kelamin laki-laki kesehatan.
sebanyak 36 (36.0%). Jenis kelamin Berdasarkan tabel 5.2
merupakan salah satu faktor yang dapat karakteristik pekerjaan dapat dilihat
mempengaruhi individu dalam bahwa responden pada penelitian ini
menyikapi suatu produk/jasa pelayanan yang mempunyai persentase paling
(Kotler, 2008). Jenis kelamin besar adalah kelompok responden tidak

81
Jurnal Manajemen dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia
Vol 3 No. 1, April 2019

bekerja dengan persentase sebesar Berdasarkan hasil penelitian yang


(47.0%) kelompok tidak bekerja ini telah dilakukan sebagian besar pasien
sebagian besar merupakan pasien dalam penelitian ini mendapatkan
pensiunan serta ibu rumah tangga, pelayanan kesehatan di instalasi farmasi
sedangkan untuk kelompok responden RS Bhayangkara Brimob dengan
yang memiliki persentase terbesar membayar menggunakan BPJS yaitu
kedua adalah pasien yang memiliki 85.0%, hal ini menunjukan bahwa
pekerjaan sebagai wiraswasta dengan dengan adanya BPJS berpengaruh
presentase sebesar (33.0%) Dari hasil terhadap peningkatan jumlah pasien
penelitian responden tehadap pekerjaan yang berobat dan lebih banyak yang
yang paling kecil persentasinya adalah melakukan pembayaran dengan
yang bekerja sebagai polri dengan menggunakan BPJS, sedangkan
presentase sebesar (2.0%). Zaini (2011) pembayaran dengan menggunakan
mengungkapkan bahwa pekerjaan Umum sebesar 3.0% merupakan cara
mempengaruhi tingkat kepuasan pasien pembayaran yang paling sedikit.
terhadap pelayanan kesehatan yang Berdasarkan hasil hitung statistik
diterimanya karena orang yang bekerja didapatkan hasil: nilai -t hitung < -ttabel (-
lebih tinggi harapannya dibandingkan 2,477<-1,985), maka Ho1 ditolak,
dengan yang tidak bekerja. Jadi artinya bahwa Waktu tunggu secara
hubungan pekerjaan seseorang dengan parsial berpengaruh terhadap Kepuasan
kepuasan cukup berpengaruh karena pasien di Instalasi Farmasi RS
dengan mendapat pekerjaan yang layak Bhayangkara Brimob.
dan jumlah pendapatan yang di atas Nilai t hitung negatif, artinya
rata-rata tentunya pasien ingin berpengaruh negatif yaitu semakin
mendapatkan pelayanan yang baik meningkat penilaian tentang Waktu
sesuai dengan hasil pendapatan dari tunggu maka akan
pekerjaan tersebut. menurunkanKepuasan pasien.

Berdasarkan tabelpada hasil minggu banyak dokter yang libur


penelitian diketahui bahwa jumlah sehingga pasien menumpuk pada hari
resep terbanyak adalah pada hari Senin senin, hal ini didukung dengan
tanggal 09 Juli 2018 yaitu sejumlah 238 banyaknya pasien BPJS.
resep dan hari Kamis tanggal 05 Juli Berdasarkan hasil hitung statistik
2018 merupakan kunjungan terendah didapatkan hasil: nilai t hitung > t tabel
yaitu sejumlah 129 resep, hal ini (19,821>1,985), maka Ho2tolak, artinya
disebabkan oleh pada hari sabtu dan bahwa komunikasi efektif secara parsial

82
Jurnal Manajemen dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia
Vol 3 No. 1, April 2019

berpengaruh terhadap kepuasan pasien artinya bahwa waktu tunggu


di Instalasi Farmasi RS Bhayangkara berpengaruh terhadap
Brimob. Nilai t hitung positif, artinya kepuasan pasien.
berpengaruh positif yaitu semakin b) Berdasarkan hasil
meningkat penilaian tentang pengamatandi lapangan rata-
komunikasi efektif maka akan rata waktu tunggu pelayanan
meningkatkan kepuasan pasien. resep di Rumah Sakit
Berdasarkan hasil hitung statistik Bhayangkara Brimob tidak
didapatkan Nilai F hitung > F tabel memenuhi standar pelayanan
(211,148>3,090), maka Ho minimal, yaitu waktu tunggu
ditolakKarena F hitung > F tabel pelayanan resep untuk resep
(211,148>3,090), maka Ho ditolak, non racikan > 30 menit dan
artinya bahwa Waktu tunggu dan untuk resep racikan > 60 menit.
Komunikasi efektifsecara bersama-sama Namun bila dilihat dari hasil
berpengaruh terhadap Kepuasan pasien wawancara diperoleh
di Instalasi Farmasi RS Bhayangkara pernyataan bahwa pelayana
Brimob. waktu tunggu pada Instalasi
Farmasi sudah baik.
3. Berdasarkan hasil penelitian
KESIMPULAN komunikasi efektif oleh petugas
1. Distribusi Frekuensi Responden di instalasi farmasi didapatkan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit hasil sebagai berikut:
Bhayangkara Brimob tahun 2018 a) Berdasarkan hasil olah data
adalah: uji statistik didapatkan nilai
a) Karakteristik Pasien Ho2, artinya di tolak.
(Responden) berdasarkan jenis b) Dari data kuantitatif ini
kelamin, paling banyak adalah didapatkan bahwa hasil
berjenis kelamin perempuan. komunikasi efektif
b) Karakteristik pendidikan, merupakan variabel yang
diperoleh bahwa pendidikan paling dominan
responden yang paling besar dibandingkan dengan waktu
adalah pendidikan menengah tunggu dan kepuasan
keatas (SMA/SMF). pelanggan.
c) Karakteristik pekerjaan, yang c) Dari persepsi responden
mempunyai persentase paling bahwa hasil pelayanan
besar adalah kelompok komunikasi, informasi dan
responden tidak bekerja. edukasi dari petugas
d) Sebagian besar pasien yang instalasi farmasi terkait
mendapatkan pelayanan di nama obat, indikasi obat,
Instalasi Farmasi RS dosis obat, cara
Bhayangkara Brimob, adalah penggunaan obat, efek
menggunakan BPJS samping obat, dan cara
2. Berdasarkan hasil wawancara dan penyimpanan obat telah
uji statistik , waktu tunggu dilakukan secara maksimal.
pelayanan di Instalasi Farmasi 4. Berdasarkan evaluasi dan
Rumah Sakit Bhayangkara Brimob pengamatan peneliti di
diperoleh gambaran sebagai lapangan baik dari hasil
berikut: wawancara maupun dari olah
a) Hasil olah data statistik , data hasil uji statistik yang
diperoleh hasil Ho ditolak, dilakukan peneliti, didapatkan

83
Jurnal Manajemen dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia
Vol 3 No. 1, April 2019

hasil secara keseluruhan bahwa


: 8.Kotler, P., Andreasen, Strategi
a) Pasien sudah merasa puas Pemasaran Untuk Organisasi Nirlaba,
terhadap pelayanan yang Gajah Mada University Press,
diberikan oleh Yogyakarta, 2005.
petugas Instalasi Farmasi.
b) Waktu tunggu dan 9. Menkes RI. Peraturan Menteri
Komunikasi efektif secara Kesehatan RI Nomor 12 Tahun 2013
bersama-sama berpengaruh tentang Jaminan Kesehatan, 2013.
terhadap kepuasan pasien
yang berkunjumg ke 11.Tjiptono, Manajemen Jasa,
Instalasi Farmasi Rumah Penerbit Andi, Yogyakarta, 2008.
Sakit Bhayangkara Brimob.
12.Santoso BE. Analisis Kualitas
DAFTAR PUSTAKA Nira dan Bahan Alur untuk
Pengawasan Pabrikasi di Pabrik,
1. Amir, M. Taufiq. Dinamika 2011
Pemasaran, Jelajahi dan
Rasakan. 2005. Jakarta: PT Raja 13.Siregar, C. J. P dan Amalia, L.,
Grafindo Persada Farmasi Rumah Sakit Teori dan
Penerapannya, Penerbit Buku
2. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Kedokteran, Jakarta. 2004.
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta : PT Rineka 14.Sugiyono, Metode Penelitian.
Cipta, 2013 Jakarta: CV. Alfa Beta, 2013.

3.Azwar, A., Prihantono, Metodologi 15.Wongkar, L. Tesis: Analisis


Penelitian Ke dokteran Dan Waktu Pelayanan Pengambilan
Kesehatan Masyarakat, Obat Di Apotek Kimia Farma
Binarupa Aksara, Jakarta, 2006 Kota Pontianak. Depok: Program
Pascasarjana Universitas
4..Bloemer dan J. Kasper. “The complex Indonesia, 2000.
relationship between consumer
satisfaction and brand loyalty”. Journal 16.Wiryanto, Pengantar Ilmu
of Economic Psychology, 16(2):19-24, Komunikasi. Jakarta : PT. Gramedia
2005. Widiasarana Indonesia. 2004.

5.Depkes RI, 2004, Keputusan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/ Menkes/ SK/ X/ 2004, tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit, Jakarta.

6. Herlambang, Susatyo, Pengantar


Manajemen (cara mudah memahami
ilmu manajemen), Gosyen Publishing
Yogyakarta. 2012
.
7.Hidayat, Metodologi penelitian,
Jakarta :Pustaka pelajar, 2007.

84

Anda mungkin juga menyukai