Anda di halaman 1dari 9

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Dosen pengampu :

Nurul Gilang Abriani, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh :

Kelompok 4

1. Keke Vergiana ( 19.0.P.245 )


2. Naufal Ahmad Fauzi ( 19.0.P.246 )
3. Pebriani Suryaningsih ( 19.0.P.247 )
4. Prima siwi Ramadhani ( 19.0.P.248 )
5. Ratna Dwi Cahyani ( 19.0.P.249 )
6. Riko Firgiawan ( 19.0.P.250 )
7. Risky Mustika Sari ( 19.0.P.251 )
8. Selvy Yuliastuti ( 19.0.P.252 )

PRODI SARJANA KEPERWATAN

STIKes MITRA HUSADA KARANGANYAR TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Sumber: https://mediaindonesia.com/humaniora/431439/contoh-kata-pengantar-untuk-tugas-
makalah-karya-ilmiah-dan-laporan

Karanganyar , 13 November 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah lembaga negara yang dalam
melaksakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun (Pasal 3 UU Nomor 30 Tahun 2002). Tujuan dibentuknnya KPK
tidak lain adalah meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan
tindak pidana korupsi.
KPK dibentuk karena institusi Kepolisian, Kejaksaan, Peradilan, Partai Politik
dan Parlemen yang seharusnya mencegah korupsi tidak berjalan bahkan larut dan terbuai
dalam korupsi. Pemberantasan tindak pidana korupsi yang terjadi sampai sekarang belum
dapat dilaksanakan secara optimal. Oleh karena itu pemberantasan korupsi perlu
ditingkatkan secara professional, intensif, dan berkesinambungan.
Karena korupsi telah merugikan keuangan negara, perekonomian negara, dan
menghambat pembangunan nasional. Begitu parahnya maka korupsi di Indonesia sudah
dikategorikan sebagai tindak pidana luar biasa (extra ordinary crime). Cara penanganan
korupsi harus dengan cara yang luar biasa. Untuk itulah dibentuk KPK yang mempunyai
wewenang luar biasa, sehingga kalangan hukum menyebutnya sebagai suatu Lembaga
superbody. Dalam tahun pertama menjalankan peranannya sebagai ujung tombak
memerangi korupsi, KPK menghadapi beberapa kendala yang klasik antara lain
keterlambatan pencairan dana dari pemerintah.
Walaupun banyaknya tantangan yang dihadapi oleh KPK dalam pemberantasan
korupsi yang berada di manejemen intern, ekstern KPK maupun dalam penanganan kasus
korupsi di Indonesia, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) sebagai lembaga negara yang bersifat independen dan terbebas dari pengaruh
kekuasaan manapun dalam menjalankan tugasnya untuk mengatasi, menanggulangi dan
memberantas korupsi di Indonesia sudah cukup baik selama ini. Untuk itu pemerintah
dan masyarakat patutlah untuk selalu mendukung dan mengapresiasi prestasi yang telah
dicapai oleh KPK dalam mengusut tindak pidana korupsi agar lembaga ini dapat
menjalankan tugasnya lebih baik lagi untuk ke depannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaiman Sejarah pemberantasan tindak pidana korupsi ?
2. Lahirnya delik korupsi ?
3. Delik korupsi menurut UU NO.31 tahun 1999

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Dapat mengetahui sejarah pemberantasan korupsi serta sejarah perundang – undangan
korupsi di Indonesia.
2. Dapat mengetahui apa itu delik korupsi.
3. Dapat mengetahui ada berapa pasal dalam UU NO.3 tahun 1999 tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI


a. Timeline sejarah munculnya aturan pemberantasan korupsi
1. Tahun 1957 ( peraturan penguasa militer nomor PRT/PM/06/1957 )
Peraturan Penguasa Militer No. PRT/PM/08/1957 tentang Penilikan Harta Benda;
dan Peraturan Penguasa Militer No. PRT/PM/011/1957 tentang Penyitaan dan
Perampasan Barang-Barang. Kedua peraturan ini dimaksudkan untuk membuat
upaya pemberantasan korupsi lebih efektif.
SUMBER :
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5da550bcc353b/kebijakan-
antikorupsi-dari-penguasa-militer/

2. Tahun 1967 (Keppres No.28 Tahun 1967 tentang Pembentukan Tim


Pemberantasan Korupsi)
Dibentuk tahun 1963 pada masa orde lama sebagai bentuk respon terhadap
perintah KSAD A.H. Nasution dengan sandi “OPERASI BUDHI”. Sasaran utama
program ini adalah BUMN dan lembaga-lembaga negara yang dianggap rawan
korupsi, misalnya Pertamina. Operasi Budhi ditetapkan melalui Keppres No. 275
Tahun 1963 tentang Pemberantasan Korupsi.
Namun Keppres ini ternyata masih kurang efektif dalam pelaksanaannya.
Penyebab kegagalan utama yaitu adanya resistensi birokrasi dan kedekatan
pejabat negara dengan Presiden. Akhirnya sampai dengan selesainya kabinet
pemerintahan Orde Lama, Operasi Budhi tak kunjung membuahkan hasil dalam
upaya pemberantasan korupsi.
SUMBER : https://heylawedu.id/blog/sejarah-perkembangan-lembaga-
pemberantasan-korupsi
3. Tahun 1970 Pemerintahan Presiden Soeharto muncul UU No.3 tahun 1971
tentang PemberantasanTindak Pidana Korupsi.
Pada 1971, disahkan UU No. 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Sebagai bentuk pelaksanaan UU tersebut dan gagalnya lembaga
Komite Empat, pemerintah kemudian membentuk “OPSTIB” (Operasi tertib)
yang dipimpin oleh Laksamana Sudomo berdasarkan Inpres No. 9/1977. Namun
persoalan yang sama dialami oleh lembaga ini. Korupsi yang terjadi di
pemerintahan Orde Baru merupakan bentuk korupsi yang struktural. Dimana para
pelakunya memiliki kedekatan dengan rezim yang berkuasa.
SUMBER : : https://heylawedu.id/blog/sejarah-perkembangan-lembaga-
pemberantasan-korupsi

4. Tahun 1998. Pemerintahan Abdurrahman Wahid muncul Tap MPR Nomor


XI/MPR/1998
Ketetapan MPR No. XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggaraan Negara yang
bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, merupakan salah satu ketetapan
MPR/S yang masih berlaku dalam struktur norma hukum peraturan perundang-
undangan.

5. Tahun 1999 Pasal 43 UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah


dengan UU Nomor 20 Tahun 2001, pembahasan RUU KPK
Perjalanan panjang memberantas korupsi seperti mendapatkan angin segar ketika
muncul sebuah lembaga negara yang memiliki tugas dan kewenangan yang jelas
untuk memberantas korupsi. Meskipun sebelumnya, ini dibilang terlambag dari
agenda yang diamanatkan oleh ketentuan Pasal 43 UU Nomor 31 Tahun 1999
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001, pembahasan RUU
KPK dapat dikatakan merupakan bentuk keseriusan pemerintahan Megawati
Soekarnoputri dalam pemberantasan korupsi. Keterlambatan pembahasan RUU
tersebut dilatarbelakangi oleh banyak sebab. Pertama, perubahan konstitusi uang
berimpilkasi pada perubahan peta ketatanegaraan. Kedua, kecenderungan
legislative heavy pada DPR. Ketiga, kecenderungan tirani DPR. Keterlambatan
pembahasan RUU KPK salah satunya juga disebabkan oleh persolan internal yang
melanda system politik di Indonesia pada era reformasi.
SUMBER : https://acch.kpk.go.id/id/component/content/article?id=144:sejarah-
panjang-pemberantasan-korupsi-di-indonesia

6. Tahun 2004 Masa Pemerintahan Presiden SBY menerbitkan Instruksi Presiden


Nomor 5 Tahun 2004
Di era Presiden SBY, visi pemberantasan korupsi tercermin dari langkah awal
yang dilakukannya dengan menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004
dan kemudian dilanjutkan dengan penyiapan Rencana Aksi Nasional
Pemberantasan Korupsi (RAN) yang disusun oleh Bappenas. RAN
Pemberantasan Korupsi itu berlaku pada tahun 2004-2009. Dengan menggunakan
paradigma sistem hukum, pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono diuntungkan
sistem hukum yang mapan, keberadaan KPK melalui Undang-undang Nomor 30
Tahun 2002, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) yang terpisah dari
pengadilan umum, dukungan internasional (structure), dan instrument hukum
yang saling mendukung antara hukum nasional dan hukum internasional.
SUMBER : https://acch.kpk.go.id/id/component/content/article?id=144:sejarah-
panjang-pemberantasan-korupsi-di-indonesia

b. Beberapa aturan yang terbit di masa orde baru berkaitan dengan pemberantasan
korupsi:
1. GBHN Tahun 1973 tentang Pembinaan Aparatur yang Berwibawa dan Bersih
dalam Pengelolaan Negara;
2. GBHN Tahun 1978 tentang Kebijakan dan Langkah-Langkah dalam rangka
Penertiban Aparatur Negara dari Masalah Korupsi, Penyalahgunaan Wewenang,
Kebocoran dan Pemborosan Kekayaan dan Kuangan Negara, Pungutan-Pungutan
Liar serta Berbagai Bentuk Penyelewengan Lainnya yang Menghambat
Pelaksanaan Pembangunan;
3. Undang-Undang No.3 Tahun 1971 tentang Tindak Pidana Korupsi;
4. Keppres No. 52 Tahun 1971 tentang Pelaporan Pajak Para Pejabat dan PNS;
5. Inpres Nomor 9 Tahun 1977 tentang Operasi Penertiban;
6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap.

B. LAHIRNYA DELIK KORUPSI

Anda mungkin juga menyukai