Anda di halaman 1dari 28

TUGAS

KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN SEKOLAH DAN ASUHAN


KEPERAWATAN KESEHATAN SEKOLAH

Disusun Oleh :
Yori Destia Ulandari 1826010044
Ria Fradila 1826010045
Dinda Dwi Pustika 1826010048
Vera Meisilindra 1826010054
Mardiana 1826010072

Dosen Pengampu : Vike Pebri Giene, S.Kep, Ns, MNS

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES TRI MANDIRI SAKTI
KOTA BENGKULU
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan bidang kesehatan adalah terwujudnya derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Dalam kehidupan sosial yang beragam di masyarakat,
keluarga adalah unit sosial terkecil, oleh karena itu diperlukan upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan keluarga terutama kesehatan ibu dan anak. Masa
anak merupakan waktu yang tepat untuk meletakkan landasan yang kokoh bagi
terwujudnya manusia yang berkualitas.
Lingkungan tempat tinggal dan lingkungan sekolah merupakan dua tempat
utama yang digunakan oleh seorang anak untuk melakukan aktivitas. Sekolah
merupakan tempat anak-anak belajar, berkreasi, bersosialisasi dan bermain.
Sehingga tidak mengherankan jika sebagian besar waktu mereka dihabiskan di
sekolah. Oleh karena itu, konsep pemberian kesehatan di sekolah akan lebih
efektif terutama pada sasaran target anak sekolah. Jika ditilik selama ini, peran
perawat di sekolah masih sangat minimal. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
di antaranya adalah kebijakan pemerintah terhadap pengembangan peran perawat
di sekolah juga masih belum ada. Sehingga yang sering berhubungan dengan
perawatan kesehatan sekolah adalah petugas dari puskesmas.
Lingkungan sekolah yang sehat akan memberikan dampak yang positif bagi
perkembangan anak. Sekolah seharusnya memiliki kepedulian terhadap kesehatan
anak didiknya, termasuk memberikan pengertian mengenai kesehatan itu sendiri,
sehingga siswa dapat membiasakan dirinya untuk hidup sehat. Mengingat begitu
pentingnya arti kesehatan dalam kehidupan serta begitu eratnya lingkungan
sekolah dengan kehidupan anak yang sedang berada dalam masa pertumbuhan,
maka perlu digalakkan upaya perawatan kesehatan sekolah dengan
memaksimalkan peran perawat baik di puskesmas maupun perawat yang terlibat
langsung di sekolah tersebut.

2
Anak usia sekolah baik tingkat pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah
pertama, dan sekolah menengah atas adalah suatu masa usia anak yang sangat
berbeda dengan usia dewasa. Didalam periode ini didapatkan banyak
permasalahan kesehatan yang sangat menentukan kualitas kesehatan anak
dikemudian hari. Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum, gangguan
perkembangan, gangguan perilaku dan gangguan belajar. Permasalahan kesehatan
tersebut pada umumnya akan menghambat pencapaian presentasi pada peserta
didik di sekolah. Kesempatan belajar tersebut membutuhkan kondidi fisik prima
yaitu tubuh yang sehat, oleh karena itu diperlukan suatu upaya kesehatan untuk
anak sekolah agar anak dapat tumbuh menjadi manusia yang berkualitas
dibutuhkan pendidikan di sekolah, salah satunya melalui UKS. Oleh karena itu
kami tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai peran UKS dalam anak yang
sehat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dirumuskan masalah yaitu
adakah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus

3
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN SEKOLAH

A. Definisi
Usaha kesehatan di sekolah (UKS) merupakan salah satu usaha
kesehatan pokok yang dilaksanakan oleh puskesmas dan juga usaha kesehatan
masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta
lingkungan sekolahnya sebagai sasaran utama. Usaha kesehatan di sekolah
juga berfungsi sebagai lembaga penerangan agar anak tahu bagaimana cara
menjaga kebersihan diri, menggosok gigi yang benar, mengobati luka,
merawat kuku, dan juga memperoleh pendidikan seks yang sehat (Prasasti,
2008).
Usaha kesehatan di sekolah juga merupakan wadah untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik
sedini mungkin. Usaha kesehatan di sekolah merupakan perpaduan antara dua
upaya dasar, yaitu upaya pendidikan dan upaya kesehatan, yang pada
gilirannya nanti diharapkan UKS dapat dijadikan sebagai usaha untuk
meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis, dan
jenjang pendidikan (P. Ananto, 2006).

B. Peran Perawat Kesehatan Sekolah


Sebagai pelaksana asuhan keperawatan di sekolah,perawat mempunyai peran:
1. Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan
melakukan pengumpulan data,analisa data,serta perumusan dan prioritas
masalah;
2. Menyusun perencanaan kegiatan UKS bersama tim pembina usaha
kesehatan di sekolah(TPUKS);
3. Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kesehatan yang di
susun;

4
4. Menilai dan memantau hasil kegiatan UKS;
5. Mencatat dan melaporkan sesuai dengan prosedur yang di tetapkan.
Sebagai pengelola kegiatan UKS, perawat kesehatan yang bertugas di
puskesmas ,menjadi salah seorang anggota dalam TPUKS atau dapat juga di
tunjuk sebagai seorang koordinator UKS di tingkat puskesmas.bila perawat
kesehatan di tunjuk sebagai koordinator maka pengelolaan pelaksanaan UKS
menjadi tanggung jawabnya atau paling tidak ikut terlibat dalam tim
pengelola UKS.
Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan,peranan perawat kesehatan
dalam memberikan penyuluhan kesehatan dapat di lakukan secara langsung
(melalui penyuluhan kesehatan yang bersifat umum dan klasikal) atau tidak
langsung sewaktu melakukan pemeriksaan kesehatan peserta didik secara
perseorangan.

C. Fungsi Perawat Sekolah


1. Memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan individu dan
memberikan pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada di
sekolah.
2. Memberikan kontribusi untuk mempertahankan dan memperbaiki
lingkungan fisik dan sosial sekolah
3. Menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program kesehatan
masyarakat yang lain

D. Sasaran Usaha Kesehatan Sekolah


Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS meliputi peserta didik
sebagai sasaran primer, guru pamong belajar/tutor orang tua, pengelola
pendidikan dan pengelola kesehatan serta TP UKS di setiap jenjang sebagai
sasaran sekunder. Sedangkan sasaran tertier adalah lembaga pendidikan mulai
dari tingkat pra sekolah/TK sampai SLTA, termasuk satuan pendidikan luar

5
sekolah dan perguruan tinggi agama serta pondok pesantren beserta
lingkungannya (Depkes, 2008). Sasaran lainnya adalah sarana dan prasarana
pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan. sasaran tertier lainnya adalah
lingkungan yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat
sekitar sekolah. Sekolah sebagai lembaga (institusi) pendidikan merupakan
media yang penting untuk menyalurkan segala bentuk pembaharuan tata cara
dan kebiasaan hidup sehat, agar lebih mudah tertanam pada anak-anak.
Dengan demikian, akan dapat memberikan pengaruh terhadap kehidupan
keluarga, masyarakat sekitarnya, bahkan masyarakat yang lebih luas lagi.
Anak didik dikemudian hari diharapkan akan memiliki sikap dan kebiasaan
hidup dangan norma-norma kesehatan. Pendidikan kesehatan di sekolah dasar
melalui program UKS mempunyai peranan yang sangat efektif sebab Sekolah
Dasar, sebagai lembaga pendidikan yang tersebar luas di daerah pelosok tanah
air, dari pedesaan hingga kota-kota besar. Di pandang dari segi pembiayaan
pemerintah dan harapan untuk masa depan, pelaksanaan UKS di sekolah dasar
adalah ekonomis. Apalagi untuk kepentingan ini masyarakat (orang tua
murid) selalu dilibatkan dalam berbagai bentuk, melalui PGOM (persatuan
guru dan orang tua murid). Menurut Depkes RI (1982: 7) bahwa peserta didik
dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat menengah termasuk perguruan
tinggi beserta lingkungannya merupakan sasaran utama dari pembinaan UKS.
Didalam pembangunan nasional, perhatian terhadap dunia anak-anak tidak
dapat diabaikan. Anak-anak merupakan penerus dalam bidang tenaga kerja,
sehingga pembinaan terhadap golongan ini perlu dimulai sedini mungkin.
Sehubungan dengan ini bidang pendidikan dan kesehatan mempunyai peranan
yang besar karena secara organisasai sekolah berada dibawah departemen
pendidikan nasional, Secara fungsional departemen kesehatan bertanggung
jawab atas kesehatan anak didik. Mengingat hal tersebut, UKS dijalankan atas
dasar titik tolak pemikiran bahwa :

6
1. Sekolah merupakan lembaga yang sengaja dihidupkan untuk
mempertinggi derajat bangsa dalam segala aspek
2. Usaha kesehatan melalui masyarakat sekolah mempunyai kemungkinan
yang lebih efektif diantara beberapa usaha yang ada, untuk mencapai
kebiasaan hidup sehat dari masyarakat pada umumnya, karena masyarakat
sekolah :
a. mempunyai prosentase yang tinggi.
b. merupakan masyarakat yang telah terorganisir, sehingga mudah
dicapai dalam rangka pelaksanaan usaha-usaha kesehatan masyarakat.
c. peka terhadap pendidikan pada umumnya, dapat menyebarkan
modernisasi (sebagai agent of change), karena dalam usia ini anak-
anak sekolah berada dalam taraf perkembangan dan pertumbuhan,
mudah dibimbing dan dibina. Pada masa ini adalah masa yang tepat
untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan hidup sehat dengan harapan
agar mereka dapat meneruskan serta mempengaruhi lingkungannya
sekarang dan dimasa yang akan datang. Masyarakat sehat yang akan
datang merupakan salah satu hasil dari sikap dan kebiasaan hidup
sehat yang dimiliki anak-anak pada waktu sekarang. (Soenaryo, 2002:
148).

E. Ruang lingkup usaha kesehatan sekolah (UKS)


Ruang luang lingkup UKS tercermin dalam tri program atau yang disebut
dengan TRIAS UKS yang meliputi :
1. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan upaya memberikan bimbingan
kepada peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan kemampuan dan
keterampilan peserta didik dalam melaksanakan perilaku hidup bersih dan
sehat agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, selain di bidang
kesehatan peserta didik juga dibina dalam bidang kesehatan lingkungan

7
yang merupakan bagian yang sangat mempengaruhi pembentukan pribadi
peserta didik, adanya proses kenaikan bagi peserta didik maka harus
menyelenggarakan kegiatan sosialisasi setiap tahun sehingga seluruh
peserta didik terpapar materi kesehatan dan kesehatan lingkungan.(Tim
Pembina UKS, 2008,33)
Pendidikan kesehatan dilakukan secara intra kurikuler dan ekstra
kurikuler. Kegiatan intra kurikuler adalah melaksanakan pendidikan pada
saat jam pelajaran berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pendidikan ini tidak hanya diberikan pada saat mata pelajaran Pendidikan
Jasmani saja, namun bisa juga secara integratif pada saat mata pelajaran
lainnya disampaikan kepada peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler
adalah melaksanakan pendidikan di luar jam pelajaran yang dilakukan di
sekolah atau di luar sekolah. Misalnya, melaksanakan penyuluhan tentang,
gizi, narkoba, dan sebagainya terhadap peserta didik, guru dan orangtua.
Melaksanakan pelatihan UKS bagi peserta didik, guru pembina UKS dan
kader kesehatan. Melaksanakan pendidikan dan kebiasaan hidup bersih
melalui program sekolah sehat.(Tim Pembina UKS,2008,26)
2. Pelayanan Kesehatan
(Tim Pembina UKS, 2008, 28-29) Pelaksanaan pelayanan kesehatannya
meliputi kegiatan – kegiatan antara lain:
a. Kegiatan Peningkatan (Promotif), Latihan Keterampilan teknis
pemeliharaan kesehatan dan pembentukan peran serta aktif peserta
didik dalam pelajaran kesehatan, antara lain : Kader Kesehatan
Sekolah, Olahraga, Kesenian, Berkebun dan Lomba.
b. Pembinaan Sarana Lingkungan Sekolah, antara lain :
1. Pembinaaan Warung Sekolah (Kantin)
2. Lingkungan Sekolah yang terpelihara
3. Pembinaan Keteladan berperilaku hidup sehat
c. Kegiatan Pencegahan (Preventif)

8
d. Memelihara Kesehatan yang bersifat umum dan khusus
e. Penjaringan kesehatan bagi anak
f. Monitoring / memantau peserta didik
g. Usaha Pencegahan Penyakit Menular
h.Kegiatan Penyembuhan dan Pemulihan (Kuratif dan Rehabilitatif)
i. Diagnosa Dini
j. Pengobatan pada penyakit
k. P 3 K dan P 3 P
3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
Pembinaan lingkungan sekolah sehat yang merupakan salah satu
unsur penting dalam membina ketahanan sekolah harus dilakukan, karena
lingkungan kehidupan yang sehat sangat diperlukan untuk meningkatkan
kesehatan seluruh komunitas sekolah serta peningkatan daya serap siswa
dalam proses belajar mengajar Maka pembinaan lingkungan kehidupan
sekolah sehat dilaksanakan melalui 6 K yaitu: Keamanan Keindahan
Kebersihan Kekeluargaan Ketertiban Kerindangan (Tim Pembina UKS
2008, 75-76).
Menurut WHO (Depkes, 2008) adapun Pembinaan kepada peserta
didik agar dapat menerapkan pentingnya UKS Diantaranya dengan
melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
1) Melaksanakan kerja bakti kebersihan sekolah secara rutin dan
terencana (Jumat Bersih, piket kapling, piket kelas)
2) Melaksanakan kerja bakti dengan lingkungan masyarakat
sekitar sekolah
3) Membuang sampah pada tempatnya dan pengadaan tempat
sampah di depan kelas, dipilah antara sampah organik dan
anorganik
4) Mengolah sampah organik menjadi kompos
5) Tidak mencorat-coret dinding dan bangku

9
6) Menyiram jamban sampai bersih sesudah dipakai
7) Membuat dan memelihara kapling, kebun sekolah, TOGA,
taman sekolah
8) Mengikuti kegiatan Dinamika Kelompok (wisata, olah raga dan
kesenian).

F. Masalah Kesehatan yangdapat dikurangi melalui kegiatan usaha


kesehatan sekolah (UKS) antara lain :
1. Imunisasi
2. Kesehatan gigi
3. Sanitasi dan air bersih
4. Masalah gizi dan anemia
5. Kekerasan dan kecelakaan
6. Gangguan kesehatan mental
7. Kebersihan diri maupun lingkungan,
8. Masalah kesehatan reproduksi remaja,
9. Merokok, alkohol dan penyalahgunaan narkoba,
10. Penyakit infeksi (malaria, gangguan saluran nafas).

G. Program Usaha Kesehatan Sekolah


Ada beberapa jenis kegiatan UKS dan jenis kegiatan UKS disini
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kegiatan yang berkaitan dengan
pengelolaan UKS, dan TRIAS UKS meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan dan lingkungan sekolah yang sehat. Bagian-bagian jenis kegiatan
tersebut termasuk dalam program kegiatan UKS sebagai berikut :
A. Pengelolaan UKS
1. Pembentukan Tim Pelaksana UKS
2. Terlibatnya unsure guru dan petugas puskesmas
3. Penyusunan program kerja UKS

10
4. Pengawasan pelaksanaan 7K
5. Laporan pembinaan dari Puskesmas
6. Penyuluhan tentang UKS
7. Pelaksanaan rapat koordinasi dengan Tim Pelaksana Program kerja
8. Penyediaan sarana pelayanan kesehatan
9. Pembuatan laporan pelaksana UKS kepada Tim Pembina UKS
10. Pelaksanaan rapat koordinasi dengan Tim Pembina UKS
B. Trias UKS
a. Pendidikan kesehatan
1. Pelaksanaan pemeriksaan berkala
2. Pelaksanaan pemeriksaan rutin
3. Pelaksanaan lomba pengetahuan kesehatan sekolah
4. Pelaksanaan pemeriksaan tinggi badan
5. Pengadaan alat peraga
6. Pelaksanaan dokter kecil
7. Pelaksanaan pemeriksaan berat badan
8. Pengadaan alat peraga UKS
9. Pengadaan kegiatan lomba kebersihan badan
10. Pengadaan kegiatan lomba kebersihan ruang kelas
b. Pelayanan kesehatan
1. Kegiatan penjaringan anak sekolah (screening)
2. Pelaksanaan imunisasi
3. Pelaksanaan pemberantasan sarang penyakit
4. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan atau deteksi dini penyakit
5. Pengadaan upaya alih teknologi kesehatan
6. Pengadaan rujukan ke puskesmas
c. Lingkungan sekolah sehat
1. Pengadaan ruang/sudut UKS
2. Pembinaan kantin sekolah

11
3. Pengadaan sarana air bersih yang memenuhi syarat
4. Pengadaan tempat pembuanagn air limbah yang memenuhi syarat
5. Pengadaan kamar mandi/WC khusus siswa
Upaya peningkatan kesehatan disekolah melalui kegiatan yang
dilaksanakan melalui masyarakat disekolah dipandang lebih efektif
dibanding kegiatan lain yang dilakukan dalam masyarakat umum.
Menurut Soenaryo (2002: 2 ) program UKS sangat efektif karena:
1. Sekolah Dasar sebagai masyarakat sekolah, mempunyai
komunitas peserta didik yang sangat besar.
2. Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan yang tersebar luas
seluruh pelosok tanah air.
3. Anak anak usia SD sangat peka terhadap perubahan dan
pembaharuan, bahkan anak anak mempunyai sifat yang
menyampaikan apa yang dia terima dan diperoleh dari orang lain.
Di pandang dari pembiayaan pemerintah dan harapan untuk masa
depan pelaksanaan UKS di sekolah dasar sangat ekonomis

12
A. KASUS
Ners B dari puskesmas sido mulyo melakukan pembinaan pada SDN 45
lingkar timut. Dari hasil screening didapatkan bahwa sebanyak 113 siswa (31,6
%) berusia 11-12 tahun. Berdasarkan tumbuh kembang siswi yang sudah
mengalami menstruasi adalah 4orang dan 5 orang siswa telah mengalami mimpi
basah. Hasil wawancara dengan guru : belum ada pendidikan khusus tentang
pendidikan kesehatan gigi di SDN 45 Ligkar Timur. Dari hasil angket didapatkan
bahwa Hasil angket didapatkan bahwa 64,08 % peserta didik mengalami gigi
caries.23,05 % peserta didik menggosok gigi 1x sehari yaitu pada saat
mandi.78.45% peserta didik tidak pernah melakukan pemeriksaan gigi
disekolah.56% peserta didik jajan sembarangan seperti sering mengkonsumsi
permen dan coklat.
Hasil wawancara guru mengatakan sering terjadinya masalah kesehatan seperti
diare,cacingan pada anak didik.Hasil observasi 45,01% peserta didik mencuci
tangan sebelum makan namun dari hasil wawancara kepada peserta didik 89%
mengatakan tidak mencuci tangan sebelum makan makanan jajanan. Dari hasil
wawancara menurut guru di sdn 45 jarang diadakan gotong royong oleh pihak
sekolah.Hasil observasi kondisi lingkungan sekolah, WC kotor dan berbau, kantin
sekolah terletak di depan WC dan makanan yang dijual tidak tertutup, ruang kelas
tidak tersusun rapi, terlihat sedikit kotor dan berdebu. Dari hasil wawancara
menurut guru yang bertanggung jawab terhadap UKS kegiatan kesehatan sekolah
yang dilakukan hanya penyediaan obat-obat dan P3K.

B. PENGKAJIAN
a. Dimensi fisik
1. Usia
Dari hasil screening didapatkan bahwa sebanyak 113 siswa (31,6%)
berusia 11-12 tahun. Berdasarkan tumbuh kembang siswi yang sudah

13
mengalami menstruasi adalah 4 orang dan 5 orang siswa telah mengalami
mimpi basah.
2. Genetic
- SDN 45 terdapat di wilayah lingkat timur, sehingga suku yang
dominan dalam populasi tersebut adalah suku melayu;
- Kaji kembali bagaimana proporasi siswa laki-laki dan perempuan.
(Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali apakah terdapat presdiposisi factor genetic, jika ada jenis
apa penyakitnya. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
2. Fungsi fisiologis
- Dari hasil angket didapatkan bahwa 64,08 % peserta didik mengalami
gigi caries.
- Kaji kembali apakah terdapat insiden penyakit menular di SDN 45 dan
apakah ada siswa yang mengalami penyakit tersebut. (Dalam kasus
tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali bagaimana cakupan imunisasi di SDN 45. (Dalam kasus
tidak teridentifikasi)
b. Dimensi psikologis
- Di SDN Jaya Sari belum terdapat promosi kesehatan, kegiatan kesehatan
sekolah yang dilakukan hanya penyediaan obat-obat dan P3K.
- Kaj i kembali bagaimana kualitas hubungan antar siswa. (Dalam kasus
tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali apa tipe disiplin di sekolah, apakah tipe ini tepat, dan
bagaimana aplikasinya. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali apakah ada tekanan pada siswa untuk penampilan. (Dalam
kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali bagaimana kualitas hubungan orangtua dan pihak sekolah.
(Dalam kasus tidak teridentifikasi)

14
c. Dimensi fisik sekolah
- SDN 45 terdapat di wilayah lingkar timur, terdapatnya hazard di daerah
sekolah belum teridentifikasi.
- Kondisi lingkungan sekolah, sebagai berikut : WC kotor dan berbau,
kantin sekolah terletak di depan WC dan makanan yang dijual tidak
tertutup, runag kelas tidak tersusun rapi, terlihat sedikit kotor dan berdebu,
tempat untuk mencuci tangan guru setelah menulis menggunakan kapur
jarang diganti sehingga ditemukan jentik dalam air.
- Kaji kembali apakah terdapat area untuk bermain yang aman dan apakah
alat permainannya aman. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali apakah terdapat binatang di lingkungan sekolah. (Dalam
kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali apakah terdapat tanaman beracun/alergic di lingkungan
sekolah. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali bagaimana keadaan di lingkungan sekolah, misalnya suhu
ruangan (panas/dingin), penerangan dan ventilasi. (Dalam kasus tidak
teridentifikasi)
- Kaji kembali bagaimana tingkat kebisingan lingkungan sekolah tersebut.
(Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali apakah terdapat bahaya listrik. (Dalam kasus tidak
teridentifikasi)
d. Dimensi sosial
- Sumber daya manusia yang ada adalah guru dan siswa.
- Kaji kembali bagaimana sikap masyarakat terhadap pendidikan di SDN
45. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali apakah masyarakat mendukung terhadap program sekolah.
(Dalam kasus tidak teridentifikasi)

15
- Kaji kembali bagaimana keamanan lingkungan sekolah di SDN 45.
(Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali bagaimana status sosial ekonomi siswa dan staf. (Dalam
kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali apa latar belakang budaya yang dominan pada siswa dan
staf. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali bagaimana tipe lingkungan rumah siswa dan identifikasi
apakah terdapat kemungkinan terjadinya kekerasan. (Dalam kasus tidak
teridentifikasi)
- Kaji kembali apa latar belakang pendidikan orang tua siswa di SDN 45.
(Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali apakah terdapt siswa yang tuna wisma. (Dalam kasus tidak
teridentifikasi)
- Kaji kembali apakah terdapat konflik antargroup di populasi SDN 45.
(Dalam kasus tidak teridentifikasi)
e. Dimensi perilaku
1. Pola konsumsi
- Kaji kembali apa kebutuhan nutrisi dan status nutrisi siswa dan staf.
(Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali apa program peningkatan kualitas nutrisi sekolah.
(Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali bagaimana pengetahuan tentang nutrisi siswa, guru dan
keluarga. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali bagaimana kebiasaan merokok siswa dan staf. (Dalam
kasus tidak teridentifikasi)
2. Latihan dan aktivitas
- Kaji kembali bagaimana pola istirahat dan aktivitas siswa dan staf di
sekolah. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)

16
- Kaji kembali bagaimana kesempatan dan jenis rekreasi siswa dan staf.
(Dalam kasus tidak teridentifikasi)
- Kaji kembali bagaimana keamanan alat saat siswa melakukan olah
raga. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
2. Pengunaan pengobatan
- Kaji kembali adakah siswa yang melakukan pengobatan rutin dalam
populasi tersebut. Dan apa jenis pengobatan yang dilakukan siswa
tersebut. (Dalam kasus tidak teridentifikasi)
f. Dimensi system kesehatan
- Dari hasil wawancara menurut guru yang bertanggung jawab terhadap
UKS kegiatan kesehatan sekolah yang dilakukan hanya penyediaan obat-
obat dan P3K.
- Karena hanya ada penyediaan obat-obat dan P3K, pelayanan UKS di SDN
45 belum adekuat.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS


I. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. Data Subjektif : - Kurang terpapar Defisit
- Guru mengatakan belum informasi tentang pengetahuan
adanya pendidikan caries gigi. tentang caries gigi
tentang kesehatan gigi - Tidak adanya
kepada peserta didik. program
Data Objektif : pembinaan dan
- Tampak peserta didik pemeriksaan rutin
banyak yang mengalami tentang caries gigi
caries gigi.

17
Hasil Angket :
- Hasil angket didapatkan
bahwa 64,08 % peserta
didik mengalami gigi
caries.
- 23,05 % peserta didik
menggosok gigi 1x
sehari yaitu pada saat
mandi
- 78.45% peserta didik
tidak pernah melakukan
pemeriksaan gigi
disekolah
- 56% peserta didik jajan
sembarangan seperti
sering mengkonsumsi
permen dan coklat.
- 45,01% peserta didik
mencuci tangan sebelum
makan namun dari hasil
wawancara kepada
peserta didik 89%
mengatakan tidak
mencuci tangan sebelum
makan makanan jajanan.
- 32,75 % kuku peserta
didik dalam keadaan
kotor.

18
3. Data Subjektif : - program tidak atau Defisit Kesehatan
- menurut guru di sdn 45 kurang didukung Komunitas
jarang diadakan gotong komunitas
royong oleh pihak -Rendahnya
sekolah. Kesadaran warga
- Menurut guru sering sekolah terhadap
terjadinya masalah kebersihan
kesehatan seperti lingkungan sekolah
diare,cacingan pada
anak didik
Data Objektif :
- Kondisi lingkungan
sekolah WC kotor dan
berbau.
- kantin sekolah terletak
di depan WC dan
makanan yang dijual
tidak ditutup.
- ruang kelas tidak
tersusun rapi, terlihat
sedikit kotor dan
berdebu.
Hasil Angket :
- 45,01% peserta didik
mencuci tangan sebelum
makan namun dari hasil
wawancara kepada
peserta didik 89%

19
mengatakan tidak
mencuci tangan sebelum
makan makanan jajanan.
- 32,75 % kuku peserta
didik dalam keadaan
kotor.

II. Diagnosa Keperawatan Komunitas


No. Diagnosa Keperawatan
1. D.0111 Defisit Pengetahuan tentang caries gigi b.d kurang terpapar
informasi tentang caries gigi d.d peserta didik mengalami caries gigi
2. D.0110 Defisit Kesehatan Komunitas b.d program tidak atau kurang
didukung komunitas d.d terjadi masalah kesehatan dalam komunitas

Prioritas Masalah Keperawatan Komunitas

20
No Diagnosa Kriteria Jumlah Keterangan
A B C D E F G H I J K L
1. Defisit 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 3 3 52 Keterangan
pengetahuan Kriteria :
tentang karies a. Sesuai dengan
dentis dibuktikan peran perawat
dengan : komunitas
- Hasil angket b. Resiko terjadi
didapatkan c. Resiko parah
bahwa 64,08 % d. Potensial untuk
peserta didik penkes
mengalami gigi e. Minat anak
caries. sekolah
- 23,05 % f. Kemungkinan
peserta didik dapat diatasi
menggosok g. Relevan dengan
gigi 1x sehari program
yaitu pada saat h. Tersedianya
mandi tempat
- 78.45% peserta i. Tersedianya
didik tidak waktu j.
pernah Tersedianya dana
melakukan k. Tersedianya
pemeriksaan fasilitas
gigi disekolah l. Tersedianya
- 56% peserta sumber daya
didik jajan
sembarangan Keterangan
pembobotan :

21
seperti sering 1.Sangat rendah
mengkonsumsi 2. Rendah
permen dan 3. Cukup
coklat. 4. Tinggi
- 5. Sangat tinggi
2. Defisit kesehatan 5 4 5 5 5 4 5 3 5 5 3 4 53 Keterangan
komunitas ditandai Kriteria :
dengan : a. Sesuai dengan
- Kondisi peran perawat
lingkungan komunitas
sekolah WC b. Resiko terjadi
kotor dan c. Resiko parah
berbau. d. Potensial untuk
- kantin sekolah penkes
terletak di e. Minat warga
depan WC dan sekolah
makanan yang f. Kemungkinan
dijual tidak dapat diatasi
ditutup. g. Relevan dengan
- ruang kelas program
tidak tersusun h. Tersedianya
rapi, terlihat tempat
sedikit kotor i. Tersedianya
dan berdebu. waktu
Hasil Angket : j. Tersedianya dana
- 45,01% peserta k. Tersedianya
didik mencuci fasilitas
tangan sebelum l. Tersedianya

22
makan namun sumber daya
dari hasil Keterangan
wawancara pembobotan :
kepada peserta 1. Sangat rendah
didik 89% 2. Rendah
mengatakan 3. Cukup
tidak mencuci 4. Tinggi
tangan sebelum 5. Sangat tinggi
makan
makanan
jajanan.
- 32,75 % kuku
peserta didik
dalam keadaan
kotor.

Intervensi Keperawatan Komunitas


Data Pendukung Diagnosa Outcomes Intervensi Keperawatan
Data pendukung Kode diagnosis kode Hasil kode Intervensi

23
dengan masalah :

Data Subjektif : D.0111 Defisit L.12111 Setelah dilakukan I.12383 Edukasi


- Guru Pengetahuan intervensi kesehatan
mengatakan tentang caries gigi keperawatan Observasi
belum adanya b.d kurang selama 1 4. Identifikasi
pendidikan terpapar informasi pertemuan, kemampuan
tentang tentang caries gigi Tingkat menerima
kesehatan gigi d.d peserta didik pengetahuan informasi
kepada mengalami caries meningkat : 5. Identifikasi
peserta didik. gigi dari Hasil Kriteria hasil : faktor-faktor yang
Data Objektif : angket yang 1. Prilaku sesuai dapat
- Tampak didapatkan bahwa anjuran meningkatkan dan
peserta didik 64,08 % peserta meningkat (5) menurunkan
banyak yang didik mengalami 2. Prilaku sesuai motivasi perilaku
mengalami gigi caries.23,05 dengan hidup bersih dan
caries gigi. % peserta didik pengetahuan sehat.
Hasil Angket : menggosok gigi meningkat (5) Terapeutik
- Hasil angket 1x sehari yaitu 3. Persepsi yang 6. Sediakan
didapatkan pada saat mandi. keliru terhadap materi dan media
bahwa 64,08 78.45% peserta masalah menurun pendidikan
% peserta didik tidak pernah (5) kesehatan
didik melakukan Edukasi
mengalami pemeriksaan gigi 7. Jelaskan faktor
gigi caries. disekolah.56% resiko yang dapat
- 23,05 % peserta didik jajan mempenaruhi
peserta didik sembarangan kesehatan

24
menggosok seperti sering 8. Ajarkan
gigi 1x sehari mengkonsumsi perilaku hidup
yaitu pada permen dan bersih dan sehat.
saat mandi coklat.
- 78.45%
peserta didik
tidak pernah
melakukan
pemeriksaan
gigi disekolah
- 56% peserta
didik jajan
sembarangan
seperti sering
mengkonsums
i permen dan
coklat.
Data Subjektif : D.0110 Defisit Kesehatan L.12108 Setelah dilakukan I.12472 Promosi
- menurut guru Komunitas b.d pertemun 1x perilaku upaya
di sdn 45 program tidak atau diharapkan status kesehatan
jarang kurang didukung kesehatan Observasi :
diadakan komunitas d.d komunitas - Identifikasi
gotong royong terjadi masalah meningkat: perilaku
oleh pihak kesehatan dalam Kriteria Hasil : upaya
sekolah. komunitas - Ketersediaan kesehatan
- Menurut guru ditandai Kondisi program dapat
sering lingkungan promosi ditingkatkan
terjadinya sekolah WC kotor kesehatan Terapeutik :

25
masalah dan berbau.kantin meningkat (5) - Berikan
kesehatan sekolah terletak di - Partisipasi lingkungan
seperti depan WC dan dalam yang
diare,cacingan makanan yang program mendukung
pada anak dijual tidak kesehatan kesehatan
didik ditutup.ruang komunitas - Orientasi
Data Objektif : kelas tidak meningkat (5) pelayanan
- Kondisi tersusun rapi, - Kepatuhan kesehatan
lingkungan terlihat sedikit terhadap dapat
sekolah WC kotor dan standar dimanfaatkan
kotor dan berdebu.dari Hasil kesehatan Edukasi :
berbau. Angket didapatkan lingkungan - anjurkan
- kantin sekolah 45,01% peserta meningkat (5) menggunakan
terletak di didik mencuci - Pravelensi air bersih
depan WC tangan sebelum penyakit - anjurkan
dan makanan makan namun dari menurun (5) mencuci
yang dijual hasil wawancara tangan dengan
tidak ditutup. kepada peserta air bersih dan
- ruang kelas didik 89% sabun
tidak tersusun mengatakan tidak - anjurkan
rapi, terlihat mencuci tangan menggunakan
sedikit kotor sebelum makan jamban sehat.
dan berdebu. makanan
Hasil Angket : jajanan.32,75 %
- 45,01% kuku peserta didik
peserta didik dalam keadaan
mencuci kotor.
tangan

26
sebelum
makan namun
dari hasil
wawancara
kepada
peserta didik
89%
mengatakan
tidak mencuci
tangan
sebelum
makan
makanan
jajanan.
- 32,75 % kuku
peserta didik
dalam
keadaan
kotor.

DAFTAR PUSTAKA

27
Ananto,p. 2006. usaha kesehatan sekolah di sekolah dasar dan madrasah
ibtidaiyah.bandung: yrama widya

Departemen kesehatan republik indonesia.2003.pedoman untuk tenaga


kesehatan, usaha kesehatan sekolah di tingkat sekolah
dasar.jakarta:depkes RI.

Tim pembina UKS pusat. 1996. pedoman pengembangan pembinaan UKS.


jakarta: depkes RI.

28

Anda mungkin juga menyukai