Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


PEMENUHAN GANGGUAN NYAMAN NYERI

Disusun Oleh :

ROSANDRA FIRDI SILVIANA

2001034

PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
2021
I. KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN
NYERI
A. Pengertian
Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2005) megungkapkan
kenyamanan/rasa nyaman adalah suatukeadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman
(suatukepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi), dantransenden (keadaan tentang sesuatu yang
melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan mesti dipandang secara holistik
yang mencakup empat aspek yaitu:
1. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh
2. Sosial, berhubungan dengan interpersonal, keluarga, dan social
3. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal yang dalam
diri sendiri meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan
4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperature, warna, dan unsur alamiah
lainnya.
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan wang tidak menyenangkan,
bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya pada orangtersebutlah yang
dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Berikut
adalah pendapat beberapa ahli rnengenai pengertian nyeri:
1. Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang
memengaruhi seseorang yang keberadaanya diketahui hanya jika orang
tersebut pernah mengalaminya.
2. Artur C Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu
mekanisme bagi tubuh,timbul ketika jaringan sedang dirusak, dan
menyebabkan individu tersebut bereaksi untukmenghilangkan
rangsangan nyeri.
3. Tamsuri (2010), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang
pernah mengalaminya (Tamsuri, 2010).
4. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak
menyenangkan dan meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan
yang actual atau potensial (Judith M. Wilkinson 2017). 

B. Fungsi Fisiologis
1. Anatomi

2. Fisiologi
1) Serabut perifer : Serabut yang mengirimkan implus nyeri ke
medula spinalis.
2) Medula sepinalis : Saraf yang menyalurkan implus nyeri dari
serabut saraf lainnya.
3) Masa abu– abu : Tempat terakhir stimulus nyeri disalurkan.
4) Sel saraf inhibitor : Sel syaraf yang mencegah stimulus nyeri
sehingga tidak mencapai cerebral.
5) Cerebral : Saraf pusat yang memiliki fungsi mengintervensikan.

C. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar


Menurut Smeltzer (2010), bentuk nyeri dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Nyeri akut
Nyeri akut adalah kondisi sakit dan tidak nyaman yang biasanya
muncul tiba-tiba dan hanya terjadi sebentar. Kondisi nyeri akut
umumnya terjadi akibat ada cedera di jaringan tubuh seperti tulang,
otot, maupun organ dalam.
Keparahan nyeri akut dapat terasa ringan hingga parah, dan
biasanya paling lama hanya terjadi dalam beberapa hari. Namun,
ada juga nyeri akut yang bisa menjadi berkepanjangan.
2. Nyeri kronik
Nyeri kronis adalah kondisi yang terjadi dalam kurun waktu lama,
misalnya berlangsung dari 6 bulan atau 1 tahun. Dengan terus
merasa nyeri setiap hari, hal ini bisa berdampak buruk terhadap
kesehatan fisik maupun mental.
Pasalnya, sekitar 25 persen orang yang mengalami nyeri kronis
dilaporkan mengalami sindrom yang berujung pada depresi dan
gangguan kecemasan. Sindrom nyeri kronis akan sulit diobati,
namun bukanlah tidak mungkin.
3. Perhitungan skala nyeri
1) Skala numerik : digunakan untuk pasien dewasa
0 : tidak nyeri
1 – 3 : nyeri ringan (tidak menganggu aktivitas)
4 – 6 : nyeri sedang (menganggu aktivitas)
7 – 9 : nyeri berat (tidak bisa melakukan aktivitas)
10 : nyeri sangat berat

2) Skala ekspresi wajah : digunakan untuk pasien anak-anak

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri :


1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Kultur
4) Perhatian
5) Ansietas
(Saputra,2014)
5. Manifestasi Klinis
1) Gangguan tidur
2) Posisi menghindari nyeri
3) Gerakan menghindari nyeri
4) Raut wajah kesakitan (menangis, merintih)
5) Perubahan nafsu makan
6) Tekanan darah meningkat
7) Depresi
(Syaifudin,2009)
6. Etiologi
Dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI,
2016) penyebab Gangguan Rasa Nyaman adalah:
1) Kurang pengendalian situasional atau lingkungan.
2) Ketidakadekuatan sumber daya (misalnya dukungan finansial,
sosial dan pengetahuan).
3) Kurangnya privasi.
4) Gangguan stimulasi lingkungan.
5) Efek samping terapi (misalnya, medikasi, radiasi dan
kemoterapi).
6) Gangguan adaptasi kehamilan.
D. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Kompres hangat dan dingin
3) Distraksi dan relaksasi
2. Penatalaksanaan medis pemberian analgesik
Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien
merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung jawab. Berisi
nama, umur, alamat, pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : keluhan yang paling dirasakan oleh klien pada
saat dilakukan pengkajian secara subjektif.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang: keluhan yang dirasakan oleh pasien
sesuai dengan gejala-gejala yang ada sampai pasien dirawat di
ruangan.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu: riwayat yang pernah dialami pasien
dahulu.
4) Riwayat kesehatan Keluarga: Informasi tentang kesehatan
keluarga, termasuk penyakit kronik (menahun/terus-menerus),
seperti diabetes millitus dan jatung, infeksi seperti tuberkulosis
dan hepatitis.
3. Pengkajian Pola Fungsional: menggunakan Virginia Henderson.
4. Pemeriksaan Fisik : pemeriksaan dilakukan dari kepala sampai kaki.
5. Data Penunjang : meliputi pemeriksaan laboratorium, terapi dan
pengobatan dan pemeriksaan diagnostik.
6. Pengkajian PQRST
1) P (pemicu) : faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya
nyeri, berkaitan dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang menahan nyeri.
2) Q (quality) dari nyeri seperti diperkuat rasa tajam, tumpul atau
tersayat. Contoh sensasi yang tajam yaitu jarum suntik.
3) R (Region) daerah perjalanan nyeri untuk mengetahui lokasi
nyeri, perawat meminta untuk menunjukkan semua daerah yang
dirasa tidak nyaman.
4) S (Safety) : keperawatan atau intensitas nyeri. Karakteristik paling
subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau imtensitas
nyeri tersebut.
5) T (Time) : waktu atau lama serangan/frekuensi nyeri. Nyeri dapat
diupayakan menjadi terukur dengan skala. Ada skala nimerik,
visuale analog scale yang berupa garis lurus dan skala wajah.
Skala numerik
Keterangan : O : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan
4-6 : Nyeri sedang
7-9 : Berat, tetapi masih bisa dikontrol
10 : Sangat berat, tidak bisa dikontrol
(Tamsuri A, 2009)
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI SLKI dan SIKI diagnosa yang mungkin muncul
1. Nyeri Akut (D.0074)
2. Gangguan Rasa Nyaman (D.0074)

C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1) Keluhan nyeri dari cukup meningkat 2 menjadi cukup
menurun 4
2) Meringis dari cukup meningkat 2 menjadi cukup menurun 4
3) Kesulitan tidur dari cukup meningkat 2 menjadi cukup
menurun 4
2. Intervensi : Manajemen Nyeri (I.08238)
1) Observasi
a) Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi respon nyeri non verbal
d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
i) Monitor efek samping penggunaan analgetik
2) Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
b) Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c) Fasilitasi istirahat dan tidur
d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
3) Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
3. Intervensi : Terapi Relaksasi (I.09326)
1) Observasi
a) Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi atau gejala lain yang mengganggu kemampuan
kognitif
b) Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
c) Keediaan kemampuan dan penggunaan teknik sebelumnya
d) Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan
suhu sebelum dan sesudah latihan
e) Monitor respon terhadap terapi relaksasi
2) Terapeutik
f) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
g) Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
h) Gunakan pakaian longgar
i) Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan
berirama
j) Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis lain, jika sesuai
3) Edukasi
a) Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang
tersedia (miss, music, meditasi, nafas dalam, relaksasi otot
progresif).
b) Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih.
c) Anjurkan mengambil posisi nyaman.
d) Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
e) Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih.
f) Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (miss, napas dalam,
peregangan, atau imajinasi terbimbing)
D. Implementasi Keperawatan
Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan
keperawatan. Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu
klien memenuhi kriteria hasil. Dalam implementasi terdapat tiga
komponen tahap implementasi, yaitu: tindakan keperawatan mandiri,
tindakan keperawatan kolaboratif, dan dokumentasi tindakan keperawatan
dan respons klien terhadap asuhan keperawatan (Wijayaningsih, 2019)

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan yaitu suatu proses yang
digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi klien dengan
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil
yang sudah ditetapkan (Debora, 2017).
Hasil yang harus dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan
adalah sebagai berikut :
1. Keluhan nyeri menurun (rentang skala 1-3)
2. Sikap protektif (melindungi diri) menurun
3. Kemampuan menggali penyebab nyeri meningkat
4. Kemampuan mengontrol nyeri meningkat
5. Kemampuan menggunakan teknik nonfarmakologis meningkat
6. Nafsu makan meningkat
7. Gelisah menurun
8. Kesulitan tidur menurun
(Tim Pokja SLKI PPNI, 2018)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz H.2013. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya : Health
Books Publishing.
A, Tamsuri. 2010. Buku Ajaran Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
Carperito, Lynda Juall. 2009. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.
Jakarta : EGC.
Debora, O. 2017. Proses Keperawatan Dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba
Medika.
Mubarok Wahid Iqbal. 2009. Buku Ajaran Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
EGC.
Saputra. (2014). Organ System: Vital Nursing, Genitourinaria. Tangerang Selatan:
Binarupa Akarasa Publisher
Syaifuddin, (2009). Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasisawa Keperawatan Edisi
2. Jakarta: salemba Medika
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Wijayaningsih. S.K. (2019). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info
Media

Anda mungkin juga menyukai