Anda di halaman 1dari 13

LI ANJALI EMS WEEK 3 PART.

1. Gen yang mempengaruhi tinggi badan seseorang?

Pada anak yang sedang tumbuh, terjadi sintesis protein di bawah pengaruh hormon
pertumbuhan seiring dengan semakin besarnya tubuh. Pertambahan berat badan tidak sama
dengan pertumbuhan karena pertambahan berat dapat terjadi akibat retensi H2O atau
penyimpanan lemak tanpa pertumbuhan jaringan yang sebenarnya. Pertumbuhan
membutuhkan sintesis protein dan mencakup pemanjangan tulang-tulang panjang (tulang
ekstremitas) serta peningkatan ukuran dan jumlah sel di jaringan lunak.

Meskipun, seperti diisyaratkan oleh namanya, hormon pertumbuhan, GH bukan satu-satunya


penentu pertumbuhan pada seseorang. Faktor-faktor berikut juga memengaruhi pertumbuhan:

■ Penentuan genetik seperti factor keturunan dari orang tua kepada anak- anaknya bisa
menjadi salah satu factor yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang.

■ Diet yang memadai, termasuk protein dan asam amino esensial yang memadai untuk
melaksanakan sintesis protein yang dibutuhkan untuk tumbuh. Anak dengan malnutrisi tidak
pernah mencapai potensi pertumbuhan yang maksimal. Sebaliknya, sese- orang tidak dapat
melebihi pertumbuhan maksimal yang telah di- tentukan secara genetik dengan mengonsumsi
diet melebihi yang dibutuhkan. Kelebihan asupan makanan akan menyebabkan obesi- tas dan
bukan pertumbuhan.

■ Bebas dari penyakit kronik dan kondisi lingkungan penuh stres. Hambatan pertumbuhan di
bawah keadaan-keadaan yang kurang menguntungkan ini sebagian besar disebabkan oleh
sekresi kortisol dari korteks adrenal yang dipicu oleh stres berkepanjangan. Kortisol memiliki
beberapa efek anti-pertumbuhan yang kuat, mis- alnya mendorong penguraian protein,
menghambat pertumbuhan long bone, dan menghambat sekresi GH.

■ Kadar normal hormon-hormon yang memengaruhi pertumbuh- an. Selain GH yang mutlak
dibutuhkan, hormon lain yang men- cakup hormon tiroid, insulin, dan hormon seks berperan
sekunder dalam mendorong pertumbuhan.

Sherwood_s_Introduction_to_Human_Physiology_8th_Ed page 706

2. Apa perbedaan growth factor dan GH (growth hormone) 


GROWTH FACTOR
 Faktor pertumbuhan, seperti yang didefinisikan pada awalnya, adalah molekul aktif
biologis yang disekresikan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan sel.
 Faktor pertumbuhan dapat bekerja pada reseptor permukaan sel spesifik yang
kemudian mentransmisikan sinyal pertumbuhannya ke komponen intraseluler lainnya
dan akhirnya menghasilkan perubahan ekspresi gen.
 Beberapa faktor pertumbuhan adalah peptida kecil yang disebut sitokin. Sementara
semua sitokin memengaruhi jalur transduksi sinyal, hanya sitokin yang memengaruhi
jalur pensinyalan yg dianggap sebagai faktor pertumbuhan.
 Granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF) adalah contoh faktor
pertumbuhan sitokin karena mendorong produksi sel darah putih oleh sel punca.
Contoh faktor pertumbuhan protein adalah faktor pertumbuhan endotel vaskular
(VEGF), faktor pertumbuhan epidermal (EGF), dan faktor pertumbuhan yang
diturunkan dari trombosit (PDGF).
 beberapa faktor pertumbuhan hanya bekerja pada sel hematopoietik, yang merupakan
sel yang berasal dari sumsum tulang.
 Beberapa faktor pertumbuhan seperti hormon steroid yang larut dalam lemak, tidak
memiliki reseptor permukaan dan dapat langsung melewati membran plasma sel,
mengikat reseptor protein intraseluler, dan kemudian mengirimkan sinyal
pertumbuhan.
 Estrogen, androgen, dan progestogen adalah contoh hormon steroid yang merupakan
faktor pertumbuhan.
 Tidak semua hormon merupakan faktor pertumbuhan, hanya yang mempengaruhi
pertumbuhan saja. Bahkan molekul kecil sederhana seperti oksida nitrat atau spesies
oksigen reaktif (ROS) dapat bertindak sebagai faktor pertumbuhan.
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28723053/

GROWTH HORMONE

Hormon adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang diedarkan
melalui pembuluh darah, memiliki fungsi sebagai first messenger dan bersifat mengatur
(meregulasi) fungsi organ yang memiliki reseptornya.

Klasifikasi hormone: GAUSAHHHH

Berdasarkan struktur:

1. Hormon protein/polipeptida

Merupakan semua hormone yang dihasilkan oleh hypothalamus

dan hypophysis. Contoh: GH, TSH, LH

2. Hormon steroid

Merupakan hormone yang disintesis dari kolesterol dan dihasilkan oleh cortex adrenal
(suprarenal). Contoh: Aldosteron, cortisol

3. Hormon derivate asam amino


Hormon yang disekresikan oleh kelenjar thyroid dan medulla adrenal.
Contoh: T3, T4

EFEK HORMONE: (GAUSAAHHH)

1. Permisif  hormone yang satu dapat meningkatkan reseptor


hormone kedua (hormone tersebut dalam jumlah yang memadai
agar hormone lain dapat berefek secara penuh)
Contoh: Hormon thyroid dengan hormone pertumbuhan (GH)
2. Sinergisme  terjadi ketika beberapa hormone saling
melengkapi dan efek gabungannya lebih besar dari jumlah efek
yang terpisah
Contoh: FSH dan testosterone (produksi sperma)

3. Antagonisme  terjadi ketika hormone yang satu menurunkan


reseptor hormone kedua sehingga menurunkan efektivitas
hormone kedua
Contoh: Progesteron menghambat respon uterus terhadap
estrogen selama perkembangan janin

Fungsi biologis hormone:

Hormon akan menghasilkan protein yang nantinya akan berperan dalam tingkat:

Molekular: transkripsi gen, sintesis protein, aktivitas enzim

Sel : pembelahan sel, motilitas, sekresi, differensiasi

Tubuh: regulator dan mengatur keseimbangan cairan, metabolisme, reproduksi, pertumbuhan


dan perkembangan

Growth hormone:

Adalah hormone yang sekresikan oleh anterior pituitary gland. GH atau somatotropin adalah
191-asam amino polipeptida hormon yang disintesis dan disekresikan oleh somatotrof dari
hipofisis anterior. Peptida prekursornya yang lebih besar, pra-GH, juga disekresikan tetapi
tidak memiliki signifikansi fisiologis. Fungsi GH  Mengatur metabolisme karbohidrat
dan lemak di dalam tubuh. Memelihara fungsi jantung dan otak. Menjaga kesehatan
otot dan tulang. Menjaga keseimbangan cairan tubuh.
Tingkat GH biasanya akan menjadi tinggi di pagi hari dan bertambah dengan
olahraga dan stress. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pemeriksaan GH termasuk: obat-obatan yang dapat meningkatkan GH (contoh:
amphetamine, arginine, dopamine, estrogen, glukagon, histamine, insulin, levodopa,
methyldopa, dan asam nikotinat)
Seeley's Anatomy & Physiology, 10 edition page 600

DEFISIENSI GH

Defisiensi GH dapat disebabkan oleh defek hipofisis (ketiadaan GH) atau karena disfungsi
hipotala- mus (ketiadaan GHRH). Hiposekresi GH pada anak adalah salah satu penyebab
dwarfisme. Gambaran utama adalah tubuh pendek karena pertumbuhan tulang yang
terhambat. Karakteristik yang relatif kurang tampak adalah otot yang kurang berkembang
(berkurangnya sintesis protein otot) dan lemak subkutis yang berlebihan (mobilisasi lemak
yang kurang).

Selain itu, pertumbuhan dapat terhambat karena jaringan tidak berespons secara normal
terhadap GH. Salah satu contoh adalah dwarfisme Laron, yang ditandai oleh kelainan
reseptor GH yang tidak peka terhadap hormon. Gejala penyakit ini mirip dengan gejala
defisiensi GH berat meskipun kadar GH darah sebenarnya tinggi. Pada beberapa kasus, kadar
GH adekuat dan responsivitas sel sasaran normal, tetapi tidak ada IGF-1, seperti pada kasus
orang pigmi Afrika.

Terjadinya defisiensi GH pada masa dewasa setelah pertumbuh- an selesai menimbulkan


gejala yang relatif sedikit. Orang dewasa dengan defisiensi GH cenderung mengalami
pengurangan massa dan kekuatan otot (protein otot lebih sedikit) serta penurunan densitas
tulang (aktivitas osteoblas berkurang selama remodeling tulang). Selain itu, karena GH untuk
mempertahankan massa dan kinerja otot jantung pada masa dewasa, defisiensi GH pada
orang dewasa dapat menyebabkan peningkatan risiko gagal jantung.

Jadi jika seseorang kekurangan GH, maka akan terhambat pertumbuhan jaringannya, terjadi
penurunan penyerapan asam amino dan sintesis protein, penurunan sintesis glikogen, dan
penurunan kadar glukosa dan pada kasus disebutkan bahwa Sudin mengalami stunting
dimana TB dan BB nya underweight yang salah satunya disebabkan karena kurangnya
Growth Hormone dalam tubuh Sudin.

Selama pubertas, terjadi akselerasi mencolok pertumbuhan linier karena tulang-tulang


panjang memanjang. Pubertas dimulai pada usia sekitar 11 tahun pada anak perempuan dan
13 tahun pada anak laki- laki, sehingga Sudin masih sangat bisa tumbuh tinggi mengingat
masa pubertas pada laki- laki dimulai saat usia 13tahun dan prtumbuhan tinggi juga
berlangsung beberapa tahun pada kedua jenis kelamin.

Sherwood_s_Introduction_to_Human_Physiology_8th_Ed page 706-711

KELEBIHAN GH

Hipersekresi GH paling sering disebabkan oleh tumor sel penghasil GH di hipofisis anterior.
Gejala bergantung pada usia pasien ketika kelainan sekresi tersebut dimulai. Jika produksi
berlebihan GH tersebut terjadi pada masa anak sebelum lempeng epifisis menutup, gambaran
utamanya adalah pertambah- an tinggi yang pesat tanpa proporsi tubuh yang normal.
Karenanya penyakit ini dinamai gigantisme. Jika tidak diterapi dengan mengangkat tumor
atau dengan obat yang menghambat efek GH, pasien dapat mencapai tinggi delapan kaki atau
lebih. Semua jaringan lunak ikut tumbuh sehingga proporsi tubuh masih normal.

Jika hipersekresi GH terjadi setelah masa remaja ketika lempeng epifisis telah tertutup, tubuh
tidak lagi dapat bertambah tinggi. Namun, di bawah pengaruh kelebihan GH, tulang menjadi
lebih tebal dan jaringan lunak, khususnya jaringan ikat dan kulit, berpro- liferasi. Pola
pertumbuhan yang tidak seimbang ini menimbulkan keadaan cacat yang dikenal sebagai
akromegali (akro artinya "ekstremitas"; megali artinya "besar"). Penebalan tulang paling
nyata di ekstremitas dan wajah. Wajah yang terus bertambah kasar sehingga hampir
menyerupai kera terjadi karena rahang dan tulang pipi menjadi menonjol akibat penebalan
tulang wajah dan kulit. Tangan dan kaki membesar, dan jari tangan dan kaki sangat menebal.

3. Bagaimana regulasi, sekresi dari Growth Hormone?


REGULASI:
Dua hormon pengatur dari hipotalamus terlibat dalam mengendalikan sekresi hormon
pertumbuhan:

- Growth hormone–releasing hormone (GHRH), yang merupakan pengaruh stimulator dan


dominan

- Growth hormone–inhibiting hormone (GHIH, atau somatostatin), yang bersifat


penghambatan.

Sifat: Antagonis
sherwood 681

SEKRESI GH:

Sekresi
Sekresi GH sebagian besar dimediasi oleh dua hormon hipotalamus: GHRH dan somatostatin
(GHIH), keduanya berkontribusi pada pola episodik sekresi GH. Pengaruh hipotalamus ini
diatur secara ketat oleh sistem terintegrasi dari faktor saraf, metabolisme, dan hormonal.
A. Hormon pelepas hormon pertumbuhan GHRH
mengikat reseptor spesifik, merangsang produksi cAMP oleh somatotrof dan merangsang
sintesis dan sekresi GH. Efek GHRH sebagian diblokir oleh somatostatin. Pemberian GHRH
pada manusia normal menyebabkan pelepasan GH secara cepat (dalam beberapa menit);
tingkat puncak pada 30 menit dan dipertahankan selama 60 sampai 120 menit.
A. Hormon peptida lain seperti ADH, ACTH, dan -MSH dapat bertindak sebagai faktor
pelepas GH. Bahkan TSH sering menyebabkan sekresi GH pada pasien dengan akromegali;
Namun, tidak pasti apakah salah satu dari efek ini dimediasi oleh hipotalamus atau mewakili
efek langsung pada somatotrof. Regulasi GHRH terutama di bawah kendali saraf, (tetapi ada
juga umpan balik negatif loop pendek oleh GHRH itu sendiri.

B. Somatostatin Somatostatin, suatu tetradecapeptide, adalah penghambat kuat sekresi GH.


Ini menurunkan produksi cAMP dalam sel-sel yang mensekresi GH dan menghambat baik
sekresi GH basal dan terstimulasi. Sekresi somatostatin meningkat dengan peningkatan kadar
GH dan IGF-1.

C. Sekretagog hormon pertumbuhan Non-GHRH secretagogues bertindak untuk melepaskan


GH, tidak melalui reseptor GHRH, tetapi melalui reseptor terpisah, reseptor secretagogue
hormon pertumbuhan (GHS-R).

D. Kontrol saraf
Kontrol saraf dari sekresi GH basal menghasilkan pelepasan tidak teratur yang terkait dengan
tidur dan bervariasi dengan usia. Ledakan tidur malam ini, yang menyumbang hampir 70%
dari sekresi GH harian, lebih besar pada anak-anak dan cenderung menurun seiring
bertambahnya usia.
Stres emosional, fisik, dan kimiawi, termasuk pembedahan, trauma, olahraga, terapi kejut
listrik, dan pemberian pirogen, memicu pelepasan GH.

E. Kontrol metabolik
• Faktor metabolik yang mempengaruhi sekresi GH meliputi semua substrat bahan
bakar: karbohidrat, protein, dan lemak. Pemberian glukosa, secara oral atau intravena,
menurunkan GH pada subjek sehat dan memberikan manuver fisiologis sederhana
yang berguna dalam diagnosis akromegali. Sebaliknya, hipoglikemia merangsang
pelepasan GH.
F. Efek hormon lain
• Respon terhadap rangsangan menjadi tumpul pada keadaan kelebihan kortisol dan
selama hipo dan hipertiroidisme. Estrogen meningkatkan sekresi GH sebagai respons
terhadap stimulasi.

INSULINE LIKE GROWTH FACTOR:


Meskipun GH memberikan efek langsung pada jaringan target, banyak efek fisiologisnya yg
tidak langsung. melalui IGF-I, faktor pertumbuhan dan diferensiasi yang kuat. Hati adalah
sumber utama IGF-I yang bersirkulasi. Di jaringan perifer, IGF-I juga memberikan aksi
parakrin lokal yang tampaknya bergantung dan tidak bergantung pada GH. Dengan demikian,
pemberian GH menginduksi IGF-I yang bersirkulasi serta merangsang produksi IGF-I lokal
di beberapa jaringan.

Baik IGF-I dan IGF-II terikat pada protein pengikat IGF (IGFBPs) bersirkulasi afinitas tinggi
yang mengatur ketersediaan dan bioaktivitas IGF. Tingkat IGFBP3 bergantung pada GH, dan
berfungsi sebagai protein pembawa utama untuk IGF-I yang bersirkulasi. Defisiensi GH dan
malnutrisi biasanya berhubungan dengan rendahnya kadar IGFBP3. IGFBP1 dan IGFBP2
mengatur aksi IGF jaringan lokal tetapi tidak mengikat sejumlah besar IGF-I yang
bersirkulasi.
Konsentrasi serum IGF-I sangat dipengaruhi oleh faktor fisiologis. Kadarnya meningkat
selama masa pubertas, mencapai puncaknya pada usia 16 tahun, dan kemudian menurun
>80% selama proses penuaan. Konsentrasi IGF-I lebih tinggi pada wanita daripada pria.
Karena GH adalah penentu utama sintesis IGF-I hati, kelainan sintesis atau aksi GH
(misalnya, kegagalan hipofisis, cacat reseptor GHRH, cacat reseptor GH atau blokade
reseptor GH farmakologis) mengurangi kadar IGF-I. Keadaan hipokalori berhubungan
dengan resistensi GH; Oleh karena itu, kadar IGF-I rendah dengan cachexia, malnutrisi, dan
sepsis. Pada akromegali, kadar IGF-I selalu tinggi dan mencerminkan hubungan log-linear
dengan konsentrasi GH yang bersirkulasi.

FISIOLOGI IGF-I
IGF-I yang disuntikkan (100 g/kg) menginduksi hipoglikemia, dan dosis yang lebih rendah
meningkatkan sensitivitas insulin pada pasien dengan resistensi insulin yang parah dan
diabetes. Pada subjek cachectic, infus IGF-I (12 g/kg per jam) meningkatkan retensi nitrogen
dan menurunkan kadar kolesterol. Suntikan IGF-I subkutan jangka panjang meningkatkan
sintesis protein dan bersifat anabolik. Meskipun penanda pembentukan tulang diinduksi,
pergantian tulang juga dapat dirangsang oleh IGF-I. IGF-I disetujui untuk digunakan pada
pasien dengan sindrom resistensi GH.

Efek samping IGF-I bergantung pada dosis, dan overdosis dapat menyebabkan hipoglikemia,
hipotensi, retensi cairan, nyeri rahang temporomandibular, dan peningkatan tekanan
intrakranial, yang semuanya reversibel. Nekrosis kepala femoralis avaskular telah dilaporkan.
Pemberian IGF-I yang berlebihan secara kronis mungkin akan menghasilkan gambaran
akromegali.

https://accessmedicine.mhmedical.com/content.aspx?
sectionid=179924115&bookid=2129#247860008

HORMON PELEPAS GH DAN HORMON PENGHAMBAT GH

Dua hormon dari hipotalamus yang bekerja berlawanan ber- peran dalam kontrol sekresi
hormon pertumbuhan: growth hormone- releasing hormone (GHRH, hormon pelepas GH)
yang bersifat merangsang dan growth hormone-inhibiting hormone (GHIH, hormon
penghambat GH, atau somatostatin) yang bersifat menghambat.

(soma- totropin, atau hormon pertumbuhan; somatomedin, suatu hormon hati (alias IGF-1)
yang secara langsung memerantarai efek GH; dan somatostatin, yang menghambat sekresi
GH.) Baik GHRH maupun (GHIH) somatostatin bekerja pada somatotrop hipofisis anterior.
Sherwood_s_Introduction_to_Human_Physiology_8th_Ed page 710
Penjelasan:
Sejumlah faktor memengaruhi sekresi GH dengan bekerja pada hipotalamus. Sekresi GH
memperlihatkan irama diurnal yang jelas
 Ritme diurnal mempengaruhi perasaan kita dan dipengaruhi oleh apa yang kita lakukan
setiap hari, baik itu dari segi produksi hormon atau perubahan suhu tubuh, siklus hidung
(nasal cycle) empat jam, siklus pencernaan, atau siklus menstruasi yang lebih lama.
 Rasa malas atau mengantuk saat bekerja, dalam dunia medis disebut sebagai ritme diurnal.
Berbeda dengan ritme sirkadian yang merupakan proses biologis berpatokan pada pagi dan
siang, ritme diurnal merupakan siklus yang terjadi di luar kesadaran kita.

Sepanjang hari kadar GH cenderung rendah dan cukup konstan. Namun, sekitar satu jam
setelah tidur lelap dimulai, sekresi GH melonjak hingga lima kali daripada siang hari.

Pada fluktuasi diurnal sekresi GH ini terjadi letupan-letupan lebih lanjut sekresi sebagai
respons terhadap olahraga, stres, dan penurun- an kadar gula darah, yaitu rangsangan-
rangsangan utama yang meningkatkan sekresi. Manfaat peningkatan sekresi GH pada situasi-
situasi di atas ketika kebutuhan energi melebihi cadangan glukosa tubuh mungkin adalah
bahwa glukosa dihemat untuk otak dan asam lemak disajikan sebagai sumber energi alternatif
bagi otot.

Karena menggunakan simpanan lemak dan mendorong sintesis protein tubuh, GH mendorong
perubahan komposisi tubuh dari mengurangi pengendapan lemak ke meningkatkan protein
otot.
Peningkatan asam amino darah setelah diet tinggi protein juga meningkatkan sekresi GH.
Pada gilirannya, GH mendoro- ng pemakaian asam-asam amino ini untuk membentuk
protein. GH juga dirangsang oleh penurunan asam lemak darah. Karena GH memobilisasi
lemak, regulasi semacam ini membantu mempertahankan kadar asam lemak darah agar cukup
konstan.

Akhirnya, ghrelin, perangsang nafsu makan poten yang dilepaskan dari lambu- ng, juga
merangsang sekresi GH. Hormon "lapar" ini juga mungkin berperan dalam
mengoordinasikan pertu- mbuhan dengan asupan nutrisi.

Perhatikan bahwa sinyal-sinyal regula- torik untuk sekresi GH ditujukan untuk menyesuaikan
kadar glukosa, asam amino, dan asam lemak dalam darah. Belum di- ketahui adanya sinyal
terkait-pertumbuh- an yang memengaruhi sekresi GH.

Sherwood_s_Introduction_to_Human_Physiology_8th_Ed page 710-711.

4. Fisiologi dari GH dan target kepada organnya seperti apa?


GH adalah hormon yang paling banyak dihasilkan oleh hipofisis anterior, bahkan pada orang
dewasa yang pertumbuhannya telah berhenti, meskipun sekresi GH biasanya mulai berkurang
setelah usia pertengahan. Sekresi berkelanjutan GH kadar tinggi setelah masa pertumbuhan
menunjukkan bahwa hormon ini memiliki pengaruh penting lain di luar efek pada
pertumbuhan, seperti efek metabolik.

Untuk menjalankan efek metaboliknya, GH terikat secara langsung dengan organ sasarannya,
yaitu jaringan lemak, otot rangka, dan hati. GH meningkatkan kadar asam lemak dalam darah
dengan meningkat- kan penguraian lemak trigliserida yang tersimpan di jaringan adiposa, dan
hormon ini meningkatkan kadar glukosa darah dengan mengurangi penyerapan glukosa oleh
otot dan meningkatkan penge- luaran glukosa oleh hati. Otot menggunakan asam-asam lemak
di atas dan bukan glukosa sebagai bahan bakar metabolik.

Karena itu, efek metabolik keseluruhan GH adalah memobilisasi simpanan lemak se- bagai
sumber energi utama sambil menghemat glukosa untuk jaringan dependen-glukosa misalnya
otak. Otak hanya dapat menggunakan glukosa sebagai bahan bakar metaboliknya, tetapi
jaringan saraf sama sekali tidak dapat menyimpan glikogen (glukosa simpanan). Pola
metabolik ini sesuai untuk mempertahankan tubuh selama masa puasa yang lama atau situasi
ketika kebutuhan energi tubuh melebihi simpanan glukosa yang tersedia.

GH menimbulkan efek merangsang pertumbuhannya secara tak-langsung dengan merangsang


faktor pertumbuhan mirip-insulin.
GH tidak bekerja langsung pada sel sasarannya untuk menimbulkan efek merangsang
pertumbuhan (contohnya sprti peningkatan pembelahan sel, pening- katan sintesis protein,
dan pertumbuhan tulang). Efek pendorong- pertumbuhan GH secara langsung diperantarai
oleh (insulin-likegrowth factor, IGF) yang bekerja pada sel sasaran untuk menyebabkan
pertumbuhan baik jaringan lunak maupun tulang.

IGF dihasilkan di banyak jaringan dan memiliki aksi endokrin, parakrin, dan autokrin.
Mediator- mediator peptida ini awalnya disebut somatomedin, tetapi sekarang disebut
Insuline Growth Factor (IGF) karena secara struktural dan fungsional mirip dengan insulin.
Seperti insulin, IGF menjalankan efek mereka terutama dengan berikatan pada reseptor-
enzim yang mengaktifkan protein efektor tertentu di dalam sel target dengan memfosforilasi
tirosin (suatu jenis asam amino) di dalam protein. Terdapat dua IGF-IGF-I dan IGF-II.

IGF-I

Insulin like growth factor (IGF)-I adalah hormon yang diproduksi terutama oleh hati dan
diatur oleh sekresi hormon pertumbuhan (GH) oleh sel somatotrof kelenjar hipofisis anterior.
Banyak, tapi tidak semua, aksi GH dimediasi oleh IGF-I. Selain regulasi oleh GH, sekresi
IGF-I juga responsif terhadap isyarat nutrisi.

Pada obesitas, keadaan gizi berlebih, sekresi GH menurun dan dapat mengakibatkan kadar
IGF-I yang lebih rendah daripada individu dengan berat badan normal (Maccario, et al.
1997). Dalam keadaan kurang gizi, kadar GH normal atau meningkat dalam pengaturan kadar
IGF-I yang rendah; oleh karena itu ada keadaan resistensi GH, dengan respons yang tidak
tepat terhadap GH di tingkat hati.

Sintesis IGF-I dirangsang oleh GH dan memerantarai efek hormon ini dalam mendorong
pertumbuhan. Sumber utama IGF-I dalam darah adalah hati, yang mengeluarkan produk
peptida ini ke dalam darah sebagai respons terhadap stimulasi GH. IGF-I juga dihasilkan oleh
sebagian besar jaringan lain, meskipun mereka sama sekali tidak melepaskannya ke dalam
darah. Para peneliti menduga bahwa IGF-I yang diproduksi secara lokal di jaringan sasaran
mungkin bekerja melalui cara-cara parakrin. Mekanisme semacam ini dapat menjelaskan
mengapa kadar GH dalam darah tidak lebih tinggi, dan memang kadar IGF-I lebih rendah,
selama beberapa tahun pertama kehidupan dibandingkan dengan kadar dewasa, meskipun
pertumbuh- an selama periode pasca lahir terjadi cukup pesat. Selama periode ini produksi
lokal IGF-I di jaringan sasaran mungkin lebih penting daripada penyaluran IGF-I atau GH
dari darah.

Produksi IGF-1 dikontrol oleh sejumlah faktor di luar GH, ter- masuk status gizi, usia, dan
faktor spesifik jaringan sebagai ber- ikut:
■ Produksi IGF-I bergantung pada nutrisi yang memadai. Asup- an makanan yang kurang
memadai mengurangi produksi IGF-I. Akibatnya, perubahan kadar IGF-I di dalam darah
tidak selalu bersesuaian dengan perubahan sekresi GH. Sebagai contoh, puasa menurunkan
kadar IGF-I meskipun hal ini meningkatkan produksi GH.

■ Faktor terkait-usia memengaruhi produksi IGF-I. Peningkat- an drastis kadar IGF-I dalam
darah menyertai peningkatan moderat GH pada pubertas yang mungkin, tentu saja, menjadi
daya pendorong lonjakan pertumbuhan masa pubertas.

■ Pada akhirnya, berbagai faktor stimulatorik spesifik-jaringan dapat meningkatkan produksi


IGF-I di jaringan tertentu. Sebagai gambaran, gonadotropin dan hormon seks merangsang
produksi IGF-I di organ-organ reproduksi, misalnya testis pada pria dan ovarium serta uterus
pada wanita.

Karena itu, kontrol produksi IGF-I adalah proses yang kompleks dan dipengaruhi oleh
berbagai faktor sistemik dan lokal.

IGF-II
Berbeda dari IGF-I, produksi IGF-II tidak dipengaruhi oleh GH. IGF-II terutama penting
selama masa janin. Meskipun IGF-II terus diproduksi selama masa dewasa, perannya pada
ora- ng dewasa masih belum jelas.

Kita sekarang akan membahas efek pemacu pertumbuhan GH yang diperantarai oleh IGF-1.

KONTROL GH PADA PERTUMBUHAN TULANG

GH mendorong pertumbuhan ketebalan dan panjang tulang. Hormon ini, melalui IGF-1,
merangsang proliferasi tulang rawan epifisis sehingga terben- tuk ruang yang lebih banyak
untuk pembentukan tulang serta merangsang aktivitas osteoblas. GH dapat mendorong
pemanjangan tulang panjang selama lempeng epifisis tetap berupa tulang rawan atau
"terbuka". Pada akhir masa remaja, di bawah pengaruh hormon seks lempeng ini mengalami
penulangan sempurna, atau "menutup" sehingga tulang tidak lagi dapat memanjang meskipun
terdapat GH. Karena itu, setelah lempeng tertutup, yang bersangkutan tidak lagi bertambah
tinggi.

Sherwood_s_Introduction_to_Human_Physiology_8th_Ed. PAGE 706-709

Anda mungkin juga menyukai