Di susun oleh :
211FK04059
FAKULTAS KEPERAWATAN
2022
I. Kasus (Masalah Utama)
Harga diri rendah kronis
II. Proses terjadinya masalah
2.1 Pengertian harga diri rendah
Menurut Schult & Videbeck ( 1998 ), gangguan harga diri rendah
adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999).
Jadi dapat disimpulkan bahwa perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
dapat diekspresikan secara langsung dan tak langsung.
Tanda dan gejala :
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri
sendiri)
Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
( Budi Anna Keliat, 1999)
2.2 Penyebab dari harga diri rendah
Salah satu penyebab dari harga diri rendah yaitu berduka
disfungsional. Berduka disfungsional merupakan pemanjangan atau tidak
sukses dalam menggunakan respon intelektual dan emosional oleh
individu dalam melalui proses modifikasi konsep diri berdasarkan persepsi
kehilangan.
2.3 Akibat dari harga diri rendah
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik
diri. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
(Rawlins,1993).
Tanda dan gejala :
Rasa bersalah
Adanya penolakan
Marah, sedih dan menangis
Perubahan pola makan, tidur, mimpi, konsentrasi dan aktivitas
Mengungkapkan tidak berdaya
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
Menghindar dari orang lain (menyendiri)
Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap
dengan klien lain/perawat
Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk
Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas
Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap
Tidak/ jarang melakukan kegiatan sehari-hari.
(Budi Anna Keliat, 1998)
2.4 Faktor Predisposisi terjadinya HDR
Dimulai sejak klien masih kecil akibat oleh penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang-ulang,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan, gagal untuk
mencintai orang lain, dan ideal diri yang tidak realistik.
2.5 Faktor Presipitasi terjadinya HDR
Kejadian traumatis, psikologis karena menyaksikan hal yang
mengancam kehidupan, kehilangan bagian tubuh, perubahan bentuk
penampilan, serta kegagalan dalam berproduktivitas.
III. Pohon masalah
Akibat HDR← Isolasi sosial : menarik diri → Halusinasi
↑
Masalah utama Gangguan konsep diri: Harga diri rendah kronik
↑
Penyebab Berduka disfungsional, Ideal diri yang tidak
realistik, koping tidak effektif
Masalah
No Data Subyektif Data Obyektif
Keperawatan
Dx Perencanaan
SP 3
a. Evaluasi kegiatan yang lalu
(SP1 dan 2)
b. Memilih kemampuan ketiga
yang dapat dilakukan
c. Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien
SP 4
a. Evaluasi kegiatan yang lalu
(SP1,2 dan 3)
b. Memilih kemampuan ketiga
yang dapat dilakukan
c. Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Azis R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr.
Amino Gondoutomo.
Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor
Boyd MA, Hihart MA. 1998. Psychiatric Nursing : Contemporary Practice.
Philadelphia : Lipincott-Raven Publisher.
Keliat, BA. 1999. Gangguan Konsep Diri pada Klien Gangguan fisik di Rumah
Sakit Umum. Jakarta : FIK UI.
Maramis, WF. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University
Press.
Stuart & Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Towsend, MC. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatrik :
Pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Jakarta : EGC.