Anda di halaman 1dari 4

SEJARAH INDONESIA (WAJIB) KELAS 12 SMT 2 PERTEMUAN 4

KOMPETENSI DASAR

3.3 Menganalisis perkembangan kehidupan politik dan ekonomi Bangsa Indonesia pada masa Orde Baru

4.3 Melakukan penelitian sederhana tentang pekembangan kehidupan politik dan ekonomi Bangsa Indonesia pada
masa Orde Baru dan menyajikannya dalam bentuk laporan tertulis

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

Melalui Model Pembelajaran Discoveri Learning peserta didik mampu :

Membuat kesimpulan tentang faktor penyebab pemerintah Orde Baru berakhir


pada tahun 1998.

Materi:

PEMERINTAH ORDE BARU


(12-3-1966 – 21-5-1998)
E. Berakhirnya Pemerintah Orde Baru Pada Tahun 1998
Keberhasilan pemerintahan Orde Baru dalam melaksanakan pembangunan ekonomi,
harus diakui sebagai suatu prestasi besar bangsa Indonesia. Indikasi keberhasilan itu
antara lain tingkat GNP (Gross National Product) pada tahun 1977 mencapai US$1200
dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 7% dan inflasi di bawah 3%. Ditambah lagi
dengan meningkatnya sarana dan prasaran fisik infrastruktur yang dapat dinikmati oleh
sebagian masyarakat Indonesia.

Namun, keberhasilan ekonomi maupun infrastruktur Orde Baru ternyata kurang


diimbangi dengan pembangunan mental (character building). Akibatnya terjadi krisis
multidimensi  yaitu:

1. Krisis Moneter
• Krisis keuangan merupakan faktor terpenting yang menjadi sebab rezim orde baru
mengalami keruntuhan, Krisis ini pertama kali melanda wilayah Asia Timur sekitar juli
1997. Yang menyebabkan terjadinya kepanikan global. Dalam sejarah
ASEAN, Thailand merupakan negara pertama yang mengalami krisis keuangan
hingga hampir disebut sebagai negara bangkrut. Akibat yang timbul dari krisis
tersebut menyebabkan pelemahan diberbagai sektor keuangan termasuk di
Indonesia.
• Sebelumnya tak ada indikasi krisis tersebut akan sampai ke Indonesia, ini karena
inflasi yang cukup rendah, devisa negara yang dirasa masih cukup besar dan karena
nilai surplus berada dikisaran  USD 900 juta. Perkembangan dunia usaha pun masih
stabil karena banyaknya investor yang menanamkan modalnya di Indonesia. Krisis
yang menghantam Thailan dan membuat mata uangnya merosot tajam, tak pelak ini
pun ikut mengguncang perekonomian di Indonesia.
• Sekitar juli 1997 nilai tukar rupiah yang turun dari angka Rp 2.575 per USD menjadi
Rp 2.603 per USD. Justru merosot tajam di angka Rp 5.000 per USD pada akhir
desember, dan justru sangat terpuruk tajam di angka Rp 16000 per USD pada maret
1998. Ini membuat seluruh masyarakat di Indonesia dan seluruh penanam modal
merasa panik yang akhirnya membuat mereka menarik semua saham yang telah
ditanam di Indonesia. Keadaan ekonomi yang kacau menyebabkan masalah dimana-
mana stabilitas nasional sungguh terguncang dan kacau.

2. Utang Luar negeri membengkak


• Ditengah perekonomian yang dilanda krisis, utang dari luar negeri yang dimiliki
Indonesia semakin memperparah kondisi keuangan Indonesia. Walaupun
sesesungguhnya utang tersebut bukanlah utang pemerintah saja namun juga utang
yang dimiliki pihak swasta. Utang Indonesia hingga 6 februari 1998 mencapai USD
63,462 milliar, sedangkan utang yang dimiliki pihak swasta mencapai USD 73,962
milliar. Dengan melemahnya mata uang rupiah terhadap dollar Amerika akibat krisis
yang melanda Asia Pasifik, utang luar negeri yang dimiliki pemerintah Indonesia
yang kebanyakan menggunakan mata uang tersebut semakin memperburuk
keadaan ekonomi Indonesia dan terjebak alam putaran utang yang seolah tak ada
habisnya.

3. Penyimpangan UUD pasal 33


• Menurut UUD 1945, terutama dalam pasal 33 bahwa sistem perekonomian
dijalankan dengan asas demokrasi ekonomi. Namun dalam kenyataannya yang
terjadi justru dikusai oleh sebagian orang saja yakni para konglomerat dan terjadi
monopoli ekonomi, atau dengan kata lain sistem ekonomi yang dijalankan
merupakan sistem kapitalis.

4. Pola Pemerintahan Terpusat


• Sistem pemerintahan yang terpusat pada satu tempat yakni di Jakarta sebagai pusat
pemerintahan membuat segala pemerintah pusat memegang peranan penting dalam
mengatur masyarakat secara keseluruhan. Namun disisi lain membuat
pembangunan tidak merata yang akhirnya mengakibatkan kesenjangan. Dampaknya
seperti yang terjadi di Irian jaya, penduduk lokal merasa dianak tirikan sebab sumber
daya alamnya diambil secara besar-besaran dan di bawa semua ke pemerintah
pusat tanpa meninggalkan manfaat apapun.

5. Krisis Politik
• Sistem politik di Indonesia pada masa orde baru yang sarat dengan KKN (Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme). Pada masa orde baru, kekuatan politik pun dibatasi. Seperti
terlihat pada penyederhanaan partai politik yang hanya menjadi tiga partai saja yakni
PPP, PDI dan Golongan Karya. Dengan dalih untuk menciptakan stabilitas dan
keamanan bangsa dan negara yang lebih terjaga. Ini menyebabkan banyak aspirasi
rakyat yang seolah terbungkam dan secara tidak langsung wajib menuruti kehendak
penguasa tanpa boleh membantah.

• Adanya Dwi Fungsi ABRI yang menjadi kekuatan utama pemerintahan orde baru. Ini
sangat bertentangan dengan sejarah lahirnya Pancasila yang selama ini di junjung
tinggi oleh seluruh rakyat Indonesia. Misalnya saja ada seorang yang mengkritik
kebijakan pemerintah pada masa orde baru saat itu, konsekuensinya adalah
hukuman penjara karena dianggap menciptakan keresahan dan mengganggu
stabilitas negara. Ini hanya upaya pemerintahan untuk tetap menjaga eksistensinya
pada masyarakat.

6. Krisis Sosial
• Keadaan sosial masyarakat yang majemuk menghadirkan masalah yang kompleks.
Pembangunan yang tidak merata pada sebagian besar masyarakat pun menjadi
pemicu terjadinya kecemburuan sosial bahkan konflik sosial, misalnya yangterjadi di
daerah Irian Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat,

7. Krisis Kepercayaan
• Berkurangnya rasa simpati masyarakat akibat praktek-praktek KKN yang seolah
dihalalkan oleh pemerintah tanpa ada rasa sungkan ataupun malu. Krisis ini pun
membuat para investor menarik seluruh modal yang ditanamkan di Indonesia secara
besar-besaran yang semakin membuat Indonesia terjebak dalam krisis
berkepanjangan. Aksi-aksi unjuk rasa yang dilakukan kalangan mahasiswa yang
berubah menjadi tragedi kekerasan menghilangkan rasa percaya terhadap
pemerintah yang akhirnya memicu gelombang demonstrasi yang luar biasa menuntut
lengsernya Soeharto.

8. Tragedi Trisakti
• Aksi demo yang dilakukan oleh mahasiswa trisakti beserta dosen dan staf kampus
yang diikuti oleh lebih dari 10.000 mahasiswa dan digelar pada 12 mei 1998 yang
pada intinya meminta pemerintah melakukan reformasi disegala bidang baik
pemerintahan, ekonomi maupun politik yang  menginginkan diadakannya sidang
istimewa MPR. Namun aksi damai ini dinodai dengan adanya penembakan oleh
aparat terhadap empat mahasiswa Trisakti yakni Hendriawan Sie, Heri Hartanto,
Elang Mulya Lesmana, dan Hafidin Royan. Yang memicu aksi kekerasan meluas di
berbagai penjuru wilyah saat itu. Dan semakin membuat Indonesia jatuh terpuruk
dalam krisis yang seolah tanpa akhir, yang menjadi catatan terburuk dalam sejarah
kemerdekaan Indonesia.

9. Kerusuhan di beberapa kota besar selain Jakarta


• Masalah keamanan timbul sebagai bagian dari beberapa masalah telah lebih dulu
timbul sebelumnya. Pemerintah pada masa orde baru sering kali melakukan
intervensi terhadap seseorang maupun kelompok yang menentang maupun
melakukan kritik. Kebebasan pers dibungkam, keberadaan oposiss pun dilarang dan
setiap ada warga negara yang bependapat melawan kebijakan pemerintah pun
konsekuensinya adalah hukuman penjara. Ini membuat rakyat geram dan terjadilah
demonstrasi besar-besaran.
• Bukan hanya di Jakarta, di berbagai kota besar lainnya seperti di Semarang, Medan,
Solo, Surabaya pun terjadi aksi demo serupa yang menuntut reformasi. Dan di
Yogyakarta, pada 19 Mei 1998 bersamaan dengan aksi demo di Jakarta di
Yogyakarta pun tidak kurang dari satu juta manusia berkumpul di alun-alun utara
Keraton Yogyakarta untuk menghadiri pisowanan agung, guna mendengarkan
maklumat dari Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Sri Paku Alam VII.

Presiden Soeharto mengundurkan diri


Tekanan-tekanan para mahasiswa lewat demonstrasi agar Presiden Soeharto
mengundurkan diri akhirnya mendapat tanggapan dari Harmoko sebagai pimpinan
DPR/MPR. Pada tanggal 18 Mei 1998, pimpinan DPR/MPR mengeluarkan pernyataan
agar Presiden Soeharto mengundurkan diri.

Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto menyatakan mengundurkan


diri / berhenti sebagai Presiden Republik Indonesia dan menyerahkan jabatan presiden
kepada Wakil Presiden Republik Indonesia, B.J. Habibie dan langsung diambil
sumpahnya oleh Mahkanah Agung, sebagai Presiden RRepublik Indonesia yang baru
di Istana Negara.

Demikianlah materi pada pertemuan kali ini, dan untuk mengetahui pemahaman
kalian setelah membaca materi tersebut maka jawablah soal latihan berikut.

Soal Latihan

• Petunjuk:
 
• Soal dikerjakan secara individu di buku tugas masing-masing, difoto,
dikirim ke WAPRI guru mata pelajaran paling lambat hari ini pukul 18.00
WIB.
 
• Soal:

Buatlah sebuah kesimpulan tentang “FAKTOR PENYEBAB PEMERINTAH


ORDE BARU BERAKHIR PADA TAHUN 1998” !

Anda mungkin juga menyukai