Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT PNEUMONIA

OLEH :

1. Ni Kadek Ayu Cantika Puspita Sari (P07120219025)


2. Lidya Ajeng Aprilia W.P (P07120219026)
3. Putu Nadia Trisna Putri (P07120219027)
4. Ni Komang Nadia Prabha Yanti (P07120219028)
5. Ida Ayu Kadek Santhi Dewi (P07120219029)
6. Ni Komang Yulita Triandini (P07120219030)
7. Tjok Istri Agung Dwi Laksmi P. (P07120219031)
8. Ni Luh Gede Opin Shintia Dewi (P07120219032)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYAKIT PNEUMONIA

1. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Pengertian
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru dengan konsolidasi ruang alveolar.
Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang mempengaruhi paru-
paru. WHO mendefinisikan pneumonia sebagai episode penyakit akut dengan batuk atau
sulit bernapas dikombinasikan dengan pernapasan cepat. Pneumonia sering disebabkan
oleh virus atau bakteri dan terbagi menjadi pneumonia berat, pneumonia dan bukan
pneumonia.
Menurut Hariadi, pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam
mikroorganisme, yaitu bakteri, virus, jamur dan protozoa. Pneumonia yang didapat di
masyarakat (community-acquired pneumonia atau pneumonia komuniti) banyak
disebabkan oleh bakteri gram positip, sebaliknya bakteri yang didapat di rumah sakit
(hospital-acquired pneumonia atau pneumonia nosokomial) banyak disebabkan oleh
bakteri gram negatif, sedang pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob.

B. Penyebab

Radang paru mungkin berkaitan dengan berbagai mikroorganisme dan dapat


menular dari komunitas atau dari rumah sakit (nosokomial). Pasien dapat menghisap
bakteri, virus, parasite, dan agen iritan.

Penyebab dari pneumonia yaitu;

a.Bakteri

Bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif seperti:
streptococcus pneumonia, S.aerous, dan streptococcus pyogenesis.

b.Virus

Virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet citomegalo, virus ini
dikenal sebagai penyebab utama kejadian pneumonia virus.
c. Jamur

Jamur disebabkan oleh infeksi yang menyebar melalui penghirupan udara


mengandung spora biasanya ditemukan pada kotoran burung.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya pneumocystis carini pneumoni (PCP) biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi
C. Pohon Masalah

PNEUMONIA

Virus Bakteri Mycoplasma Jamur

Reseptor
Masuk ke saluran Suhu Tubuh HIPERTERMIA
peradangan
pernapasan

Mengganggu
kerja Makrofag Disfungsi gas antara
Ekspirasi&Inspirasi
O2 & CO2 di alveoli
tidak adekuat
Infeksi terganggu

Gangguan
Hipertrofi Kapasitas O2 Frekuensi
Peradangan/Inflamasi Ventilasi
kelenjar mukus menurun napas
meningkat
Nyeri dada Pemasangan
Produksi GANGGUAN ventilator mekanik
Sekret PERTUKARAN Ancaman terhadap
NYERI AKUT
GAS kematian

Dispnea

ANSIETAS

BERSIHAN JALAN GANGGUAN


NAPAS TIDAK EFEKTIF VENTILASI SPONTAN
D. Klasifikasi Pneumonia

Klasifikasi pneumonia dapat dibedakan menjadi: anatominya, etiologinya, gejala


kliniknya ataupun menurut lingkungannya. Berdasarkan lokasi anatominya, pneumonia
dapat pada segmen, lobus, atau menyebar (diffuse). Jika hanya melibatkan lobulus,
pneumonia sering mengenai bronkus dan bronkiolus jadi sering disebut sebagai
bronkopneumonia. Kuman komensal saluran pernapasan bagian atas kadang dapat
menyebabkan pneumonia jadi sifatnya sudah berubah menjadi patogen

Pada pasien yang penyakitnya sangat parah, sering ditemukan penyebabnya


adalah bakteri bersama dengan virus. Berdasarkan gejala kliniknya, pneumonia
dibedakan menjadi pneumonia klasik dan pneumonia atipik. Adanya batuk yang
produktif adalah ciri pneumonia klasik, sedangkan pneumonia atipik mempunyai ciri
berupa batuk nonproduktif. Peradangan paru pneumonia atipik terjadi pada jaringan
interstisial sehingga tidak menimbulkan eksudat. Pneumonia dapat digolongkan
menjadi:

a.Pneumonia bakterial

Mikroorganisme masuk ke dalam paru melalui inhalasi udara dari atmosfer, juga
dapat memalui aspirasi dari nosofering atau orofering.

Pneumonia bakterial terdiri dari tiga jenis yaitu:

1. Community – Acquired Pneumonia (CAP)


Penyakit ini sering diderita oleh anggota masyarakat umumnya disebabkan oleh
streptococcus pneumonia dan biasanya menimbulkan pneumonia lobar. Pneumonia yang
disebabkan oleh pneumokokus yang menyebabkan penderita mengalami gejala
menggigil dan diiukuti demam yang tinggi.

2. Hospital – Acquired Pneumonia (HAP)

Pneumonia nosocomial yaitu pneumonia yang kejadiannya bermula dirumah


sakit. Penyakit ini adalah penyebab kematian yang terbanyak pada pasien dirumah sakit.
Mikroorganisme penyebabnya biasanya bakteri gram negatif dan stafilokokus.
3. Pneumonia aspirasi (aspiration pneumonia)

Pneumonia aspirasi dapat menyebabkan: obstruksi atau tersumbatnya saluran


pernapasan, pneumonitis oleh bahan kimiawi (asam lambung, enzim, dan pencernaan)
dan, pneumonitis oleh infeksi.

4. Pneumonia pneumositis

Pneumonia pneumositis merupakan penyakit akut yang opertunistik yang


disebabkan oleh suatu protozoa bernama pneumocystis jirovecii sebleumnya dinamai
pneumovystis carinii. Protozoa ini dikenal sekjak 1909 dan mulai decade 1980-an
menempatkan diri kembali sebagai pathogen terutama pada penderita AIDS.

b.Pneumonia atipik (pneumonia non bacterial)

Yang termasuk grup ini adalah pneumonia yang disebabkan oleh mycoplasma
pneumoniae, chlamydea psittaci, legionella pneumophila, dan coxiella burneti.

Klasifikasi pneumonia yaitu;


1. Community acquired merupakan penyakit pernapasan umum dan bisa
berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia streptococal merupakan organisme
penyebab umum.

2. Hospital acquired pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosocomial. Organisme


seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus stapilococcus, merupakan
bakteri umum penyebab hospitas acquired pneumonia.

3. Lobar dan bronkopneumonia tidak hanya dikategorikan menurut lokasi tetapi


sekarang ini pneumonia di klasifikasikan menurut organisme.

E. Gejala Klinis
Gejala khas yang berhubungan dengan pneumonia meliputi:

1. Batuk mengeluarkan dahak


2. Sesak nafas
3. Sakit kepala
4. Biasanya pasien yang menderita penyakit pneumonia akan mengalami menggigil
mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,50C – 40,50C)
5. Nyeri dada yang semakin berat ketika penderita pneumonia itu bernapas dan batuk
6. Biasanya pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat (25-45x/mnt) dan
dispnea, prtopnea ketika disangga
7. Frekuensi nadi meningkat
8. Terdapat suara tambahan seperti ronkhi
9. Bradikardi relativ untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus, infeksi
mikroplasma, atau infeksi organisme Legionella

F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Ardiansyah (2012), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk memperkuat
diagnose ialah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Laboratorium
Dalam pemeriksaan ini, jumlah leukosit yang didapatkan ialah 15.000-40.000 per
mm dalam keadaan leukopenia. Biasanya lanjut endap darah meningkat hingga 100
mm/jam.
b. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan sebaiknya dibuat dengan cara foto toraks posterior, anterior, dan lateral
untuk melihat keberadaan konsolidasi rentrokadial.
c. Foto Rontgen Dada (Chest X-Ray)
Untuk mengidentifikasi penyebaran gejala, misalnya pada lobus dan bronchial.
d. ABGs/Pulse Oximetry
Abnormalitas mungkin timbul, tergantung pada luasnya kerusakan paru

G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang umum dilakukan pada penderita pneumonia yaitu (Ardiansyah,
2012):
a. Oksigen 1-2 liter/menit
b. Intra vena fluid drip dextrose 10%, NaCl 0,9% = 3:1, KCl 10 mEq/500 ml cairan,
jumlah cairan disesuaikan dengan berat badan, kenaikan suhu dan status hidrasi.
c. Pemberian makanan enteral diberikan secara bertahap melalui selang nasogastric
dengan feeding drip jika sesak tidak terlalu berat.
d. Jika terdapat sekresi lendir berlebihan dapat dilakukan pemberian inhalasi dengan
salin normal dan beta agonis untuk meperbaiki transport mukosilier. Seperti
pemberian terapi nebulizer dengan flexoid dan ventolin yang bertujuan untuk
mempermudah mengeluarkan dahak juga dapat meningkatkan lebar lumen bronkus.
e. Pemberian antibiotic sesuai jenis pneumonia.

2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
Identitas Pasien berisi tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan berisi diagnose medis dari Responden.
b. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Keluhan utama pada penderita penyakit pneumonia biasanya akan merasakan
Nyeri dada. Selain itu, pasien mengalami sesak napas, batuk
b) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada dan nyeri dirasakan hilang timbul,
mengeluh batuk berdahak dan saat batuk nyeri dada semakin terasa, selain saat
batuk nyeri dirasakan pada saat menarik napas. Nyeri berkurang saat istirahat
dan pasien merasa lemas
c) Riwayat kesehatan dahulu
Pasien tidak pernah mengalami sakit serupa sebelumnya
d) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti Diabetes
Melitus dan Hipertensi
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Kesadaran
2. Tanda-Tanda Vital : Suhu meningkat karena pada pasien pneumoniaterjadi
infeksi, respirasi dyspnea
3. Rongga mulut : apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri),
perdarahan gusi
4. Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan atau tidak
5. Pemeriksaan Dada dan Thorax :
 Inspeksi:
- Amati bentuk thorax
- Amati Frekuensi napas, irama, kedalamannya
- Amati tipe pernapasan : Pursed lip breathing, pernapasan diafragma,
penggunaan otot Bantu pernapasan
- Tanda tanda reteraksi intercostalis , retraksi suprastenal
- Gerakan dada
- Adakan tarikan didinding dada , cuping hidung, tachipnea
- Apakah ada tanda tanda kesadaran meenurun
 Palpasi
- Gerakan pernapasan
- Raba apakah dinding dada panas
- Kaji vocal premitus
- Penurunan ekspansi dada
 Auskultasi
- Adakah terdenganr stridor
- Adakah terdengar wheezing atau Ronkhi
- Evaluasi bunyi napas, prekuensi,kualitas, tipe dan suara tambahan
 Perkusi
- Suara Sonor/Resonans merupakan karakteristik jaringan paru normal
- Hipersonor , adanya tahanan udara
- Pekak/flatness, adanya cairan dalan rongga pleura
- Redup/Dullnes, adanya jaringan padat
- Tympani, terisi udara
6. Pemeriksaan Abdomen : palpasi nyeri tekan bila ada pembesaran hepar dan limpa.
7. Pemeriksaan Ekstremitas : Adakah cyanosis kekuatan otot atau tidak.

B. Diagnosis Keperawatan
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan proses infeksi dibuktikan
dengan batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi, wheezing
dan/atau ronkhi kering,mekonium di jalan napas (pada neonates), dispnea, sulit
bicara, ortopnea, gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah,
dan pola napas berubah
2. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-kapiler
dibuktikan dengan dispnea, PCO2 meningkat, PO2 menurun, takikardi, ph arteri
meningkat/menurun, bunyi napas tambahan, pusing, penglihatan kabur, sianosis,
diaphoresis, geelisah napas cuping hidung, pola napas abnormal (cepat/lambat,
reguler/ireguler, dalam/dangkal), warna kulit abnormal (mis. pucat, kebiruan),
kesadaran menurun.
3. Gangguan Ventilasi Spontan berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan
dibuktikan dengan dispnea, penggunaan otot bantu napas meningkat, volume tidal
menurun, PCO2 meningkat, PO2 menurun, SAO2 menurun, gelisah dan takikardi
4. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia,
neoplasma) dibuktikan dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif
(mis. waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat,sulit
tidur, tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses
berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis.
5. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian dibuktikan dengan merasa
bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit
berkonsentrasi, tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur, mengeluh pusing,
anoreksia, palpitasi, merasa tidak berdaya, frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi
meningkat, tekanan darah meningkat, diaphoresis, tremor, muka tampak pucat, suara
bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih, berorientasi pada masa lalu.
6. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (mis. infeksi) dibuktikan dengan
suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa
hangat
C. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Utama Rasional
Keperawatan
1. Bersihan Jalan Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama :
Napas Tidak selama...x24 jam maka Latihan Batuk Efektif
Efektif Bersihan Jalan Napas (I.01006)
berhubungan (L.01001) Meningkat,
Observasi: Observasi :
dengan proses dengan kriteria hasil.
infeksi dibuktikan 1. Batuk efektif meningkat 1. Identifikasi 1. Mengetahui
dengan batuk tidak 2. Produksi sputum kemampuan batuk kemampuan batuk
efektif, tidak menurun pada pasien
mampu batuk, 3. Mengi menurun 2. Memantau adanya
2. Monitor adanya
sputum berlebih, retensi sputum
4. Wheezing menurun retensi sputum
mengi, wheezing 3. Mengetahui dan
5. Mekonium (pada 3. Monitor tanda dan
dan/atau ronkhi memantau tanda dan
neonates) menurun gejala infeksi
kering,mekonium gejala infeksi
saluran napas
di jalan napas 6. Dispnea membaik saluran napas
4. Monitor input dan
(pada neonates), 7. Ortopnea mambaik 4. Mengetahui dan
output cairan (mis.
dispnea, sulit memantau input dan
8. Sulit bicara menurun jumlah dan
bicara, ortopnea, output cairan (mis.
9. Sianosis menurun karakteristik)
gelisah, sianosis, jumlah dan
bunyi napas 10. Gelisah memenurun karakterstik)
menurun, frekuensi 11. Frekuensi napas
napas berubah, dan membaik
Terapeutik : Terapeutik :
pola napas berubah 12. Pola napas membaik
5. Atur posisi semi 5. Agar pasien merasa
fowler atau fowler nyaman
6. Pasang perlak dan 6. Untuk
bengkok di penampungan
pangkuan pasien sputum yang
dikeluarkan pasien
7. Buang sekret pada 7. Untuk menghindari
tempat sputum adanya penularan
infeksi melalui
sputum
Edukasi :
Edukasi :
8. Agar pasien
8. Jelaskan tujuan
mengetahui tujuan
dan prosedur batuk
dan prosedur batuk
efektif
efektif
9. Anjurkan tarik
9. Pasien dapat batuk
napas melalui
dengan efektif
hidung selama 4
sehingga sputum
detik, ditahan
dapat keluar
selama 2 detik,
kemudian
keluarkan dari
mulut dengan bibir
mencucu
(dibulatkan)
selama 8 detik
10. Membantu pasien
10. Anjurkan
menenangkan
mengulangi tarik
pasien saat batuk
napas dalam
efektif
hingga 3 kali
11. Untuk
11. Anjurkan batuk
mengeluarkan
dengan kuat
sputum secara
langsung setelah
adekuat
tarik napas dalam
yang ke-3
Kolaborasi :
Kolaborasi :
12. Kolaborasi
12. Agar pasien dapat
pemberian
sembuh dan pulih
mukolitik atau
ekspektoran, jika
perlu.

2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama


Pertukaran Gas selama...x 24 jam, maka Pemantauan Respirasi
berhubungan Pertukaran Gas (I.01014)
dengan perubahan (L.01003)meningkat,
Observasi : Observasi :
membran alveolus- dengan kriteria hasil.
1. Monitor frekuensi, 1. Mengetahui
kapiler dibuktikan 1. Tingkat kesadaran
irama, kedalaman, frekuensi, irama,
dengan dispnea, meningkat
dan upaya napas kedalaman, dan
pco2 meningkat, 2. Dipnea menurun
upaya napas pada
po2 menurun, 3. Bunyi napas tambahan
pasien.
takikardi, ph arteri menurun
2. Monitor pola napas 2. Mengetahui dan
meningkat/menuru 4. Pusing menurun
(seperti bradipnea, memantau pola
n, bunyi napas 5. Pengelihatan kabur
takipnea, napas pasien.
tambahan, pusing, menurun
hiperventilasi,
penglihatan kabur, 6. Diaforesis menurun
kussmaul, cheyne-
sianosis, 7. Gelisah menurun
stokes, biot,
diaphoresis, 8. Napas cuping hidung
ataksik)
geelisah napas menurun
cuping hidung, 9. PCO2 membaik 3. Monitor 3. Mengetahui

pola napas 10. PO2 membaik kemampuan batuk kemampuan batuk

abnormal 11. Takikardi membaik efektif efektif pasien

(cepat/lambat, 12. pH arteri membaik 4. Mengetahui apakah


4. Monitor adanya
ada produksi
reguler/ireguler, 13. Sianosis membaik produksi sputum sputum pada pasien
dalam/dangkal), 14. Pola napas membaik 5. Mengetahui apakah
5. Monitor adanya
warna kulit 15. Warna kulit membaik jika ada sumbatan
sumbatan jalan
abnormal (mis. jalan napas pada
napas
pucat, kebiruan), pasien
kesadaran 6. Palpasi 6. Mengetahui
menurun. kesimetrisan kesimetrisan paru
ekspansi paru pada pasien
7. Auskultasi bunyi 7. Mengetahi apakah
napas adanya bunyi napas
tambahan pada
pasien atau tidak
8. Mengetahui dan
memantau saturasi
8. Monitor saturasi
oksigen pada pasien
oksigen
9. Mengetahui dan
9. Monitor AGD
memantau AGD
pasien.
10. Mengetahui hasil x-
10. Monitor hasil x-ray
ray toraks pasien
toraks
Terapeutik :
Terapeutik : 11. Meningkatkan
11. Atur intervensi
keadaan pasien.
pemantauan
respirasi sesuai 12. Mencatat hasil

kondisi pasien pemantauan untuk


evaluasi lebih
12. Dokumentasikan
lanjut.
hasil pemantauan
Edukasi :
Edukasi :
13. Agar pasien
13. Jelaskan tujuan dan
mengetahui tujuan
prosedur dan prosedur
pemantauan pemantauan yang
akan dilakukan.
14. Informasikan hasil
14. Agar pasien
pemantauan, jika
mengetahui hasil
perlu
pemantauan yang
dilakukan

3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama


Ventilasi Spontan selama...x 24 jam, Dukungan Ventilasi
berhubungan makaVentilasi Spontan (L. (I.01002)
dengan kelelahan 01007)meningkat, dengan
Observasi : Observasi :
otot pernapasan kriteria hasil :
1. Identifikasi adanya 1. Mengetahui apakah
dibuktikan dengan 1. Volume tidal meningkat
kelelahan otot bantu adanya kelelahan
dispnea, 2. Dispnea Menurun
napas otot bantu napas
penggunaan otot 3. Penggunaan otot bantu
bantu napas napas menurun pasien
2. Identifikasi efek 2. Mengetahui apakah
meningkat, volume 4. Gelisah menurun
perubahan posisi ada efek perubahan
tidal menurun, pco 2 5. PCO2 Membaik
terhadap status dari posisi terhadap
meningkat, po2 6. PO2 Membaik
pernapasan status pernapasan
menurun, sao2 7. Takikardi membaik
3. Monitor status pasien
menurun, gelisah
respirasi dan 3. Mengetahui status
dan takikardi
oksigenasi (mis. respirasi dan
frekuensi dan oksigenasi pasien
kedalaman napas, (mis. frekuensi dan
penggunaan otot kedalaman napas,
bantu naas, bunyi penggunaan otot
napas tambahan, bantu naas, bunyi
saturasi oksigen) napas tambahan,
saturasi oksigen
Terapeutik : Terapeutik :
4. Pertahankan 4. Agar jalan napas
kepatenan jalan pasien tetap paten
napas
5. Berikan posisi semi 5. Agar pasien tetap
fowler atau fowler nyaman dengan
6. Fasilitasi mengubah posisinya
posisi senyaman 6. Agar pasien
mungkin merasakan posisi
7. Berikan Oksigenasi yang nyaman
sesuai kebutuhan 7. Agar pasien tetap
(mis. nasal kanul, mendapatkan
masker wajah, oksigen yang cukup
masker rebreathing
atau non
rebreathing) 8. Agar pasien
8. Gunakan bag-valve, mendapatkan
jika perlu oksigen yang cukup

Edukasi : Edukasi :
9. Ajarkan melakukan 9. Agar pasien mampu
teknik relaksasi melakukan relaksasi
napas dalam napas dalam
10. Ajar mengubah 10. Agar pasien mampu
posisi secara untuk mengubah
mandiri posisi secara
11. Ajarkan teknik mandiri
batuk efektif 11. Agar pasien mampu
melakukan teknik
batuk yang efektif

Kolaborasi : Kolaborasi :
12. Kolaborasi 12. Agar pasien dapat
pemberian bernapas dengan
bronkhodilator, Jika baik
perlu

4. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama :


berhubungan keperawatan … x 24 jam
Manajemen Nyeri
dengan agen diharapkan Tingkat Nyeri
(I.08238)
pencedera (L.08066) menurun dengan
fisiologis (mis. kriteria hasil: Observasi
Observasi
inflamasi, iskemia, 1. Identifikasi
1. Kemampuan 1. Untuk mengetahui
neoplasma) lokasi,
menuntaskan aktivitas lokasi,
dibuktikan dengan karakteristik,
meningkat karakteristik,
mengeluh nyeri, durasi,
2. Keluhan nyeri menurun durasi, frekuensi,
tampak meringis, frekuensi,
3. Meringis menurun kualitas, intensitas
bersikap protektif kualitas,
4. Sikap protektif menurun nyeri
(mis. waspada, intensitas nyeri
5. Gelisah menurun
posisi menghindari 2. Identifikasi
6. Kesulitan tidur menurun 2. Mengetahui
nyeri), gelisah, skala nyeri
7. Menarik diri menurun rentang skala nyeri
frekuensi nadi
8. Berfokus pada diri pasien
meningkat,sulit 3. Identifikasi
sendiri menurun 3. Mengetahui respon
tidur, tekanan respons nyeri
9. Diaforesis menurun rasa nyeri non
darah meningkat, non verbal
10. Perasaan depresi verbal
pola napas
(tertekan) menurun 4. Mengetahui faktor
berubah, nafsu 4. Identifikasi
11. Perasaan takut yang memperberat
makan berubah, faktor yang
mengalami cedera dan memperingan
proses berpikir memperberat
berulang menurun
terganggu, menarik 12. Anoreksia menurun dan nyeri
diri, berfokus pada 13. Perineum terasa tertekan memperingan
diri sendiri, menurun nyeri
diaforesis 14. Uterus teraba membulat
menurun
15. Ketegangan otot 5. Identifikasi 5. Mengetahui
menurun pengetahuan kemampuan
16. Pupil dilatasi menurun dan keyakinan pengetahuan dan
17. Muntah menurun tentang nyeri keyakianan tentang
18. Mual menurun nyeri
19. Frekuensi nadi membaik 6. Identifikasi 6. Mengidentifikasi
20. Pola napas membaik pengaruh pengaruh budaya
21. Tekanan darah membaik budaya terhadap terhadap respon
22. Proses berfikir membaik respon nyeri nyeri
23. Fokus membaik 7. Identifikasi 7. Mengetahui
24. Fungsi berkemih pengaruh nyeri pengaruh nyeri
membaik pada kualitas pada kualitas hidup
25. Perilaku menurun hidup
26. Nafsu makan membaik 8. Monitor 8. Memantau
27. Pola tidur membaik keberhasilan keberhasilan terapi
terapi komplementer
komplementer yang sudah
yang sudah diberikan
diberikan
9. Monitor efek 9. Mengetahui efek
samping samping
penggunaan penggunaan
analgetik analgetik

Terapeutik Terapeutik
10. Berikan teknik 10. Memberikan
nonfarmakologi tindakan
s untuk pendukung untuk
mengurangi rasa mengurangi nyeri
nyeri ( mis, teknik
TENS, nonfarmakologis
hypnosis, untuk mengurangi
akupresur, terapi rasa nyeri ( mis,
music, TENS, hypnosis,
biofeedback, akupresur, terapi
terapi pijat, music,
aromaterapi, biofeedback, terapi
teknik pijat, aromaterapi,
imajianasi teknik imajianasi
terbimbing, terbimbing,
kompres kompres
hangat/dingin, hangat/dingin,
terapi bermain ) terapi bermain )
11. Kontrol 11. Untuk mengetahui
lingkungan yang lingkungan yang
memperberat memperberat rasa
rasa nyeri (mis, nyeri (mis, suhu
suhu runagan, runagan,
pencahayaan, pencahayaan,
kebisingan ) kebisingan )
12. Fasilitas 12. Memfasilitas
istirahat dan istirahat dan tidur
tidur agar pasien
nyaman
13. Pertimbangkan 13. Mempertimbangka
jenis dan n jenis dan sumber
sumber nyeri nyeri dalam
dalam pemilihan pemilihan strategi
strategi meredakan nyeri
meredakan nyeri
Edukasi Edukasi

14. Jelaskan 14. Menjelaskan


penyebab, penyebab, periode
periode dan dan pemicu nyeri.
pemicu nyeri.
15. Jelaskan strategi 15. Menjelaskan
meredakan nyeri strategi meredakan
nyeri
16. Anjurkan 16. Menganjurkan
memonitor nyeri memonitor nyeri
secara mandiri secara mandiri
17. Anjurkan 17. Menganjurkan
menggunakan menggunakan
analgetik secara analgetik secara
tepat tepat
18. Ajarkan teknik 18. Mengajarkan
non teknik non
farmakologis farmakologis untuk
untuk mengurangi rasa
mengurangi rasa nyeri.
nyeri.
Kolaborasi Kolaborasi
19. untuk meredakan
19. Kolaborasi
nyeri pada pasien
pemberian
analgetik
5. Ansietas Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama :
berhubungan keperawatan …x24 jam, Reduksi Ansietas
dengan ancaman diharapkan Tingkat (l.09314)
terhadap kematian Ansietas (L.09093) Observasi
Observasi
dibuktikan dengan menurun dengan kriteria
1. Identifikasi saat 1. Mengidentifikas
merasa bingung, hasil :
tingkat ansietas i saat tingkat
merasa khawatir
1. Verbalisasi ansietas berubah
dengan akibat dari berubah (mis.
kebingungan
kondisi yang kondisi, waktu, 2. Mengidentifikas
menurun
dihadapi, sulit stressor) i kemampuan
2. Verbalisasi khawatir
berkonsentrasi, 2. Identifikasi pasien dalam
akibat kondisi yang
tampak gelisah, kemampuan pengambilan
dihadapi menurun
tampak tegang, mengambil keputusan
3. Perilaku gelisah
sulit tidur, keputusan
menurun 3. Memonitor
mengeluh pusing, 3. Monitor tanda-
4. Perilaku tegang tanda ansietas
anoreksia, tanda ansietas
menurun secara verbal
palpitasi, merasa (verbal dan
5. Keluhan pusing maupun non
tidak berdaya, nonverbal
menurun verbal
frekuensi napas
6. Anoreksia menurun
meningkat,
7. Palpitasi menurun
frekuensi nadi Terapeutik
8. Frekuensi
meningkat, tekanan Terapeutik
pernapasan menurun 4. Membina
darah meningkat, 4. Ciptakan
9. Frekuensi nadi hubungan saling
diaphoresis, suasana
menurun percaya
tremor, muka terapeutik untuk
10. Tekanan darah antara petugas
tampak pucat, menumbuhkan
menurun kesehatan dan
suara bergetar, kepercayaan
11. Diaphoresis pasien
kontak mata buruk,
menurun
sering berkemih, 5. Menghindari
12. Tremor menurun
5. Temani pasien
berorientasi pada 13. Pucat menurun untuk timbulnya
masa lalu. 14. Konsentrasi mengurangi perasaan sendiri
membaik kecemasan, jika
15. Pola tidur membaik memungkinkan
16. Perasaan 6. Pahami situasi 6. Memahami

keberdayaan yang membuat situasi yang

membaik ansietas membuat

17. Kontak mata ansietas sesuai

membaik dengan kondisi

18. Pola berkemih pasien

membaik 7. Membina rasa


19. Orientasi membaik saling percaya
7. Dengarkan
dan membuat
dengan penuh
pasien merasa
perhatian
nyaman

8. Membuat
8. Gunakan pasien merasa
pendekatan rileks
yang tenang dan
9. Menempatkan
meyakinkan
barang pribadi
9. Tempatkan
untuk
barang pribadi
memberikan
yang
kenyamanan
memberikan
pada pasien
kenyamanan
10. Pendukung
10. Motivasi pasien
mengidentifikas mengidentifikasi
i situasi yang situasi yang
memicu memicu
kecemasan kecemasan

11. Saling bertukar


pendapat secara
11. Diskusikan
realistis
perencanaan
mengenai
realistis tentang
peristiwa yang
peristiwa yang
akan datang
akan datang

Edukasi
12. Jelaskan Edukasi

prosedur, 12. Membuat pasien


termasuk memahami
sensasi yang prosedur,
mungkin termasuk
dialami sensasi yang
mungkin
13. Informasikan dialami
secara factual
13. Menginformasik
mengenai
ann diagnosis,
diagnosis,
pengobatan dan
pengobatan, dan
prognosis
prognosis.
14. Anjurkan
keluarga untuk
14. Meningkatkan
tetap bersama
rasa
pasien, jika
kepercayaan dan
perlu
kenyamanan
pasien saat
ditemani
15. Anjurkan keluarga
melakukan
15. Membuat
kegiatan yang
pasien tetap
tidak
aktif dalam
kompetitif,
melakukan
sesuai
berbagai
kebutuhan
kegiatan
16. Anjurkan
mengungkapkan 16. Membuat

perasaan dan pasien merasa

persepsi lega segala


mengungkapkan
perasaan dan
17. Latih kegiatan persepsinya
pengalihan
untuk
mengurangi 17. Membuat

ketegangan peralihan
ketegangan

18. Latih dengan

penggunaan melakukan

mekanisme suatu kegiatan

pertahanan ciri 18. Melatih


yang tepat penggunaan
mekanisme
pertahanan diri
yang tepat
sesuai dengan
19. Latih teknik kondisi pasien
relaksasi
19. Meningkatkan
ketenangan dan
membuat pasien
merasa lebih
rileks

Kolaborasi

Kolaborasi 20. Mengkolaborasi

20. Kolaborasi kan pemberian

pemberian obat obat anti

antiansietas, ansietas

jika perlu

6. Hipertermia Setelah dilakukan Intervensi Utama :


berhubungan intervensi keperawtan Manajemen
dengan proses selama ....x24 jam, Hipertermia (I.15506)
penyakit (mis. makaTermoregulasi
Observasi : Observasi :
infeksi) dibuktikan (L.14134) membaik
1. Identifikasi 1. Mengetahui
dengan suhu tubuh dengan
penyebab penyebab
diatas nilai normal, kriteria hasil :
hipertermia hipertermia yang
kulit merah, 1. Menggigil menurun
terjadi pada pasien
kejang, takikardi, 2. Kulit merah menurun
takipnea, kulit 3. Kejang menurun 2. Monitor suhu 2. Mengetahui suhu
terasa hangat 4. Akrosianosis menurun tubuh tubuh pasien secara
5. Konsumsi oksigen berkala
menurun 3. Mengetahui kadar
3. Monitor kadar
6. Piloereksia menurun elektrolit pasien
elektrolit
7. Vasokonstriksi perifer secara berkala
menurun
4. Mengetahui haluan
8. Kutis memorata 4. Monitor haluran
urine pada pasien
menurun urine
5. Mengetahui
9. Pucat menurun
10. Takikardi menurun 5. Monitor komplikasi akibat
11. Takipnea menurun komplikasi akibat hipertermia yang
12. Bradikardi menurun hipertemia terjadi pada pasien
13. Dasar kuku sianolik
menurun
Terapeutik :
14. Hipoksia menurun Terapeutik :
6. Suhu tubuh pasien
15. Suhu tubuh membaik 6. Sediakan membaik dan
16. Suhu kulit membaik lingkungan yang mencapai suhu
17. Kadar glukosa darah dingin tubuh normal
membaik
7. Agar panas tubuh
18. Pengisian kapiler 7. Longgarkan atau pasien dapat
mambaik lepaskan pakaian terlepas dari pasien
19. Ventilasi membaik
8. Agar suhu tubuh
20. Tekanan darah membaik 8. Basahi dan kipasi pasien membaik
permukaan tubuh
9. Untuk memenuhi
9. Berikan cairan oral
kebutuhan cairan
pasien
10. Ganti linen setiap 10. Menjaga kenyaman
hari atau lebih pasien
sering jika
mengalami
hiperhidrosis
(keringat berlebih) 11. Agar suhu tubuh

11. Lakukan pasien kembali

pendinginan normal

eksternal (mis.
selimut hipotermia
atau kompres
dingin pada dahi,
leher, dada,
abdomen, aksila) 12. Agar tidak terjadi
komplikasi
12. Hindari pemberian
antipiretik atau
aspirin 13. Memenuhi
kebutuhan oksigen
13. Berikan oksigen,
pasien jika
jika perlu
diperlukan

Edukasi :

Edukasi : 14. Meningkatkan


kenyamanan pasien
14. Anjurkan tirah
baring

Kolaborasi :
Kolaborasi: 15. Mengganti cairan
dan elektrolit yang
15. Pemberian
hilang akibat
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu hipertemia

D. Refrensi
Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Diva Press.
Seyawati, Ari dan Marwiati. 2018. Tata Laksana Batuk Atau Kesulitan Bernafas :
Literature Review. Jurnal Ilmiah Kesehatan. file:///C:/Users/User/Downloads/150-
Article%20Text-175-1-10-20180525%20(3).pdf . Diakses pada tanggal 13
September 2021

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Wibowo, Rudi Hendro Putranto dan Sahir Widianto. 2018. Situasi Pneumonia Di
Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan Tahun 2017.
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol. XIII No. 2, Desember 2018 :
34-35.

Denpasar, 13 September 2021

Nama Mahasiswa

Kelompok IV

Nama Pembimbing / CT
I Wayan Surasta, S.Kep., M.Fis
NIP. 196512311987031015

Anda mungkin juga menyukai