Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

DISUSUN OLEH :
FHEBRY ANGRAINI (2026010027.P)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
LAPORAN PENDAHULUAN
ANEMIA

A. DEFINISI
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung
eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan
oksigen oleh darah. Tetapi harus diingat terdapat keadaan tertentu dimana ketiga
parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi,
perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak
cukup hanya sampai pada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit
dasar yang menyebabkan anemia tersebut (Sudoyo Aru, dkk 2009).
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada
trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).
Dapat disimpulkan bahwa anemia adalah penurunan kadar sel darah merah (Hb)
dibawah rentang normal.

B. ETIOLOGI
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin,
2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai
berikut :
1. Kurang gizi (malnutrisi).
2. Kurang zat besi dalam diit.
3. Malabsorpsi.
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain.
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain.

2
C. KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai
berikut :
1. Anemia Defisiensi Zat Besi
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.
Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan
dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat,
fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat
menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional
menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk
profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat
besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran
pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002).
Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg
(20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan
Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
2. Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang
sekali karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya :
a. Asam folik 15 – 30 mg per hari.
b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari.
c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari.
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga
dapat diberikan transfusi darah.
3. Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk
sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan
diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan
pemeriksaan retikulosi.

3
4. Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah
merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia
dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala
komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatannya
tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan
oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah
darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil.
Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.
5. Anemia Pernisiosa
Anemia pernisiosa disebabkan kekurangan faktor intrinsik pada asam lambung,
yang diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 dari makanan karena B12 tidak
dapat diabsorbsi, SDM tidak matang dengan normal.

D. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang
dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik
atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk
dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1
mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan

4
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting,
Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya
kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat
menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

E. GAMBARAN KLINIS
1. Riwayat:
a. Mentruasi berlebihan.
b. Kehilangan darah kronik.
c. Riwayat keluarga.
d. Diet yang tidak adekuat.
e. Jarak kehamilan yang terlalu dekat.
f. Anemia pada kehamilan sebelumnya.
g. Pika (nafsu makan terhadap bahan bukan makanan).
2. Tanda dan Gejala
a. Keletihan, malaise, atau mudah megantuk.
b. Pusing atau kelemahan.
c. Sakit kepala.
d. Lesi pada mulut dan lidah.
e. Aneroksia,mual, atau muntah.
f. Kulit pucat.
g. Mukosa membrane atau kunjungtiva pucat.
h. Dasar kuku pucat.
i. Takikardi.

F. TES LABORATORIUM
Hitung sel darah lengkap dan Apusan darah: untuk tujuan praktis, maka
anemia selama kehamilan dapat didefinisikan sabagai hemoglobin kurang dari pada
10 atau 11 gr/100 ml dan hematokrit kurang dari pada 30% sampai 33% . Apusan
darah tepi memberikan evaluasi morfologo eritrosit, hitung jenis leukosit dan
perkiraan keadekutan trombosit.

5
G. PENATALAKSANAAN
1. Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien
a. Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit,
anemia glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik
herediter lain.
b. Kaji riwayat keluarga
2. Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan awal.
a. Morfologi
1) Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat
dan matang
2) SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat besi
3) SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa
3. Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan.
4. Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan
hipovolemia. Waspada dehidrasi dan preklamsi.
5. Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang
normal dan sehat.
6. Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar yang
rendah, namun masih normal.
7. Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia
a. Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya
b. Berikan suplemen zat besi 1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-release,
seperti Slow-Fe setiap hari.
8. Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia
megaloblastik.
a. Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.
b. Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2
atau 3 kali/hari.
9. Kadar Hb <9g/dl dengan Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap
pengobatan di atas, diperlukan langkah-langkah berikut :
a. Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi.
b. Pertimbangkan untuk melakukan uji laboratorium berikut :

6
1) Hb dan Ht (untuk meyingkirkan kesalahan laboratorium)
2) Kadar kosentrasizat besi serum
3) Kapasitas pegikat zat besi
4) Hitung jenis sel (SDP dan SDM)
5) Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)
6) Hitung trombosit
7) uji guaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar
8) Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit
9) Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat)
bila klien keturunan Afika-Amerika.
c. Konsultasikan dengan dokter.
d. Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi.
10. Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28
minggu kehamilan dan 4 minggu setelah memulai terapi.
a. Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IV-
Penatalaksanaan B2).
b. Konsultasikan ke dokter bila :
1) Terdapat penurunan Ht yang menetap walaupun sudah mendapat
terapi.
2) Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil
sebelumnya (singkirkan kesalahan labotaturium).
3) Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu.
4) Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.

H. AKIBAT LANJUTAN
Pada ibu hamil yang anemia dapat mengalami:
1. Keguguran.
2. Lahir sebelum waktunya
3. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
4. Perdarahan sebelum dan pada waktu persalinan.
5. Dapat menimbulkan kematian.

7
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN ANEMIA

A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 1994).
Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada gangguan sistem
reproduksi sehubungan dengan anemia tergantung pada penyebab dan adanya
komplikasi pada penderita. Pengkajian keperawatan anemia meliputi anamnesis
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan pengkajian
psikososial.
1. Identitas Klien dan keluarga (penanggung jawab) :
a. Nama
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Pekerjaan
e. Hubungan klien dengan penanggung jawab
f. Agama
g. Suku bangsa
h. Status perkawinan
i. Alamat
j. Golongan darah
2. Keluhan Utama
Keluhan utama meliputi 5L, letih, lesu, lemah, lelah lalai, pandangan
berkunang-kunang.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari anemia, yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa
berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa
ditentukan apa yang terjadi (Ignatavicius, Donna D, 1995).

8
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anemia. Penyakit-
penyakit tertentu seperti infeksi dapat memungkinkan terjadinya anemia.
Tulang
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit darah merupakan salah
satu faktor predisposisi terjadinya anemia yang cenderung diturunkan secara
genetik (Ignatavicius, Donna D, 1995).
6. Riwayat Psikososia
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran
klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat
(Ignatavicius, Donna D, 1995)
7. Riwayat Bio-psiko-sosial-spiritual
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak.
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunujukkan keletihan.
b. Sirkulasi Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan
GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung
berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia
kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen
ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung :
murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan

9
membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku.
(catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-
abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon
terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian
kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi
kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)
(DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara
premature (AP).
c. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi
(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau
konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
d. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.
Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka
terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan
vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk,
kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status
defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut
pecah. (DB).
e. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak
mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan
pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia
tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.

10
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental :
tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina
(aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik).
Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda
Romberg positif, paralysis (AP).
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
g. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
h. Keamanan Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,.
Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan.
Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas.
Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka
buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati
umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
i. Seksualitas Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau
amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Gambaran Umum
1) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis
tergantung pada keadaan klien.
2) BB sebelum sakit.
3) BB saat ini.
4) BB ideal.
5) Status gizi.
6) Status hidrasi.
7) Tanda-tanda vital.

11
b. Pemeriksaan head toe toe
1) Kepala Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
2) Leher Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
3) Muka Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan
fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
4) Mata Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena
tidak terjadi perdarahan).
5) Telinga Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada
lesi atau nyeri tekan.
6) Hidung tak ada pernafasan cuping hidung.
7) Mulut dan FaringTak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
8) Thoraks Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
9) Paru
Inspeksi : Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronchi.
10) Jantung
Inspeksi; Tidak tampak iktus jantung.
Palpasi; Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
Auskultasi ;Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
11) Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Palpasi : Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
Perkusi : Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
Auskultasi : Peristaltik usus normal  20 kali/menit.
12) Inguinal-Genetalia-Anus Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe,

12
tak ada kesulitan BAB.
13) Ekstremitas
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil dari urat di lengan dinilai
untuk darah hitungan. Anemia terdeteksi jika tingkat hemoglobin lebih
rendah daripada normal.
b. Mungkin ada lebih sedikit sel darah merah daripada normal. Di bawah
mikroskop sel mungkin tampak kecil dan pucat daripada biasanya dalam
kasus besi kekurangan anemia.
c. Ukuran kecil disebut microcytic anemia. Dalam vitamin B12 folat
kekurangan sel mungkin tampak pucat tetapi lebih besar daripada ukuran
mereka biasa. Ini disebut macrocytic anemia.
d. Feritin toko-feritin adalah protein yang toko besi. Jika tingkat darah
feritin rendah menunjukkan rendah besi toko dalam tubuh dan membantu
mendeteksi besi kekurangan anemia.
e. Tes darah termasuk berarti sel volume (MCV) dan lebar distribusi sel
darah merah (RDW).
f. Retikulosit adalah ukuran dari sel muda. Ini menunjukkan jika produksi
RBC tingkat normal.
g. Vitamin B12 dan folat tingkat dalam darah-ini membantu mendeteksi
jika anemia jika karena kekurangan vitamin ini.
h. Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu banyak
seperti yang terlihat dalam aplastic anemia atau kanker darah. Kurangnya
besi dalam sumsum tulang juga menunjuk ke arah besi kekurangan
anemia.

13
B. Analis Data
No Pengelompokan data Masalah Etiologi
1 DS : Intoleransi
Klien mengatakan sesak nafas saat Aktifitas
beraktifitas.
Klien mengatakan lemah dan lesu.
DO :
- TD kurang dari 120/80 mmhg
- Tampak eritema
2 DS : Nutrisi
Pasien mengatakan tidak ada nafsu
makan
DO :
- Tampak kurang minat
terhadap makanan
- Membran mukosa pucat
- Bising usus 30x/m

3 DS : Resiko infeksi
Pasien mengatakan merasa lesu dan
tidak nafsu makan
DO :
Pasien tampak lesu, pucat dan
eritema

4 DS : Ketidaefektifan
Klien mengatakan perfusi jaringan
DO : perifer
- Tampak warna kulit membiru
- Tampak kuku tumbuh lambat
- Ekstremitas dingin
- TD menurun
- Nadi lemah tidak teraba

14
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang, anoreksia.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak
adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan
respon inflamasi).
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi
Hb dan darah, suplai oksigen berkurang.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx1: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.

Tujuan/Kriteria hasil: Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas(termasuk


aktivitas sehari-hari.

Intervensi :
1. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan untuk melakukan tugas/AKS
normal.
2. Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.
3. Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktivitas.
4. Berikan lingkungan tenang.
5. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
6. Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi.

Rasional :
1. Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
2. Menunjukkan perubahan neurologi karena defesiensi vitamin B12
mempengaruhi keamanan pasien/resiko cedera.

15
3. Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk
membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
4. Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan
menurunkan regangan jantung dan paru.
5. Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing,
berdenyut dan peningkatan resiko cedera.
6. Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan
kegagalan.

Dx2: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan.

Tujuan/Kriteria hasil: Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan


stabil dengan nilai laboratorium normal.

Intervensi:
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
2. Observasi dan catat masukan makanan pasien.
3. Timbang berat badan tiap hari.
4. Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan diantara
waktu makan.
5. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang
berhubungan.
6. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan,
gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci
mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka.
7. Kolaborasi :
1) Berikan obat sesuai indikasi, mis.Vitamin dan suplemen mineral,
seperti sianokobalamin (vitamin B12), asam folat (Flovite); asam
askorbat (vitamin C)
2) Besi dextran (IM/IV.)

16
Rasional:
1. Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
2. Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
3. Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
4. Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan
pemasukan juga mencegah distensi gaster.
5. Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
6. Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan
pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik
perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan
rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
7. Kolaborasi :
1) Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan/atau
adanya masukan oral yang buruk dan defisiensi yag diidentifikasi.
2) Diberikan sampai defisit diperkirakan teratasi dan disimpan untuk
yang tak dapat diabsorpsi atau terapi besi oral, atau bila kehilangan
darah terlalu cepat untuk penggantian oral menjadi efektif.

Dx3: Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang


tidak adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan
respon inflamasi).

Tujuan/Kriteria hasil: Mngidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan


resiko infeksi.

Intervensi:
1. Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh oemberi perawatan dan pasien.
2. Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/ perawatan luka.
3. Tingkatkan masukan cairan adekuat.
4. Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa
demam
5. Kolaborasi: berikan antiseptic topical, antibiotic sistemik.

17
Rasional :
1. Mencegah kontaminasi silang
2. Menurunkan resiko infeksi bakteri
3. Membantu dalam pengenceran secret pernafasan untuk mempermudah
pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh.
4. Adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
5. Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau
untuk pengobatan proses infeksi local.

Dx4: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan


konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang.

Intervensi:
1. Adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul.
2. Monitor adanya paretase
3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
4. Gunakan sarung tangan untuk proteksi
5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
6. Kolaborasi pemberian analgetik

18
D. IMPLEMENTASI
Dx1: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan/Kriteria hasil: Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas(termasuk
aktivitas sehari-hari.

Implementasi Rasional
- Mengkaji kemampuan pasien untuk - Mempengaruhi pilihan
melakukan untuk melakukan tugas/AKS intervensi/bantuan.
normal. - Menunjukkan perubahan
- Mengkaji kehilangan/gangguan neurologi karena defesiensi
keseimbangan gaya jalan, kelemahan vitamin B12 mempengaruhi
otot. keamanan pasien/resiko cedera.
- Mengawasi tekanan darah, nadi, - Manifestasi kardiopulmonal dari
pernapasan selama dan sesudah upaya jantung dan paru untuk
aktivitas. membawa jumlah oksigen
- Memberikan lingkungan tenang adekuat ke jaringan.
- Mengubah posisi pasien dengan - Meningkatkan istirahat untuk
perlahan dan pantau terhadap pusing. menurunkan kebutuhan oksigen
- Menganjurkan pasien untuk tubuh dan menurunkan regangan
menghentikan aktivitas bila palpitasi. jantung dan paru.
- Hipotensi postural atau hipoksia
serebral dapat menyebabkan
pusing, berdenyut dan
peningkatan resiko cedera.
- Regangan/stres kardiopulmonal
berlebihan/stres dapat
menimbulkan kegagalan.

19
Dx2: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
Tujuan/Kriteria hasil: Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat
badan stabil dengan nilai laboratorium normal.

Implementasi Rasional
- Mengkaji riwayat nutrisi, termasuk - Mengidentifikasi defisiensi,
makanan yang disukai. menduga kemungkinan intervensi.
- Mengobservasi dan catat masukan - Mengawasi masukan kalori atau
makanan pasien. kualitas kekurangan konsumsi
- Menimbang berat badan tiap hari. makanan.
- Memberikan makan sedikit dan frekuensi - Mengawasi penurunan berat badan
sering dan/atau makan diantara waktu atau efektivitas intervensi nutrisi.
makan. - Makan sedikit dapat menurunkan
- Mengobservasi dan catat kejadian kelemahan dan meningkatkan
mual/muntah, flatus dan gejala lain yang pemasukan juga mencegah distensi
berhubungan. gaster.
- Memberikan dan bantu hygiene mulut - Gejala GI dapat menunjukkan efek
yang baik sebelum dan sesudah makan, anemia (hipoksia) pada organ.
gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan - Meningkatkan nafsu makan dan
yang lembut. Berikan pencuci mulut yang pemasukan oral, menurunkan
diencerkan bila mukosa oral luka. pertumbuhan bakteri,
- Kolaborasi : Memberikan obat sesuai meminimalkan kemungkinan
indikasi, mis.Vitamin dan suplemen infeksi. Teknik perawatan mulut
mineral, seperti sianokobalamin (vitamin khusus mungkin diperlukan bila
B12), asam folat (Flovite); asam askorbat jaringan rapuh/luka/perdarahan dan
(vitamin C), besi dextran (IM/IV.) nyeri berat.
- Kolaborasi :
Kebutuhan penggantian tergantung
pada tipe anemia dan/atau adanya
masukan oral yang buruk dan
defisiensi yag diidentifikasi.
Diberikan sampai defisit
diperkirakan teratasi dan disimpan
untuk yang tak dapat diabsorpsi
atau terapi besi oral, atau bila
kehilangan darah terlalu cepat
untuk penggantian oral menjadi
efektif.

20
Dx3: Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang
tidak adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan
respon inflamasi).
Tujuan/Kriteria hasil: Mngidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan
resiko infeksi.

Implementasi Rasional
- Meningkatkan cuci tangan yang baik - Mencegah kontaminasi silang.
oleh pemberi perawatan dan pasien. - Menurunkan resiko infeksi
- Mempertahankan teknik aseptic ketat bakteri.
pada prosedur/ perawatan luka. - Membantu dalam pengenceran
- Meningkatkan masukan cairan secret pernafasan untuk
adekuat. mempermudah pengeluaran dan
- Memantau suhu, catat adanya mencegah statis cairan tubuh.
menggigil dan takikardia dengan atau - Adanya proses inflamasi/infeksi
tanpa demam. membutuhkan
- Kolaborasi: Memberikan antiseptic evaluasi/pengobatan.
topical, antibiotic sistemik. - Mungkin digunakan secara
propilaktik untuk menurunkan
kolonisasi atau untuk pengobatan
proses infeksi local.

Dx4: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan


konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang.
Tujuan/Kriteria hasil:

Implementasi Rasional
- Adanya daerah tertentu yang hanya - Untuk mengetahui daerah yang
peka terhadap panas, dingin, tajam, peka (mis. panas, dingin, tajam
tumpul. atau tumpul).
- Memonitor adanya paretase. - Untuk mengetahui adanya
- Menginstruksikan keluarga untuk paretase.
mengobservasi kulit jika ada isi atau - Untuk mengetahui adanya
laserasi. laserasi.
- Menggunakan sarung tangan untuk - Untuk memproteksi tangan.
proteksi. - Agar gerak terbatas.
- Membatasi gerakan pada kepala, leher - Untuk mengurangi rasa nyeri.
dan punggung.
- Kolaborasi pemberian analgetik.

21
E. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya (Lynda Juall Capenito, 1999:28).
Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau perkembangan
klien dugunakan komponen SOAP. Yang dimaksud dengan SOAP adalah:

S : data subyektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan
tindakan keperawatan
O : data obyektif
Yaitu data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara
langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
A : analisis
Interpretasi dari data sunyektif dan data obyektif. Merupakan suatu masalah
atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi, atau juga dapat dituliskan
masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien
yang telah teridentifikasi datanya dalam data subyektif dan obyektif.
P : planing
Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi,
atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan
sebelumnya.
Contoh :

Masalah Keperawatan Catatan Perkembangan


Intoleransi aktifitas S : Klien mengatakan lemas
O : Keluhan utama lemah
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

22

Anda mungkin juga menyukai