Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN PADA TN.

“M” DENGAN DIAGNOSA


DIABETES MELITUS TIPE II DI RUANG MELATI RSUD ARIFIN
NU’MANG SIDENRENG RAPPANG

WULANDARI

201801016

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI NERS JENJANG SARJANA

ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


A. DEFINISI
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan kategori yang ditandai oleh
kenaikan keadaan glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, S.C & Bare, B.
G, 2002).
Diabetes Melitus adalah suatu kelainan metabolisme kronis yang terjadi karena
berbagai penyebab, ditandai oleh konsentrasi glukosa darah melebihi normal, disertai
dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang diakibatkan oleh
kelainan sekresi hormon insulin, kelainan kerja insulin atau kedua-duanya (Depkes RI,
2005).
Diabetes Melitus merupakan suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi
yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin yang
absolut atau relatif gangguan fungsi insulin (WHO, 2005).

B. ETIOLOGI
Mekanisme yang dapat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada Diabetes Melitus tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu
terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya
Diabetes Melitus tipe II.
Faktor-faktor lain adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun).
b. Obesitas.
c. Riwayat keluarga.
d. Ras (Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2002).

C. FATOFISIOLOGI
Proses penyakit Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah yang
berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi
dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada Diabetes Melitus tipe
II disertai dengan penurunan reaksi intra sel yang mengakibatkan tidak efektifnya
insulin untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresi. Namun pada penderita
toleransi glukosa terganggu, keadaan ini akibat sekresi insulin berlebihan, dan kadar
glukosa akan di pertahankan dalam tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian bila sel-sel beta tidak mampu megimbangi peningkatan kebutuhan akan
insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan mengakibatkan Diabetes Melitus
tipe II (Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2002).

D. MANEFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis dari Diabetes Melitus tipe II, sepereti lambat (tahunan)
intoleransi glukosa progresif, poliuria (akibat dari diuresis osmotik bila diambang
ginjal terhadap reabsorpsi glukosa dicapai dan kelebihan glukosa keluar melalui
ginjal), polidipsia (disebabkan oleh dehidrasi sel akibat lanjut dari poliuria), keletihan,
luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vagina, keputihan akibat kelainan
ginekologis (Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2002).

E. KOMPLIKASI
a. Komplikasi akut
1) Ketoasidosis Diabetik, adalah gangguan metabolik yang terjadi akibat
defisiensi insulin di karakteristikan dengan hiperglikemia eksterm (lebih
300 mg/ dl). Pasien sakit berat dan memerlukan intervensi untuk
mengurangi kadar glukosa darah dan memperbaiki asidosis berat,
elektrolit, ketidakseimbangan cairan. Adapun factor pencetus Ketoasidosis
Diabetik: obat-obatan, steroid, diuretik, alkohol, gagal diet, kurang cairan,
kegagalan pemasukan insulin, stress, emosional, dan riwayat penyakit
ginjal.
2) Hipoglikemia merupakan komplikasi insulin dengan menerima jumlah
insulin yang lebih banyak daripada yang di butuhkannya untuk
mempertahankan kadar glukosa normal. Gejala-gejala hipoglikemia
disebabkan oleh pelepasan epinefrin (berkeringat, gemetar, sakit kepala
dan palpitasi), juga akibat kekurangan glukosa dalam otak (tingkah laku
yang aneh, sensorium yang tumpul dan koma).
b. Komplikasi jangka panjang
1) Mikroangiopati Diabetik merupakan lesi spesifik Diabetes Melitus yang
menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik) dan saraf-saraf
perifer (neuropati diabetik), otot-otot dan kulit.
2) Makroangiopati Diabetik mempunyai gambaran histopatologis berupa
aterosklerosis. Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan karena
insufisiensi insulin yang menjadi penyebab jenis penyakit vaskuler.
Gangguan–gangguan ini berupa penimbunan sorbitol dalam intima
vaskuler, hiperproteinemia dan kelainan pembekuan darah. Pada akhirnya
makroangiopati diabetik ini akan mengakibatkan penyumbatan vaskuler.
Jika yang terkena adalah arteri koronaria dan aorta, maka dapat
mengakibatkan angina dan infark miokardium (Price, S. A. & Wilson L.M,
2006).
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Kerangka utama penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu perencanaan makan,
latihan jasmani, obat hipoglikemik, dan penyuluhan.
1. Perencanaan makan (meal planning)
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), telah ditetapkan
bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang
berupa karbohidrat (60-70%), protein (10-15%). Lemak (20-25%). Apabila
diperlukan santapan dengan komposisi karbohidrat sampai 70-75% juga
memberikan hasil yang baik, terutama untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah
kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, dan
kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan
kolesterol <300 mg/ hari. Jumlah kandungan serat ± 25 g/ hari, diutamakan jenis
serat larut. Konsumsi garam dibatasai bila terdapat hipertensi. Pemanis dapat
digunakan secukupnya.
2. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama ± 0,5 jam
yang sifatnya sesuai CRIEPE ( continous, rhytmical, interval, progressive,
endurance training). Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki,
jogging, renang, bersepeda, dan mendayung.
3. Obat berkhasiat hipoglikemik
a. Sulfonilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulsai pelepasan insulin yang
tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin, meningkatkan sekresi
insulin sebagai aklibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya
diberikan pada pasien dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai
pada pasien yang beratnya sedikit lebih.
b. Biguanid
Obat ini menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah
normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini dianjurkan
untuk pasien gemuk (indeks masa tubuh/ IMT > 30) sebagai obat tunggal.
c. Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α
glukosidase didalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan
glukosa dan menurunkan hiperglikemia pasca prandial.
DAFTAR PUSTAKA

Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementrian kesehatan RI.


Hasil Riskesdas 2018 (WHO Fact Sheet of Diabetes, 2016)
American Diabetes Association. (2017). “Standards of Medical care in
Diabetes 2017”. Vol.40. USA : ADA
Nanda internasional. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
klasifikasi 2015. Mediaction: Yogyakarta
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. “M” DENGAN DIAGNOSA
DIABETES MELITUS TIPE II DI RUANG MELATI RSUD ARIFIN
NU’MANG SIDENRENG RAPPANG

WULANDARI

201801016

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI NERS JENJANG SARJANA

ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Anda mungkin juga menyukai