Anda di halaman 1dari 6

Mata Kuliah : Keperawatan Kritis

Dosen : Ns.Asnuddin S.Kep.,M.Kes

SISTEM SENSORI PERSEPSI


KATARAK

WULANDARI
201801016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS JENJANG STRATA SATU (S1)


ITKes MUHAMMADIYAH SIDRAP
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
TUGAS 1

A. PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada
korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan
bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan.
Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus.
Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna, nampak
seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.
Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda.
Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun
kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan
katarak berkembang secara kronik ketika seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak
dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa
dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling
sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan,
alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka
waktu lama (Smeltzer, 2002)
Metabolisme Lensa Normal
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan
kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian
anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior
lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar
Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K
dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap
dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob
(95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis
asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase.
Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol
dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase.
Lensa mengandung 65% air, 35% protein dan sisanya adalah mineral. Dengan
bertambahnya usia, ukuran dan densitasnya bertambah. Penambahan densitas ini akibat
kompresi sentral pada kompresi sentral yang menua. Serat lensa yang baru dihasilkan di
korteks, serat yang tua ditekan ke arah sentral. Kekeruhan dapat terjadi pada beberapa
bagian lensa.
Kekeruhan sel selaput lensa yang terlalu lama menyebabkan kehilangan
kejernihan secara progresif, yang dapat menimbulkan nyeri hebat dan sering terjadi pada
kedua mata.

B. FARMAKOLOGI
Penanganan katarak tergantung pada tingkat keparahannya. Katarak yang sudah
parah hanya dapat ditangani melalui operasi katarak. Sementara itu, jika katarak masih
dalam tahap awal atau ringan, penyakit ini dapat ditangani dengan penggunaan kacamata
khusus untuk membantu penderita katarak melihat lebih jelas.
Selain penggunaan kacamata, ada beberapa jenis obat katarak yang diklaim dapat
membantu mengatasi keluhan katarak yakni :
 Lanosterol. Obat tetes mata lanosterol dipercaya ampuh sebagai Obat katarak,
terutama pada katarak ringan. Obat ini dapat bekerja dengan cara meluruhkan
gumpalan protein pada lensa mata.
 N-acetylcarnosine (NAC) Mencegah katarak semakin parah. Obat katarak dalam
bentuk obat tetes mata yang mengandung protein L-carnosine sintetik yang memiliki
sifat antioksidan.
 Cylopentolate dan atropine Obat tetes yang sering digunakan sebelum pasien
melakukan pemeriksaan mata, sedangkan obat tetes mata atropin sering digunakan
sebagai obat tetes mata bagi penderita mata katarak. Kedua obat ini punya cara kerja
yang sama, yaitu melebarkan pupil mata dan melemaskan otot-otot mata untuk
sementara waktu.

C. TERAPI DIET
Anjuran asupan nutrisi antara lain dengan mengkonsumsi buah dan sayur lebih
dari 3,5 porsi/ hari, makan makanan yang mengandung tinggi asam amino sulfur (biji
bijian dan legumes), mengkonsumsi vitamin dan mineral yang mengandung vitamin BI,
vitamin C, vitamin E, Beta karoten, Zink, Cooper d Selenium, Dosis dalam mengonsumsi
vitamin dan mineral diberikan dengan pengawasan dan nasihat tenaga kesehatan.
TUGAS II

A. PENCEGAHAN PRIMER
Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat
menghentikankejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Pencegahan
primer juga diartikan sebagai bentuk pencegahan terhadap terjadinya suatu penyakit pada
seseorang dengan faktor risiko.
Perlindunag Khusus, antara lain yaitu :
1. Menghindari sinar matahari langsung
2. Tidak merokok dan menghindari asap rokok
3. Mengurangi berat badan bagi yang mempunyai berat badan berlebih
4. Menghindari pemakaian obat steroid
5. Menghindari makanan yang sudah tengik dan sumber radikal bebas lainnya
6. Mengurangi asupan lemak hewan
7. Menghindari makanan yang merupakan produk akhir
8. Mengurangi minuman alcohol

B. PENCEGAHAN SEKUNDER
Pencegahan sekunder ini diberikan kepada mereka yang menderita atau
dianggapmenderita. Adapun tujuan pada pencegahan sekunder yaitu diagnosis dini
dan pengobatan yang tepat. Adapun beberapa pengobatan terhadap penyakit katarak dapa
tmelalui obat dan operasi.
Pencegahan sekunder terdiri dari :
a. Diagnosis dini dan pengobatan segera
b. Pembatasan ketidakmampuan (disability)

C. PENCEGAHAN TERSIER
Tujuan utama dari pencegahan tersier adalah mencegah cacat, kematian, serta
usaha rehabilitasi. Pencegahan tersier terhadap penyakit katarak dapat dengan
melakukan perawatan pasien hingga sembuh serta melakukan terapi-
terapi untuk meminimalisir kecacatan akibat katarak tersebut. Pencegahan tersier adalah
Rehabilitasi.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku saku patofisiologi. Jakarta: ECG.

Ilyas, S.(2007). Katarak Lensa Mata Keruhed. 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Tamsuri, Anas.(2010). Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai