Anda di halaman 1dari 1

KASUS IPE PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

Kasus dengan Gangguan Sistem Onkologi dan Ginekologi


Diagnose medis : Kistoma Ovarii Permagna
Tindakan bedah : Laparoskopi
Tindakan anestesi : Anestesi umum dengan ETT

Seorang perempuan, umur 25 tahun, datang ke IGD mengeluh sejak 15 hari perut semakin membesar, pasien
juga mengatakan sedikit sulit bernafas. Aktifitas mulai berkurang dan merasa berat saat berjalan. Pasien bisa
tidur dengan satu bantal tetapi akan lebih nyaman bila memakai dua bantal. Faktor psikologis pasien harus
mendapatkan perhatian lebih karena belum menikah dan muncul perasaan malu karena perut yang
membesar. Tidak ada riwayat penyakit sistemik seperti hipertensi maupun kencing manis sebelumnya. Tidak
ada riwayat alergi dan operasi. (disesuaikan dengan PRODI PSIK dan KEBIDANAN)

BB pasien 55 kg, TB 150 cm, dan lingkar abdomen 109 cm. Pemeriksaan rongent dada tampak diafragma
letak tinggi karena pendesakan abdomen, jantung dan paru tidak ada kelainan. Pemeriksaan USG
menunjukkan adanya gambaran kistoma yang besar dengan asites. Dari CT scan abdomen menunjukkan
massa kistik besar dengan ukuran 30,3 x 34,9 x42,1 cm dengan komponen solid yang mendesak usus serta
adanya hidronefrosis derajat IV kanan dan III di kiri,cairan asites intraperitoneal minimal. Pemeriksaan
hematologi didapatkan Hb 11,4 g/dL, hematokrit 37%, sedangkan fungsi hemostasis, kadar elektrolit,
albumin, fungsi hati dan ginjal masih dalam batas normal. (disesuaikan dengan PRODI TRR dan TLM)

Persiapan sebelum operasi disiapkan 5 unit PRC dan plasma segar beku. Di ruangan dipasang IV line untuk
akses pemberian cairan. Pasien diberikan premedikasi antasida, H2 blocker dan metocloperamid namun
tidak diberikan obat sedasi. Di ruang persiapan dilakukan pemasangan kateter vena sentral (di vena jugularis
interna kanan) untuk monitoring dan pemberian cairan serta arteri line (di arteri radialis kanan).

Tahap intra anestesi, pasien diposisikan setengah duduk dengan dilakukan pre-oksigenasi 100% selama 3
menit dilanjutkan dengan ko-induksi fentanyl 50 mcg/IV secara berlahan, induksi menggunakan propofol
100 mg/IV secara perlahan. Setelah pasien tertidur dilakukan Sellick manouvre kemudian diberikan
rocuronium 30 mg/IV. Pasien masuk stadium 3 plana 2 dilakukan intubasi dengan ETT no 6,5. Setelah
memastikan posisi tube dan cuff dikembangkan Sellick manouvre dilepaskan. Pemeliharaan anestesi dengan
ventilasi kendali memakai O2 50% dan N2O 50%. Saat intra anestesi dilakukan monitoring secara ketat
meliputi perdarahan pasien sekitar 500 ml, dan produksi urin 1600 ml. CVP 8-15 cmH2O, tekanan darah
arterial antara 90 -120/50-70 mmHg, end tidal CO2 33-35 mmHg, SpO2 97-100%. Operasi berlangsung
selama 2 jam.

Post anestesi, pasien diberikan reversed menggunakan prostigmin dan sulfas atropine, namun pasien tidak
bisa bernafas dengan adekuat. Pasien tidak dilakukan ekstubasi, namun tetap diberikan ventilasi tetap
dikendalikan dengan ventilator di ruang intensif. Kateter epirural dipasang di L1-2 dengan panjang kateter 5
cm di ruang epidural menggunakan campuran regimen bupivacain 0,125% + morfin 1 mg tiap 10ml NaCl
0,9% setiap 12 jam pemberian. (ditambahkan/disesuaikan dengan PRODI PSIK dan FISIOTERAPI)

Anda mungkin juga menyukai