Anda di halaman 1dari 30

Nama : M.

Yudha Rezaldie

A. Tahapan Proses Produksi


a. Pengertian Proses Produksi.
Secara umum, proses produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
menggabungkan berbagai faktor produksi yang ada, dalam upaya menciptakan suatu
produk, baik barang atau jasa yang memiliki manfaat bagi konsumen. Proses produksi
juga dapat disebut sebagai kegiatan mengolah bahan baku dan bahan pembantu
dengan memanfaatkan peralatan sehingga menghasilkan suatu produk yang lebih
bernilai dari bahan awalnya. Dengan demikian proses produksi dapat dikatakan
sebagai kegiatan produksi yang menghasilkan barang atau jasa. 
 Barang adalah sesuatu yang memiliki sifat-sifat fisik dan kimia, serta mempunyai
masa waktu.
 Jasa adalah sesuatu yang tidak memiliki sifat-sifat fisik dan kimia, serta tidak
mempunyai jangka waktu antara produksi dan konsumsi. 

b. Konsep Kegiatan Produksi.


 Kegiatan menghasilkan barang dan jasa. Dalam pengertian ini, kegiatan
produksi adalah menghasilkan barang dan jasa yang belum ada sehingga
bertambah jumlahnya atau memperbesar ukurannya.
 Kegiatan menambah nilai guna barang dan jasa. Dalam pengertian ini,
kegiatan produksi juga meliputi kegiatan menambah nilai guna barang dan jasa,
sehingga nilai guna barang dan jasa tersebut menjadi lebih tinggi. 

c. Tujuan Proses Produksi.


 menghasilkan barang atau jasa.
 menjaga kelangsungan hidup suatu organisasi/perusahaan.
 memberikan nilai tambah (value product) suatu barang produksi.
 mendapatkan keuntungan atau laba sehingga tercapai tingkat kemakmuran yang
diinginkan.
 memenuhi permintaan pasar, baik pasar domestik atau internasional.
 mengganti produk barang yang aus, rusak, kedaluwarsa, atau barang yang telah
habis karena pemakaian.

d. Karakteristik Proses Produksi.


1) Proses.
Berdasarkan proses-nya, karakteristik proses produksi dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu :
 produksi langsung, yang mencakup produksi primer dan produksi sekunder.
Produksi primer adalah kegiatan produksi yang diambil dari alam secara
langsung, misalnya pertanian, pertambangan, perikanan, dan lain-lain.
Sedangkan produksi sekunder adalah proses produksi dengan menambahkan
nilai lebih pada suatu barang yang ada, misalnya baja untuk membuat
jembatan, kain untuk membuat pakaian, dan lain-lain.
 produksi tidak langsung, adalah proses produksi dengan memberikan hasil
dari keahlian atau jasa. Misalnya, jasa kesehatan, jasa konsultasi, dan lain-
lain.

2) Sifat Produksi.
Berdasarkan sifat produksi-nya, karakteristik proses produksi dapat dibedakan
menjadi empat macam, yaitu
 proses ekstraktif, adalah kegiatan produksi dengan mengambil produk secara
langsung dari alam.
 proses analitik, adalah kegiatan produksi yang melakukan pemisahan suatu
produk menjadi lebih banyak dengan bentuk yang mirip seperti aslinya.
 proses fabrikasi, adalah kegiatan mengubah suatu bahan baku menjadi suatu
produk yang baru.
 proses sintetik, adalah kegiatan menggabungkan beberapa bahan menjadi
suatu bentuk produk. Proses sintetik disebut juga dengan perakitan.

3) Jangka Waktu Produksi.


Berdasarkan jangka waktu produksi-nya, karakteristik proses produksi dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
 produksi terus menerus, adalah kegiatan produksi yang memakai berbagai
fasilitas untuk menciptakan produk secara terus menerus. Proses produksi ini
umumnya dilakukan dalam skala besar dan tidak terpengaruh oleh waktu dan
musim.
 produksi terputus-putus, adalah kegiatan produksi yang dilakukan tidak
setiap saat, tergantung pada musim, pesanan, dan faktor lainnya.

4) Jenis Proses Produksi.


Dalam proses produksi diperlukan waktu yang berbeda-beda. Berdasarkan hal
tersebut, proses produksi dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
 produksi jangka pendek, merupakan kegiatan produksi yang cepat dan
langsung menghasilkan produk, baik barang atau jasa, bagi konsumen.
Misalnya produksi makanan seperti roti bakar, gorengan, dan lain-lain.
 produksi jangka panjang, merupakan kegiatan produksi yang membutuhkan
waktu yang cukup lama. Misalnya membangun rumah, menanam padi, dan
lain-lain.
 produksi terus menerus, merupakan kegiatan produksi yang melakukan
pengolahan berbagai bahan baku secara bertahap hingga menjadi suatu barang
jadi, di mana proses produksi-nya berlangsung secara terus menerus. Misalnya
pabrik yang memproduksi kertas, gula, dan lain-lain.
 produksi selingan, merupakan kegiatan produksi yang mengolah bahan-
bahan baku dengan cara menggabungkannya menjadi suatu barang jadi.
Misalnya proses pembuatan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda
empat, yang dilakukan dengan menggabungkan beberapa bagian menjadi satu
kesatuan sehingga menghasilkan sepeda motor maupun mobil.

e. Tahapan Perencanaan Produksi.


Untuk menghasilkan suatu produk yang berkualitas harus mempertimbangkan
berbagai faktor, seperti : pasar yang baik di masa yang akan datang, siklus hidup
produksi, arus kas, dan kemampuan organisasi/perusahaan. Untuk itulah diperlukan
berbagai tahapan dalam perencanaan suatu produksi yang dilakukan dengan
memperhatikan berbagai aspek, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar
organisasi/perusahaan. Tahapan perencanaan produksi dimaksud meliputi :
1) Ide Produksi.
Ide produk, yang disusun berdasarkan beberapa aspek sebagai berikut :
 dorongan pasar, yaitu kebutuhan konsumen.
 dorongan teknologi, yaitu kemampuan organisasi/perusahaan dalam
melakukan riset dan pengembangan.
 koordinasi antar fungsi manajemen, yang meliputi keuangan, pemasaran, dan
personalia.

2) Seleksi Ide Produk.


Seleksi ide produk disusun berdasarkan atas : 
 evaluasi dari pasar tentang kebutuhan konsumen untuk menyerap hasil
produksi, yang secara teknis operasional mempertimbangkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan produk dengan fasilitas yang ada dan
kemampuan memperoleh bahan baku dan bahan pembantu.
 keadaan keuangan organisasi/perusahaan, dengan mempertimbangkan hasil
yang diperoleh akan menguntungkan atau tidak.

3) Desain Awal (Rancang Bangun).


Desain awal atau rancang bangun dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa
hal, yaitu :
 manfaat barang produksi.
 fungsi barang produksi, apakah termasuk fungsi primer (utama) atau fungsi
sekunder.
 bentuk barang produksi.
 seni atau keindahan barang produksi dengan tetap memperhatikan
kesimbangan biaya.
 kualitas barang produksi.
 performance barang produksi.

4) Prototype.
Pada tahap ini, organisasi/perusahaan akan mengadakan percobaan terhadap
kemampuan dan kekuatan barang produksi sehingga akan didapatkan keunggulan
dan kelemahan dari barang produksi, selain juga akan dilakukan analisis terhadap
keindahan bentuk dari barang produksi.

5) Pengujian (Testing).
Hasil prototype akan dicoba atau diuji fungsinya dalam berbagai keadaan yang
mungkin terjadi, apakah memenuhi syarat atau tidak.

6) Desain Akhir.
Pada tahap ini, barang produksi yang telah melewati berbagai tahap pengujian
akan disempurnakan sesuai dengan hasil uji yang telah dilakukan.

7) Implementasi.
Implementasi merupakan tahap terakhir dari pembuatan barang produksi. Pada
tahap ini, organisasi/perusahaan akan mulai melakukan proses produksi serta
memasarkan  barang-barang hasil produksi. Organisasi/perusahaan akan
melakukan pemantauan dan menilai masa depan dari pemasaran barang-barang
produksi tersebut yang meliputi reaksi dari konsumen serta kemantapan barang
produksi di pasar

f. Tahapan Proses Produksi.


Secara umum, proses produksi dapat dibagi menjadi empat tahapan produksi, yaitu
sebagai berikut :
1) Perencanaan (Planning).
Tahap perencanaan merupakan tahapan dalam menentukan produk apa yang akan
dibuat, berapa jumlah bahan baku, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa
jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam melakukan produksi. Dalam tahap
perencanaan ini juga dilakukan perancangan terhadap bentuk barang. Untuk
menghasilkan suatu perencanaan yang baik dibutuhkan pengetahuan yang
memadai berkaitan dengan jenis barang yang akan diproduksi, kebutuhannya,
serta kemampuan organisasi/perusahaan dalam melakukan proses produksi.
2) Penentuan Alur (Routing).
Penentuan alur merupakan suatu kegiatan untuk menentukan dan menetapkan
urutan kegiatan dari proses produksi. Dalam tahap ini akan ditentukan alur
produksi mulai dari pengolahan awal bahan baku, pembentukan, pemolesan,
penyelesaian, pengawasan mutu, hingga pendistribusian barang hasil produksi.
Hal penting yang harus diperhatikan dalam tahap penentuan alur ini adalah harus
ditentukan secara tepat urutan produksi dan pekerja yang melakukan setiap alur.
3) Penjadwalan (Scheduling).
Penjadwalan merupakan suatu kegiatan untuk menentukan dan menetapkan kapan
produksi harus dilakukan setelah alur dibuat. Penjadwalan dilakukan dengan
mempertimbangkan jam kerja pekerja dan lama dari setiap alur produksi. Dalam
tahap ini akan dibuat jadwal utama (master schedule) yang kemudian akan dibagi
atau dipecah menjadi beberapa jadwal yang lebih terperinci.

4) Perintah Memulai Produksi (Dispatching).


Perintah memulai produksi merupakan suatu kegiatan untuk menentukan dan
menetapkan suatu proses pemberian perintah untuk memulai produksi setelah
jadwal produksi ditetapkan. Dalam perintah memulai produksi akan dicantumkan
hasil perencanaan dan penjadwalan yang telah dilakukan pada tahapan
sebelumnya, seperti berapa jumlah bahan baku yang digunakan, tahapan
pembuatan hingga waktu produksi sesuai dengan hasil penjadwalan.

5) Indikator Keberhasilan Tahapan Produksi.


Berhasil atau tidaknya suatu produksi dapat dilihat dari beberapa indikator
sebagai berikut :
 kemampuan menyesuaikan diri, merupakan kemampuan pekerja dalam
mengetahui dan memahami pekerjaannya. 
 produktifitas, merupakan pencapaian yang dihasilkan, baik dari sisi kuantitas
maupun kualitas barang produksi yang dihasilkan.
 kepuasaan kerja, merupakan rasa yang didapatkan oleh pekerja dalam
melakukan tanggung jawab pekerjaannya. Kepuasan kerja akan berkorelasi
dengan penerimaan hak pekerja setelah melaksanakan tanggung jawabnya
dengan baik dan benar.
 kemampuan mendapatkan laba, merupakan hasil atau keuntungan yang
diperoleh dari pemasaran barang hasil produksi. Laba merupakan indikator
penting untuk melihat apakah produksi yang dilakukan berhasil atau tidak.
B. Jenis - jenis Biaya Produksi
Biaya produksi berdasarkan proses
 Biaya Bahan Baku (Direct Materialcost)
yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku utama yang digunakan
untuk membuat suatu barang.
 Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour Cost)
yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membiayai tenaga kerja produktif yang bekerja
secara langsung yang menghasilkan barang serta segala hal yang berhubungan dengan
perawatan alat-alat produksi.
 Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Cost)
yaitu biaya-biaya yang tidak langsung dikeluarkan untuk biaya produksi. Biaya ini
berupa tenaga kerja tidak langsung, biaya perbaikan alat dan mesin jika menggunakan
tenaga kerja tidak langsung, biaya listrik, dan ain-lain yang tidak langsung
menghasilkan barang produksi sesuai bidang produksi.

Biaya produksi berdasarkan biaya/dana


 Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah dengan kuantitas output yang dihasilkan.
Artinya, mereka harus dibayar meski tidak ada output produksi sama sekali.
Misalnya, jika Anda ingin membuka restoran burger, Anda harus membayar sewa
untuk lokasi Anda. Katakanlah 2 juta rupiah per bulan. Ini adalah biaya tetap, karena
tidak masalah jika dan berapa banyak burger yang Anda jual, Anda masih harus
membayar sewa.
Anda juga harus membayar gaji pelayan Anda, terlepas dari jumlah burger yang
dia layani. Jika gaji pegawai Anda adalah sebesar 1 juta rupiah per bulan, total biaya
tetap Anda bertambah menjadi 3 juta rupiah per bulan. Ada 2 jenis biaya tetap yang
biasanya dipakai dalam kebanyakan entitas bisnis.
 Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang berubah mengikuti kuantitas output yang
dihasilkan. Artinya, mereka biasanya meningkat ketika output meningkat dan
sebaliknya.
Tidak seperti biaya tetap, biaya variabel tidak terjadi jika tidak ada produksi,
untuk lengkapnya Anda bisa membacanya disini. Oleh karena itu, mereka biasanya
dilaporkan per unit. Misalnya, dalam kasus restoran burger Anda, biaya daging, roti
burger, selada, dan saus BBQ akan dianggap sebagai biaya variable
Mari asumsikan semua bahan menambahkan hingga 5000 rupiah per burger. Jika
Anda menjual 20 burger dan satu-satunya biaya variabel Anda adalah biaya bahan,
total biaya variabel Anda menghasilkan 100 ribu rupiah. Sebaliknya, jika Anda
menjual 200 burger, total biaya variabel Anda bertambah hingga 1 juta rupiah
Jika Anda tidak menjual burger sama sekali, total biaya variabel Anda nol.
Sederhananya, Anda tidak perlu membeli roti jika Anda tidak akan menyajikan
burger apa pun.

 Biaya Total
Biaya total menggambarkan penggabungan dari 2 jenis biaya, yaitu jumlah total
biaya  tetap dan biaya variabel total. Ini termasuk semua biaya yang dikeluarkan
selama proses produksi. Sekali lagi, katakanlah Anda berhasil menjual 200 burger di
bulan pertama Anda.
Dalam hal ini, total biaya dalam menjalankan restoran burger Anda adalah 4 juta
rupiah perbulan (dengan asumsi : 3 juta sebagai biaya tetap + 1 juta sebagai biaya
variabel).
 . Average Cost (Biaya rata-rata)
Biaya rata-rata didefinisikan sebagai biaya total dibagi dengan kuantitas output
(jumlah unit yang diproduksi). Ini adalah faktor penting ketika Anda membuat
keputusan produksi. Jenis biaya ini akan memberikan tentang biaya produksi per unit
yang dihasilkan.
Selain biaya total rata-rata, Anda dapat menghitung biaya tetap rata-rata dengan cara:

Biaya tetap total / Jumlah unit yang diproduksi


Begitu juga biaya variabel rata-rata, berikut caranya:

 Biaya variabel total / Jumlah unit yang diproduksi


Dalam contoh kita di atas, biaya total rata-rata menghasilkan burger yang Anda jual
adalah 20 ribu rupiah (4.000.000 / 200). Sementara itu, biaya tetap rata-rata adalah 15
ribu rupiah per burger dan biaya variabel rata-rata adalah 5 ribu rupiah  per burger.

 Biaya Marginal
Biaya marjinal didefinisikan sebagai biaya untuk memproduksi 1 unit output
tambahan. Artinya, jenis biaya ini memberi tahu kita berapa total peningkatan biaya
jika unit tambahan diproduksi.
Biaya marjinal merupakan faktor penting untuk pengambilan keputusan dalam
konteks proses produksi, karena dapat digunakan untuk menghitung tingkat output
yang optimal. Misalnya, mari kita asumsikan bahwa alih-alih Anda menjual 200
burger, Anda malah menjual 201 burger.
Sekarang, total biaya adalah 4.005.000, yang setara dengan peningkatan 5000
rupiah. Jadi, biaya marjinal menghasilkan burger 201 adalah 5000 rupiah (5000
rupiah per 1 burger).

Kesimpulan
Untuk menganalisis dan memahami keputusan produksi perusahaan, penting untuk
mengetahui berbagai jenis biaya yang mereka hadapi: biaya tetap, biaya variabel, biaya
total, biaya rata-rata, dan biaya marjinal. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah
dengan kuantitas output yang dihasilkan.

Jenis biaya variabel adalah biaya yang berubah dengan kuantitas output yang dihasilkan.
Biaya total adalah jumlah dari biaya tetap total dan biaya variabel total. Sementara itu,
biaya rata-rata adalah total biaya dibagi dengan kuantitas output yang dihasilkan dan
biaya marjinal adalah biaya untuk memproduksi 1 unit output tambahan.

C. Metode penghitungan biaya produksi


Metode hitung biaya produksi adalah suatu cara dalam memperhitungkan unsur-unsur
biaya ke dalam cost produksi (harga pokok produksi / HPP).

Metode yang yang digunakan dalam menentukan biaya produksi ini ada dua macam
yaitu full costing dan variable costing.
1) Metode full costing
Metode full costing ini diartikan sebagai metode penentu cost produksi yang
memperhitungkan segala unsur biaya produksi ke dalam cost produksi, yaitu terdiri
dari BBB (biaya bahan baku). BTKL (biaya tenaga kerja langsung),dan BOP (biaya
overhead pabrik),baik itu yang berperilaku variable maupun yang berperilaku tetap.
Agar Anda lebih paham berikut saya berikan contohnya;
Biaya Bahan baku                       xxxxx
Biaya tenaga kerja langsung       xxxxx
Biaya overhead pabrik variable   xxxxx
Biaya overhead pabrik tetap        xxxxx    +
Cost produksi …………         Rp xxxxx

1. Metode Variabel Costing


Metode variable costing ini merupakan metode yang menentukan cost
produksi berdasarkan menghitung biaya produksi yang berperilaku variable
saja,yaitu terdiri dari biaya bahan baku (BBB), biaya tenaga kerja langsung
(BTKL),dan biaya overhead pabrik variable (BOP). Saya akan berikan
contohnya kembali agar Anda tidak bingung.
Biaya Bahan baku                          xxxxx
Biaya tenaga kerja langsung         xxxxx
Biaya overhead pabrik variable     xxxxx    +
Cost produksi …………            Rp xxxxx

Contoh Menghitung Biaya Produksi


Untuk lebih jelasnya, berikut contoh menghitung biaya produksi. Contohnya
adalah perusahaan ABC yang bergerak di bidang makeup. Dalam satu
bulan, mereka memproduksi 5.000 produk makeup yang dipasarkan di 2
store dan e-commerce (online).

Untuk memproduksi 5.000 produk makeup, mereka memerlukan:


 Rp70.000.000 untuk bahan baku 
 Rp30.000.000 untuk gaji pegawai
 Rp15.000.000 untuk endorsement
 Rp10.000.000 untuk launching produk mengundang media
 Rp10.000.000 untuk bandwith kuota internet
 Rp5.000.000 untuk transport produk ke 2 store
 Rp15.000.000 untuk packaging
 Rp2.000.000 untuk pengeluaran di gudang penyimpanan 

Artinya, total biaya produksinya adalah Rp 157.000.000. Jika dibagi menjadi


5.000 unit, maka biaya produksi satu buah produk adalah Rp 31.400.
Dengan mengetahui biaya produksi setiap unit yang diproduksi, akan
menjadi dasar menghitung harga pokok penjualan. 

D. BEP ( Break Even Poind )


1) Pengertian BEP ( Break Even poind )
BEP atau Break Even Point adalah titik dimana pendapatan sama dengan modal yang
dikeluarkan, tidak terjadi kerugian atau keuntungan.
Total keuntungan dan kerugian ada pada posisi 0 titik break even point yang
artinya pada titik ini perusahaan tidak mengalami kerugian atau mendapat
keuntungan.
Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya
tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya
variabel.
Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya
tetap, maka perusahaan menderita kerugian.
Sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi
biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan.
BEP sangat penting bagi sebuah perusahaan, selain itu break even point juga
sering digunakan oleh para pelaku saham.
Kalkulasi saham yang dibuat dengan menggunakan metode BEP saat seseorang
melakukan kegiatan jual beli saham dapat menganalisa kapan saat yang tepat untuk
membeli (call) dan kapan harus menjual (put).

2) Konsep BEP ( Break Even poind )


Perhitungan atau penutupan BEP tergantung pada konsep-konsep
yang mendasari atau asumsi yang digunakan didalamnya.
Menurut Susan Irawati dalam bukunya “Manajemen Keuangan”
asumsi  dasar yang digunakan dalam BEP adalah sebagai berikut :
 Biaya yang terjadi dalam suatu perusahaan harus digolongkan
kedalam biaya tetap dan biaya variable
 Biaya vaiabel yang secara total berubah sesuai dengan
perubahan volume, sedangkan biaya tetap tidak mengalami
perubahan secara total.
 Jumlah biaya tetap tidak berubah walaupun ada perubahan
kegiatan, sedangkan biaya tetap perunit akan berubah-ubah.
 Harga jual per-unit konstan selama periode dianalisis.
 Jumlah produk yang diproduksi dianggap selalu habis terjual.
 Perusahaan menjual dan membuat satu jenis produk, bila
perusahaan membuat atau menjual lebih dari satu jenis produk
maka “perimbangan hasil penjualan” setiap produk tetap.

3) Break Even Analisis


Break even analysis merupakan dasar dari seluruh metode break
even.Fungsi break even analysis untuk mengetahui volume
penjualan akan menghasilkan keuntungan atau kerugian.
Ada tiga manfaat yang menjadi dasar break even analysis
yaitu: 
 Memberikan informasi banyaknya investasi yang butuhkan agar dapat
mengimbangi pengeluaran awal
 memberi margin sebagai langkah pembatas supaya tidak mengalami kerugian
 Digunakan secara luas, baik dalam analisa jual beli saham dan menganalisa
budget dari berbagai macam project yang dilakukan perusahaan.

4) Komponen Perhitungan Dasar


 Fixed cost atau biaya tetap artinya biaya tetap atau tidak berubah meskipun
volume produksi berubah.
 Variabel cost atau biaya variabel, artinya biaya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan volume produksi.
 Penghasilan atau revenue, merupakan jumlah pendapatan yang diterima oleh
penjual barang.
 Laba atau profit, merupakan sisa penghasilan setelah dikurangi biaya tetap dan
biaya variable.

5) Metode Perhitungan dan Rumus


BEP sering digunakan untuk menemukan persamaan dimana biaya yang dikeluarkan
untuk produksi barang sesuai dengan pendapatan yang didapat dalam satu periode.
Ada beberapa rumus BEP yang biasa digunakan sebaga cara menghitung BEP.
Berikut rumus BEP yang dapat Anda gunakan :
 BEP = Biaya Tetap : (Harga jual per unit – biaya variabel per unit )
Selisih dari pengurangan harga jual per unit dan biaya variabel per unit adalah
rumus dari margin kontribusi (contribution margin).
Cara ini bisa digunakan untuk mengetahui titik dimana jumlah beban setara
dengan  jumlah biaya dan jumlah unit yang dikeluarkan. 

 BEP =  Biaya tetap : Margin kontribusi per unit


BEP tidak hanya dapat dihitung dalam bentuk unit, jika Anda sudah
mengetahui berapa banyak minimal unit yang harus dijual untuk menutup biaya
produksi Anda dapat mengalikannya dengan biaya per unitnya.
Apabila diinginkan break even point dalam rupiah, maka dari formulasi
rumus break even point dalam unit dikalikan dengan harganya (P), sehingga :
 BEP dalam bentuk mata uang = harga jual per unit x BEP per unit
Setelah mengetahui rumus perhitungan BEP Anda juga harus mengetahui
Margin Contribution atau margin kontribusi.
Margin kontribusi dapat mengetahui berapa keuntungan dari suatu produk yang
berhasil dijual, dengan mengukur efek dari sales terhadap keuntungan.
 Margin kontribusi : Total sales – Biaya variabel
Dalam menghitung margin kontribusi, hal penting yang harus perhatikan adalah
biaya variabel yang dikenakan, baik relasinya dengan total biaya ataupu dengan
total sales suatu perusahaan.
Dengan menggunakan margin kontribusi sebuah perusahaan dapat
memisahkan biaya tetap produksinya dengan keuntungan yang didapat.
Dengan begitu perusahaan mengetahui interval harga produk yang akan dijual.

6) Contoh Soal BEP ( Break Even poind )

Misalnya ada seorang akuntan manajer perusahaan ABC bertanggung jawab dalam
operasional produksi dan persediaan stok barang ingin mengetahui jumlah sales yang
diperlukan untuk menutup biaya operasional sebesar Rp.50.000.000,- dan ingin
mendapat keuntungan sebesar Rp.20.000.000,- Penyabaran biaya yang dikeluarakan
untuk operasinya adalah sebagai berikut:

Total biaya tetap             = 50.000.000


Biaya variabel per unit =  30.000
Harga jual per unit        = 50.000
Keuntungan yang di inginkan = 20.000.000

Carilah nilai break even point terlebih dahulu, saat nilai break even point sudah
diketahui maka selanjutnya Anda dapat mengetahui juga nilan margin kontribusi.

Berikut cara menghitung BEP di persoalan ini.


Break even point = 50.000.000 : (margin kontribusi)
Break even point = 50.000.000 : (50.000 – 30.000)
Break even point = 50.000.000 : 20.000
Break even point = 2500 Unit

Artinya perusahaan harus menjual 2500 Unit agar tidak mengalami kerugian, tetapi
jika hanya menjual 2500 unit perusahaan ABC juga tidak akan memperoleh
keuntungan.
Poin penting selanjutnya bagi akuntan manajer yang mengawasi produksi adalah
menghitung dalam bentuk rupiah atau mata uanglainya.
Kendalanya semua biaya baik itu biaya tetap ataupun variabel harus dengan jenis
mata uang. 
BEP dalam rupiah = Harga jual per unit x BEP unit
BEP dalam rupiah = 50.000 x 2.500 unit
BEP dalam rupiah = Rp.125.000.000

7) Mengitung Break Even Point dan Break Even Analysis


Selanjutnya yang merupakan point penting dalam perhitungan break even point
(BEP) adalah bagaimana menerapkan BEP untuk menghasilkan keuntungan yang
dinginkan dengan menggunakan break even analysis.

N unit yang dibutuhkan = (20.000.000 : margin kontibusi) + break even point unit
N unit = (20.000.000 : 20.000) + 2.500
N unit = 1.000 +2.500
N unit = 3.500

Dengan menggunakan korelasi dari metode BEP dan break even analysis, manajer
produksi ABC dapat mengetahui berapa banyak unit yang harus terjual agar perusahaan
ABC mendapat keuntungan yang di inginkan.
Dalam contoh kasus Perusahaan ABC harus menjual sebanyak 3.500 unit agar
memperoleh keuntungan sebesar Rp.20.000.000.
Break Even Point berguna untuk menganalisis studi kelayakan sebuah aktivitas usaha
dalam perencanaan bisnis.
Selain itu  Break Even Point adalah juga berfungsi sebagai landasaan strategis penjualan
misalnya penentuan harga barang, pengambilan keputusan, dan metode produksi.

E. Tahap-tahap pengujian produk barang

1) Arti dan Tujuan Pengujian Produk


Pengujian konsep produk merupakan salah satu tahap dalam pengembangan produk baru.
Sebelum diproduksi dan dipasarkan, produk baru terlebih dahulu diuji untuk mendapatkan
umpan balik dari kelompok konsumen yang menjadi sasaran. Dengan penhujian konsep
produk, perusahaan atau suatu usaha akan memperoleh produk atau merek yang memiliki
masa depan yang baik dan cerah .

Dengan melakukan kegiatan pengujian produk, perusahaan atau suatu usaha akan
dapat lebih memperkaya konsep produk dan memilih produk terbaik yang diminati
konsumen. Metode seperti ini bisa diterapkan dalam berbagai macam produk, baik barang
maupun jasa. Banyak perusahaan atau usaha merasa puas apabila sudah mendapatkan
gagasan atau ide produk dan tidak mematangkan gagasan tersebut menjadi konsep untuk
diuji. Apabila produk tsb belum diuji maka produk tersebut akan mengalami kesulitan ketika
memasuki pasaran, jadi hal tersebut bisa dihindari dengan adanya pengujian produk.

2) Pengembangan Konsep
Pengembangan konsep merupakan cara yang efektif dan jika telah dilakukan dengan benar
maka anda bisa menyelamatkan biaya ratusan juta bahkan miliaran rupiah. Anda juga akan
terhindar dari langkah awal yang salah, postioning yang salah, strategi yang buruk, dan
menjual kepada orang yang salah. Ini bukan sekedar masalah jaminan, tetapi lebih penting
dari itu, sebagai panduan anda untuk melewati seluruh proses pengembangan, dari mulai
konsep awal sampai suksesnya peluncuran produk baru.
Dalam fase pengembangan konsep ini, suatu proses pengembangan konsep
membutuhkan lebih banyak koordinasi terhadap bagian-bagian terkait dalam tim
pengembangan produk dibandingkan dengan fase-fase yang lain. Secara umum proses
pengembangan konsep ini dapat diperhatikan sebagai suatu kegiatan yang saling
berhubungan.

Proses pengembangan konsep mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :


 Identifikasi kebutuhan pelanggan Sasaran kegiatan ini adalah untuk memahami
kebutuhan konsumen dan mengkomunikasikannya secara efektif kepada tim
pengembangan. Output dari langkah ini adalah sekumpulan pernyataan kebutuhan
pelanggan yang tersusun rapi, diatur dalam daftar secara hierarki, dengan bobot-bobot
kepentingan untuk tiap kebutuhan. Menetapkan Spesifiasi & Targetnya Memilih Konsep
Produk Menetapkan Spesifikasi Akhir Pernyataan Misi Identifikasi Kebutuhan
Pelanggan Mendesain Konsep-konsep Produk Menguji Konsep Produk Rencana Alur
Pengem bangan Proses Analisa Ekonomis Produk Benchmark Produk Kompetitor
Membangun model pengujian dan prototype produk Rencana Pengembangan Gambar
 Tahap pengembangan konsep, terdiri dari berbagai kegiatan awal hingga akhir.

Tujuan dari metode identifikasi kebutuhan pelanggan tersebut adalah untuk:


 Meyakinkan bahwa produk telah difokuskan terhadap kebutuhan konsumen.
 Mengidentifikasikan kebutuhan konsumen yang tersembunyi dan tidak terucapkan
(latent needs) seperti halnya kebutuhan yang eksplisit.
 Menjadi basis untuk menyusun spesifikasi produk.
 Menjamin tidak adanya kebutuhan konsumen penting yang terlupakan.

3) Pengujian Konsep (Konsep Testing)


Pengujian terhadap konsep (concep testing) adalah upaya untuk memprediksi
keberhasilan sebuah mengenai produk baru sebelum meluncurkan ke pasar. Proses
biasanya melibatkan reaksi orang lain (konsumen) terhadap pernyataan yang
menjelaskan ide dasar dari produk tsb.

4) Pentingnya Konsep Pengujian


Konsep Pengujian adalah proses yang menganalisis prosedur statistik, membentuk
ulang dan mengubah ide-ide mengenai ide dasar untuk produk. Sebelum produk
diperkenalkan di pasar, hal itu akan menguji keberhasilan produk. Ini membantu
untuk mengembangkan titik yang menyatakan kualitas produk, posisi dan khalayak
yang ditargetkan. Mereka studi mengenai reaksi terhadap produk membantu kita
mencakup banyak hal seperti suka, alasan untuk membeli dan banyak hal lagi. Ini
memfasilitasi konsumen untuk mengevaluasi dan mereka juga dapat memberikan
masukan mereka selama proses pengembangan. Pengujian konsep ini juga dikenal
sebagai alat manajemen untuk mengukur keberhasilan.

5) Pendekatan Efektif Dalam Pengujian Konsep


Sebuah pendekatan efektif dalam pengujian terhadap konsep adalah pengembangan
konsep, yaitu penyempurnaan ide-ide baru secara bertahap ke dalam bentuk yang
paling mungkin untuk diterima di pasar. Hal ini dilakukan tidak hanya dalam
kerangka memberikan ide-ide yang menjanjikan kesempatan untuk bersaing di
pasaran, namun juga panduan untuk berkomunikasi mengenai manfaat, kegunaan,
kemasan, iklan, penjualan, informasi produk, distribusi dan juga harga
6) Mengenai Pengujian Produk
 Produk unggulan tidaklah cukup
Orang hanya bersedia berpindah ke produk baru ketika melihat adanya keuntungan
yang signifikan. Dalam berbagai pengalaman, biasanya lebih dari 30-50%. Orang harus
mempercayai bahwa produk baru tersebut lebih berharga dari pada uang, waktu dan
kenyamanan yang dimiliki saat ini. Anda harus meyakinkan orang bahwa pada akhirnya
mereka akan melakukan perbaikan besar atas apa yang dimiliki sekarang, perlu
perubahan dari apa yang telah mereka miliki, ada cara yang relatif sederhana untuk
membuktikan keunggulannya, bahwa ia akan menepati janjinya, ditambah berbagai
isu-isu lainnya. Perbaikan yang setengah-setengah jarang berhasil untuk menggantikan
pemimpin besar.

 Bukan apa yang anda ketahui, tetapi apa yang orang pikirkan tentang produk anda
Produk yang paling sederhana pun akan dirasakan berbeda oleh orang yang berbeda .
Hal ini dapat dilihat dari berbagai perspektif, yang digunakan untuk berbagai tujuan,
dalam konteks yang berbeda, dengan harapan yang berbeda pula. Jadi anda tidak bisa
mengembangkan produk hanya di atas kertas, karena produk itu ada di dunia nyata,
tetapi dalam realitas psikologis, yaitu dunia seperti yang dirasakan oleh orang-orang,
seperti yang disaring melalui keyakinan dan emosi mereka . Anda harus menggerakan
orang, bukan produk.

 Bangunlah Laboratorium pemasaran Anda.


Laboratorium yang dimaksud adalah tempat yang paling efektif untuk mencoba produk
baru. Belum ada laboratorium yang lebih baik untuk menguji produk baru dibanding
dengan diskusi kelompok terarah (focus group discussion). Dalam diskusi kelompok
tersebut, orang-orang akan termotivasi untuk berkomunikasi, dan seorang moderator
yang berpengalaman dapat menyimpulkan apa yang ada dalam pikiran dan hati
mereka. Di sana, semua yang dikatakan itu penting, juga sama pentingnya dengan
bagaimana mereka mengatakan itu, apa yang ada di balik perkataan mereka, dan
termasuk juga apa yang tidak mereka katakan.

7) Tahapan Pengujian Produk


Konsep pengujian merupakan proses atau usaha yang diprediksi menggunakan
metode kuantitatif dan kualitatif untuk menghitung respon pelanggan untuk produk
baru sebelum diperkenalkan di pasar. Pengujian konsep membantu kita menguji
keberhasilan produk baru.

Tahapan pengujian produk sebelum kita menawarkan di pasaran secara


umum, meliputi :

 Membuat prototype produk terlebih dahulu.


 Evaluasi prototype.
 Lalu memberikan tester kepada pasar.
 Evaluasi tester dan pasar.
 Membuat rencana lanjutan setelah evaluasi.
 Produksi massal.
 Evaluasi produksi massal.

Pada proses selanjutnya, konsep produk yang telah dianalisa kemungkinannya secara
teoritis dan ternyata dapat diterima, maka konsep tersebut dikembangkan menjadi produk
secara fisik oleh departemen Litbang.
Dalam hal ini, ada tiga langkah yang perlu dilakukan, diantaranya :

 Pembuatan Model dengan 3 persyaratan :


 Harus dipandang oleh konsumen sebagai suatu perwujudan atribut-atribut pokok
seperti produk sebelumnya.
 Harus dapat bekerja dengan aman dalam keadaan dan penggunaan yang normal.
 Bisa dilaksanakan oleh pabrik sesuai dengan anggaran yang tersedia.
 Pengujian Fungsional : pengujian untuk mengetahui apakah produk tersebut benar-
benar berfungsi dengan baik dan aman bagi konsumen.
 Pengujian Konsumen : mencoba konsumen untuk menilai, bagaimana tanggapan
konsumen .
Setelah melewati tiga tahap dalam proses pengembangan produk, langkah selanjutnya
adalah pengujian pasar . Pengujian pasar ini merupakan proses di mana produk dan
program pemasaran masuk ke dalam kondisi yang lebih nyata.
Pengujian pasar ini memungkinkan pemasar memperoleh pengalaman dengan
pemasran produk . Tujuan dasar dari pengujian pasar adalah menguji produk itu
sendiri, di dalam situasi yang sebenarnya. Hasil-hasil pengujian pasar dapat dipakai
untuk membuat perakitan penjualan dan laba yang lebih baik.

8) Manfaat Pengujian Pasar


Pengujian pasar mempunyai beberapa manfaat, diantaranya :
 Untuk membuat peramalan penjualan masa datang yang lebih di percaya.
 Pengujian awal terhadap berbagai alternative rencana pemasaran.
 Perusahaan akan menentukan sumber kegagalan produk yang luput dari perhatian pada
tahap pembuatan produk.
Pengujian pasar menjanjikan informasi yang memadai untuk memutuskan jadi
atau tidak meluncurkan produk baru. Jika perusahaan melanjutkan dengan
komersialisasi, maka akan membutuhkan biaya yang sangat besar. Adapun keputusan
yang perlu dipertimbangkan secara matang dalam menentukan tahap  komersialisasi,
meliputi kapan memperhatikannya, ke mana saja wilayah pemasarannya, kepada
siapa, dan bagaimana caranya.

9) Tahapan Proses Pengujian Produk Baru


Pengujian produk baru bertujuan memberikan penilaian yang lebih rinci tentang
peluang sukses produk baru, mengidentifikasi berbagai penyesuaian akhir yang
diperlukan untuk produk, dan menetapkan berbagai elemen penting dalam program
pemasaran yang akan dipakai untuk memperkenalkan produk di pasar. Secara umum,
ada 4 (empat) kegiatan dalam pengujian produk baru, yaitu sebagai :
 Technical Testing (Pengujian Teknis)
Yaitu dengan cara membuat prototype yang merupakan approximation (perkiraan)
produk akhir. Pengujian atas kinerja produk prototype dapat menghasilkansejumlah
informasi penting tentang  product shelf life (usia panjang produk), tingkat keusangan
produk masalah yang timbul dari pemakaian atau konsumsi yang tidak seharusnya,
potensi kerusakan yang memerlukan penggantian  dan jadwal pemeliharaan yang tepat .
Masing-masing dari jenis informasi tersebut mempunyai dampak biaya terhadap
pemasaran produk. Contohnya, estimasi usia pajang produk bisa berpengaruh  terhadap
frekuensi dan biaya pengiriman. Lalu kemungkinan adanya masalah penggunaan yang
signifikan dapat mengakibatkan perlunya tambahan informasi labeling, periklanan dsb
nya.

 Pengujian Preference and Satisfaction Testing (Preferensi dan Kepuasan)


Dipakai untuk menetapkan elemen-elemen yang akan dirancang dalam rencana
pemasaran serta membuat tafsiran penjualan awal produk baru . Secara umum ada
utama yang dibutuhkan dalam tipe pengujian ini, yaitu konsumen menggunakan sebuah
produk selama jangka waktu tertentu, kemudian mereka diminta untuk menjawab
beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan preferensi serta kepuasan. Selanjutnya
meleksanakan “blind test” yang sedemikian rupa sehingga konsumen dapat
membandingkan berbagai macam alternatif produk tanpa mengetahui nama merek atau
produsennya.

Pada dasarnya, pengujian preferensi dan kepuasan akan memberikan sejumlah manfaat
pokok, yaitu sebagai berikut :

 Uji Preferensi Aktual dan Uji Teknis bisa memberikan dasar klaim yang obyektif untuk
keperluan promosi, terlebih apabila perusahaan ingin menyajikan superioritas dalam hal
persepsi konsumen atas keunggulan spesifik pada produk perusahaan dari pada pesaing.
 Estimasi tingkat pembelian ulang sangat penting untuk memperkirakan pangsa pasar
jangka panjang. Oleh karena itu hasil yang kurang bagus pada  uji ini dapat berakibat
pada pembatalan peluncuran produk maupun perancangan ulang produk baru.
 Meskipun penerimaan pasar atas produk baru ditentukan oelh semua elemen program
pemasaran, tetapi berbagai kasus menunjukkan bahwa skor yang tinggi dalam dimensi
kinerja produk menggambarkan bahwa ide produk yang bersangkutan sebaiknya
dilanjutkan pada tahap pengembangan produk baru selanjutnya.
 Uji Preverensi pada umumnya dapat memberikan signal awal terbaik terhadap
kemungkinan terjadinya kanibalisasi produk.
 Simulated Test Markets (Pengujian Pasar Simulasi)
Yaitu Prosedur Riset Pemasaran dibuat untuk memberikan gambaran yang murah dan
cepat tentang pangsa pasar yang bisa diharapkan dari produk baru. Beberapa model
yang dapat dipakai antara lain BASES, DESIGNOR, ASSESSOR, DAN LITMUS.
 Test Markets ( Pengujian Pasar )
Yaitu perusahaan akan menawarkan sebuah produk untuk dijual diwilayah pasar
terbatas yang sebisa mungkin dapat mewakili keseluruhan pasar dimana produk itu
nantinya  akan dijual.
Berdasarkan kajian terhadap produk sukses ditemukan 15 kunci kesuksesan
pengembangan produk baru, yaitu :
 Produk yang unggul dan unik
 Produk yang berorientasi pasar
 Produk berorientasi internasional
 Melaksanakan tahap pra pengembangan
 Memiliki konsep produk yang jelas, tajam dan mendahului pesaing
 Peluncuran produk yang terencana dan terlaksana dengan baik
 Struktur organisasi proyek pengembangan produk baru yang tepat
 Dukungan oleh para pemimpin puncak
 Mendayagunakan kompetensi inti dan kapabilitas perusahaan
 Memilih pasar yang menarik (memiliki potensi profitabilitas tinggi)
 Fokus pada proyek yang unggul
 Pelaksanaan proyek dikendalikan dengan baik
 Kecukupan sumberdaya
 Kecepatan pengembangan produk baru
 Menggunakan sistem pengembangan proyek baru dengan disiplin.

Pengembangan produk baru bukan suatu proses TRIAL AND ERROR, tetapi suatu
suatu proses yang harus dikelola dengan baik, dan didukung oleh RISET yang mumpuni.
Tentunya proses ini juga memerlukan dukungan dan komitmen dari para pemimpin
puncak serta ketersediaan sumberdaya.
1. Risiko R & D
Risiko R & D adalah resiko dimana produk yang sudah dikembangkan ditolak atau
tidak disetujui oleh pihak yang berwenang. Biasanya resiko ini banyak dihadapi oleh
perusahaan farmasi yang mengembangkan obat-obatan dan perusahaan
makanan/minuman.

2. Risiko Pemasaran
Risiko pemasaran, yaitu bahwa produk yang tersebut gagal di pasaran. hal ini terjadi
karena kurang adanya pemahaman yang mendalam mengenai pasar yang menjadi
sasaran.

Kemudian bagaimana cara meminimalisasi risiko dari kegagalan produk baru ?


Caranya adalah dengan memanfaatkan riset pemasaran. Dibalik kesuksesan suatu
produk terdapat pemahaman yang baik mengenai keinginan dan kebutuhan konsumen,
serta pemahaman mengenai bagaimana produk anda dapat mememnuhi kebutuhan
tersebut dengan baik.

Langkah-langkah dalam meminimalisasi risiko kegagalan produk adalah sebagai


berikut :
1. Market Understanding (pemahaman pasar )
Misalnya dengan riset kualitatif, pengkategorian dan segmentasi untuk mengetahui
peta perasaingan dalam industri tersebut, alasan mengapa konsumen membeli produk
tertentu, bagaimana mereka menggunakan suatu produk dan kebutuhan mana yang
belum terpenuhi . Metode riset yang dilakukan antara lain Focus Group Discussion,
In-depth Interview, dan kunjungan langsung yang dapat membantu anda untuk
memperoleh informasi ini.

Riset Kualitatif akan membantu Anda dalam :


 Mengetahui pendapat/perasaan konsumen mengenai suatu produk, pekerjaan dan gaya
hidup.
 Memperoleh insigt mengenai konsumen yang tidak didapatkan sebelumnya.
 Memperoleh manfaat dari kreativitas konsumen.
 Ketika melakukan pendekatan (Category Assesment Research)
Anda meneliti  perilaku konsumen terhadap produk dan penggunaan produk
dalam suatu kategori, bagaimana konsumen mengevaluasi merek berdasarkan atribut
produk, apa yang mendorong konsumen untuk melakukan pembelian, serta
mengidentifikasi kebutuhan konsumen dan pemenuhan kebutuhan mereka.
 Segmentasi akan membantu dalam mengidentifikasi target pasar.
Beberapa segmen memang menawarkan potensial laba yang lebih besar
dibandingkan yang lainnya . Segmentasi  juga membantu dalam membuat
positioning produk yang tepat. Sehingga, melalui pemahaman pasar yang baik yang
diperoleh melalui riset kualitatif, category assessment dan kebutuhan konsumen yang
belum terpenuhi dapat meminimalisasi risiko pemasaran.

F. Metode-metode pengujian produk barang /jasa


Metode Pokok Untuk Menguji Pasar Produk Konsumen, adalah sbb :
1. Sales Wave Research
Dalam metode tsb diatas, konsumen yang pada awalnya mencoba sebuah produk
secara gratis ditawarkan lagi produk tersebut atau produk pesaing, dengan harga lebih
murah.
2. Simulated Test Marketing
Metode ini memerlukan 30 sampai 40 pembeli yang qualified di pusat pertokoan
ataupun tempat-tempat lainnya. Perusahaan akan menanyakan beberapa hal kepada
mereka, berhubungan dengan awarenes dan prefernsi mereka terhadap berbagai
merek pada jenis produk tertentu.
Mereka bisa saja diundang untuk menyaksikan iklan singkat, termasuk
didalamnya yang sudah terkenanl ataupun yang masih baru. Lalu dalam penayangan
iklan tersebut disisipkan iklan produk baru . Konsumen akan diberi sejumlah uang,
lalu diminta untuk diminta untuk datang ke sebuah toko khusus di mana mereka bisa
membelanjakan uang yang sudah diberikan tersebut sesuai kebutuhan.
3. Controlled Test Marketing
Metode ini memungkinkan perusahaan menguji pengaruh faktor dalam toko dan iklan
terbatas pada perilaku pembelian konsumen tanpa harus melibatkan konsumen itu
sendiri secara langsung.
4. Test Market
Uji pasar adalah cara utama dalam menguji sebuah produk baru dalam situasi sama
yang nantinya akan dihadapi dalam peluncuran produk yang bersangkutan.
Perusahaan umumnya akan beker jasama dengan perusahan riset dalam menentukan
kota dimana perusahaan nantinya akan mencoba membujuk para distributor agar
bersedia menjual perusahaan. Biaya yang nantinya dibutuhkan bergantung pada
jumlah kota, lama pengujian, serta jumlah data yang diinginkan perusaahaan.
5. Metode Pengajuan Produk
Seringkali orang melupakan bahwa ide tidak sama dengan produk. Hal ini memang
mudah dipahami, namun tidak mudah untuk menanamkan dalam pikiran, terutama
bagi orang-orang yang terlibat dengan produk. Anda tidak bisa hanya menyajikan
deskripsi (ide) dari suatu produk dan mengharapkan orang untuk bereaksi secara
realistis. Apalagi jika deskripsi disajikan tanpa unsur persuasi yang terkait. Jangan
dulu mempercayai bahwa produk baru yang unggul akan terjual dengan sendirinya.
Anda harus melihat produk  dari sudut pandang pelanggan . Kebanyakan orang akan
skeptis dengan produk baru,oleh karenanya Anda memerlukan cara baru dalam
mengenalkannya pada pelanggan.
Konsep pengujian merupakan proses yang menganalisa prosedur statistik
membentuk ulang dan mengubah ide-ide mengenai ide dasar untuk produk. Sebelum
produk dperkenalkan di pasar, hal itu akan menguji keberhasilan produk. Hal ini
membantu mengembangkan titik yang menyatakan kualitas produk, posisi dan
khalayak yang ditargetkan. mereka studi  mengenai reaksi terhadap produk membantu
kita mencakup banyak hal seperti  suka, alasan untuk membeli dan banyak hal lagi.
Hal ini memfasilitasi konsumen untuk mengevaluasi dan mereka juga dapat
memberikan masukan mereka selama proses pengembangan. Pengujian konsep ini
juga dikenal sebagai alat manajemen untuk mengukur keberhasilan.
Pengujian terhadap konsep (cincep testing) adalah upaya memprediksi
keberhasilan sebuah ide mengenai produk baru sebelum meluncurkan ke pasar.
Proses ini biasanya melibatkan reaksi orang lain (konsumen) terhadap pernyataan
yang menjelaskan ide dasar dari produk tersebut. 
Melalui uji pasar akan didapatkan beberapa manfaat, seperti memberikan prediksi
yang dapat diandalkan tentang penjualan di masa yang akan datang, pengujian awal
terhadap rencana pemasaran, mengetahui kekurangan produk, mendapat gambaran
berbagai masalah potensial dalam jaringan distribusi, serta mendapat pemahaman
lebih baik mengenai berbagai segmen pasar.
Sementara, produk bisnis juga mendapatka manfaat dari uji pasar, dimana
pengujiannya bervariasi bergantung dari jenis barangnya. Barang industri yang mahal
memakai tekhnologi baru pada umumnya menjalani pengujian ALPHA dan BETA.
Pengujian ALPHA ialah pengujian produk dengan tujuan mengukur serta
meningkatkan kinerja, rancangan, keandalan, dan biaya operasi produk. Apabila hasil
pengujian ALPHA baik, perusahaan akan melanjutkan dengan melakukan pengujian
BETA, yaitu mengundang konsumen potensial agar dapat melaksanakan pengujian
secara rahasia di tempat mereka sendiri.
Sebuah pendekatan yang lebih efektif dalam pengujianterhadap konsep adalah
pengembangan konsep, yaitu penyempurnaan ide-ide baru secara bertahap ke dalam
bentuk yang paling mungkin untuk diterima di pasar. Hal ini dilakukan tidak hanya
dalam rangka memberikan ide-ide yang menjanjikan kesempatan untuk bersaing di
pasaran, namun juga panduan untuk berkomunikasi mengenai manfaat, kegunaan,
kemasan, iklan, penjualan,infomasi produk, distribusi dan juga harga .
Secara umum terdapat 2 metode dalam melakukan pengujian sebuah produk :
 Meminta Konsumen menggunakan sebuah produk selama jangka waktu tertentu,
kemudian meminta mereka menjawab beberapa pertanyaan terkait deskripsi produk
serta kepuasan mereka.
 Melaksanakan Blind Test, yaitu dengan cara konsumen membandingkan sedemikian
rupa berbagai macam merek dan alternatifnya tanpa mengetahui merek atau
produsennya .

Metode uji pasar lainnya ialah memperkenalkan produk bisnis baru dalam
pameran dagang. Produk baru industrial dapat diuji di tempat pajangan distributor
atau dealer. Cara lain yang bisa ditempuh ialah uji pemasaran, dimana perusahaan
membuat pasokan produk dengan jumlah terbatas dan diserahkan pada wiraniaga
untuk dijual di daerah geografis yang terbatas dengan dukungan katalog, promosi dan
sebagainya. Melalui cara demikian, manajemen akan dapat mempelajari apa saja
yang mungkin terjadi dalam pemasaran dengan skala penuh serta memberikan
informasi yang lebih lengkap dalam memutuskan komersialisasi produk yang
bersangkutan.

G. Indikator pengujian produk barang /jasa


 Performance (kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi dasar dari
sebuah produk
 Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang
bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin besar
frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin besar pula daya
tahan produk.
 Conformance to Specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh mana
karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu dari
konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada produk.
 Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk
menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen terhadap
produk.
 Reliabilty (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan
memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan
terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan.
 Aesthetics (estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan produk bisa
dilihat dari tampak, rasa, bau, dan bentuk dari produk.
 Perceived Quality (kesan kualitas), sering dibilang merupakan hasil dari
penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat
kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas
produk yang bersangkutan. Jadi, persepsi konsumen terhadap produk didapat dari
harga, merek, periklanan, reputasi, dan Negara asal

H. Menghitung Harga Pokok Produksi


Harga pokok merupakan jumlah pengeluaran serta beban yang diterima oleh suatu
perusahaan langsung atau tidak langsung, untuk menghasilkan nilai suatu barang atau
jasa didalam kondisi tertrntu dan tempat dimana barang tersebut dapat digunakan atau
dijual. Dari definisi harga pokok tersebut maka harga poko hanya dapat dihitung apabila
dilakukan klasifikasi terhadap biaya-biaya yang dikelurkan,

1. Produksi adalah biaya untuk mengolah bahan baku menjadi barang atau
produk jadi, yang terdiri dari 3 elemen biaya, yaitu
 Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku (direct material) adalah biaya yang jumlahnya besar dalam
rangka menghasilkan suatu jenis output. Bahan baku yang diolah dalam
perusahaan industri dapat diperoleh dari pembelian atau pengolahan sendiri
 Biaya Tenaga Kerja
Biaya Tenaga kerja adalah upah atau kompensasi yang dibayarkan kepada tenaga
kerja langsung yang berkerja di bagian produksi, tenaga kerja merupakan bagian
yang langsung terlibat dalam proses produksi.
 Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik (factory overhead cost) adalah biaya produksi selain biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang terdiri dari macam biaya yang
semuanya tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk atau aktivitas
lainnya dalam upaya perusahaan untuk merealisasi pendapatan

Perhitungan HP Produksi, Dimana Tidak Terdapat BDP Awal.


Perusahaan yang menggunakan metode harga pokok proses, pada akhir periode akan
dihasilkan dua jenis produk, yakni produk jadi dan produk setengah jadi. Produk
setengah jadi ini disebut dengan Barang Dalam Proses atau disingkat dengan BDP.
BDP sudah menyerap biaya produksi namun belum 100%. BDP pada akhir periode
merupakan BDP awal untuk periode berikutnya, sehingga membutuhkan biaya untuk
dapat menjadi produk jadi yang siap digunakan.
Pada proses produksi yang tidak memiliki BDP awal, perhitungan harga pokok
produksi per unit lebih sederhana. Secara umum harga pokok per satuan produk
dihitung dengan membagi Jumlah Total Biaya Produksi yang terjadi selama periode
tertentu dengan total produk yang dihasilkan dalam periode yang sama. Data pokok
yang diperlukan hanya dua yakni jumlah biaya produksi yang terjadi dan jumlah
satuan produk yang dihasilkan. Prosedur untuk menentukan harga pokok produk
dapat dilakukan seperti langkah berikut :
1.   Data produksi dikumpulkan telebih dahulu untuk menyusun laporan dan
menghitung ekuivalen produksi
2.   Mengumpulkan biaya produksi tiap departemen produksi
3.   Menghitung harga pokok satuan tiap elemen biaya dengan cara membagi produksi
dan ekuivalen dari elemen biaya yang bersangkutan.
4.   Menghitung harga pokok selesai ke gudang dan menghitung harga pokok BDP.

Untuk menghitung biaya produksi yang terjadi dalam suatu periode dapat dibagikan
sama rata pada produk yang dihasilkan (terserap), maka jumlah produk yang hasilkan
pada periode yang bersangkutan harus dinyatakan dalam bentuk jumlah produk yang
telah menyerap biaya, atau dihitung Unit Ekuivalen (UE) produk yang dihasilkan.
Sehingga UE pada dasarnya merupakan proses penentuan jumlah produk yang benar-
benar telah menyerap biaya produksi dalam suatu periode. Secara garis besar proses
perhitungan UE tersebut adalah sebagai berikut :
a.   Dari Produk Jadi, yakni sama dengan jumlah produk jadi yang dihasilkan.
b.   BDP akhir, yakni jumlah satuan produksi, yang setara dengan jumlah penyerapan
biaya produksi pada BDP tersebut.

Contoh perhitungan Unit Ekuivalen :


CV Maju Mandiri adalah perusahaan manufaktur dengan metode proses. Berikut ini
data perusahaan yang dapat diambil dalam bulan Maret 2018 :
Dari bagian produksi diperoleh data sebagai berikut:
o    Tidak ada persediaan awal BDP
o    Produk Masuk Proses bualan Februari 2018             1000 unit
o    Produk Jadi yang selesai diproses                            800 unit
o    BDP akhir dengan TP BBB 100% dan BK 40%                       200 unit
Dari data tersebut di atas diminta perhitungan Unit Ekuivalen (UE) Produk yang
dihasilkan pada bulan Maret 2018!
Jawab :

Perhitungan UE Bahan Baku : Perhitungan UE BTK :


Produk Jadi                  800 unit Produk Jadi                       800 unit
BDP    100% x 200        200 unit BDP    40% x 200                 80 unit
Total                             1000 unit Total                                  880 unit

Perhitungan UE BOP : Kesimpulan perhitunagn UE adalah sbb :


Produk Jadi                  800 unit BBB = 800 + (100% x 200) =  1.000 unit
BDP    40% x 200            80 unit BTK = 800 +  (40% x 200)  =    880 unit
Total                             880 unit BTK = 800 +  (40% x 200)   =   880 unit

Setelah Unit Ekuivalen (UE) diketahui maka Harga Pokok masing-masing unsur
biaya produksi dapat diketahui, yakni dengan cara membagi setiap unsue biaya
produksi yang terjadi dengan jumlah ekuivalen produk yang dihasilkan.
Contoh soal
PT Mandiri Jaya memproduksi barang melaui satu departemen produksi. Dari
kegiatan selama bulan Mei 2019 diperoleh data sebagai berikut :
o   Produk Masuk Proses                                                          1.500 unit
o   Produk Jadi yang selesai diproses                            1.200 unit
o   BDP akhir dengan TP BBB dan BP 100% BK 60%         300 unit
Dari bagian Akuntansi diperoleh data sebagai berikut :
o    Biaya Bahan Baku                          Rp  1.500.000,-
o    Biaya Bhan Penolong                              600.000,-
o    Biaya Tenaga Kerja                    1.725.000,-
o    Biaya Overhead Pabrik                             897.000,-
Total                                             Rp   6.972.000,-
Dari data tersebut diminta :
a.   Harga Pokok Produk Jadi yang siap ditransfer ke gudang
b.   Harga Pokok BDP akhir.
Jawab :
Perhitungan UE dan HP / unit :

Jenis Jumlah Satuan Produk Yg Biaya Biaya Prod.


Biaya Dihasilkan (Ue) Produksi Per Unit

BBB 1.200 + (100% X 300) = 1.500 Unit Rp  3.750.000,- Rp   2.500,-


BBP 1.200 + (100% X 300) = 1.500 Unit 600.000,- 400,-
BTK 1.200 + (60% X 300)   = 1.380 Unit 1.725.000,- 1.250,-
BOP 1.200 + (60% X 300)   = 1.380 Unit 897.000,- 650,-

JUMLAH Rp  6.972.000,- Rp   4.800,-

Perhitungan harga pokok adalah sebagai berikut :


a.     Harga pokok produk jadi    = 1.200 unit x Rp 4.800,-            = Rp 5.760.000,-
b.    Harga pokok BDP sebanyak 300 unit =
BBB = 100% x 300 x Rp 2.500,-      = Rp 750.000,-
BBP = 100% x 300 x Rp    400,-      =       120.000,-
BTK =   60% x 300 x Rp 1.250,-      =       225.000,-
BOP =  60% x 300 x Rp    650,-      =       117.000,-
Total biaya BDP                                                                 = Rp 1.212.000,-
Total Biaya                                                                        = Rp 6.972.000,-

I. Membuat Akun Produksi

Pengertian CoA atau Chart of Account


Pengertian CoA atau Chart of Account atau dalam bahasa Indonesianya adalah Bagan
Akun adalah suatu daftar berbagai akun perusahaan yang sering digunakan untuk
melakukan identifikasi ataupun melancarkan proses pencatatan transaksi, baik itu dalam
hal pemasukan, maupun pengeluaran.

Selanjutnya, seluruh catatan transaksi ini akan digabungkan dalam Jurnal Umum. Setiap
perusahaan mampu mengatur setiap bagan akunnya sendiri sesuai dengan apa yang
mereka inginkan.

Dengan memanfaatkan Chart of Account sebuah perusahaan bisa mengatur ataupun


mengubah sendiri setiap  tatanan ataupun bagan akunting perusahaannya. Biasanya,
bagan akun akan ditandai dengan suatu simbol numerik sebagai suatu penanda adanya
perbedaan pada tiap jenisnya.

Selain itu, Chart of Account juga biasanya dibuat untuk menampilkan laporan keuangan,


mulai dari neraca sampai laporan laba rugi. Lalu, bisa dilanjutkan dengan berbagai akun
lain, seperti modal atau ekuitas, hutang, pengeluaran kewajiban, dan biaya lainnya.

Manfaat Chart of Account
Manfaat lain adanya pembuatan Chart of Account yang akan dirasakan adalah:

 Berbagai catatan ataupun data yang ada akan lebih mudah untuk dikontrol,
dibandingkan, serta dianalisa secara tepat yang selanjutnya bisa digunakan oleh yang
bersangakutan dalam hal pengambilan keputusan.
 Akan membantu memudahahkan dalam hal memperbaiki berbagai data atau catatan
lain yang mengalami perubahan yang bisa disebabkan oleh kesalahan pengguna atau
terjadinya transaksi tambahan lain.
 Mempermudah berbagai hasil catatan atau data yang sudah didapatkan dan proses
tersebut nantinya akan lebih bisa terkontrol dengan baik.
 Mampu memudahkan penyusunan laporan
 Memudahkan membaca laporan, sehingga pihak terkait mampu menerapkan
keputusan dengan tepat dan mudah.

Syarat pembuatan Chart of Account


Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat kode akun adalah sebagai berikut:

 Nomor kode akun harus unik, artinya setiap nomor hanya bisa digunakan untuk satu
akun perkiraan saja.
 Akun perkiraan akan dimasukan kedalam kelompok ataupun sub kelompok.
Contohnya adalah piutang, piutang, dan seluruh peralatan yang dimasukkan ke dalam
suatu aktiva lancar.
 Perkiraan yang ada kaitannya harus disusun secara urut. Seperti: hutang pengadaan
dengan hutang lainya.
 Penulisan nomor diusahan agar tidak terlalu ketat agar bisa memudahkan jika suatu
waktu terjadi penambahan atas sejumlah akun baru. Seperti, kelompok beban yang di
labeli nomor 300, 305 beban angkutan, dan 310 beban lainnya. Jika ada penambahan,
maka bisa disisipkan antara 305-310.
 Sebaiknya menulis nama akun dengan singkat dan jelas, seperti penulisan beban
pejalanan dinas tentu akan lebih baik dibandingkan dengan beban perjalanan ke luar
kota bagi para direksi.

Jenis-Jenis Chart of Account
 Angka (Numerik)
Angka adalah suatu simbol yang paling umum digunakan dalam pembuatan kode
akun dalam Chart of Account atau bagan akun. Sebagai contoh, 500-000 (harga
pokok penjualan), 200-000 (utang), 300-000 (modal),100-000 (asset atau aktiva), dll.

 Huruf (Alphabet)
Huruf adalah simbol yang masih jarang digunakan dalam membuat Chart of
Account atau kode akun. Biasanya, huruf akan lebih sering digunakan untuk kode
nama perusahaan, nama pembeli atau pelanggan, nama bank, nama supplier, nama
wilayah, dll. Contohnya adalah AALI untuk kode nama perusahaan PT Astra Agro
Lestari.

 Campuran Angka dan Huruf


Simbol campuran huruf dan angka biasa digunakan ketika simbol huruf sudah digunakan
untuk kode nama wilayah, nama supplier, nama perusahaan, nama bank, ataupun nama
pelanggan, tapi masih memerlukan pembagian lanjutan agar kodenya bisa lebih jelas dan
mudah dimengerti oleh berbagai pihak yang bersangkutan.

Berikut ini adalah klasifikasi akun pada Chart of Account dalam dunia akuntansi

Account Clasification
1. Balance Sheet Account

 Liabilities
 Stock Holder’s Equity
 Asset
2. Income Statement Account

 Operating Expense
 Cost of Fund
 Revenue / Sales.
 Other Income and Charges

Struktur Chart of Account atau Bagan Akun


Dalam hal penggunaan sistem komputerisasi akunting, maka struktur dari Chart of
Account adalah:

 Kode sub – sub account


 Kode perkiraan pembukuan ( Account Code )

Tujuan dari adanya penulisan ini adalah demi menghasilkan laporan jenis biaya yang
sesuai dengan kebutuhan manajemen. Contoh struktur Account chart adalah
“123.12.122”. Perusahaan bisa menggunakan tiga hingga empat digit agar bisa
memudahkan dalam hal penambahan akun baru sesuai dengan kebutuhanm

Digit pertama atau dalam contoh tersebu adalah menunjukkan klasifikasi utama laporan
keuangan, yaitu untuk kewajiban, untuk aset, dll. Digit kedua atau “12” menunjukkan
subklisifikasi, yaitu (11) untuk aset lancar (12) untuk aset tidak lancar (13) dan
seterusnya. Digit ketiga atau 122 menunjukkan akun spesifik yaitu(122) untuk peralatan
toko, (111) untuk kas, (124) dan seterusnya.

Chart of Account Perusahaan Jasa

 100 Aktiva Lancar


 101 Kas
 102 Persediaan Barang Dagang
 103 Piutang Usaha
 104 Penyisihan Piutang Usaha
 105 Wesel Tagih
 106 Perlengkapan
 107 Iklan Dibayar Dimuka
 108 Sewa Dibayar Dimuka
 109 Asuransi Dibayar Dimuka
 11 Investasi Jangka Panjang
 111 Investasi Saham
 112 Investasi Obligasi
 12 Aktiva Tetap
 121 Peralatan
 122 Akumulasi Penyusutan Peralatan
 123 Kendaraan
 124 Akumulasi Penyusutan Peralatanan Kendaraan
 125 Gedung
 126 Akumulasi Penyusutan Gedung
 127 Tanah
 13 Aktiva Tetap Tidak Berwujud
 131 Hak Paten
 132 Hak Cipta
 133 Merk Dagang
 134 Goodwill
 135 Franchise
 14 Aktiva Lain-Lain
 141 Mesin Yang Tidak Digunakan
 142 Beban Yang Ditangguhkan
 143 Piutang Kepada Pemegang Saham
 144 Beban Emisi Saham
 20 Kewajiban
 201 Utang Usaha
 202 Utang Wesel
 203 Beban Yang Masih Harus Dibayar
 204 Utang Gaji
 205 Utang Sewa Gedung
 206 Utang Pajak Penghasilan
 21 Kewajiban Jangka Panjang
 211 Utang Hipotek212 Utang Obligasi
 213 Utang Gadai
 30 Ekuitas
 301 Modal/Ekuitas Pemilik
 302 Prive
 40 Pendapatan
 401 Pendapatan Usaha
 410 Pendapatan Diluar Usaha
 50 Beban
 501 Beban Gaji Toko
 502 Beban Gaji Kantor
 503 Beban Sewa Gedung
 504 Beban Penyesuaian Piutang
 505 Beban Perlengkapan Kantor
 506 Beban Perlengkapan Toko
 507 Beban Iklan
 508 Beban Penyusutan Peralatan
 509 Beban Penyusutan Gedung
 510 Beban Bunga
 511 Beban Lain-Lain

Chart of Account pada Perusahaan Manufaktur


Perusahaan manuktur merupakan suatu perusahaan yang mengolah bahan baku dan ditambah
dengan bahan pembantu lainnya dengan didukung oleh tenaga kerja langsung, serta berbagai
biaya overhead pabrik hingga menjadi suatu bahan yang siap untuk dijual.

Berbagai biaya tersebut ada yang bersifat tetap dan ada yang bersifat variabel. Seluruh biaya
yang sifatnya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan sesuai dengan kuantitas produk barang
jadi. Banyaknya variabel yang harus dikeluarkan akan berbanding lurus dengan kuantitas barang
yang diproduksi. Contoh biaya variabel adalah bahan  baku dan biaya upah langsung.

Sedangkan biaya yang sifatnya tetap merupakan biaya yang nominalnya tidak tergantung dengan
jumlah produksi barang yang sudah jadi. Jadi, kuantitas produksi tidak akan mengubah biaya
tetap yang sudah memang harus dikeluarkan.

Contoh biaya tetap adalah biaya gaji karyawan tetap, biaya sewa gedung pabrik, biaya
keamanan, dan biaya rutin yang dibayar setiap bulan dan jumlahnya cenderung sama.

Dalam mengolah barang jadi, maka perusahaan manufaktur ada yang mengolah barang
berdasarkan pesanan dari pelanggan dan ada juga yang mengolahnya menjadi produk reguler.

Chart of Account Perusahaan Dagang


Terdapat beberapa perbedaan antara Chart of Account pada perusahaan dagang dengan
perusahaan jasa. Beberapa akun yang ada dibawah ini tidak terdapat pada perusahaan jasa tapi
tetap ada pada perusahaan dagang:

Akun Persediaan (dicantumkan dalam kelompok aset)

 Persediaan Suku Cadang


 Persediaan Barang Dalam Proses
 Persediaan Barang Jadi
 Persediaan Bahan Baku
 Persediaan Bahan Pembantu

Akun Biaya Produksi (dicantumkan dalam kelompok harga pokok)

 Biaya Overhead Pabrik Dibebankan


 Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
 Barang Dalam Proses (Awal dan Akhir)
 Barang Jadi (Awal dan Akhir)
 Barang Jadi Standar
 Biaya Bahan Baku
 Biaya Upah Langsung
 Biaya Overhead Pabrik
 Selisih Harga Pokok Produksi Aktual dan Standar

Anda mungkin juga menyukai