Anda di halaman 1dari 20

Laporan Pendahuluan

DIABETES MELITUS GESTASIONAL

SELFI SEPTIANINGSI

14420212134

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2022
A. Definisi Diabetes Gestasional

Diabetes melitus adalah salah satu penyakit tidak menular yang terjadi karena
peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan atau resistensi insulin di
dalam tubuh. Diabetes melitus terbagi menjadi 2, pertama tipe yaitu diabetes melitus
tipe I (tergantung pada insulin) disebabkan insulin yang dihasilkan oleh pankreas
sangat sedikit atau bahkan sama sekali tidak insulin dihasilkan, diabetes tipe 1 adalah
anak-anak dan remaja yang pada umumnya tidak gemuk. Kedua Diabetes Melitus
Tipe II (tidak tergantung pada insulin) jika insulin hasil produksi pankreas tidak
cukup atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin, sehingga
terjadilah gangguan pengiriman gula ke sel tubuh. Diabetes tipe II ini merupakan tipe
diabetes yang paling umum dijumpai, juga sering disebut diabetes yang dimulai pada
masa dewasa, dikenal sebagai NIDDM (Non Insulin Dependent Diebetes Mellitus)
diabetes tipe II terjadi akibat obesitas, aktivitas fisik, diet, pola konsumsi yang tidak
sehat, dan lain-lain, oleh karena itu pada tulisan ini akan dibahas mengenai diabetes
tipe II.

Diabetes melitus pada saat kehamilan (GDM) adalah sebuah tanda diabetes
yang berkelanjutan dan perempuan dengan usia subur akan semakin berisiko tinggi
untuk mengalami diabetes yang menetap.

Secara sederhana, diabetes pada kehamilan itu terbagi menjadi 2, yaitu diabetes
yang sudah ada sebelum ibu mengandung yang dinamakan dengan diabetes
progestional dan hadir pada saat ibu mengandung disebut dengan diabetes gestational.
Diabetes mellitus gestasional (DMG) didefinisiskan sebagai suatu intoleransi glukosa
yang terjadi atau pertama kali ditemukan pada saat hamil. Definisi ini berlaku dengan
tidak memandang apakah pasien diabetes mellitus hamil yang mendapat terapi insulin
atau diet saja, dan juga apabila pada pasca persalinan keadaan intoleransi glukosa
masih menetap. Demikian pula ada kemungkinan pasien tersebut sebelum hamil
sudah terjadi intoleransi glukosa. Meskipun memiliki perbedaan pada awal perjalanan
penyakitnya, baik penyandang DM tipe 1 dan 2 yang hamil maupun DMG memiliki
penatalaksanaan yang kurang lebih sama (Rahayu, et al, 2016).

Jadi dapat disimpulkan bahwa diabetes gestasional adalah keadaan diabetes yang
pertama kali ditemukan pada saat ibu hamil yang beresiko tinggi tetap mengalami
diabetes setelah melahirkan.
B. Epidemiologi
Diabetes gestasional merupakan jenis diabetes yang paling banyak di temukan
yaitu lebih dari 90-95%. Diabetes dalam kehamilan dibagi menjadi dua macam yaitu
diabetes overt (didiagnosa sejak sebelum hamil) dan diabetes gestasional
(didiagnosa saat kehamilan). Diabetes gestasional didefinisikan sebagai intoleransi
karbohidrat dengan tingkat keparahan bervariasi dan pertama kali diketahui saat
kehamilan. Sebagian besar wanita dengan diabetes gestasional sudah menderita
diabetes overt yang belum terdeteksi (Tandra, 2014).
Pada ibu hamil dengan riwayat keluarga diabetes melitus, prevalensi diabetes
gestasional sebesar 5,1%. Diabetes mellitus gestasional menjadi masalah kesehatan
masyarakat sebab penyakit ini berdampak langsung pada kesehatan ibu dan janin
(Rahayu dan Rodiani, 2016).
International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan bahwa sebanyak 183
juta orang tidak menyadari bahwa mereka mengidap DM. Sebesar 80% orang
dengan DM tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Prevalensi
GDM bervariasi dari 1% - 20% dan mengalami peningkatan di seluruh dunia sejajar
dengan adanya peningkatan nilai dari penderita obesitas dan juga DM tipe 2. Baru-
baru ini, angka dari penderita GDM mengalami penambahan hingga 2-3 kali lipat.
Hal ini disebabkan oleh sistem skrining awal yang baru yang diusulkan oleh
IADPSG (Kampmann, et al., 2015).

World Health Organization (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah


penyandang DM di Indonesia sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Prevalensi DM
meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Prevalensi DM lebih tinggi pada
individu yang mempunyai berat badan lebih dan obesitas, pada kelompok hipertensi
dan pada kelompok yang mempunyai aktifitas fisik kurang. Provinsi Jawa Timur
merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan prevalensi penderita DM sebesar
2,1% (Kemenkes, 2012). Selain itu, menurut Oroh (2015), prevalensi DMG di
Indonesia sebesar 1,9%-3,6% pada kehamilan umumnya yang sangat berhubungan
dengan ras dan etnis, yang mana wanita dengan ras negro, hispanik, native
American, dan Asia memiliki risiko lebih tinggi bila dibandingkan dengan wanita
berkulit putih.
C. Etiologi
Selama masa kehamilan ibu hamil mengalami peningkatan hormon yaitu HPL
(Human Placental Lactogen), estrogen, dan resistensi insulin yang diproduksi oleh
plasenta untuk membantu mencegah ibu dari gula darah rendah. Selama kehamilan,
hormon inilah menyebabkan terganggunya intoleransi glukosa progresif (kadar gula
darah yang lebih tinggi). Untuk mencoba menurunkan kadar gula darah, tubuh
membuat insulin lebih banyak supaya sel mendapat glukosa untuk memproduksi
sumber energi ke seluruh tubuh. Biasanya, pankreas ibu mampu memproduksi
insulin lebih (sekitar tiga kali jumlah normal) untuk mengatasi efek hormon
kehamilan. Namun, jika pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup
untuk mengatasi efek dari peningkatan hormon selama kehamilan, kadar gula darah
akan naik, mengakibatkan DMG (Rahayu, et al., 2016). Dapat diketahui bahwa
semakin tinggi pengaruh hormon yang bekerja terhadap insulin maka semakin tinggi
pula kadar gula darah sehingga sangat berisiko terjadinya diabetes mellitus
gestasional.

Insulin disekresi oleh sel  pankreas, ibu dengan diabetes gestasional


memiliki defek pada fungsi sel  pankreas ini. Pada penderita DMG, sel  yang
diproduksi oleh pankreas akan defekasi. Defekasi terjadi karena reaksi dari auto
imun yang muncul dari adanya plasenta. Hal ini merupakan faktor fisiologis dari
adanya plasenta yang membuat kadar gula darah menjadi rendah. Selain reaksi
autoimun, defekasi fungsi sel  pankreas juga dapat disebabkan oleh mutasi
autosomal yang menyebabkan maturity onset diabetes of the young (MODY).
MODY terdiri atas beberapa subtipe, mutasi dapat terjadi pada gen yang mengkode
glukokinase (MODY 2), hepatocyte nuclear factor 1α (MODY 3) dan insulin
promoter factor 1 (MODY 4). Selain karena adanya defekasi fungsi sel  pankreas,
diabetes gestasional juga dapat disebabkan karena adanya gangguan pada insulin
signaling pathway, penurunan ekspresi PPARγ dan penurunan transpor glukosa yang
dimediasi insulin pada otot skelet dan hormone adipositokinin yang bekerja
melawan kerja insulin (Alfadhli, 2015). Dapat diketahui, pada ibu hamil dengan
diabetes mellitus ini jumlah insulin kurang atau tidak berfungsi sehingga terjadi
peningkatan kadar gula darah atau hiperglikemia.

Faktor Resiko Diabetes Gestasional:


1. Usia ibu lebih dari 30 tahun karena terjadi proses penuaan dan kerusakan
endotel pembuluh darah yang progresif

2. Obesitas atau IMT ibu >30 maka lemak akan semakin banyak dan zat-zat
adipositokin juga akan banyak. Hal ini yang menyebabkan resistensi insulin
dan hiperglikemi

3. Riwayat Diabetes Gestasional

4. Pola diet dan gaya hidup yang tidak sehat

5. Riwayat melahirkan bayi makrosomia (>4000gr)

D. Klasifikasi
Menurut Tandra (2014), diabetes dalam kehamilan dibagi dalam dua macam yaitu :
1) Diabetes overt (diagnosa sejak sebelum hamil)
2) Diabetes gestasional (diagnosa saat kehamilan)
Didefinisikan sebagai intoleransi karbohidrat dengan tingkat keparahan bervariasi
dan pertama kali diketahui saat kehamilan, dimana sebagian besar wanita dengan
diabetes gestasional telah menderita diabetes overt yang belum terdeteksi.
Menurut Pyke dalam Herwindo 2016:
 Klas I : Gestasional diabetes yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan.
 Klas II : Pregestasional diabetes yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil.
 Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul
dan pembuluh darah perifer, 90% dari wanita hamil yang menderita Diabetes
termasuk ke dalam kategori DM Gestasional (Tipe II).

E. Manifestasi Klinis
Menurut Putri et al. (2018), gejala klinis dari ibu hamil dengan diabetes gestasional
adalah sebagai berikut.
1) Glukosuria (glukosa dalam urin).
2) Sering terasa haus dan lapar.
3) Sering buang air kecil.
4) Kelelahan.
5) Mual.
6) Sering mengalami infeksi pada kandung kemih, vagina, dan kulit.
7) Penglihatan kabur.
8) Overweight atau berat badan berlebih.

F. Patofisiologi

Pada kehamilan normal, jaringan ibu menjadi semakin tidak sensitif terhadap
insulin. Hal ini sebagian disebabkan oleh hormon-hormon dari plasenta dan sebagian
lagi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan obesitas dan kehamilan yang
tidak sepenuhnya berjalan dengan baik. Otot rangka dan jaringan adiposa adalah
tempat utama glukosa seluruh tubuh. Pada kehamilan normal, pembuangan glukosa
seluruh tubuh yang dimediasi insulin berkurang 50% dan untuk mempertahankan
keadaan euglikemik, wanita tersebut harus meningkatkan sekresi insulinnya sebesar
200% -250% (Sol, 2018).

DMG berkembang ketika wanita hamil tidak mampu menghasilkan respon


insulin yang memadai untuk mengimbangi resistensi insulin (IR) normal ini. Selama
kehamilan normal, IR progresif berkembang mulai sekitar pertengahan kehamilan
yaitu pada trimester kedua dan berkembang selama trimester ketiga. Hormon dan
adipositokin yang dikeluarkan dari plasenta, termasuk tumor necrosis factor (TNF) -
α, laktogen plasenta manusia, dan hormon pertumbuhan plasenta manusia adalah
kemungkinan penyebab IR pada kehamilan. Selain itu, peningkatan estrogen,
progesteron, dan kortisol selama kehamilan berkontribusi terhadap gangguan
keseimbangan insulin glukosa. Untuk mengkompensasi IR perifer selama
kehamilan, sekresi insulin meningkat dari pankreas wanita. Perkembangan DMG
terjadi ketika pankreas wanita tidak mengeluarkan cukup insulin untuk mengimbangi
tekanan metabolik dari IR. Selama kehamilan, wanita dengan DMG ini memiliki
penurunan dalam skresi insulin yang menandakan kerusakan fungsi sel  pankreas.
Selain itu, peningkatan deposisi adiposa ibu, penurunan olahraga, dan peningkatan
asupan kalori merupakan faktor berkontribusi terhadap keadaan intoleransi
glukosaini (Sol, 2018).

Pada wanita gemuk, patofisiologi terutama ditandai oleh resistensi insulin


yang diinduksi kehamilan yang diperkuat oleh tingkat resistensi insulin pra-hamil
yang sudah meningkat. Tingkat resistensi insulin yang meningkat adalah faktor yang
diketahui dalam sindrom metabolik. Adanya gangguan insulin dalam
mempertahankan kadar glukosa, yang mengakibatkan hiperglikemia ibu. Glukosa
ditransfer melalui plasenta ke janin. Hiperglikemia maternal menstimulasi
hiperinsulinaemia janin untuk mengatasi kelebihan transfer glukosa
plasenta. Tingkat insulin yang tinggi pada janin merangsang pertumbuhan yang
menghasilkan makrosomia janin (berat lahir lebih dari 4000 g) (Sol, 2018).

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan penderita DM tipe 1, antara lain :
1) Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi: melihat pada daerah kaki, dengan memperhatikan keringat yang di
keluarkan menurun atau tidak.
2. Palpasi: Akral teraba dingin, kulit pecah – pecah, pucat, kering yang tidak
normal.
3. Pemeriksaan pada neuropatik (sistem saraf perifer) sangat penting untuk
mencegah terjadinya ulkus
2) Pemeriksaaan Vaskuler
1. Pemeriksaan Radiologi : gas subkutan, adanya benda asing, osteomelietus
(infeksi tulang)
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah meliputi L GDS (Gula darah sewaktu), GDP (Gula
darah puasa)
b. Pemeriksaan urine, dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kandungan
glukosa. Pemeriksaan ini biasanya dengan benedict (reduksi). Hasil yang
dapat dilihat yaitu adanya perubahan warna
c. Pemeriksaan kultur pus, dilakukan untuk mengetahui adanya kuman yang
berada pada luka sehingga bisa dilakukan rencana tindak lanjut
3. Pemeriksaan keton
a. Normal keton darah <0.6mmol/L
b. Pemeriksaan keton darah lebih baik dari pada keton urin
- Keton darah >3,0 mmol/L biasanya disertai dengan asidosis sehingga
harus segera dibawa ke IGD. Keton darah <0,6 mmol/L biasa
ditemukan setelah puasa malam hari
c. Pemeriksaan keton harus tersedia dan dilakukan pada saat:
- Sakit yang disertai demam dan/atau muntah
- Jika glukosa darah di atas 14 mmol/L (250 mg/dL) pada anak yang
tidak sehat atau jika kadar glukosa darah meningkat diatas 14 mmol/L
(250 mg/dL) secara persisten.
- Ketika terdapat poliuria persisten disertai peningkatan kadar glukosa
darah, terutama jika disertai nyeri abdomen atau napas cepat
- Pemeriksaan keton darah sebaiknya tersedia bagi anak yang lebih
muda atau pasien yang menggunakan pompa insulin.
4. Pemeriksaan HbA1c (Hemoglobin terglikosilasi)
- HbA1c harus dipantau sebanyak 4-6 kali per tahun pada anak yang
lebih muda dan 3-4 kali per tahun pada anak yang lebih besar
- Target HbA1c untuk semua kelompok usia adalah kurang dari 7,5%
(5,8 mmol/L)

H. Penatalaksanaan
1. Terapi diet
Tujuan dari dilakukan manajemen pada pasien diabetes mellitus gestasional
adalah untuk mendapat normoglikemik atau gula darah dibatas normal dan
memastikan bahwa tumbuh kembang janin baik hingga kelahiran. Secara
kehamilan normal, kenaikan berat badan yang diharapkan bervariasi dipengaruhi
berat badan sebelum kehamilan. Setidaknya pada ibu hamil dengan IMT >30
diharapkan kenaikan berat badan tdak lebih dari 7 kg. Sedangkan untuk ibu
hamil dengan IMT<18,5 diharapkan kenaikan berat badan mencapai 18 kg. Gula
darah dapat dikontrol dengan perencanaan makanan yang tepat. Secara umum,
perhitungan kebutuhan kalori untuk wanita hamil dengan diabetes adalah sebagai
berikut:

• 35-40 kkal / kg untuk berat badan kurang


• 30-34 kkal / kg untuk berat normal
• 23-25 kkal / kg untuk yang kelebihan berat badan
Pembatasan konsumsi kalo tersebut terbukti mengurangi hiperglikemi dan
trigliserida plasma tanpa peningkatan ketonuria.(Purnamasari, 2013)
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus
adalah tiga J
(jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
2. Terapi Aktivitas
Sangat disarankan untuk penderita diabetes mellitus gestasional untuk tetap
melakukan aktivitas fisik selama 30 menit sehari. Amercian Diabetes
Association merekomendasikan latihan fisik ringan tanpa kontraindikasi medis
dan obsentrik.
3. Terapi Insulin
Daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang
dibebaskan oleh kegiatan anti insulin plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan
sudah memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama dengan dosis diluar
kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau dikurangi.
Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia dan
asidosis tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu
ditambah atau dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada
140 mg/dl. Pemeriksaan darah yaitu kadar post pandrial.
Selama berlangsungnya persalinan dan dalam hari-hari berikutnya cadangan
hidrat arang berkurang dan kebutuhan terhadap insulin berkurang yang
mengakibatkan mudah mengalami hipoglikemia bila diet tidak disesuaikan atau
dosis insulin tidak dikurangi. Pemberian insulin yang kurang hati-hati dapat menjadi
bahaya besar karena reaksi hipoglikemik dapat disalahtafsirkan sebagai koma
diabetikum. Dosis insulin perlu dikurangi selama masa persalinan dan nifas dini.
Dianjurkan pula supaya dalam masa persalinan diberi infus glukosa dan insulin pada
hiperglikemia berat dan keto asidosis diberi insulin secara infus intravena dengan
kecepatan 2-4 satuan/jam untuk mengatasi komplikasi yang berbahaya.
Insulin adalah terapi farmakologis yang paling konsisten yang telah
ditunjukkan untuk mengurangi morbiditas janin ketika ditambahkan dengan
evaluasi Terapi Nutrisi Medis (MNT). Pemilihan kehamilan untuk terapi insulin
dapat didasarkan pada ukuran glikemia ibu dengan atau tanpa penilaian
karakteristik pertumbuhan janin. Ketika kadar glukosa ibu digunakan, terapi
insulin dianjurkan ketika MNT gagal untuk mempertahankan glukosa dipantau
berdasarkan kadar glukosa berikut.
 Glukosa darah puasa seluruh : ≤ 95 mg / dl (5,3 mmol / l)
 Glukosa plasma puasa : ≤ 105 mg / dl (5,8 mmol / l)
 Glukosa darah postprandial 1-jam keseluruhan : ≤ 14 mg/dl (7,8 mmol / l)
 Glukosa 1-jam postprandial plasma : ≤ 155 mg / dl (8,6 mmol / l)
 Glukosa darah postprandial 2-jam keseluruhan: ≤ 120mg/ dl (6,7
mmol / l)
 Glukosa postprandial plasma 2-jam : ≤ 130 mg / dl (7,2 mmol / l)
I. PATHWAY
Faktor Resiko : Proses Kehamilan Faktor Predisposisi :
1. Usia tua saat hamil 1. Riwayat DM Keluarga
2. Kelebihan berat badan 2. Penderita DM
3. Riwayat kelahiran anak besar > 4000 gr Metabolisme 3. Riwayat DMG pada kehamilan sebelumnya
4. Keguguran, kehamilan abortus
Prod. Insulin ibu meningkat

Progesteron dan enzim HPL resisten

Respon tubuh : plasenta memproduksi


enzim insulin

DM Gestasional Difusi terfasilitasi dalam plasenta

Polidipsia, poliuri, polifagi Kadar gula darah meningkat

Hiperinsulinemia, Sumber energi janin abnormal


Bila personal hygiene kurang Hiperglikemia hipoglikemia,
hipokalsemia
Resiko Ansietas
Resiko Infeksi keterlambatan
Nutrisi Kurang dari Ketidakseim- perkembangan
Kebutuhan bangan Cairan janin

Persalinan

Produksi insulin janin  Bayi besar Kelainan kongenital Kematian bayi


bayi

Bayi hipoglikemi Trauma kelahiran (distosia bahu, fraktur tulang,


injury pleksus brachialis)

Resiko ketidakstabilan kadar glukosa


darah Partus lama

Resiko Infeksi
A. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian

Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan kepada klien,


meliputi: biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan
masa lalu, pemeriksaan fisik.
A. Aktivtas / Itirahat
Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, gangguan istirahat tidur dan
istirahat, takikardi dan takipnea, disorientasi, penurunan kekuatan otot
B. Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi, Kesemutan pada ekstremitas, takikardi, hipertensi,
nadi menurun, disritmia, bola mata cekung
C. Eliminasi
Poliuri, nokturia, disuria, sulit berkemih, ISK baru atau berulang, diare, bising
usus melemah, abdomen keras, adanya asites
D. Makanan / cairan
Anoreksia, mual, muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus dan
lapar secara terus menerus
E. Neurosensori
Pusing, pening, sakit kepala, kesemutan, kelemahan otot, mengantuk, disorientasi
F. Nyeri / kenyamanan
Abdomen tegang / nyeri, wajah meringis, palpitasi
G. Pernafasan
Batuk, frekuensi pernafasan meningkat, merasa kekurangan oksigen
H. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit, lesi, parestesia/paralysis otot, termasuk otot – otot
pernafasan, demam, diaphoresis
I. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina
J. Konsep diri
Cemas dan khawatir
Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan Umum
Jika dalam keadaan hipoglikemi ibu hamil bisa mengalami keletihan
B. Tekanan Darah
Ibu hamil perlu diobservasi tekanan darahnya sekala berkalan karena komplikasi dari
Diabetes Gestasional adalah preeklamsi dan eklamsi
C. Nadi
Pada keadaan hiperglikemi nadi ibu hamil akan lemah dan cepat
D. Respirasi
Pada keadaan hiperglikemi RR meningkat dan napas bau keton
E. Suhu
Tidak ada gangguan
F. Berat Badan
Biasanya memiliki berat badan berlebih
G. Kepala dan Rambut
Tidak ada gangguan
H. Wajah
Pada keadaan hipoglikemi wajah terlihat pucat
I. Mata
Pada keadaan hipoglikemi pasien akan merasakan pandangan kabur dan ganda,
sedangkan pada hiperglikemi pandangan akan redup
J. Hidung
Napas cepat, dangkal dan berbau keton
K. Mulut
Tidak ada gangguan
L. Telinga
Tidak ada gangguan
M. Leher
Tidak ada gangguan
N. Payudara
Tidak ada gangguan
O. Kulit
Pada saat hipoglikemi kulit pasien akan lembab dan berkeringat.
2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian data keperawatan, diagnosa yang mungkin muncul pada


penderita diabetes yaitu :
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif d.d kehausan
2. Resiko cedera: jatuh b.d penurunan sensori penglihatan
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d hipoksia perifer
4. Kerusakan integritas jaringan b.d gangguan metabolisme
5. Resiko infeksi b.d penurunan kekebalan tubuh
6. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
7. Ansietas b.d ancaman kesehatan ibu dan janin
8. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d kehamilan

3. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa NOC NIC Rasional


Keperawatan
1 Defisit volume Tujuan : 1 Monitor tanda- 1. Hipotensi
cairan b.d Setelah dilakukan tanda vital postural merupakan
kehilangan tindakan 1 Monitor status bagian hipovolemia
cairan aktif d.d keperawatan 1x24 hidrasi dan
akibat kekurangan
kehausan jam status hidrasi pernapasan
adekuat dengan 2 Kaji nadi hormon aldosteron
kriteria hasil : perifer dan penurunan
1. Tanda – 3 Jaga intake curah jantung
tanda vital yang akurat dan sebagai akibat dari
normal catat output penurunan kortisol.
2. Output urin 4 Pertahankan Nadi bisa melemah
stabil pemberian
dan hilang.
3. Turgor kulit cairan
baik 2500ml/hari 2. pernapasan
5 Anjurkan berbau aseton
pasien untuk berhubungan
menggunakan dengan pemecahan
selimut tipis aseo-asetat dan
6 Berikan terapi harus berkurang bil
cairan sesuai
ketosis harus
indikasi
terkoreksi
3. Merupakan
indikator dehidrasi
atau volume
sirkulasi adekuat
4. Memperkirakan
kebutuhan cairan
5.Mempertahankan
hidrasi/volume
sirkulasi
6. Menghindari
pemanasan yang
berlebihan yang
bisa memicu tubuh
kehilangan cairan
7. Tipe cairan
bergantung derajat
kekurangan cairan

2 Resiko cedera Tujuan : 1. Kaji ulang 1. Mengetahui


jatuh b.d Setelah dilakukan adanya faktor faktor resiko jatuh
penurunan tindakan resiko jatuh yang dimiliki
sensori keperawatan 1x24 2. Lakukan
pasien
penglihatan jam pasien mampu modifikasi
menghindari cedera lingkungan agar 2. Mengurangi
dengan kriteria lebih aman resiko jatuh
hasil : 3. Tulis dan 3. Dokumentasi
1. Pasien mampu laporkan faktor resiko
mengidentifika adanya faktor 4. Pasien dapat
si bahaya resiko terlibat dalam
lingkungan 4. Ajarkan pasien
tindakan
yang dapat pencegahan
meningkatkan cidera keperawatan untuk
kemungkinan 5. Kolaborasikan melatih
cidera dengan dokter kemandirian
2. Pasien mampu untuk penangan 5. Penatalaksanaan
mengidentifika glaukoma dan medis untuk pasien
si tindakan gangguan
preventif atas penglihatan
bahaya

3 Ketidakefektifan Tujuan : 1. Kaji pucat, 1. Vasokontriksi


perfusi jaringan Setelah dilakukan sianosis, oleh curah jantung
perifer b.d tindakan kekuatan nadi 2. indikasi
hipoksia perifer keperawatan 1x24 perifer
trombosis vena
jam 2. Kaji tanda
perfusiajaringan homan, edema, dalam
perifer dalam eritema 3. penuruan intake
keadaan normal 3. Pantau intake terus menerus
dengan kriteria dan catat output dapat menganggu
hasil: urin volume sirkulasi
1. Denyut nadi 4. Selidiki 4. perfusi serebral
perifer perubahan
secara langsung
teraba kuat mental eperti
sehubungan
2. Tekanan cemas dengan curah
darah sitol 5. Ajari pasien jantung
dan diastol melepas kaos 5. membatasi statis
normal kaki
vena, memperbaiki
3. Warna kulit antiembolik
sekitar luka bila digunakan lairan vena, dan
tidak pucat 6. Pantau data lab mencegah
tromboflebitis
6. indikasot perfusi
lab
4 Kerusakan Setelah dilakukan 1. Amati warna, 1. Untuk
integritas tindakan
kehangatan, mengetahui
jaringan b.d keperawatan
gangguan selama 1x24 jam bengkak, karakter luka
metabolisme gangguan integritas
pulsasi, 2. Mencegah
jaringan berkurang
dengan kriteria tekstur, edema peningkatan
hasil:
dan ulserasi keparahan
1. Menunjukk
an adanya pada 3. Mencegah
perbaikan
ekstremitas infeksi
jaringan
2. Luka 2. Lakukan 4. Memonitor
mengecil
langkah – adanya infeksi
langkah untuk 5. Mengurangi
mencegah neuropati
kerusakan perifer
lebih lanjut
3. Ganti balutan
sesuai dengan
jumlah
eksudat dan
drainase
4. Periksa luka
setiap kali
perubahan
balutan
5. Kolaborasi
pemberian
antibiotik
sesuai
indikasi
5 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Monitor tanda 1. Pasien
b.d penurunan tindakan infeksi mungkin
kekebalan tubuh keperawatan 1x24 2. Anjurkan masuk
jam diharapkan pasien cuci dengan
tidak terjadi infeksi tangan dengan infeksi
pada pasien dengan benar 2. Mencegah
kriteria hasil: 3. Monitor infeksi
6. Memonitor kerentanan 3. Mencegah
status terhadap infeksi infeksi
kesehatan dari 4. Ajarkan pasien 4. Mencegah
skala 2 dan keluarga infeksi
ditingkat cara 5. Mencegah
menjadi skala menghindari infeksi
4 infeksi 6. Mencegah
5. Anjurkan timbulnya
makan minum sepsis
adekuat
6. Kolaborasi
pemberian
antibiotik
6 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Lakukan
agen cedera tindakan pengkajian
biologis keperawatan nyeri
selama 1x24 jam komprehens
diharapkan nyeri if terhadap
pasien berkurang pasien
dengan kriteria 2. Observasi
hasil : tanda
1. Skala nyeri ketidaknya
dari 5 manan
diturunkan pasien non
menjadi 3 verbal
3. Evaluasi
nyeri pasien
4. Kurangi
faktor
pencetus
nyeri
5. Gunakan
tindakan
pengontrol
nyeri
sebelum
nyeri
semakin
berat
6. Dukung
pasien
untuk
istirahat dan
tidur untuk
mengurangi
nyeri
7 Ansietas b.d Setelah dilakukan 1. Gunakan 1. Membina
ancaman tindakan pendekatan hubungan
kesehatan ibu keperawatan 1x24 yang tenang saling
dan janin jam diharapkan dan percaya
ansietas pasien meyakinkan 2. Menumbuh
berkurang denan 2. Nyatakan kan
kriteria hasil : dengan motivasi
1. Perasaan jelas pasien
gelisah dari harapan 3. Merasa
skala 2 terhadap empati
(cukup pasien terhadap
berat) 3. Pahami pasien
ditingkatka situasi 4. Memberika
n menjadi krisis dari n informasi
skala 4 perspektif dan
(ringan) pasien keterangan
2. Gangguan 4. Berikan pada pasien
tidur dari informasi 5. Memberi
skala 2 yang rasa aman
(cukup faktual pada pasien
berat) tenang 6. Mengurangi
ditingkatka diagnosa, rasa cemas
n ke skala 4 perawatn
(ringan) dan
prognosis
5. Berada di
sisi pasien
untuk
memberika
n rasa aman
6. Instruksikan
pasien
untuk
menggunak
an teknik
relaksasi
8 Resiko Setelah dilakukan 1. Monitor kadar 1. Mengetahui
ketidakstabilan asuhan keperawatan glukosa sesuai kadar glukosa
kadar glukosa selama 2x24 jam indikasi. 2. Mengethaui
darah b.d diharapkan klien 2. Identifikasi berat berat badan
kehamilan mampu: badan terakhir. 3. Menghindari
1. kadar glukosa 3. Dorong asupan dehidrasi
darah dipertahankan cairan oral. 4. Mengurangi
dari skala 2 (deviasi 4. Berikan insulin komplikasi
yang cukup besar sesuai resep yang 5. Mengetahui
dari kisaran normal) telah dianjurkan prognosis
dipertahankan pada dokter.
skala 5 (tidak ada 5. Konsultasikan
deviasi dari kisaran dengan dokter tanda
normal) dan gejala
2. peningkatan haus hiperglikemia yang
dipertahankan dari menetap atau
skala 2 (besar) memburuk
ditingkatkan pada
skala 5 (tidak ada)
3. lapar berlebihan
dipertahankan pada
skala 2 (besar)
ditingkatkan pada
skala 5 (tidak ada)
DAFTAR PUSTAKA

Alfadhli, E. M. (2015). Gestational diabetes mellitus, 36(4), 399–406.


https://doi.org/10.15537/smj.2015.4.10307.

Berkowitz, A., 2013. Patofisiologi Klinik Disertai Contoh Kasus Klinik. Binarupa Aksara:
Tangerang
Herwindo. Pudjo., 2017. Keterlambatan Diagnosa Diabetes Melitus pada Kehamilan. Jurnal
Kedokteran Brawijaya. 29(3): 281-285
Kampmann, U., Madsen, L. R., Skajaa, G. O., Iversen, D. S., Moeller, N., Ovesen, P., dan
Moeller, N. 2015. Gestational diabetes : A clinical update, 6(8): 1065–1072.
https://doi.org/10.4239/wjd.v6.i8.1065.
Kemenkes. 2012. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Penyakit Tidak Menular.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Putri, M . D. M. T., P. Wahjudi, dan I. Prasetyowati. 2018. Gambaran Kondisi Ibu Hamil
dengan Diabetes Mellitus di RSD dr. Soebandi Jember tahun 2013-2017. e-Journal
Pustaka Kesehatan. 6(1): 46-52.
Rahayu. A., dan Rodiani. 2016. Efek Diabetes Melitus Gestasional terhadap Kelahiran Bayi
Makrosomi. Majority. 5(4): 17-22.
Sol, I. 2018. Gestational Diabetes Mellitus and Diet : A Systematic Review and Meta-
analysis of Randomized Controlled Trials Examining the Impact of Modi fi ed
Dietary Interventions on Maternal Glucose Control and Neonatal Birth Weight, 4,
1346–1361. https://doi.org/10.2337/dc18-0102

Syaifuddin. 2013. Anatomi Fisiologi. Jakarta:EGC


Tandra. Hans. 2014. Strategi Mengalahkan Komplikasi Diabetes dari Kepala sampai Kaki.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai