Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

PEMBAHASAN

Stenosis duodenum merupakan sebuah gangguan yang terjadi pada bagian


yang terpendek dari usus halus, yaitu berupa penyempitan yang menyebabkan
obstruksi atau penyumbatan pada duodenum serta mengakitbatkan gangguan
dalam pembuangan sisa makanan berupa feses. Obstruksi intrinsik pada
duodenum terjadi akibat kegagalan vakuolisasi dan rekanalisasi. Komplikasi yang
dapat terjadi pada adanya kelainan dari duodenum adalah perdarahan, infeksi, dan
gangguan pernafasan. Hal ini dapat terjadi karena beberapa penyebab.
Adapun etiologi/penyebab dari stenosis duodenum yaitu berupa: a) kompresi
dari permukaan duodenum oleh band-band Ladd sekunder untuk rotasi lengkap
dari usus, b) annular membungkus pankreas, c) keturunan resesif autosomal, d)
adanya polyhidramnion (saat kehamilan). Selain itu, faktor risiko juga dapat
mempengaruhi terjadinya stenosis duodenum pada pasien.
Faktor risiko yang menyebabkan stenosis duodenum yaitu berupa: a) kelainan
kromosom yang dapat menimbulkan kelainan kongenital pada anaknya, b) faktor
mekanik pada janin dalam uterus dapat menyebabkan kelainan bentuk, c) faktor
infeksi juga dapat menimbulkan kelainan kongenital terutama infeksi oleh virus,
d) faktor umur ibu yang mendekati menopouse beresiko lebih tinggi melahirkan
anak dengan kelainan kongenital cacat, e) faktor gizi pada ibu hamil yang buruk
beresiko melahirkan bayi cacat.
Pada kasusnya, bayi yang mengalami stenosis duodenum biasanya
mempunyai masalah defisit nutrisi karena akibat sulit mencerna makanan.
makanan yang dimakan sulit dicerna diakibatkan adanya penyumbatan karena
stenonis duodenum. Tidak sedikit juga bayi yang mengalami penurunan berat
badan karena bayi enggan untuk makan/minum susu. Intervensi yang dapat
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut salah satunya dengan memberikan
intervensi manajemen nutrisi, dimana bayi tetap diberikan diit sesuai dengan
anjuran dokter agar nutrisi bayi tetap terpenuhi.
Tindakan operasi juga dapat dilakukan untuk melihat masalah yang terjadi
pada pasien. Salah satu operasi yang dapat dilakukan dokter dengan diagnosa
medis stenosis duodenum adalah operasi laparotomy, dimana operasi ini adalah
prosedur yang membuat sayatan vertikal besar pada dinding perut ke dalam rongg
perut yang memungkinkan dokter melihat dan merasakan organ dalam, dalam
membuat diagnosis apa yang salah. Biasanya setelah operasi, perawat akan
mengkaji apa yang dirasakan pasien. Nyeri akut dan risiko infeksi adalah diagnosa
keperawatan yang biasanya muncul pada pasien post op, dimana perawat akan
merawat sesuai diagnosa keperawatan yang muncul. Untuk intervensi nyeri akut
dapat dilakukan intervensi manajemen nyeri, dimana perawat akan mengobservasi
dan berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik. Sama halnya dengan
nyeri akut, risiko infeksi juga dapat muncul setelah operasi. Intervensi yang dapat
dilakukan untuk mengatasi risiko infeksi bisa dengan melakukan pencegahan
infeksi. Dimana perawat akan mengobservasi tanda-tanda adanya infeksi dan
melakukan penggantian balutan serta berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian antibiotik.

Anda mungkin juga menyukai