Stenosis duodenum merupakan sebuah gangguan yang terjadi pada bagian
yang terpendek dari usus halus, yaitu berupa penyempitan yang menyebabkan obstruksi atau penyumbatan pada duodenum serta mengakitbatkan gangguan dalam pembuangan sisa makanan berupa feses. Obstruksi intrinsik pada duodenum terjadi akibat kegagalan vakuolisasi dan rekanalisasi. Komplikasi yang dapat terjadi pada adanya kelainan dari duodenum adalah perdarahan, infeksi, dan gangguan pernafasan. Hal ini dapat terjadi karena beberapa penyebab. Adapun etiologi/penyebab dari stenosis duodenum yaitu berupa: a) kompresi dari permukaan duodenum oleh band-band Ladd sekunder untuk rotasi lengkap dari usus, b) annular membungkus pankreas, c) keturunan resesif autosomal, d) adanya polyhidramnion (saat kehamilan). Selain itu, faktor risiko juga dapat mempengaruhi terjadinya stenosis duodenum pada pasien. Faktor risiko yang menyebabkan stenosis duodenum yaitu berupa: a) kelainan kromosom yang dapat menimbulkan kelainan kongenital pada anaknya, b) faktor mekanik pada janin dalam uterus dapat menyebabkan kelainan bentuk, c) faktor infeksi juga dapat menimbulkan kelainan kongenital terutama infeksi oleh virus, d) faktor umur ibu yang mendekati menopouse beresiko lebih tinggi melahirkan anak dengan kelainan kongenital cacat, e) faktor gizi pada ibu hamil yang buruk beresiko melahirkan bayi cacat. Pada kasusnya, bayi yang mengalami stenosis duodenum biasanya mempunyai masalah defisit nutrisi karena akibat sulit mencerna makanan. makanan yang dimakan sulit dicerna diakibatkan adanya penyumbatan karena stenonis duodenum. Tidak sedikit juga bayi yang mengalami penurunan berat badan karena bayi enggan untuk makan/minum susu. Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut salah satunya dengan memberikan intervensi manajemen nutrisi, dimana bayi tetap diberikan diit sesuai dengan anjuran dokter agar nutrisi bayi tetap terpenuhi. Tindakan operasi juga dapat dilakukan untuk melihat masalah yang terjadi pada pasien. Salah satu operasi yang dapat dilakukan dokter dengan diagnosa medis stenosis duodenum adalah operasi laparotomy, dimana operasi ini adalah prosedur yang membuat sayatan vertikal besar pada dinding perut ke dalam rongg perut yang memungkinkan dokter melihat dan merasakan organ dalam, dalam membuat diagnosis apa yang salah. Biasanya setelah operasi, perawat akan mengkaji apa yang dirasakan pasien. Nyeri akut dan risiko infeksi adalah diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada pasien post op, dimana perawat akan merawat sesuai diagnosa keperawatan yang muncul. Untuk intervensi nyeri akut dapat dilakukan intervensi manajemen nyeri, dimana perawat akan mengobservasi dan berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik. Sama halnya dengan nyeri akut, risiko infeksi juga dapat muncul setelah operasi. Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko infeksi bisa dengan melakukan pencegahan infeksi. Dimana perawat akan mengobservasi tanda-tanda adanya infeksi dan melakukan penggantian balutan serta berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik.