Anda di halaman 1dari 62

MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RS CIREMAI

RUANG KENCANA TAHUN 2022

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktek Kerja
Mahasiswa (PKM) mata kuliah Manajemen Keperawatan

Dosen Pengampu :

Di Susun Oleh Kelompok 1 :


1. Achmad Sugiarto 9. Gatara Hutama A.
2. Alya Nisrina M. 10. Hari Surachman
3. Cici Nur Oktaviani 11. Indah
4. Dhea Wulan S. 12. Inka Desianty
5. Diana Nova M. 13. Joanita Septryanti
6. Dwi Septiadi
7. Eksa Vika S.
8. Farika Sari

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini
yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Manajemen Keperawatan
Di RS Ciremai Ruang Kenacana Tahun 2022”. Disusun untuk memenuhi syarat
salah satu tugas Manajemen Keperawatan.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk
itu, kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat keselahan dalam
makalah ini. Kami pun berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik
dan sarannya kepada kami agar di kemudian hari kami bisa menyusun makalah
yang lebih sempuna lagi.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir khususnya :
1. Ns. H. Kanapi., S.Kep., M.Kep selaku Koordinator Kampus II STIKKU.
2. Ns. Nanang Saprudin.,S.Kep., M.Kep selaku Ketua Prodi S1 Ilmu
Keperawatan Kampus STIKKU.
3. selaku dosen pengampu matakuliah Manajemen Keperawatan.
4. Orang tua kami yang selalu mendukung kami.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin

Cirebon, Maret 2022

Penyusn

i
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manjemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan organisasi. Sedangkan manajemen
keperawatan adalah proses bekerja melalui anggota staff keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara professional. Proses manajemen
keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai suatu metode
pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional, sehingga diharapkan
keduanya saling menopang. Sebagaimana yang terjadi di dalam proses
keperawatan, di dalam manajemen keperawaatan pun terdiri dari pengumpulan
data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil.
Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan terhadap mayoritas
tenaga seorang pegawai, maka setiap tahapan di dalam proses manajemen
lebih rumit jika dibandingkan dengan proses keperawatan. Manajemen
keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di
Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaimana konsep dan
aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri (Gillies, 2002).

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa memahami dan mampu menerapkan konsep teori dalam
aplikasi prinsip-prinsip manajemen keperawatan dalam pelaksanaan
manajemen asuhan keperawatan dan manajemen pelayanan keperawatan di
ruang rawat inap Kencana di RST Ciremai di Kota Cirebon.
1.2.2 Tujuan Khusus
Selama berlangsungnya praktek manajemen keperawatan mahasiswa
diharapkan mampu untuk :
a. Mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai dengan prinsip manajemen
keperawatan yang terdapat di ruang rawat inap Kencan di RST Ciremai
di Kota Cirebon
b. Mempraktekkan konsep teori manajemen asuhan keperawatan, baik
manajemen pelayanan maupun manajemen asuhan keperawatan.
c. Mengaplikasikan model keperawatan modular dengan cara bermain
peran (Role play) di salah satu ruangan di ruang rawat inap Kencana di
RST Ciremai di Kota Cirebon
d. Memudahkan perawat yang ada di ruangan rawat inap Kencana di RST
Ciremai di Kota Cireon dalam mengatasi masalah yang terkait dengan
manajemen keperawatan dengan metode 5M (Man, Methode, Material,
dan Money,Marketing) yang dipaparkan dalam analisa SWOT.

1.3 Manfaat Penulisan


Dengan diadakannya praktek manajemen keperawatan ini diharapkan
akan memberikan manfaat kepada :
1.3.1 Mahasiswa
a. Mahasiswa lebih terampil dalam penerapan aplikasi prinsip-prinsip
manajemen keperawatan di lapangan.
b. Mahasiswa mendapat pengalaman baru di lapangan dalam hal penerapan
manajemen keperawatan.
1.3.2 Perawat
a. Membantu meringankan beban kerja perawat selama praktek berlangsung
di ruang rawat inap kencana di RST Ciremai
b. Menambah pengetahuan tenaga perawat tentang manajemen pelayanan
dan manajemen asuhan keperawatan melalui bermain peran oleh
mahasiswa (role play) dan penyegaran yang diberikan sesuai dengan
masalah yang ditemukan.
1.3.3 Rumah Sakit

106
Data yang diperoleh dari hasil pengkajian akan membantu sebagai
bahan masukan bagi Rumah Sakit, dalam upaya peningkatan mutu
manajerial pelayanan rumah sakit.

107
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Manajemen
1. Definisi Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa Perancis ménagement, yang
berarti seni melaksanakan dan mengatur. Menurut Arwani (2006)
manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain untuk mencapai tujuan  organisasi dalam suatu lingkungan yang
berubah.Manajemen Keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional (Gillies, 2005 dikutip dari Kholid Rosyid, 2013).
Menurut Depkes RI (2001), sementara menurut manajemen
keperawatan adalah suatu proses perubahan atau transformasi dari sumber
daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan melalui
pelaksanaan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengaturan ketenagaan,
pengarahan, evaluasi dan pengendalian mutu keperawatan.Manajemen
merupakan suatau pendekatan yang dinamis dan pro aktif dalam
menjalankan suatu kegiatan dalam organisasi. Manajemen mencakup
kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) terhadap
staff, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan
Massey, 1999 dikutip dari Nursalam, 2015).
Swansburg (2000), menyatakan bahwa manajemen keperawatan
berhubungan dengan perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengaturan staff (staffing), kepemimpinan (leading), dan
pengendalian (controlling) aktivitas-aktivitas upaya keperawatan atau divisi
departemen keperawatan dan dari sub unit departemen.

2. Fungsi Manajemen
Dalam manajemen, diperlukan peran tiap orang yang terlibat di
dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu diperlukan
adanya fungsi-fungsi yang jelas mengenai manajemen. Pada fungsi
108
manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama yaitu Planning
(perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (kepegawaian),
Directing (pengarahan), Controlling (pengendalian atau evaluasi).
Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam
manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi
manajemen lainnya. Menurut Muninjaya, (1999) fungsi perencanaan
merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan.
Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya
akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan memberikan pola
pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan
dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan.
Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan.
a. Planning (perencanaan)
Perencanaan secara efektif dan efesien. Swanburg (2000)
mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas akan
dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.
Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses
untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di
masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-
langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
1) Tujuan perencanaan
Adapun tujuan perencanaan adalah :
a) Sebagai upaya koordinasi dalam memberikan arahan sehingga
semua anggota paham akan kondisi organisasi dan mengerti
kontribusinya dalam mencapai tujuan baik secara mandiri
maupun tim.
b) Mengurangi dampak perubahan.
c) Meminimalkan hasil yang sia-sia, yang tidak efektif dan tidak
efisien serta menghindari pengulangan kegagalan.

109
d) Menetapkan standar pengontrolan/pengendalian :
membandingkan kinerja dan tujuan, deviasi dan tindakan korektif
yang diperlukan.
e) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan
tujuan.
f) Efektif dalam hal biaya
2) Tahapan dalam perencanaan
Ada empat tahapan dalam perencanaan yaitu :
a) Menetapkan tujuan.
b) Merumuskan keadaan sekarang.
c) Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan.
d) Mengembangkan serangkaian kegiatan.
3) Jenis perencanaan
Ada dua jenis perencanaan, yaitu :
a) Perencanaan strategi merupakan perencanaan yang sifatnya
jangka panjang yang ditetapkan oleh pemimpin dan merupakan
umum suatu organisasi. Perencanaan jangka panjang digunakan
untuk mengembangkan pelayanan keperawatan yang diberikan
kepada pasien, juaga digunakan untuk merevisi pelayanan yang
sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan masa kini.
b) Perencanaan Operasional menguraikan aktivitas dan prosedur
yang akan digunakan serta menyusun jadwal waktu pencapaian
tujuan, menentukan siapa orang – orang yang bertanggungjawab
untuk setiap aktivitas, menetapkan prosedur serta
menggambarkan cara menyiapkan orang – orang untuk bekerja
dan metode untuk mengevaluasi perawatan pasien.
4) Manfaat perencanaan
Adapun manfaat perencanaan antara lain :
a) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahanperubahan lingkungan.

110
b) Memungkinkan manajer mamahami keseluruhan gambaran
operasi lebih jelas.
c) Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.
d) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk
pelaksanaan.
e) Memudahkan koordinasi.
f) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah
dipahami.
g) Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
h) Menghemat waktu dan dana.
5) Keuntungan perencanaan Keuntungan dari perencanaan yaitu :
a) Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak
produktif.
b) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai.
c) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya
terutama fungsi keperawatan.Memodifikasi gaya manajemen.
d) Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
e) Meningkatkan keterlibatan anggota.
6) Kelemahan perencanaan
Selain memiliki keuntungan, perencanaan juga memiliki
kelemahan. Kelemahan perencanaan antara lain:
a) Kemungkinan pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan
berlebihan pada kontribusi kerja.
b) Cenderung menunda kegiatan.
c) Terkadang kemungkinan membatasi inovasi dan inisiatif.
d) Kadang-kadang hasil yang lebih baik didaptkan oleh penyelesaian
situasional individual dan penanganan suatu masalah pada saat
masalah itu terjadi.
e) Terdapat rencana yang diikuti oleh/atau dengan rencana yang
tidak konsisten.
7) Langkah-langkah dalam perencanaan

111
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membuat perencanaan
adalah :
a) Pengumpulan data.
b) Analisis lingkungan (SWOT : Strenght, Weakness, Opportunities,
Threats).
c) Pengorganisasian data : memilih data yang mendukung dan data
yang menghambat.
d) Pembuatan rencana : tentukan objektif, uraian kegiatan, prosedur,
target, waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan,
metode yang digunakan.
b. Organizing (pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan
tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam
rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk
memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material
dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Muninjaya, 1999).
Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang
sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi
wadah bagi segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi dan
mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta
menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.
1) Manfaat pengorganisasian
Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian, seorang
manajer akan dapat mengetahui Pembagian tugas untuk perorangan
dan kelompok, Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam
organisasi tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya,
Pendelegasian wewenang, dan Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.
a) Tahapan dalam pengorganisasian

112
(1) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah
tertuang dalam fungsi perencanaan.
(2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok
untuk mencapai tujuan.
(3) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan
kegiatan yang praktis.
(4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh staf dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.
(5) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
(6) Mendelegasikan wewenang
b) Deskripsi peran dan fungsi
(1) Kepala ruang rawat
Kepala ruang rawat adalah perawat dengan
kemampuan D3 keperawatan yang berpengalaman atau
kemampuan S.Kp/S.Kep/Ners yang berpengalaman. Kepala
ruang rawat bertugas sesuai jam kerja dinas pagi. Tugas dan
tanggung jawab kepala ruang rawat adalah :
(a) Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas).
(b) Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan
ketertiban ruangan.
(c) Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan
masalah di ruangan.
(d) Membimbing siswa/mahasiswa (bekerjasama dengan
pembimbing klinik) dalam pemberian asuhan
keperawatan di ruangan dengan mengikuti sistem yang
sudah ada,
(e) Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat.
(f) Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa
kedokteran, dan mahasiswa keperawatan yang akan
melakukan praktik keperawatan.

113
(g) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang
harmonis dengan klien dan keluarga klien dan tim
kesehatan lain, antara laian kepala ruang rawat
mengingatkan kembali klien dan keluarga tentang
perawat atau tim yang bertanggung jawab terhadap
mereka di ruangan yang bersangkutan.
(h) Memeriksa kelengkapan persediaan status keperawatan
minimal 5 setiap hari.
(i) Melaksanakan pembinaan terhadap perawat primer
(PP) dan perawat asosiet (PA) dalam hal implementasi
keperawatan profesional termasuk sikap dan tingkah
laku.
(j) Bila perawat primer cuti, tugas dan tanggung jawabnya
didelegasikan pada perawat primer yang lain atau wakil
PP pemula yang ditunjuk tetapi tetap dibawah
pengawasan kepala ruang rawat.
(k) Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas
yang dibutuhkan di ruangan.
(l) Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua
tenaga yang ada di ruangan, membuat DP3 dan usulan
kenaikan pangkat.
(m) Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat
setiap bulan untuk membahas kebutuhan di ruangan.
(n) Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan
keperawatan.
(o) Membuat peta resiko ruang rawat
(2) Ketua tim (perawat primer)
Perawat primer (PP) adalah perawat lulusan D3
keperawatan dengan pengalaman minimal 4 tahun atau
perawat S.Kp/Ners dengan pengalaman minimal 1 tahun.
perawat primer dapat bertugas pada pagi, sore, atau malam

114
hari. Namun sebaiknya perawat primer hanya bertugas pada
pagi atau sore saja karena bila bertugas pada malam hari
perawat primer akan libur beberapa hari sehingga sulit
menilai perkembangan klien.
Tugas dan tanggung jawab perawat primer (PP)
adalah:
(a) Melakukan kontrak dengan klien atau keluarga pada
awal masuk ruangan sehingga tercipta hubungan
terapetik. Hubungan ini dibina secara terus menerus
pada saat melakukan pengkajaian/tindakan kepada
klien/keluarga. Panduan orientasi ini sebaiknya
dilaminating dan digantung di kamar klien sehingga
setiap saat klien/keluarga dapat membaca kembali.
(b) Menghitung tingkat ketergantungan klien/beban kerja.
(c) Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau
melengkapi pengakjian yang sudah dilakukan perawat
primer pada sore, malam atau pada hari libur.
(d) Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan
analisis standar rencana perawatan sesuai dengan hasil
pengkajian.
(e) Menjelaskan rencana asuhan keperawatan (renpre)
yang sudah ditetapkan kepada perawat assosiate di
bawah tanggung jawabnya sesuai dengan klien yang
dirawat pada saat preconfrence sebagai penanggung
jawabnya.
(f) Menetapkan perawat assosiate yang bertanggung jawab
pada setiap klien, setiap kali giliran jaga (shift).
Pembagian tugas didasarkan pada jumlah klien, tingkat
ketergantung klien, dan tempat tidur yang berdekatan.
Bila pada satu tugas jaga (shift) PP didampingi oleh 2
perawat assosiate, maka semua klien dibagi pada kedua

115
perawat assosiate sebagai penanggung jawabnya.
Perawat primer akan membantu dan membimbing
perawat assosiate dalam memberikan asuhan
keperawatan. Bila perawat primer hanya didampingi
oleh 1 perawat assosiate pada satu tugas jaga maka
jumlah klien yang menjadi tanggung jawab perawat
primer adalah sebanyak 20% dan klien tersebut
termasuk klien dengan tingkat ketergantungan minimal
serta klien lainnya menjadi tanggung jawab perawat
assosiate. Penetapan ini dimaksudkan agar perawat
primer di bawah tanggung jawabnya dalam
memberikan asuhan keperawatan.
(g) Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek
pekerjaaan perawat assosiate dalam melakukan
tindakan keperawatan apakah sesuai dengan SOP).
(h) Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh perawat
assosiate.
(i) Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan
perawat assosiate.
(j) Mengatur pelaksanaan kolaborasi dan pemeriksaan
laboratorium.
(k) Melakukan kegiatan serah terima klien di bawah
tanggung jawabnya bersama dengan perawat assosiate.
(l) Mendampingi dokter visite klien di bawah tanggung
jawabnya. Bila PP tidak ada, visite didampingi oleh
perawat assosiate sesuai timnya.
(m) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat
catatan perkembangan klien setiap hari.
(n) Melakukan pertemuan dengan klien/keluarga minimal
setiap dua hari untuk membahas kondisi perawatan
klien (tergantung pada kondisi klien).

116
(o) Bila perawat primer cuti atau libur, tugas-tugas perawat
primer didelegasikan kepada perawat assosiate yang
telah ditunjuk (wakil PP) dengan bimbingan kepala
ruangan.
(p) Memberikan pendidikan kesehatan pada klien/keluarga.
(q) Membuat perencanaan pulang.
(3) Perawat pelaksana
Tugas dan tanggung jawab perawat pelaksana adalah :
(a) Membaca rencana keperawatan yang telah ditetapkan
PP
(b) Membina hubungan terapetik dengan klien/keluarga,
sebagai kontrak lanjutan yang sudah dilakukan PP.
(c) Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan
informasi berdasarkan format orientasi klien/keluarga
jika PP tidak ada di tempat.
(d) Melakukan tindakan keperawatan pada klien
berdasarkan rencana keperawatan.
(e) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah
dilakukan dan mendokumentasikan pada format yang
telah disediakan.
(f) Mengikuti visite dokter bila PP tidak di tempat.
(g) Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai
diparaf.
(h) Mengkomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila
menemukan masalah yang perlu diselesaikan.
(i) Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik,
laboratorium, pengobatan, dan tindakan.
(j) Berperan serta dalam memberikan pendidikan
kesehatan kepada klien/keluarga yang dilakukan oleh
PP.

117
(k) Melakukan inventaris fasilitas yang terkait dengan
timnya.
(l) Membantu tim lain yang membutuhkan.
(m) Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga
klien yang menjadi tanggung jawabnya dan
berkoordinasi dengan PP.
c. Staffing (ketenagaan)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang
teratur, sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk
menentukan jumlah personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam
situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses pengaturan staff bersifat
kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk
studi pengaturan staff, penguasaan rencana pengaturan staff, rencana
penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK).
SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik
dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang
diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan kontrolnya,
evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit
keperawatan mencakup personil keperawatan yang bermutu harus
tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan
pelayanan pada semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam
seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staff
harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya
dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah
dan jenis staff keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat
dimana departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga
dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff medis dan pelayanan medis
yang diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya
ronde, jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis

118
pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat
yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi
divisi keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk
mengatur departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan
pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi
dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan
program staff efektif, dan evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip
rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan
klasifikasi pasien. Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan
sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan
melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah
untuk membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru.
Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika
mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan
salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi
waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu
dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya.
Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan
metode lain yang biasa.
Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang
diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan
pasien. Menurut Douglas, 1994; loveridge dan cummings, 1996)
klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi 3 kategori yaitu :
Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam /24 jam, Perawatan
intermediet memerlukan 3-4 jam/24 jam, Perawatan maksimal atau total
memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam.
Dalam suatu penelitian (1975) tentang jumlah perawat di rumah
sakit, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada waktu pagi, sore,

119
dan malam hari tergantung tingkat ketergantungan seperti pada uraian di
bawah ini :
1) Minimal care
Pasien yang menerima asuhan keperawatan minimal adalah
pasien bisa mandiri/hampir tidak memerlukan bantuan, mampu naik
turun tempat tidur, mampu ambulasi dan berjalan sendiri, mampu
mandi sendiri, mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri),
mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan, status
psikologis stabil, pasien dirawat untuk prosedur diagnostik, operasi
ringan.
a) Partial care
Pasien yang memerlukan bantuan perawat sebagian (partial
care) adalah membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik turun
tempat tidur, membutuhkan bantuan untuk ambulasi/berjalan,
membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan, membutuhkan
bantuan untuk makan (disuap), membutuhkan bantuan untuk
kebersihan mulut, membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan
berdandan, membutuhkan bantuan untuk bab dan bak (tempat
tidur.kamar mandi), post operasi minor (24 jam), melewati fase
akut dari post operasi mayor, fase awal penyembuhan, observasi
tanda-tanda vital setiap 24 jam, gangguan emosional ringan.
b) Total Care
Pasien yang menerima asuhan keperawatan total atau
maksimal adalah pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya
dan memerlukan waktu perawat yang lebih lama, membutuhkan 2
orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kereta
dorong/kursi roda, membutuhkan latihan pasif, kebutuhan nutrisi
dan cairan terpenuhi melalui intravena (infus) atau ngt (sonde),
membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut, membutuhkan
bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan, dimandikan
perawat, dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter, 24

120
jam post operasi mayor, pasien tidak sadar, pasien dalam keadaan
tidak stabil, observasi ttv setiap kurang dari 1 jam, perawatan luka
bakar, perawatan kolostomi, menggunakan alat bantu pernapasan
(respirator), menggunakan wsd, irigasi kandung kemih secara terus
menerus, menggunakan alat traksi (skeletal traksi), fraktur atau
pasca operasi tulang belakang/leher, gangguan emosional berat,
bingung dan disorientasi.
d. Directing (pengarahan)
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang
ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk
dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan
perusahaan yang nyata.
Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan
manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan
adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi
dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg
(2000), menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi
dan memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk
kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan
pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus
mampu untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak
membaca, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan
organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka
mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi.
Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa
macam gaya kepemimpinan yaitu:
1) Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih
cenderung memikirkan penyelesaian tugas dari pada
memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini cenderung

121
menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis
dan menghilangkan inisiatif.
a) Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses
pengambilan keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan
menitikberatkan pada hubungan antara manusia dan kerja
kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan
produktivitas dan kepuasan kerja.
b) Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh,
dan pantang memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin
tersebut membantu kebebasan kepada setiap orang dan
menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan
produktivitas rendah dan karyawan frustasi.
Manajer perawat harus belajar mempraktekkan
kepemimpinan perilaku yang merangsang motivasi pada para
pemiliknya, mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga
perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi,
membuat keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat
professional.

e. Controlling (pengendalian/evaluasi)
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan
fungsi yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang
erat dengan fungsi yang lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan
terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai dengan rencana yang
ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta prinsip-
prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan
kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol, 1998).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan,

122
merancang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan
nyata dengan standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan
dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan
yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian
tujuan perusahaan (Mockler, 2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala
sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi
yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan
(Urwick, 1998). Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan
dan mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu
memperhatikan beberapa prinsip berikut :
1) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya
mudah diukur, misalnya menepati jam kerja.
2) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam
upaya mencapai tujuan organisasi.
3) Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada
semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung
jawab dan komitmen terhadap kegiatan program.
4) Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan
bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah
tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja.
a) Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik :
(1) Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
(2) Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
(3) Harus memandang ke depan
(4) Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
(5) Harus objektif
(6) Harus fleksibel
(7) Harus menunjukkan pola organisasi
(8) Harus ekonomis
(9) Harus mudah dimengerti

123
(10) Harus menunjukkan tindakan perbaikkan.
Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada
setiap tingkat manajer. Sebagai contoh, manajer perawat
kepala dari satu unit bertanggung jawab mengenai kegiatan
operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan
mingguan, dan penugasan, serta pengunaan sumber-sumber
secara efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk
perubahan yang cepat.
Dua metode pengukuran yang digunakan untuk
mengkaji pencapaian tujuan-tujuan keperawatan adalah:
(a) Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan,
tindakan dan prosedur yang tersusun dalam pedoman
tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya
mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif
beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam
keperawatan.
(b) Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada
pengukuran kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan
keperawatan.
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat
dilaksanakan dengan tepat, maka akan diperoleh
manfaat :
- Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau
program telah dilaksanakan sesuai dengan standard
atau rencana kerja.
- Dapat diketahui adanya penyimpangan pada
pengetahuan dan pengertian staf dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
- Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya
lainnya telah mencukupi kebutuhan dan telah
digunakan secara benar.

124
- Dapat diketahui staf yang perlu diberikan
penghargaan atau bentuk promosi dan latihan
lanjutan.
3. Prinsip Manajemen
Prinsip manajemen menurut Fayol, adalah sebagai berikut:
a. Division of work (pembagian pekerjaan)
b. Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggungjawab)
c. Discipline (disiplin) Unity of command (kesatuan komando)
d. Unity of direction (kesatuan arah)
e. Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu
tunduk pada kepentingan umum)
f. Renumeration of personal (penghasilan pegawai)
g. Centralization (sentralisasi)
h. Order (ketertiban)
i. Stability of tenure of personal (stabilitas jabatan pegawai)
j. Equity (keadilan)
k. Inisiative (prakarsa)
l. Scale of hierarchy (jenjang hirarki)
m. Spirit de corps (kesetiakawanan korps)
4. Proses Manajemen Keperawatan
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu
tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa sebuah
pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan komplikasi,
argumentasi pengetahuan atau ketrampilan kesehatan dan kemudahan dari
kebebasan maksimal.Di dalam proses manajemen Keperwatan, bagian akhir
adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok pasien.
Adapun proses manajemen Keperawatan :
a. Pengkajian – Pengumpulan Data
Pada tahap ini perawat dituntut tidak hanya mengumpulkan
informasi tentang keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi
(rumah sakit/ puskesmas), tenaga keperawatan, administrasi dan bagian

125
keuangan yang akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan
secara keseluruhan. Pada tahap ini harus mampu mempertahankan level
yang tinggi bagi efisiensi salah satu bagian dengan cara menggunakan
ukuran pengawasan untuk mengidentifikasikan masalah dengan segera,
dan setelah mereka terbentuk kemudian dievaluasi apakah rencana
tersebut perlu diubah atau prestasi yang perlu dikoreksi.
b. Perencanaan
Perencanaan disini dimaksudkan untuk menyusun suatu rencana
yang strategis dalam mencapai tujuan, seperti menentukan kebutuhan
dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan,
mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga
keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang
dapat mengoptimalkan efektifitas staf serta menegakkan kebijaksanaan
dan prosedur operasional untuk mencapai visidan misi yang telah
ditetapkan.
c. Pelaksanaan
Pada tahap ini Manajemen Keperawatan memerlukan kerja
melalui orang lain, maka tahap implementasi di dalam proses
manajemen terdiri dari dan bagaimana memimpin orang lain untuk
menjalankan tindakan yang telah direncanakan.
d. Evaluasi
Tahap akhir dari proses manajerial adalah melakukan evaluasi
seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.Pada tahap ini manajemen
akan memberikan nilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan
tugasnya dan mengidentifikasi factor-faktor yang menghambat dan
mendukung dalam pelaksanaan.
5. Lingkup Manajemen Keperawatan
a. Lingkup manajemen keperawatan, terdiri dari:
1) Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di Rumah Sakit dikelola oleh bidang
keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:

126
a) Manajemen puncak
b) Manajemen menengah
c) Manajemen bawah
d) Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu
proses keperawatan yang menggunakan konsep-konsep
manajemen didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian atau evaluasi. Persyaratan ruangan
menajalankan MPKP adalah sebagai berikut:
(1) Memiliki fasilitas yang memadai
(2) Memiliki jumlah perawat minimal sejumlah tempat tidur yang
ada
(3) Memiliki perawat pendidikan yang telah terspecialisasi
(4) Seluruh perawat telah memiliki kompetensi dalam perawatan
primer.
B. Konsep Perkembangan dan Proses Keperawatan di Ruang Anak

Untuk dapat memahami perkembangan keperawatan anak, kita diajak untuk


mempelajari evolusi kesehatan anak dan keperawatn anak. Sebelum abad ke-19,
kesehatan anak kurang mendapati perhatian dari berbagai pihak. Jumlah tenaga
kesehatan terutama dokter dan bidan sangat sedikit, sementara epidemik terjadi di
banyak tempat dan tidak terkontrol. Selain itu, buku-buku informasi tentang
kesehatan anak sedikit. Pelayanan kesehatan yang dijalankan untuk anak hanya
terbatas pada daerah perkotaan dan dalam bentuk pelayanan keliling dan
perawatan tradisional. Statistik tentang status kesehatan anak tidak ada, padahal
wabah penyakit pada anak banyak terjadi, seperti cacar, flu, difteri, dan terjadi
epidemik secara perlahan, terutama karena penyakit TBC dan gangguan gizi.
Akhir abad ke-19 dikatakan sebagai abad kegelapan untuk kesehatan anak
(the dark age of paediatric) sammpai pada pertengahan tahun 1800 mulai ada studi
kesehatan anak yang dilakukan seorang tokoh kesehatan anak, yaitu Abraham
Jacobi yang melakukan penyelidikan tentang penyakit pada anak. Ia

127
memperhatikan kesehatan anak khususnya pada tunawisma dan buruh. Upayanya
didukung oleh seorang wanita yang bernama Lilian Wald, yang menggembangka
pelayanan keperawatan yang juga berfokus pada kegoiatan sosial, program sosial,
dan pendidika khusus untuk orang tua dalam hal perawatan anak sakit.
Selanjutnya, tumbuh upaya kesehatan anak sekolah (UKS) dan berkembang
kursus-kursus kesehatan sekolah.
Awal tahun 1900, perawatan isolasi berkembang sejak ditemukannya
penyakit menular. Orang tua dilarang untuk megunjungi anak dan membawa
barang-barang atau mainan dari rumah ke rumah sakit. Akan tetapi pada tahun
1940 ditemukan efek psikologis dari tindakan isolasi, yaitu anak menjadi stress
selam berada dirumah sakit. Karena anak stress dan gelisah serta tidak tenang
berada dirumah sakit tanpa ada orang tua disampingnya, orang tua pun semakin
stress. Akhirnya, orientasi pelayanan keperawatan berubah menjadi rooming,
yaitu orang tua boleh tinggal bersama anaknya selama 24 jam. Selain itu, mainan
boleh dibawa ke rumah sakit, dan penting untuk perawat atau tenaga kesehatan
mempersiapkan anak dan orang tuanya sebelum dirawat dirumah sakit.
Dengan demikian, pendidikan kesehtan untuk orang tua menjadi sangat
penting untuk dilakukan oleh perawat. Kerjasama antara orangtua dan team
kesehtan dirasakan besar manfaatnya dan orang tua didorong untuk berpartisipasi
aktif dalam perawatan anaknya dan orangtua tidak hanya sekedar pengunjung bagi
anaknya. Beberapa bukti ilmiah menunjukkan pentingnya keterlibatan orang tua
dalam perawatan anaknya dirumah sakit. (Darbyshire, 1992 dan Carter &
Dearmun, 1995).
Keberadaan orang tua terutama kelompok orang tua yang anaknya mempunyai
jenis penyakit yang sama ternyata dapat membuat orangtua lebih percaya diri
dalam merawat anaknya dan merasa ada dukungan psikologis sehingga
diharapkan dapat berkerjasama sebagai mitra team kesehatan.
A. Filosofi Keperawatan Anak
Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang di
miliki perwat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada anak yang

128
berfokus pada keluarga (Family centered care),pencegahan terhadap trauma
(atraumatic care),dan manajemen kasus.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa keperawatan anak teah
mengalami beberapa perubahan yang sangat mendasar, terutama dalam cara
memandang terhadap klien anak itu sendiri dan pendekatan dalam pelayanan
keperawatan anak.
B. Perawatan Berfokus Pada Keluarga
Pada dasarnya, setiap asuhan pada anak yang dirawat dirumah sakit
memerlukan keterlibatan orang tua (Platt, 1959 dan Farrell, 1992). Waktu
kunjungan bagi orang tua terhadap anaknya harus terbuka selama 24 jam, tersedia
aktivitas bermain dan layanan pendidikan kesehatan pada orang tua yang
terprogram secara reguler. Anak membutuhkan orang tua selama proses hospital.
Terjadi perpisahan antaraorang tua dengan anaknya karena harus dirawat
dirumah sakit dapat menimbulkan dampak psikologis pada anak. Apabila anak
mengalami kecemasan tinggi saat dirawat dirumah sakit, orang tua menjadi stress.
Hal ini terjadi seperti satu lingkaran setan. (Supartini, 2000).
Untuk mencapai tujuan dari upaya pencegahan dan pengobatan pada anak
yang dirawat dirumah sakit, sangat diperlukan kerjasama antara orang tua dan tim
kesehatan dan asuhan pada anak baik sehat maupun sakit paling baik dilaksanakan
olleh orang tua, dengan bantuan tenaga keesehatan yang mengemukakan bahwa
prinsip pelayanan keperawatan pada anak harus berfokus pada anak dan keluarga,
untuk memnuhi kebutuhan anak dan keluarga.
Karena anak sebagai anggota unit keluarga dalam suatu kultur dan
masyarakat, maka keperawatan anak tidak boleh hanya memperhatikan anak itu
sendiri, akan tetapi kultur keluarga dan amsyarakat harus diperhatikan seperti
masalah pengetahuan keluarga, budaya, lingkungan dan lain-lain. Kesemuanya
dapat mempengaruhi pada proses pelayanan keperawatan yang diberikan. Sebagai
bagian dari keluarga salah satu aspek yang penting adalah keterlibatan anggota
keluarga dalam memberikan pelayanan keperawatan sehingga bersama-sama
dalam memberikan perawatan.

129
Anak dan remaja membutuhkan pembelaan dari orang dewasa untuk
mempertahankan, meninhgkatkan dan memperbaiki kesehatan, pembelaan
tersebut merupakan salahsatu dari hakanak yang harus dibeladan dilindungi dari
berbagai perlindungan kesehatan dan kesejahteraan anak. Dalam penanganan
pelayanan kesehatan anak harius didahulukan dalam penanganan, mengingat anak
merupakan salah satu generasi penerus yang harus dilindungi dari kecacatan.
Perlindungan atau pembelaan dari orang dewasa merupakan suatu kewajiban
seseorang yang telah dewasa yang telah mampu mengatasi permasalahan yang
ada. Anak sangat tergantung pada orang dewasa serta lingkungan yang ada di
sekitarnya yang dapat memfasilitasi dalam segala pemenuhan kebutuhannya baik
keluarga, orang yang berada di sekitarnya .
Dua konsep yang mendasari asuhan yang berpusat pada keluarga, yaitu
fasilitas keterlibatan orangtua dalam keperawatan dan peningkatan kemampuan
keluarga dalam merawat anaknya. Perawat juga punya peran penting untuk
memfasilitasi hubungan orangtua dan anaknya selama dirumah sakit. Harus
diupayakan jangan sampai terjadi perpisahan antara orang tua dan anaknya
dirumah sakit. Hal ini bertujuan agar dengan difasilitasinya hubungan antara
orangtua dengan anaknya, orang tua diharapkan mempunyai kesempatan untuk
mmeneruskan peran dan tugasnya merawat anak selama dirumah sakit. Perawat
juga mempunyai peran penting untuk meningkatkan kemampuan oorang tua
dalam merawat anaknya. Orang tua dipandang sebagai subjek yang punya potensi
untuk anaknya dirumah sakit, terjadi proses belajar pada orang, baik dalam hal
peningkattan pengetahuan maupun keterampilan yang berhubungan dengan
keadaan sakit anaknya. Dengan demikian, pada saat anak diperoleh kan pulang ke
rumah, orang tua sedah memiliki seperangkat ilmu pengetahuan dan keterampilan
tentang perawatan anaknya. Misalnya, pada saat seorang ibu yang mempunyai
anak sakit panas dan dirawat dirumah sakit, jika pada awal masuk rumah sakit
orang tua tidak tahu tentang perawatan anak panas, saat keluar dari rumah sakit
mmereka sudah dapat memberikan kompres hangat dan mengukur suhu dengan
termometernya sendiri secara benar. Untuk itu, pendidikan kesehatan yang
dilakukan oleh perawat menjadi begitu penting untuk dilaksanakan. Proses

130
perawatan anak dirumah sakit harus memberikan kesempatan belajar pada
orangtua untuk merawat anak. Kkesabaran perawat orangtua merawat anak sesuai
dengan kapasitasnya.
Etos asuhan yang berpusat pada keluarga pada dasarnya karena asuhan dan
pemberi rasa aman dan nyaman orang tua terhadap anaknya merupakan asuhan
keperawatan anak dirumah sakit sehingga asuhan keperawatan pada anak dirumah
sakit harus berpusat dpada konsep anak sebagai bagian dari keluarga dan keluarga
sebagai pemberi dukungan yang paling baik bagi anak selama proses hospitalisasi
(Departement of Health,1991).
Keluarga merupakan unsur penting dalam perwatan anak meningat anak
bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat di tentukan oleh lingkungan keluarga,
untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau
sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak ( Wong,Perry &
Hockenberry,2002). Sebagai perawat, dalam memberikan pelayanan keperawatan
anak, harus mampu menfasilitasi keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan
kesehatan baik berupa pemberian tindakan keperawatan langsung maupun
pemberian pendidikan kesehatan pada anak. Selain itu, keperawatan anak harus
memperhatian kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi keluarga karena tingkat
sosial, budaya ,dan ekonomi dari keluarga dapat menentukan pola kehidupan anak
selanjutnya dalam kehidupan di masyarakat.
Perawat bertindak sebagai pemberi pelayanan keperawatan hendaknya
berfokus pada keluarga, dengan memperhatikan kemampuan dalam menentukan
kekuatan dan kelemahan sebab kekuatan dan kelemahan,dari keluarga tersebut
dapat dijadika acuan dalam pemberian playanan keperawatan.Kekuatan dan
kelemahan keluarga tersebut dapat juga berupa fasilitas keluarga dalam merawat
anak, tingkat pengetahuan,tingkat ekonomi, peran atau bentuk keluarga itu sendiri.
Kemudian kehidupan anak juga sangat ditentukan keberadaanya bentuk
dukungan dari keluarga, hal ini dapat terlihat bila dukungan keluarga yang sangan
baik maka pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil,tetapi apabila
dukungan keluarga pada anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan
pada dirinya yang dapat mengganggu psikologis anak.

131
Dengan demikian dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan
keterlibatan keluarga.Hal ini sangat penting mengingat anak selalu embutuhkan
orang tua selama dirumah sakit seperti dalam aktivitas bermain atau program
perawatan lainnya seperti pengobatan. Pentingnya keterlibatan keluarga dapat
mempengaruhi proses ini dan dapat mempengaruhi kesembuhan anak, seringkali
dapat di temukan dampak yang cukup bagi anak apabila anak ditinggal sendiri
tanpa ada yang menemani seperti kecemasan bahkan menjadi stres. Apabila hal
tersebut dibiarkan terus upaya penyembuhan sulit tercapai. Jika demikian halnya
kerja sama atau keterlibatan orang tua dengan tenaga kesehatan yang ada dirumah
sakit selama anak dalam perawatan sangatn diperlukan.Keterlibatan keluarga dan
kemampuan keuarga dalam merawat merupakan dasar dari asuhan keperawatan
yang berfokus pada keluarga. Perawat dengan menfasilitasi keluarga dapat
membantu proses penyembuhan pada anak yang sakit selama dirumah sakit.
Harapan terbentuknya kerjasama yang utuh antara perawat dan fungsi orang tua
dengan peran dan fungsi perawat dalam pemberian perawatan. Jangan sampai
terjadi pemutusan dalam program perawatan. Demikian juga proses perpisahan
antara orang tua dan anak masih fokus dalam perhatian perawatan,karena dapat
juga berdampak besar dalam program perawatan anak , kerja sama tersebut dapat
terjalin hingga program perawatan dirumah melalui peningkatan kemampuan dan
keterampilan dalam perawatan anak seperti tindakan mengukur suhu ketika panas
dan dalam pemberian kompres dingin / hangat.
Elemen Pokok Asuhan yang Berpusat Pada Keluarga :
1. Hubungan anak dan orangtua adalah unik, berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya. Setiap anak mempunyai karakteristik yang berbeda
dan berespon terhadapp sakit dan perawatan dirumah sakit secara bebeda
pula. Demikian pula orangtua mempunyai latarbelakang individu yang
berbeda dalam berespon terhadap kondisi anak dan perawatan dirumah
sakit.
2. Orang tua dapat memberikan asuhan yang efektif selama hospitalisasi
anaknya. Telah terbukti dalam beberapa penelitian bahwa anak akan
merasa aman apabila berada disamping orangtuanya, terlebih lagi pada

132
saat menghadapi situasi menakutkan seperti dilakukan prosedur invasif.
Dengan demikian, tujuan asuhan akan tercapai dengan baik apabila ada
kerjasama yang baik antara perawat dan orang tua.
3. Kerjasama dalam model asuhan adalah fleksible dan menggunakan konsep
dasar asuhan keperawatan anak. Saat tertentu perawat dapat melakukan
asuhan keluarga dan keluarga dapat melakukan asuhan keperawatan. Pada
kondisi tertentu ketika orang tua harus meninggalkan anak sesaat
(misalnya, membeli obat, ke kamar kecil), perawat harus siap
menggantikannya (misalnya, bayi menangis, perwat perlu menggendong,
meninabobokan). Sebaliknya, orangtua harus belajar melakukan tindakan
keperawatan, seperti memberikan kompres, mengukur suhu, atau
mengobservasi gejala panas anak, melalui proses pendidikan kesehatan
yang diberikan perawat.
4. Keberhasilan dan pendekatan ini bergantung pada kesepakatan tim
kesehatan untuk mendukung kerjasama yang aktif dari orangtua.
Kesepakatan untuk menggunakan pendekatan famili centred tidak cukup
hannya dari perawat, tetapi juga seluruh petugas kesehatan yang ada.
C. Atraumatic care
Atraumatic care yang dimaksud di sini adalah perawatan yang tidak
menimbulkan adanya trauma pada anak dan keluarga. Perawat tersebut
difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma yang merupakan bagian dalam
keperawatan anak. Perhatian khusus pada anak .
Beberapa khasus yang sering dijumpai di masyarakat seperti peristiwa yang
dapat menimbulkan trauma pada anak adalah cemas, marah,nyeri,dan lain-lain.
Apabila hal tersebut dibiarkan dapat menyebabkan dampak psikologis pada anak
dan tentunya akan mengganggu perkembangan anak. Dengan demikian atraumatic
care sebagai bentuk perawatan trapeutik dapat diberikan pada anak dan keluarga
dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang
diberikan,seperti memperhatikan dampak tindakan yang diberikan dengan melihat
prosedur tindakan atu aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma.

133
Untuk mencapai perawatan tersebut beberapa prinsip yang dapat dilakukan oleh
perawat antara lain:
1. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga

Dampak perpisahan dari keluarga, anak mengalami gangguan psikologis


seperti kecemasan,ketakutan, kekurangan kasih sayang gangguan ini akan
menghambat proses penyembuan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan anak.
2. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol dalam perawatan
pada anak.

Melalui kontrol peningkatan orang tua pada diri anak diharapkan anak
mampu mandiri dalam kehidupannya. Anak akan selalu berhati-hati dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, selalu bersikap waspada dalam segala hal.
Serta pendidikan dalam hal kemampuan dan keterampilan orang tua dalam
mengawasi perawatan anak.
3. Mencegah atau mengurangi cedera (injuri) dan nyeri (dampak
psikologis).

Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam


keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa
dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai teknis
misalnya distraksi, relaksasi,imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak
dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak sehingga
dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Respon emosi terhadap penyakit sangat bervariasi tergantung pada usia
dan pencapaian tugas perkembangan anak. Beberapa respon ini dilihat anak,
mulai dari perkembangan bayi hingga remaja. Seperti pada masa bayi
mempunyai respon emosi yang berbeda dalam menghadapi masalah seperti
perpisahan dengan orang tua, maka respon anak akan menangis, berteriak,
menarik diri dan menyerah pada situasi yaitu diam. Apabila tubuh merasa
nyeri reaksi yang akan dialami pada si anak adalah menangis dan reaksi tubuh

134
unytuk mobilisasi (tidak mau bergerak sama sekali). Masa balaita
mempunyai respon emosi terhadap penyakit atau situasi yang tidak
menyenangkan, akan terjadi reaksi seperti menangis sambil mencari ibunya,
berhenti bicara, kehilangan keterampilan baru yang di milikinya. Apabila
terjadi perubahan rutinitas dan ritual dalam dirinya maka anak akan
mempunyai reaksi seperti menyerang dan menunjukan tingkah laku protes.
Pada anak masa pra sekolah, reaksi terhadap penyakit atau masalah dirinya
seperti perpisahan, tidak mengenal lingkungan atau lingkungan yang asing,
hilangnya kasih sayang, body imagemaka akan bereaksi seperti regresi yaitu
hilangnya control spingter, represi, proyeksi, displacement, agresi
(menyangkal), identifikasi, menarik diri, tingkah laku protes,selain itu juga
seperti lebih peka dan pasif seperti menolak makan dan lain-lain. Pada masa
sekolah respon terhadap dirinya seperti perpisahan , sakit pada tubuhb dan
respon emosinya adalah tingkah laku protes, bosan, kesepian, prustasi,
regresi, menarik diri, mencari informasi, merengek, mengertakan gigi,
menggerang, bertridak berani dan lain-lain.Pada masa remaja respon emosi
terjadi apabila kehilangan identitas, cedera tubuh, perpisahan dengan
kelompok sebayanya takut pada kehidupan kematian,maka reaksi yang di
timbulkan pada masa remaja adalah sebagai berikut tidak kooperatif, menafik
diri, menuntut, agresi, kepercayaan yang berlebihan, depresi, kesepuan dan
bosan.
4. Tidak melakukan kekerasan pada anak

Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat


berarti dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada anak dalam proses
tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan akan
terhambat, dengan demikian tindakan kekerasan pada anak sangat tidak
dianjurkan karena akan memperberat kondisi anak.
5. Modifikasi lingkungan fisik

135
Melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat
meningkatkan keceriaan, perasaan aman, dan nyaman bagi lingkungan anak
sehingga anak selalu berkembangan nyaman di lingkungan.
D. Manajemen Kasus
Pengelola khasus secara komperhensif adalah bagian utama dalam pemberian
asuhan keperawatan secara utuh, melalui upaya pengkajian, penentuan diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari berbagai kasus baik yang akut
maupun kronis.Pendekatan psikologis yang dilakukan dengan mempersiapkan
secara fisik, memberikan kesempatan orang tua dan menciptakan lingkungan yang
nyaman bagi anak dan orang tua dan prinsif dalam upaya
pencegahan ,peningkatan kesehatan merupakan tanggung jawab perawat.
Kemampuan perawat dalam mengelola kasus secara baik tentu berdampak
dalam proses penyembuhan pada anak, meningkatkan anak memiliki kebutuhan
yang spesifik dan berbeda satu sama lain. Keterlibatan orang tua dalam
pengelolaaan kasus juga dibutuhkan, karena proses perawatan dirumah adalah
bagian tanggung jawabnya dalam meneruskan program perawatan dirumah sakit .
Pendidikan dan keterampilan mengelola kasus pada anak selama dirumah sakit,
akan mampu memberikan keterlibatan secara penuh bagi keluarga(orang tua)
(Wong,D.L,1995).

E. Prinsip – Prinsip Keperawatan Anak

Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan sebagai
pedoman dalam memahami filosofi keperawatan anak. Perawat harus
memahaminya,mengingat ada beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan
asuhan. Diantara prinsip dalam asuhan keperawatan anak tersebut adalah pertama,
anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik. Prinsip dan
pandangan ini mengandung arti bahwa tidak boleh memandak anak dari ukuran
fisik saja sebagaimana orang dewasa melainkan anak sebagai individu yang unik
yang mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proese

136
kematangan. Pola-pola inilah yang harus dijadikan ukuran,bukan hanya bentuk
fisiknya saja tetapi kemampuan dan kematanganya.

Kedua, anak sebagai individu yang unik yang mempuyai kebutuhan sesuai
dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki
kebutuhan yang berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai
dengan usia tumbuh kembang. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan
fisiologis seprti kebutuhan nutrisi dan caitan, aktivitas, eliminasi, istirahat,tidur
dan lain-lain. Selain kebutuhan fisiologis tersebut ,anak juga sebagai individu
yang membutuhkan kebutuhan psikologis,sosial,spiritual. Hal tersebut dapat
terlihat pada tahap usia tumbuh kembang anak. Pada saat bersamaan perlu
memandang tingkat kebutuhan yang khusus yang di alami oleh anak.

Ketiga, pelayanan keperawatan berorientasi pada upaya pencegahan penyakit


dan peningkatan derajat kesehatan ,bukan hanya mengobati anak yang sakit.
Upaya pencegahan penyakitbdan peningkatan derajat kesehatan bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak, mengingat anak adalah
generasi penerus bangsa.

Kempat, keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus


pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara
komperhensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak. Untuk
mensejahterakan anak, keperawatan selalu mementingkan anak. Anak dikatakan
sejahtera berarti anak tidak merasakan gangguan psikologis ,seperti rasa cemas,
takut dan lainya. Mereka selalu menikmati masa-masa kecil dengan penuh
kesenangan dan kasih sayang. Kemudian dalam upaya mensejahterakan anak
tersebut, tidak lepas dari peran keluarga,sehingga dalam memperbaiki mutu
keperawatan selalu melibatkan keluarga.

Kelima, praktek keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan


keluarga untuk mencegah,mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan
kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai aspek
moral(etik) dan aspek hukum(legal). Sebagai bagian dari keluarga anak harus
137
dilibatkan dalam pelayanan keperawatan, dalam hal ini harus terjadi kesepakatan
antara keluarga, anak dan tim kesehatan.

Keenam, tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan


maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak remaja sebagai mahluk
biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat. Upaya
kematangan pada anak adalah selalu memperhatikan lingkungan yang ada, baik
anak sebagai individu maupun anak sebagai bagian dari masyarakat.

Ketujuh, pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak


berfokus pada ilmu tumbuh kembang sebab ilmu tumbuh kembang ini yang aka
mempelajari aspek kehidupan anak.
F. Ruang Lingkup Praktik Keperawatan Anak

Lingkup praktik merupakan hak dan otonomi dalam melaksanakan asuhan


keperawatan yang berdasarkan atas kemampuan, tingkat pendidikan yang
memiliki,lingkup yang dilakukan selama batas keprofesiannya. Sedangkan praktik
keperawatan ini sendiri merupakan tindakan mandiri perawatan professional
dengan melalui kerja sama secara kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan
dalam memberikan asuhan keperawatan. lingkup praktik keperawatan anak
merupakan batasan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien anak dari
usia 28 hari sampai 18 tahun atau usia bayi baru lahir sampai 12 tahun (Gartinah,
dkk 1999). Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak harus berdasarkan
kebutuhan dasar anak yaitu kebutuhan untuk tumbuh kembang anak seperti asuh,
asih, dan asuh (Sularyo, 1993).
 Kebutuhan asuh
Kebutuhan dasar ini merupakan kebutuhan fisik yang harus dipenuhi
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan ini dapat
meliputi kebutuhan akan gizi atau nutrisi, kebutuhan pemberian tindakan
keperawatan dalam meningkatkan dan mencegah terhadap penyakit,
kebutuhan perawatan dan pengobatan apabila sakit, kebutuhan akan
tempat atau perlindungan yang layak,kebutuhan hygiene perseorangandan

138
santitasi lingkungan yang sehat, kebutuhan akan pakaian, kebutuhan
kesehatan jasmanidan akan rekreasi, dan lain-lain. Kesemuanya
merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi pada anak dalam
memberikan asuhan keperawatan pada anak.
 Kebutuhan asih

Kebutuhan ini berdasarkan adanya pemberian kasih sayang pada anak atau
memperbaiki psikologi anak. Perkembangan anak dalam kehidupan
banyak ditentukan perkembangan psikologis yang termasuk di dalamnya
adanya perasaan kasih sayang atau hubungan anak dengan orang tua atau
orang di sekelilingnya karena akan memperbaiki perkembangan
psikososialnya. Terpenuhinya kebutuhan ini akan mengingatkan ikatan
kasih sayang yang erat (bonding) dan terciptanya basic trust (rasa percaya
yang kuat).
 Kebutuhan asuh

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh anak, untuk
mencapai perkembangan dan pertumbuhan secara optimal dan sesuai
dengan usia tumbuh kembang. Pemenuhan kebutuhan asuh (stimulasi
mental) akan memperbaiki perkembangan anak sejak dini sehingga
perkembangan psikososial, kecerdasan, kemandirian, dan kreativitas pada
anak akan sesuai dengan harapan atau usia perkembangan dan
pertumbuhan.
Dalam memberikan layanan keperawatan anak selalu diutamakan, mengingat
kemampuan dalam mengatasi masalah masih dalam proses kematangan yang
berada dengan pelayanan keperawatan pada orang dewasa . Pemberian prioritas
ini oleh karena beberapa perbedaan antara anak dan dewasa, di antaranya :
Pertama , struktur fisik antara anak dan dewasa berbeda mulai dari ukurang
besarnya hingga aspek kematangan fisik, perbedaan tersebut dilihat dari ukuran
bahwa anak lebih kecil disbanding dengan orang dewasa yang cenderung lebih
besar , demikian juga ketahanan fisik anak lebih rentan ketahanannya, relatif

139
rendah disbanding kan dengan orang dewasa yang mempunyai ketahanan fisik
yang baik.
Kedua , proses fisiologis anak dengan oranh orang dewasa mempunyai
perbedaan dalam fungsi tubuh . Orang dewasa cenderung fungsi tubuh sudah
mencapai kematangan, sedangkan anak masaih dalam proses menuju
kematangan , sehingga dalam memberikan pelayanan keperawatan anak selalu
memperhatikan usia tumbuh kembang.
Ketiga , kemampuan berfikir anak dengan orang dewasa juga berbeda,
dimana orang dewasa cendeung lebih tersisitematik ( sudah baik ) dibanding
dengan anak sebab fungsi otak orang dewasa lebih matang sedangkan pada anak
cenderung masih dalam proses perkembangan.
Keempat , tanggapan terhadap pengalaman masa lalu pada orang dewasa dan
anak mempunyai perbedaan , padac anak cenderung kepada dmpak psikologis ,
apabila pengalaman pada masa lalu yang dialami kurang mendukung , yang
berdampak pada tumbuh kembang anak , sedangkan orang dewasa cenderung
sudah mempunyai mekanisme koping yang baik dan matang.
G. Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan anak ,perawat mempunyai peran dan


fungsi sebagai perawat anak di antaranya :
 Pemberi perawatan
Peran utama perawat adalah memberikan pelayanan keparawatan anak,
sebagai perawat anak , pemberi pelayanan keperawatan dapat dilakukan
dengan memenuhi kebutuhan dasar anak seperti kebutuhan asah, asih,dan
asuh.
 Sebagai advocate keluarga
Selain melakukan tugas utama dalam merawat anak , pearawat juga
mampu menjadi advocat keluarga sebagai pembela keluarga dalam
beberapa hal seperti dalam menentukan haknya sebagai klien.
 Pendidikan

140
Dalam memberikan asuhan eperawatan pada anak , perawat harus mampu
menjadi peran pendidik, sebab beberapa pesan dan cara mengubah
perilaku pada anak atau keluarga harus selalu dilakukan dengan
pendidikan kesehatan khususnya dalam keperawatan. Melalui pendidikan
ini diupayakan anak tidak lagi mengalami gangguan yang sama dan dapat
mengubah perilaku yang tidak sehat.
 Pencegah penyakit
Upaya pencegahan merupakan bagian dari bentuk pelayanan keperawatan
sehingga setiap dalam melakukan asuhan keperawatan yang harus selalu
mengutamakan tindakan pencegahan terhadap timbulnya masalah baru
sebagai dampak dari penyakit atau masalah yang diderita.

 Konseling
Merupakan upaya perawat dalam melaksanakan perannya dengan
memberikan waktu untuk berkonsultasi terhadap masalah yang dialami
oleh anak maupun keluarga. Berbagai masalah tersebut dihararapkan
mampu diatasai dengan cepat dan harapan pula tidak terjadi kesenjangan
antara perawat, keluarga maupun anak itu sendiri. Konseling ini dapat
memberikankemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.
 Kolaborasi
Merupakan tindakan kerja sama dalam menentukan tindakan yang akan
dilaksanakan perawat dengan tim kesehatan lain. Pelayanan keperawatan
tidak akan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh tim perawat tetapi
harus melibatkan tim kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi, psikolog, dan
lain-lain, mengingat anak merupakan induvidu yang kompleks yang
membutuhkan perhatian dalam perkembangan.
C. Konsep Pre Conference dan Post Conference
1. Definisi
Menurut Swanburg (2012), conference merupakan bentuk
diskusi kelompok mengenai beberapa aspek klinik. Sedangkan menurut
Sain (2010), konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan
141
setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan
operan dinas pagi, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas
perawatan.
a. Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut
yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika
yang dinas pada tim tersebut xzhanya satu orang, maka Pre
conference ditiadakan. Isi Pre conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari katim dan PJ
tim (Modul MPKP, 2006). Pre conference merupakan tahapan
sebelum melakukan conference yang akan dilakukan oleh para
instruktur klinis dimana akan dijelaskan apa yang akan dilakukan
sebelum melakukan tindakan keperawatan.
b. Post Conference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada
shift berikut. Isi Post conference adalah hasil askep tiap perawatan
dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference
adalah fase dimana dari hasil pembahasan dibuat evaluasi. Setiap
perawat harus mampu nmelakukan evaluasi dari setiap conference
yang sudah dilaksanakan sehingga tahu apa yang harus dilakukan
berikutnya.
2. Tujuan
Tujuan conference secara umum adalah untuk menganalisa
masalahmasalah secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian
masalah dan mendapatkan gambaran dari berbagai situasi lapangan
sehingga bisa menjadi bahan masukan untuk menyusun rencana sehingga
dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan
dan membantu koordinasi dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga

142
tidak terjadi pengulangan asuhan dan kebingungan bagi pemberi asuhan
keperawatan.
a. Tujuan Pre Conference
Tujuan pre conference menurut Modul MPKP (2006) yaitu :
1) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien
merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
2) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui dilapangan
3) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan
pasien
4) Bagi mahasiswa yaitu menyiapkan mahasiswa untuk
pembelajaran pada setting klinik.
5) Menyiapkan mahasiswa untuk aktivitas penugasan klinik
6) Menyiapkan mahasiswa untuk pengalaman praktek klinik
b. Tujuan Post Conference
Tujuan post conference menurut Modul MPKP (2006) yaitu :
1) Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian
masalah
2) Membandingkan masalah yang dijumpai
3) Mendiskusikan askep atau tindakan yang belum dilaksanakan
3. Syarat Pre dan Post Confrence
Syarat pre dan post confrence menurut Modul MPKP (2006) yaitu :
a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan
keperawatan dan post conference dilakukan sesudah pemberian
asuhan keperawatan
b. Waktu efektif yang diperlukan 10-15 menit
c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan
pasien, perencanaan tindakan dan data-data yang perlu ditambahkan
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim
dan anggota tim
4. Pedoman Pelaksanaan Conference
Pedoman pelaksanaan conference menurut Modul MPKP (2006) yaitu :

143
a. Sebelum dimulai tujuan comfrence harus dijelaskan.
b. Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok.
c. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi tanpa
mendominasi dan memberi umpan balik.
d. Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara periodic.
e. Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta pendapat
yang berbeda.
f. Ruangan diskusi diatur sehingga dapat tahap muka pada saat
diskusi.
g. Frekuensi pre-comfrence yaitu apakah dilakukan setiap hari
sebelum praktek klinik atau pada awal mahasiswa akan
melaksanakan praktek klinik saja.
h. Tingkat pengetahuan dan keterampilan mahasiswa menentukan
seberapa sering diperlukan fase pre-conference.
i. Waktu yang diperlukan untuk setiap mahasiswa seharusnya sama
atau mungkin dapat diperpanjang. Cara lebih efektif dengan
penggunaan waktu sekitar 20 menit sampai satu jam untuk diskusi.
j. Waktu apakah dilakukan setiap hari, jam tujuh misalnya sebelum
praktek klinik.
k. Lokasi terdapat keuntungan apabila pre-confrence dilakukan pada
lokasi yang berdekatan dengan tempat praktek. Salah satu
keuntungannya adalah mengurangi jumlah waktu yang diperlukan
untuk pergi ke lahan praktek. Perlu di ingat bahwa keadaan fisik
yang nyaman atau baik dari sisi mahasiswa adalah kondisi yang
baik bagi proses belajar mengajar termasuk untuk praktek klinik.
l. Bila kemungkinan libatkan staf ruangan tempat praktek untuk
menjelaskan dan negosiasi program dalam hubungannya dengan
penggunaan fasilitas yang ada.
m. Pada saat menyimpulkan comfrence ringkasan diberikan oleh
pemimpin dan kesesuaiannya dengan situasi lapangan.

144
5. Tuntutan yang Harus Dipenuhi dalam Pelaksanaan Pre dan Post
Conference
Tuntutan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pre dan post conference
menurut Modul MPKP (2006) yaitu :
a. Tujuan yang telah dibuat dalam conference seharusnya
dikonfirmasikan terlebih dahulu.
b. Diskusikan yang dilakukan seharusnya merefleksikan prinsip-
prinsip kelompok yang dinamis.
c. Instruktur klinis memiliki peran dalam kelangsungan diskusi
dengan berpegang kepada fokus yang dibicarakan, tanpa
mendomisilinya dan memberikan umpan balik yang diperlukan
secara tepat.
d. Instruktur klinis harus memberikan penekanan-penekanan pada
poinpoin penting selama diskusi berlangsung.
e. Atmosfer diskusi seharusnya mendukung bagi partisipasi
kelompok, mengandung keinginan anggota diskusi untuk
memberikan responsnya dan menerima pendapat atau pandangan
yang berbeda untuk selanjutnya mencari persamaannya.
f. Besar kelompok seharusnya dibatasi 10-20 orang untuk memelihara
pertukaran ide-ide yang ade kuat diantara mereka.
g. Usahakan antara anggota kelompok dapat bertatapan langsung (face
to face).
h. Pada kesimpulan akhir dari comfrence ringkasan dan kesimpulan
seharusnya berikan oleh instruktur klinis atau siswa dengan
mengacu pada tujuan pembelajaran dan sifat applicability pada
situasi dan kondisi yang lain.
6. Kegiatan Ketua Tim pada Fase Pre dan Post Conference
Kegiatan ketua tim pada fase pre dan post conference menurut Modul
MPKP (2006) yaitu :
a. Fase Pre Conference
1) Ketua tim atau pj tim membuka acara

145
2) Ketua tim atau pj tim menanjakan rencana harian masing-
masing perawat pelaksanaan
3) Ketua tim atau pj tim memberikan masukan dan tindakan lanjut
terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu
4) Ketua tim atau pj tim memberikan reinforcement
5) Ketua tim atau pj tim menutup acara
b. Fase Post Conference
1) Ketua tim atau pj tim membuka acara
2) Ketua tim atau pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang
telah diberikan
3) Ketua tim atau pj tim yang menanyakan tindak lanjut asuhan
klien yang harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya
4) Ketua tim atau pj tim menutup acara
7. Hal-Hal yang Disampaikan oleh Ketua Tim
Hal-Hal yang disampaikan oleh ketua tim menurut Modul MPKP (2006) yaitu
:
a. Ketua tim mendiskusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang
masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi :
1) Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan,
kesalahan pemberian makan, kebisikan pengunjung lain,
kehadiran dokter yang dikonsulkan
2) Ketepatan pemberian infuse
3) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan
4) Ketepatan pemberian obat/injeksi
5) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
6) Ketepatan dokumentasian
7) Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan
b. Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran
dan kemajuan masing-masing perawat asosiet
c. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalah yang tidak
dapat diselesaikan

146
8. Hal-Hal yang Disampaikan oleh Perawat Pelaksana dalam Conference
Hal-Hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana dalam conference
menurut Modul MPKP (2006) yaitu :
a. Data utama klien
b. Keluhan klien
c. TTV dan kesadaran
d. Hasil pemeriksaan laboratorium atau diagnostic terbaru
e. Masalah keperawatan
f. Perubahan keadaan terapi medis
g. Rencana medis

147
BAB III

148
BAB IV
ANALISA DATA DAN PERENCANAAN

A. Analisis Data
Berdasarkan hasil pengkajian dari tanggal 10-15 Juni 2021, dapat
diketahui bahwa:

149
A. Management Aplikasi Masalah
1. Manajemen SDM

Pelatihan SDM Perawat di ruang Puspa (anak)


sebagian sudah mendapatkan
pelatihan PPI, BTCLS, K3RS, BHD
namun beberapa perawat belum
mengikuti pelatihan khususnya
mengenai BHD
A. Tenaga
Care Delivery
SDM Masalah
Dimasa pandemi ruang Puspa menjadi
ruang umum dan ruang anak, oleh
1. Alur pasien karena itu kurangnya jumlah tenaga
Dischard Planning awal perawat di ruang
Berdasarkan Puspapada keluarga
observasi
2. Manajemen Logistik pasien, 100% perawat memberikan

Kapasitas Ruangan penjelasantentang


Belum adanya ruang mahasiswa dan
perawatan/pengobatan
ruang khusus dokter. yang akan
dilakukan terhadap pasien selama
perawatan disini, keluarga pasien juga
dijelaskan pentingnya pemakaian
masker, menjaga jarak, mencuci
tangan dan tata tertib ruangan Puspa.
2. Standar asuhan Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
keperawatan di ruang Puspa sebagian sudah
menggunakan SDKI, SIKI, dan SLKI.
Evaluasi Keperawatan sudah
menggunakan SOAP/SOAPIER.
Namun hanya sampai SOAP dan tidak
ada hasil evaluasi dari tindakan yang
telah dilakukan
3. Dischard Planning Berdasarkan observasi pada keluarga
pasien, 100% perawat memberikan
150
akhir penjelasan tentang
perawatan/pengobatan lanjut setelah
pasien diperbolehkan pulang, dan
B. Propesional Masalah
dischard planning telah diisi lengkap.
relationship

1. Perawat dengan Hubungan perawat dengan perawat


perawat berjalan dengan baik
a. Confrence Conference di ruang Puspa sudah
optimal
b. Ronde Ronde Keperawatan belum optimal di
ruang Puspa
c. Operan Operan sudah berjalan dengan baik
berdasarkan hasil observasi, perawat
menjelaskan kondisi pasien baik
intervensi yang sedang maupun akan
dilakukan selanjutnya kepada anggota
tim selanjutnya. Pada saat operan sift
komunikasi terapeutik antara perawat
dengan keluarga pasien sudah optimal.
2. Perawat dengan Pemberian penkes dan edukasi pada
Pasien pasien dan keluarga sudah dilakukan
Pemberian Penkes
mulai dari cara mencuci tangan, etika
batuk, penggunaan masker serta
penyakit yang dideritanya, namun
berdasarkan keterangan perawat
pelaksana masih saja ada pasien dan
keluarga yang tidak menerapkan
penkes yang telah diberikan, seperti
tidak memakai masker saat diruangan
dan tidak mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan rutinitas bersama
151 pasien.
3. Perawat dengan Hubungan kolaborasi perawat dengan
Tenaga Medis tenaga medis yang lain telah berjalan
Yang Lain
dengan baik.
B. Analisa Swot
- KUALITATIF

VARIABEL STRENGHT WEAKNESS OPPORTUNITY TREATHS

SUMBER 1. Ruang Puspa 1. 7 orang perawat 1. RS 1. Adanya


DAYA memiliki 16 orang masih lulusan DIII memberikan tuntutan
MANUSIA diantaranya 2. 2 orang perawat kesempatan dari
14orang tenaga lulusan S.Kep kepada masyaraka
perawat, 1 orang 3. 5 orang perawat perawat untuk t untuk
tenaga adminitrasi lulusan S.Kep., meneruskan memberik
dan 1 orang CS Ners pendidikan ke an
2. Pasien dan 4. 2 orang perawat jenjang yang pelayanan
keluarga belum lebih tinggi. yang lebih
mengatakan melaksanakan 2. Ada baik.
perawat baik, pelatihan BHD kesempatan 2. Adanya
ramah, dan sopan dari Pimpinan rolling
dalam melayani untuk pegawai
pasien mengikuti yang di
3. Pasien dan Seminar, lakukan
keluarga Lokarya atau oleh pihak
mengatakan penambahan Rumah
selama dilakukan pengetahuan Sakit
perawatan apabila di bidang
diperlukan keperawatan.
perawat segera
memberikan
bantuan.
4. Pasien dan
keluarga
mengatakan
perawat
memberikan
penjelasan tentang
fasilitas yang
tersedia dan cara
penggunaannya,pe
raturan/ tata tertib
yang berlaku di
rumah sakit.
VARIABEL STRENGHT WEAKNESS OPPORTUNITY TREATHS
PELAKSAN 1. Sudah 1. Belum optimalnya 1. Pengajuan 1. Tuntutan
AAN MPKP terbentuknya Pre-Post APD ke masyaraka
jadwal dines Conference dan Rumah Sakit t terhadap
bulanan Ronde lebih cepat di pelayanan
2. Perawat keperawatan, serta ACC di asuhan
pelaksana selalu operan yang masih banding keperawat
melakukan apa dilakukan secara diruangan lain. an
yang telah lisan di Kantor profesiona
direncanakan Perawat l semakin
oleh katim 2. Belum optimalnya meningkat
3. Kepala ruangan pendokumentasian 2. Adanya
selalu askep (discharge tuntutan
mendelegasikan planning pada tanggung
kepada katim jika awal pasien masuk jawab dan
berhalangan hadir dan pasien pulang tanggung
dan belum gugat dari
optimalnya catatan masyaraka
perkembangan t terhadap
hanya sampai pelayanan
SOAP. kesehatan.
VARIABEL STRENGHT WEAKNESS OPPORTUNITY TREATHS

SARANA 1. Adanya ruangan 1. Tidak adanya 1. Pengajuan 1. Resiko


DAN khusus untuk ruangan khusus perubahan tinggi
PRASARAN
melakukan yang membedakan fungsi ruangan terjadinya
A
tindakan pada ruang perawatan yang tidak infeksi
anak. laki – laki maupun optimal nosokomi
2. Tersediaan APD perempuan. al dari
seperti 2. Belum adanya perawat
Handscoon bersih ruang kepala yang
dan Masker ruangan dan ruang jarang
biasa. dokter. mengguna
3. Belum adanya kan APD.
ruang mahasiswa 2. Tuntutan
4. Kurang pasien dan
kelengkapan alat keluarga
terhadap
kenyaman
an
fasilitas
kesehatan
VARIABEL STRENGHT WEAKNESS OPPORTUNITY TREATH

PATIENT 1. Sudah 1. Rendahnya 1. Tersedianya 1. Tuntutan


SAFETY tersedianya kesadaran handscrub di pemenuhan
fasilitas keluarga akan setiap bed pelayanan yang
terapi pentingnya pasien lebih tinggi dari
bermain mencuci tangan masyarakat
untuk anak 2. Resiko tinggi
2. Sudah penularan
terdapatnya infeksi
APD nosokomial
3. Setiap 3 hari 3. Resiko tinggi
sekali sprei penyebaran
di setiap kuman akibat
kamar Ruang rendahnya
Puspa dig kesadaran untuk
anti dengan mencuci tangan.
yang baru.

C. Prioritas Masalah
Berdasarkan USG ( Urgency Seriousness Growth)
No Masalah Urgency Seriousness Growth Jumlah Prioritas
(mendesak) (dampak) (perkembangan)

1 Asuhan Keperawatan 5455445545 444554455434 5554455545545 176 1


di ruang Puspa 454 5
sebagaian sudah
menggunakan SDKI,
SLKI, dan SIKI dan
Sebagian masih
menggunakan
NANDA-NIC-NOC

2 Belum adanya ruang 2212342313 322213123412 3223231223322 89 5


khusus untuk 112 3
mahasiswa dan
dokter
D. Urutan Masalah Yang Muncul di
3 Beberapa perawat di 3234242323 34523544332 3342223344543 118 4 Ruang Puspa
Ruang Puspa belum 323 2 1. Asuhan Keperawatan di ruang
Puspa sebagaian sudah
mengikuti pelatihan
menggunakan SDKI, SLKI,
BHD dan SIKI dan Sebagian masih
menggunakan NANDA-NIC-
4 Rendahnya 4454554454 54444343354 554443553433 148 3 NOC
kesadaran keluarga 544 4 2. Kurangnya fasilitas untuk
pasien di ruang Puspa
akan pentingnya
mencuci tangan

5 Kurangnya fasiilitas 5555433443 44455333454 5544443325543 150 2


untuk pasien di 344 3
ruang Puspa
3. Rendahnya kesadaran keluarga akan pentingnya mencuci tangan
4. Beberapa perawat di Ruang Puspa belum mengikuti pelatihan BHD
5. Belum adanya ruang khusus untuk mahasiswa dan dokter
Berdasarkan hasil pembobotan masalah diatas, maka penentuan prioritas yang akan diselesaikan, didiskusikan dengan karu, katim,
pembimbing, dan mahasiswa dengan mempertimbangkan lingkup kegiatan aplikasi, keterbatasan waktu dan kemampuan maka disepakati
untuk menyelesaikan satu masalah dari lima prioritas masalah yang muncul. Prioritas masalah pertama dilaksanakan oleh mahasiswa
adalah Asuhan Keperawatan di ruang Puspa sebagaian sudah menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI dan Sebagian masih menggunakan
NANDA-NIC-NOC.

FISH BONE

Man Metod
e
Pembuatan Asuhan Keperawatan
belum optimal
Jumlah perawat 14
orang Karu atau katim tidak
memimpin proses
Kurangnya sosialisasi mengenai
pre-post conference
Asuhan Keperawatan berdasarkan
SDKI,SIKI, dan SLKI.
5 perawat pendidikan S1
Ners, 2 perawat pendidikan Asuhan Keperawatan di ruang Puspa
S1, dan 7 perawat Sebagian masih menggunakan
pendidikan D3 Keperawatan NANDA-NIC-NOC belum
sepenuhnya menggunakan
SDKI,SIKI, dan SLKI.

Sebagian Asuhan
Keperawatn masih
menggunakan Nanda NIC
NOC
Adanya reward berupa ucapan
Material Money
E. Alternatif PenyelesaianMasalah
Setelah diketahui faktor penyebab dari masalah tersebut, kemudian faktor
penyebab di cari cara untuk menyelesaikannya.Adapun
penyelesaiannyadijelaskanpada tabel berikut ini:

1. Asuhan Keperawatan di ruang Puspa Sebagian masih menggunakan NANDA-


NIC-NOC.

No Penyebab Penyelesaian

- Mempelajari Asuhan
Keperawatan berdasarkan
SDKI,SIKI, dan SLKI.
- Membuat Asuhan
Asuhan Keperawatan di ruang Puspa Sebagian Keperawatan Berdasarkan
1
masih menggunakan NANDA-NIC-NOC. SDKI,SIKI, dan SLKI.
- Mengadakan sosialisasi
tentang kebaruan Asuhan
Keperawatan berdasarkan
SDKI,SIKI, dan SLKI.
F. Plan Of Action

Perencanaan
No Masalah Tujuan Sumber Penanggung
Rencana Kegiatan Tanggal
daya Jawab
1. Asuhan - Asuhan 1. Mempelajari 16 - 20 Juni
Keperawata Asuhan 2021
Keperawatan di
n di ruang Keperawatan
ruang Puspa Puspa Semua anggota
berdasarkan
Sebagian masih menggunak
SDKI,SIKI, kelompok 4 :
an SDKI,
menggunakan dan SLKI. Aliyah Ariyanti
SIKI, dan
NANDA-NIC- SLKI 2. Mengadakan Anggun
secara sosialisasi
NOC. optimal. tentang Asuhan
Penanggung Dea
Milda Ismatul M
Keperawatan Jawab RS,
berdasarkan Mira Rahmawati
Karu,
SDKI,SIKI, dan Nenden Puspita
SLKI. Katim,
Nuraeni
3. Memberikan Mahasiswa
motivasi kepada Nurul Azizah
karu dan katim Stikku Nirmala
4. Membuat Pipit Pitriyani
Asuhan
Poetri Heraldha
Keperawatan
Berdasarkan Rafika Rana F
SDKI,SIKI, Sofiyah
dan SLKI.

G. Kriteria Evaluasi

No. KEGIATAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI


1 Mempelajari Asuhan Sebagai pedoman dalam Kegiatan pembuatan
Keperawatan berdasarkan pembuatan Asuhan Asuhan Keperawatan
berdasarkan SDKI,SIKI,
SDKI,SIKI, dan SLKI. Keperawatan. dan SLKI.

2 Melakukan sosialisasi tentang Sebagai pedoman dalam Berjalannya pembuatan Asuhan


Asuhan Keperawatan melakukan Asuhan Keperawatan berdasarkan
berdasarkan SDKI,SIKI, dan Keperawatan. SDKI,SIKI, dan SLKI.
SLKI.

3 Pembuatan Asuhan Sebagai pedoman dalam Dapat diterapkannyan Asuhan


Keperawatan Berdasarkan melakukan Asuhan Keperawatan berdasarkan
SDKI,SIKI, dan SLKI. Keperawatan. SDKI,SIKI, dan SLKI DI
Ruang Puspa.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan pembahasan yang telah di deskripsikan pada bab
sebelumnya, maka simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu lingkungan
dimana orang-orang yang bekerja sama didalam suatu kelompok dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dengan seefisien mungkin.
2. Berdasarkan hasil observasi, terdapat analisa permasalahan yaitu
6. Asuhan Keperawatan di ruang Puspa sebagaian sudah menggunakan SDKI,
SLKI, dan SIKI dan Sebagian masih menggunakan NANDA-NIC-NOC.
7. Kurangnya fasilitas untuk pasien di ruang Puspa.
8. Rendahnya kesadaran keluarga akan pentingnya mencuci tangan
9. Beberapa perawat di Ruang Puspa belum mengikuti pelatihan BHD.
10. Belum adanya ruang khusus untuk mahasiswa dan dokter.
5.2 Saran
5.1.1 Bagi Pihak Perawat ;Ruang Puspa
1. Perawat diharapkan melaksanakan pendokumentasian dengan baik dan benar demi
terpenuhinya kebutuhan pasien.
2. Diharapkan penambahan fasilitas untuk mempermudah kerja perawat.
3. Menjalankan format pengkajian ceklist untuk mempermudah perawat mengisi
pendokumentasian Asuhan Keperawatan.
4. Mengaktifkan mahasiswa yang dinas diruangan untuk melengkapi Asuhan
Keperawatan dan membantu perawat memberikan pelayanan terhadap pasien.
5. Sebaiknya seluruh perawat ruangan sebelum masuk ruangan memakai atribut yang
lengkap dan rapih.

5.1.2 Bagi Rumah Sakit Ciremai


1. Rumah Sakit Ciremai diharapkan dapat lebih mengoptimalkan program/kegiatan
pelayanan kesehatan yang terdapat di rumah sakit.
2. Menindak lanjuti rekomendasi untuk kelengkapan bahan logistik fisik dan material
yang dibutuhkan beberapa ruangan di rumah sakit Ciremai.

Anda mungkin juga menyukai