Anda di halaman 1dari 4

Nama: Hudzaifah Yuda Hasevi

Kelas: F
Npm: 191000269
Uts Hukum Forensik

1. ilmu forensik adalah ilmu pengetahuan yang dapat memberi keterangan atau
kesaksian bagi peradilan secara meyakinkan menurut kebenaran ilmiah yang
dapat mendukung dan meyakinkan peradilan dalam menetapkan keputusan
.Ilmu kedokteran kehakiman adalah merupakan cabang atau spesialisasi khusus
dari ilmu kedokteran, yang mengkhususkan di dalam memberikan bantuan
guna kepentingan peradilan, yaitu di dalam perkara-perkara pidana yang
menyangkut tubuh, kesehatan dan nyawa manusia.
Dasar hukum ilmu forensik: Intisari: Dasar hukum forensik selain yang
terdapat dalam KUHP dan KUHAP antara lain adalah Peraturan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Kedokteran Kepolisian. Salah satu jenis forensik yang sering dipakai dalam
mengungkap suatu tindak pidana adalah Kedokteran Forensik
Dasar Hukum Forensik
Anda menyebut soal dasar hukum forensik dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (“KUHP”) dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (“KUHAP”). Sebenarnya tidak ada yang menyebutkan
tentang forensik dalam KUHP maupun KUHAP. Mengenai forensik, diatur
dalam peraturan kepolisian sebagaimana kami sebutkan di atas.

Yang diatur dalam KUHP adalah sehubungan dengan ahli (dalam hal ini
termasuk ahli forensik). Dalam KUHP disebutkan bahwa ahli yang menolak
memberi bantuan kepada polisi bisa terancam hukuman pidana sebagaimana
diatur dalam Pasal 224 dan Pasal 522 KUHP:

Pasal 224 KUHP:


Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-
undang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-
undang yang harus dipenuhinya, diancam:
1. dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan;
2. dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan.

Pasal 522 KUHP:


Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru
bahasa, tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda
paling banyak sembilan ratus rupiah.

Jadi, jika polisi sudah meminta bantuan, ahli forensik wajib memberikan
bantuan.
Kemudian, pengaturan dalam KUHAP juga tidak ada yang menyebutkan
mengenai forensik. Yang diatur dalam KUHAP adalah terkait ahli kedokteran.
Merujuk pada macam-macam forensik yang telah disebutkan di atas, ahli
forensik dapat dikatakan sebagai ahli kedokteran. Mengenai ahli kedokteran,
Pasal 133 ayat (1) KUHAP memberi wewenang kepada penyidik untuk
mengajukan permintaan keterangan kepada ahli kedokteran kehakiman jika
penyidikan menyangkut korban luka, keracunan, atau mati. Permintaan
keterangan ahli ini dilakukan secara tertulis.[14]

Jadi, menjawab pertanyaan dasar hukum forensik selain yang terdapat dalam
KUHP dan KUHAP antara lain adalah Perkapolri 10/2009 dan Perkapolri
12/2011

2. Peran Dokter Dalam Penyeledikan Tindak Pidana


Dokter adalah seorang tenaga kesehatan untuk menyelesaikan semua masalah
kesehatan. Keterkaitan dokter dengan penyelidikan tindak pidana adalah
seorang dokter menjadi tenaga ahli dalam melakukan pemeriksaan terhadap
korban tindak pidana.
Dokter dalam melakukan tugas sehari-hari, suatu waktu dapat diminta
bantuannya oleh penegak hukum, maka sangatlah baik bila dokter mengetahui
tentang tata laksana penyidikan perkara pidana, mulai dari saat penyidik
sampai hakim menjatuhkan keputusan. Mendatangkan seorang dokter yang
diperlukan sehubungan dengan perkara tidak termasuk wewenangnya. Dokter
boleh dikatakan tidak ada hubungannya kerja dengan penyelidik.
Ilmu kedokteran kehakiman adalah cabang spesialistik ilmu kedokteran yang
memanfaatkan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum, terutama
pada bidang hukum pidana. Peran dari dokter kehakiman dalam penyelesaian
perkara pidana di pengadilan adalah membantu hakim dalam menemukan dan
membuktikan unsur-unsur yang didakwakan dalam pasal yang diajukan oleh
penuntut. Serta memberikan gambaran bagi hakim mengenai laporan dalam
visum et repertum.
KUHAP mengingatkan bahwa semua korban karena tindak pidana yang hidup
maupun yang mati diperiksa oleh ahli kedokteran kehakiman, baru kalau tidak
ada, diperiksa oleh dokter atau ahli lainnya. Hal ini menyebabkan simpang
siurnya pengertian surat keterangan ahli.
Prinsip Kerja Kedokteran Forensik
• PRINSIP KEDOKTERAN
– sumpah, etik, standar

• KEBEBASAN PROFESI
– obyektif ilmiah, impartial, menyeluruh
– prosedural

• BERHAK MENERIMA IMBALAN


– berdasar upayanya
– tidak berdasar hasil akhir
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa dokter forensik
sangat berperan dalam membantu aparat penegak hukum dalam membuktikan
perkara tindak pidana yang terjadi yang berkaitan dengan tubuh atau jiwa
manusia terutama dalam hal pembutan visum et repertum dan sebagai saksi ahli
dipersidangan. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2011 tentang kedokteran

3. Pasal 133 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)


mengenai permintaan keterangan ahli. Untuk melakukan pemeriksaan visum,
perlu didasarkan atas permintaan penyidik terlebih dulu. Jadi cara melakukan
pemeriksaan visum hari didasarkan dari permintaan kepolisian.

Cara melakukan pemeriksaan visum tersebut perlu dilakukan dengan cara


membuat laporan di kepolisian. Nantinya penyidik atau hakim akan
mengajukan permintaan untuk melakukan visum. Kemudian layanan kesehatan
akan melakukan pemeriksaan kepada korban secara menyeluruh.Cara
Melakukan Pemeriksaan Visum
Pada umumnya pemeriksaan visum akan dilakukan di klinik, rumah sakit,
Puskesmas dan yang lainnya. Korban juga akan didampingi oleh petugas dari
kepolisian, kerabat atau keluarga ketika melakukan visum. Berikut adalah
beberapa prosedur atau cara melakukan pemeriksaan visum yang bisa Anda
ketahui.

1. Kondisi umum kesehatan


Prosedur yang umum dilakukan adalah memeriksa kondisi kesehatan korban
secara umum terlebih dulu. Misalnya seperti apakah korban dalam keadaan
sadar namun merasa panik, gelisah, kebingungan dan yang lainnya.

Petugas juga akan memberikan pertolongan jika korban dalam keadaan luka
yang cukup serius hingga kondisi mentalnya yang tidak terkendali. Hal tersebut
dilakukan sebelum proses pemeriksaan bisa berjalan dengan lancar.

2. Pemeriksaan kesehatan fisik


Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan secara fisik korban mengenai
beberapa hal seperti:

– Denyut nadi
– Tekanan darah
– Bukti tindak kekerasan
– Luka yang terlihat pada bagian luar tubuh hingga
– Penularan infeksi penyakit kelamin.
Pada bagian pemeriksaan ini, korban akan dimintai keterangan mengenai
kronologis kejadiannya sehingga petugas juga bisa lebih fokus untuk
melakukan pemeriksaan. Mulai dari keterangan mengenai ukuran, letak luka,
sifat, derajat luka akan dianalisis dan dicatat.
3. Pemeriksaan internal
Jika memang dibutuhkan, dokter juga akan memeriksa luka di bagian dalamnya
ketika juga dicurigai ada cedera di bagian dalam seperti kehamilan, patah
tulang hingga cedera bagian dalam yang lainnya. Cara melakukan pemeriksaan
visum akan melalui prosedur seperti USG atau menggunakan rontgen.

4. Pemeriksaan analisis forensik


Cara melakukan pemeriksaan visum yang selanjutnya adalah pemeriksaan
forensik. Dalam tubuh korban bisa saja masih ada jejak DNA yang
ditinggalkan oleh pelaku, misalnya darah, cairan ejakulasi, helaian rambut dan
yang lainnya maka dokter akan melakukan analisis forensik.

Pemeriksaan seperti ini akan dilakukan di laboratorium guna memastikan


kembali pelaku sehingga bisa dijadikan alat bukti.

5. Pemeriksaan psikis
Cara melakukan pemeriksaan visum yang terakhir adalah adanya pemeriksaan
psikis korban. Untuk itu maka juga dilakukan oleh dokter yang sudah
berpengalaman dan ahli di bidangnya. Tujuannya untuk mengetahui apakah ada
gejala yang mengguncang kejiwaannya.

Nantinya jika semua rangkaian sudah selesai dilakukan, maka laporan visum
akan dibuat berdasarkan hasil analisa. Nantinya laporan ini akan digunakan
sebagai bukti yang diberikan pada hakim.

Anda mungkin juga menyukai