Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENGARUH PERBEDAAN FAKTOR LINGKUNGAN ABIOTIK TERHADAP


PERTUMBUHAN TANAMAN

A. Latar Belakang

Lingkungan merupakan sistem yang kompleks yang mempengaruhi pertumbuhan dan


perkembangan tumbuhan. Untuk mempelajari pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan
tanaman, maka perlu dilakukan penggolongan faktor - faktor lingkungan tersebut.
Faktor-faktor lingkungan dapat digolongkan menjadi Biotik dan Abiotik, faktor
lingkungan abiotik terdiri atas : tanah, air, udara, kelembaban udara, angin, cahaya matahari
(faktor iklim) sedangkan lingkungan biotik terdiri atas organisme - organisme hidup diluar
lingkungan Abiotis ( manusia, tumbuhan, hewan, mikro-organisme ).
B. Rumusan masalah
1. Tinggi tanaman (cm)
2. Jumlah daun
3. Warna daun
C. Tujuan
Mempelajari perbedaan pertumbuhan tanaman yang diletakkan dibawah naungan , semi
naungan dan tempat terbuka
METODE

A. Alat & Bahan:

- Cangkul - Alat Tulis


- Polybag - Air
- Benih kacang panjang - Tanah
- Penggaris - Pupuk Kandang
- Kamera

B. Metode praktikum

Metode praktikum dalam praktikum ini terdiri dari 3 perlakuan:

Perlakuan 1 : naungan
Perlakuan 2 : semi naungan
Perlakuan 3 : terbuka
Masing-masing perlakuan diulang 3 kali, ditambah 2 polibag cadangan.
Pengambilan data berupa hasil pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun dilakukan setiap
satu minggu sekali , sampai minggu ke-tujuh.

Hari/Tanggal: Senin, 04 November 2019

Lokasi: Di kebun percontohan politeknik pertanian negeri samarinda

C. Pelaksanaan praktikum
1. Persiapan media tanam dilaksanakan di Kebun Praktikum . Tahapan pertama, tanah
dimasukan kedalam polybag yang sudah dilipat bagian atas dan diisi tanah sebanyak tiga
seperempat dari polybag tersebut. Kemudian polybag tersebut disiram secukupnya.
Selanjutnya ditempelkan label sesuai perlakuan dan ulangan. Urutan sebagai berikut :
Kelompok praktikum, Perlakuan, Ulangan, Praktikum.
2. Penanaman
Tanam dilaksanakan sesuai jadwal praktikum. Basahi media tanam secukupnya. Tanami
tiap polibag dengan 2 benih. Buat lubang tanam sedalam 2 cm , masukkan benih yg
sudah dipilih sesuai kebutuhan dan perlakuan. Tutup dengan tanah secukupnya.
3. Selanjutnya siram tanaman sesuai kebutuhan. Pertahankan tanah selalu dalam keadaan
lembab.
4. Amati dan ukur tinggi tanaman dan jumlah daun tiap minggu.
5. Catat semua kejadian selama praktikum berlangsung seperti tanaman mati, kena serangan
hama, penyakit dsb.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Percobaan Tempat Perlakuan diulang Tanah:Pupuk Benih


1 Naungan 3 kali, 2 polybag cadangan 1:1 2 benih setiap polybag
2 Semi naungan 3 kali, 2 polybag cadangan 1:1 2 benih setiap polybag
3 Terbuka 3 kali, 2 polybag cadangan 1:1 2 benih setiap polybag

Pembahasan

1. Perlakuan 1 (Naungan) diletakkan di tempat tertutup setiap perlakuan diulang 3 kali.


2. Perlakuan 2 (Semi Naungan) diletakkan terbuka, namun terdapat lindungan/tempat
bernaung. Setiap perlakuan diulang 3 kali.
3. Perlakuan 3 (terbuka) diletakkan pada tempat terbuka dan terkena sinar matahari
langsung setiap perlakuan diulang 3 kali.
4. Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu sekali, sampai minggu ketujuh.

Naungan

Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah Daun Warna Daun


P1, 1
P1, 2
P1, 3
P1, 4
P1, 5
Semi Naungan

Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah Daun Warna Daun


P2, 1
P2, 2
P2, 3
P2, 4
P2, 5

Terbuka

Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah Daun Warna Daun


P3, 1
P3, 2
P3, 3
P3, 4
P3, 5
BAB II

PENGARUH PERSAINGAN SEJENIS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

A. Latar Belakang
Didalam suatu masyarakat tumbuhan seperti padang rumput, semak belukar hutan, daerah
pertanian ( sawah, kebun dan sebagainya ) akan terjadi persaingan antara individu - individu dari
satu jenis atau berbagai jenis, jika individu - individu tersebut mempunyai kebutuhan yang sana
terhadap hara mineral tanah, air cahaya dan factor-faktor lingkngan lainnya.
Di alam bebas tumbuhan tidak bersaing satu sama lainnya dengan cara fisik seperti
binatang, tetapi menggunakan pengaruhnya terhadap lingkungan tempat hidupnya. Akar suatu
tumbuhan dapat lebih kuat dari yang lainnya dalam pengambilan unsur hara pada ruang / tempat
tumbuhan yang sama.

Persaingan Antara Spesies yang sama (Intraspesifik)

Di alam, organisme tidak berdiri sendiri-sendiri atau tidak hidup sendiri-sendiri,


melainkan menjadi suatu kumpulan individu-individu yang mengisi suatu tempat tertentu dan
pada waktu tertentu, sehingga antar organisme akan terjadi interaksi. Interaksi-interaksi yang
terjadi dapat berupa interaksi antar individu dari spesies yang sama (intraspesifik) atau interaksi
antar individu dari spesies yang berbeda (interspesifik (Indriyanto 2006). Setiap organisme yang
berinteraksi akan dirugikan jika sumber daya alam menjadi terbatas jumlahnya. Yang jadi
penyebab terjadinya persaingan antara lain makanan atau zat hara, sinar matahari, dan lain – lain
(Setiadi, 1989). Kompetisi dapat juga didefinisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar
tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang ketersediaannya terbatas pada
lahan. Hal tersebut akan menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah
satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2,
dan ruang tumbuh (Kastono,2005).
Menurut Wirakusumah (2003), pembelajaran persaingan antar tanaman sejenis
(intraspesifik) sangat penting untuk memahami keseimbangan populasi dalam komunitas
tanaman. Kompetisi dapat berakibat positif atau negatif bagi salah satu pihak organisme atau
bahkan berakibat negatif bagi keduanya. Kompetisi tidak selalu salah dan diperlukan dalam
ekosistem, untuk menunjang daya dukung lingkungan dengan mengurangi ledakan populasi.
Faktor utama yang memengaruhi persaingan tanaman sejenis diantaranya adalah
kerapatan. Semakin besar kerapatan tanaman maka semakin kecil diameter dan semakin tinggi
tanamannya dan semakin kecil kerapatan tanaman maka semakin besar diameter dan semakin
rendah tinggi tanaman . Kerapatan yang besar berarti jumlah tanaman sejenis banyak tumbuh di
ruang sempit, saling berkompetisi untuk mendapatkan air, dan nutrisi yang jumlahnya terbatas
(Harjadi 1996).
Persaingan diantara tumbuhan secara tidak langsung terbawa oleh modifikasi lingkungan.
Di dalam tanah, sistem-sistem akar bersaing untuk mendapatkan air dan bahan makanan, dan
karena mereka tak bergerak, ruang menjadi faktor yang penting. Di atas tanah, tumbuhan yang
lebih tinggi mengurangi jumlah sinar yang mencapai tumbuhan yang lebih rendah dan
memodifikasi suhu, kelembapan serta aliran udara pada permukaan tanah (Michael 1994).
Keberhasilan pengelolaan suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan
kemampuan tanaman dalam memanfaatkan sumberdaya lingkungan tumbuh tanaman. Hal
tersebut dapat dicapai antara lain melalui pengaturan jarak tanam yang tepat. Melalui pengaturan
jarak tanam yang tepat tingkat persaingan antar maupun inter tanaman dapat ditekan serendah
mungkin (Suminarti, 2000).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Tinggi tanaman

2. Jumlah daun

3. Warna daun
C. Tujuan

Mempelajari pengaruh kerapatan tanaman (jarak Tanam) terhadap pertumbuhan tinggi


tanaman.
METODE

Hari/Tanggal:

Di kebun percontohan politeknik pertanian negeri samarinda

Alat & Bahan:

- Cangkul - Benih kacang panjang


- Polybag - Alat Tulis
- Penggaris - Air
- Kamera - Tanah
- Pupuk Kandang

Cara Kerja
1. Persiapan media tanam dilaksanakan di Kebun Percobaan . Tahapan pertama, tanah
dimasukan kedalam polybag yang sudah dilipat bagian atas dan diisi tanah sebanyak tiga
seperempat dari polybag tersebut. Kemudian polybag tersebut disiram secukupnya.
Selanjutnya ditempelkan label sesuai perlakuan dan ulangan. Urutan sebagai berikut :
Kelompok praktikum, Perlakuan, Ulangan, Percobaan.

2. Penanaman
Tanam dilaksanakan sesuai jadwal praktikum. Basahi media tanam secukupnya. Tanami
tiap polibag sesuai dengan perlakuan. buat lubang tanam sedalam 2 cm , masukkan benih
yg sudah dipilih sesuai kebutuhan dan perlakuan. Tutup dengan tanah secukupnya.

3. Selanjutnya siram tanaman sesuai kebutuhan. Pertahankan tanah selalu dalam keadaan
lembab.
4. Amati dan ukur tinggi tanaman dan jumlah daun tiap minggu.

Catat semua kejadian selama praktikum berlangsung seperti


tanaman mati, kena serangan hama, penyakit dsb.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Perlakuan Perlakuan Diulang Tanah:Pupuk Benih


1 3 kali 1:1 1 benih
2 3 kali 1:1 2 benih
3 3 kali 1:1 3 benih

Pembahasan

1. Perlakuan pertama, polybag ditanam satu benih perlakuan diulang 3 kali


2. Perlakuan kedua, polybag ditanam dua benih perlakuan diulang 3 kali
3. Perlakuan ketiga, polybag ditanam tiga benih perlakuan diulang 3 kali
4. Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu sekali, sampai diminggu kedepan

Naungan

Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah Daun Warna Daun


P1, 1
P1, 2
P1, 3

Semi Naungan

Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah Daun Warna Daun


P1, 1
P1, 2
P1, 3
Terbuka

Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah Daun Warna Daun


P1, 1
P1, 2
P1, 3
ACARA III
ANALISIS VEGETASI

1.1 Latar Belakang

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang
hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut
terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri
maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh
serta dinamis.

Vegetasi (dari bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah istilah untuk
keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari
tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput,
dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi. Analisis vegetasi biasa dilakukan oleh ilmuwan
ekologi untuk mempelajari kemelimpahan jenis serta kerapatan tumbuh tumbuhan pada suatu
tempat.

Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Pengamatan parameter vegetasi
berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan
selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau
komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu
seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain.

Konsepi dan metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat beragam tergantun kepada
keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai
jenis tumbuhan di suatu wilayah atau daerah. Suatu tipe vegetasi menggambarkan suatu
daerah dari segi penyebaran tumbuhan yang ada baik secara ruang dan waktu. Rawa-rawa,
padang rumput dan hutan merupakan suatu contoh vegetasi.

Vegetasi terbentuk oleh semua spesies tumbuhan dalam suatu wilayah (flora) dan
memperlihatkan pola distribusi menurut ruang (spatial) dan waktu (temporal). Tiap tipe vegetasi
dicirikan oleh bentuk pertumbuhan (growth form or life form) tumbuhan dominan (terbesar,
paling melimpah, dan tumbuhan karakteristik). Keanekaragaman hayati (biological diversity)
atau sering disebut dengan biodiversity adalah istilah untuk menyatakan tingkat
keanekaragaman sumberdaya alam hayati yang meliputi kelimpahan maupun penyebaran dari
ekosistem, jenis dan genetik. Dengn demikian keanekaragaman hayati mencakup tiga tingkat,
yaitu: (1) keanekaragaman ekosistem, (2) keanekaragaman jenis, dan (3) keanekaragaman
genetik. Oleh karena itu, biodiversity meliputi jenis tumbuhan dan hewan, baik yang makro
maupun yang mikro termasuk sifat-sifat genetik yang terkandung di dalam individu setiap jenis
yang terdapat pada suatu ekosistem tertentu. Keanekaragaman hayati merupakan konsep
penting dan mendasar karena menyangkut kelangsungan seluruh kehidupan di muka bumi,
baik masa kini, masa depan, maupun evaluasi terhadap masa lalu. Konsep ini memang masih
banyak yang bersifat teori dan berhadapan dengan hal-hal yang sulit diukur secara tepat,
terutama pada tingkat keanekaragaman genetik serta nilai keanekaragaman serta belum
adanya pembakuan (standarisasi) Pengukuran/pemantauan biodiversity dapat dilakukan
dengan mengukur langsung terhadap objek/organisme yang bersangkutan atau mengevaluasi
berbagai indikator yang terkait. Aspek-aspek yang dapat diamati dalam rangka
pengukuran/pemantauan keanekaragaman hayati adalah: jumlah jenis, kerapatan/kelimpahan,
penyebaran, dominansi, produktivitas, variasi di dalam jenis, variasi/ keanekaragaman genetik,
laju kepunahan jenis, nilai jenis/genetik, jenis asli (alami) atau asing, dan lain-lain.
Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan struktur dan komposisi vegetasi.
Untuk areal yang luas dengan vegetasi semak rendah misalnya, digunakan metode garis (line
intersept), untuk pengamatan sebuah contoh petak dengan vegetasi “tumbuh menjalar”
(cpeeping) digunakan metode titik (point intercept) dan untuk suatu survei daerah yang luas dan
tidak tersedia cukup waktu, estimasi visual (visual estimation) mungkin dapat digunakan oleh
peneliti yang sudah berpengalaman. Juga harus diperhatikan keadaan geologi, tanah, topografi,
dan data vegetasi yang mungkin telah ada sebelumnya, serta fasilitas kerja/keadaan, seperti
peta lokasi yang bisa dicapai, waktu yang tersedia, dan lain sebagainya; semuanya untuk
memperoleh efisiensi (Tjitrosoedirdjo et al., 1984).

B. Tujuan Praktikum
1. Menghitung dan mempelajari keanekaragaman tumbuhan
2. Praktikum yang berjudul “Analisis Vegetasi” ini bertujuan untuk mempelajari struktur
dan komposisi vegetasi ( komunitas tumbuhan) dengan menganalisis karakter
komunitas yang meliputi kerapatan, frekuensi, dan dominasi dengan menggunakan
metode kuadrat (plot). Untuk peletakan plot dilakukan secara sistematis pada areal
yang dikaji.
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi ialah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara
bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah
bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi
diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari
penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Michael,1994).

Analisis vegetasi merupakan cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi dapat digunakan untuk
mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan: 1)
Mempelajaritegakan hutan, yaitu pohon dan permudaannya. 2) Mempelajari tegakan tumbuhan
bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di
bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan
vegetasi semak belukar (Dwisang,2008).

Dari segi floristis ekologis pengambilan sampling dengan cara “random sampling” hanya
mungkin digunakan apabila lapangan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan
hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai
“systematic sampling”, bahkan “purposive sampling” pun boleh digunakan pada keadaan
tertentu. Luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil datanya sangat bervariasi untuk setiap
bentuk vegetasi mulai dari 1 dm2 sampai 100 m2. Suatu syarat untuk daerah pengambilan .
Contoh haruslah representatif bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat
dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan
yang dibentuk oleh populasi-populasi. Jadi peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat
penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi, dengan demikian
untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan individu-individu atau populasinya
dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah
pengambilan contoh itu representatif bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari
jenis tumbuhan pembentuk komunitas tersebut (Rahardjanto, 2005).
2.2 Teknik Sampling Kuadrat

Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu
vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan
tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan
kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan
berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990). Teknik kuadrat umumnya dipergunakan untuk untuk
memperoleh keterangan mengenai bentuk komposisi (susunan) komunitas tumbuh-tumbuhan
darat. Ukuran petak sample ditentukan berdasarkan ukuran dan kerapatan tumbuh-tumbuhan
yang dirisalah , serta dapat mewakili semua individu yang terdapat dalam lokasi penelitian.
Karakteristik pohon harus dimasukkan di dalam kuadarat (Anonim, 2009a), dan
memperhatikan : 1) distribusi pohon, 2)ukuran dan bentuk kuadrat, 3) jumlah ulangan
pengamatan yang bisa mewakili pendugaan kepadatan. Setelah menetapkan vegetasi yang
akan dihitung, pengamat harus menetapkan ukuran dan bentuk kuadrat yang akan digunakan.
Pada umumnya bentuk sample yang digunakan adalah persegi panjang, persegi, dan lingkaran.

Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran
yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk
vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode
ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi
(Rohman, 2001).

Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai
suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian
merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah
sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).

2.3 Sistem Analisis Menggunakan Metode Kuadrat

Menurut Anonim (2009b) kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu


populasi jenis tumbuhan di dalam area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan
penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Dalam praktikum ini, khusus untuk
variable kerapatan dan kerimbunan, cara perhitungan yang dipakai dalam metode kuadrat
adalah berdasarkan kelas kerapatan dan kelas kerimbunan. Sedangkan frekuensi ditentukan
berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n)
dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%)
(Syafei, 1990).

Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah
tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang
ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numeric sebagai indeks keragaman atau indeks
nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena
keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994).

Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai relative
dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relative, kerimbunan relative, dan frekuensi
relatif). Jika disususn dalam bentuk rumus maka akan diperoleh:

Nilai Penting = Kr + Dr + Fr

Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang
didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat,
dikalikan 100% dalam table. Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai
penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga
nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut
(Syafei, 1990).
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

yang digunakan pada praktikum tentang analisis vegetasi ini meliputi:

- Tali rafia,
- Patok kayu,
- Arit
- Parang
- Arit
- alat tulis
- kamera
3.2 Cara Kerja
1. Memilih sebuah komunitas tumbuhan lalu menentukan batasan-batasan komunitas
tersebut.
2. Meletakkan kuadrat dengan ukuran 10 m x 10 m, lalu didalam plot ini dibuat lagi sub-sub
plot 2x2 m, dan 2x2 m.
3. Mengambil sampel gulma di setiap plot
4. Untuk setiap kuadrat membuat daftar spesies yang ada di dalamnya.
5. Menghitung jumlah individu setiap spesies
6. Untuk setiap spesies yang didapat menghitung nilai kerapatan, frekuensi, dominasi,
serta nilai pentingnya dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan diatas.
7. Mendiskusikan dan menyimpulkan dari hasil praktikum yang dilakukan.

HASIL DAN PEMBEHASAN

4.1 Hasil Praktikum

Praktikum diadakan pada hari Senin, 04 November 2019 di halaman belakang jurusan
pendidikan biologi, metode yang kami gunakan yaitu metode kuadrat karena metode ini sangat
efesien di gunakan, dilihat dari kemiringan tempat dan tipe vegetasinya serta berbentuk pohon .
Metode kuadrat adalah salah satu cara atau langkah untuk pengambilan data yang paling
umum digunakan dalam analisis vegetasi. Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini adalah
suatu ukuran luas yang diukur dengan satuan kuadrat dengan besar ukuran dalam meter. Kami
membuat 5 plot dengan ketentuan panjang paling luar plot 10 x 10 m, plot ke dua panjang 2x2
m dan plot paling dalam 1x1 m. Membuat empat titik ujung sebagai titik penghubung dengan
menggunakan patok. Pada titik tiap ujung ini kami mengikatkan seutas tali raffia dan berjalan
lurus sehingga membentuk segi empat. Selanjutnya melakukan pengambilan data yaitu
menghitung tinggi pohon (kanopi), diameter daun, dan menganalisis jenis tumbuhan yang hidup
pada daerah tersebut. Kemudian kami menganalisis data yang telah didapat.

rumus yang digunakan dalam teknik analisis data dalam menentukan Indeks Nilai
Penting (INP) sebagai

berikut:

Menghitung kerapatan nisbi (KN), Frekuensi nisbi (FN), dan dominansi nisbi (DN) setiap
jenis vegetasi sebagai berikut:

Keterangan :
KM (kerapatan mutlak) = jumlah individu suatu spesies dari seluruh unit sampel

Keterangan :
FM (frekuensi mutlak) = jumlah unit sampel yang terdapat spesies tersebut

Keterangan :
DM (dominansi mutlak) = jumlah berat kering (dapat pula tinggi atau luas kanopi) suatu
spesies dari seluruh unit sampel

Dari KN, FN dan DN dapat ditentukan nilai penting atau Important Value (IV) dan nisbah
dominan terjumlah atau Summed Dominance Ratio (SDR) suatu spesies vegetasi
sebagai berikut :
Berdasarkan IV dan SDR tiap jenis vegetasi dapat diketahui urutan prioritas jenis-jenis
vegetasi dan dapat diketahui kelompok jenis vegetasi mayoritas di suatu habitat.

Nomor Plot Nama Spesies Jumlah individu

1.PLOT 1 1.babadotan(ageratum conyzoides) 6


2.teki-tekian (sedges) 40
3.rerumput (gresses) 4
4.gulma berdaun lebar(broadleaves) 1
5.rumput Ilangan(eleusine indine) 2

2.PLOT 2 1.Teki-tekian(Sedges). 10
2.Rerumputan(Gresses) 5

3.PLOT 3 1.Teki-tekian(Sedges) 13
2.\Rumput Ilangan(Eleusine indine) 3

4.PLOT 4 1.Teki-tekian(sedges) 7
2.Rerumputan (Gresses) 2
3.Gulma berdaun lebar(Broadleaves) 1

5. PLOT 5 1.Teki-tekian(Sedges) 4
2.Rerumputan(gresses) 8
ACARA IV
SUKSESI SEDERHANA

Seiring bertambahnya waktu, perlahan-lahan suatu ekosistem akan mengalami


perubahandari kondisis semula.Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut sangat mudah
untuk diamati dan biasanya dalam perubahan itu terdapat pergantian komunitas dalam
ekosistem tersebut. Suatu ekosistem yang stabil akan selalu berusaha dalam keadaan
setimbang (dynamic equilibrium) di antara komponen-komponen pembentuk ekosistem
tersebut. Ekosistem juga mempunyai sifat yang elastis atau daya lentur. Setiap ada perubahan
atau gangguan, maka akan ada mekanisme atau proses yang mengembalikan kepada keadaan
yang setimbang lagi, sejauh perubahan tersebut masih berada dalam batas-batas daya
lenturnya. Oleh karena itu, hutan sering disebut sebagai sumberdaya alam yang dapat
diperbaharui (renewable resources). Secara singkat suksesi adalah suatu proses perubahan
komunitas tumbuh-tumbuhan secara teratur mulai dari tingkat pionir sampai pada tingkat
klimaks di suatu tempat tertentu. Sedangkan faktor penyebab terjadinya suksesi secara umum
adalah faktor iklim dan topografi/edafis. Komunitas klimaks adalah komunitas yang berada
dalam keadaan keseimbangan dinamis dengan lingkungannya. Sedangkan tingkat sere adalah
setiap tingkat/tahap dari sere, dan komunitas sere adalah setiap komunitas tumbuhan yang
mewakili setiap tingkat sere. Spesies klimaks adalah suatu spesies yang berhasil beradaptasi
terhadap suatu habitat sehingga spesies tersebut menjadi dominan di habitat yang
bersangkutan.

Berdasarkan proses terjadinya, terdapat dua macam suksesi, yakni suksesi primer
(prisere) dan suksesi sekunder (subsere). Dikatakan sebagai suksesi primer manakala suksesi
dimulai dari tempat yang sebelumnya tidak bervegetasi dan melalui tahap-tahap suksesi tanpa
gangguan luar dan komunitas hutan yang berkembang secara demikian dikenal sebagai hutan
primer. Sedangkan suksesi sekunder dimulai dari suatu tempat yang pernah terdapat tumbuhan
atau berbagai benih, dan masih mempunyai sisa-sisa peninggalan dari tumbuhan sebelumnya,
atau bila timbulnya komunitas tumbuhan disebabkan oleh gangguan manusia(penebangan,
perladangan atau pengolahan tanah hutan) dan komunitas hutan yang terbentuk disebut
dengan hutan sekunder.

Proses suskesi yang dialami suatu komunitas hutan terjadi melalui beberapa tahap,
antara lain.
a. Nudation, yaitu terbukanya areal baru,
b. Migration, yaitu sampai dan tersebarnya biji di areal terbuka tersebut
c. Ecesisi yaitu proses perkecambahan, pertumbuhan dan perkembangbiakan
tumbuhan baru
d. Competition, yaitu proses yang mengakibatkan pergantian jenis-jenis tumbuhan.
e. Reaction, yakni adanya perubahan habitat karena aktivitas jenis-jenis baru, dan
f. Climax, yaitu tingkat kestabilan komunitas

Tujuan : Mempelari dan mengetahui tahap-tahap dan proses-proses suksesi yang terjadi pada
komunitas tumbuhan bawah sebelum dan sesudah diberi perlakukan.

METODE
A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah meteran, patok dan tali rafia,
cangkul dan golok, Tally sheet (Tabel Pengamatan) dan alat tulis. Sedangkan bahan
yang digunakan dalam praktikum ini yaitu lahan atau suatu komunitas yang teduh
(ternaung) dan tempat yang terbuka (langsung terkena sinar matahari).

B. Pelaksanaan praktikum

1. Pada tempat teduh (ternaung) lahannnya dibagi menjadi dua bagian dengan
menggunakan plot ukuran 1m x 1m .
2. Lakukan analisis vegetasi pada petak tersebut, sehingga diperoleh data: nama jenis,
jumlah jenis dan jumlah individu.
3. Pada plot pertama, bersihkan dari semua vegetasi yang terdapat di dalamnya dengan
menggunakan cangkul dan golok sampai ke akar-akarnya. Plot kedua lahannya dibakar
dengan menggunakan minyak tanah atau spritus.
4. Lakukan hal yang sama seperti di atas untuk tempat yang terbuka (langsung terkena
sinar matahari) .
5. Amati perkembangan jenis tumbuhan yang muncul setiap minggu, catat nama jenis
tumbuhan dan jumlahnya setiap sub petak contoh, paling sedikit selama 6 (enam)
pekan.
6. Pada pekan terakhir pengamatan, lakukan analisis vegeasi seperti sebelum diberi
perlakuan.
C. Analisis Data
1. Buatlah grafik perubahan jumlah jenis dan jumlah individu jenis yang muncul setiap
pekan
2. Bandingkan perubahan komunitas vegetasi sebelum dan sesudah diberi perlakuan
dengan menggunakan analisis asosiasi komunitas dengan rumus:

IS = 2W / (a+b) x 100%
Keterangan:
IS = Indeks of Similarity
W = Nilai yang lebih rendah atau sama dengan dari dua komunitas yang dibandingkan
(dalam hal ini adalah volume)
a, b = Total komunitas a (sebelum diberi perlakuan) dan b (setelah diberi perlakuan)
Nilai IS terbesar 100 % dan terkecil 0%. Dua komunitas memiliki IS sebesar 100%
apabila kedua komunitas yang dibandingkan benar-benar sama (persis seperti sebelum
diberi perlakuan), dan dua komunitas mempunyai IS sebsar 0% apabila kedua
komunitas tersebut sama sekali berbeda. Umumnya dua komunitas dianggap sama
apabila mempunyai nilai ≥ 75%
3. Tentukan macam suksesi yang diamati, suksesi primer atau suksesi sekunder
4. Ada berapa macam tahap suksesi yang diamati dan tentukan jenis pioner dan jenis apa
yang paling akhir muncul.

Perlakuan 1. diluar naugan

Minggu ke...
Nama Spesies Jumlah Keterangan
(dari Tgl s.d. Tgl)
1. 4 s/d 12 1.Kencur 8 Pengenalan spesies
2.Praxelis 139 dan jumlah spesies
3.Oplismenus 26 & membersihkan
hirtellus (L.) P. daerah dalam petak
Beauv.
4. lanceleaf fogfruit 25
5. rerumputan 190
6.Tempuh wiyang 47
2. 12 s/d 19 1.Kencur 2 Mengamati
3.Oplismenus
4. lanceleaf fogfruit 7 tumbuhan yang
5. rerumputan 3 tumbuh di dalam
6.Tempuh wiyang petak sesudah 1
minggu
5
8
3
3. 19 s/d 26 1. jangkrik Mengamati datang
2. semut nya hama
3. cacing tanah

Perlakuan 2. Didalam naugan


1.Hari pertama 1.panicledleaf 10 Pengenalan spesies
ticktrefoil dan jumlah spesies
2.sirih 8 & membersihkan
3.rerumputan 70 daerah dalam petak
4.digitaria 27
ischaemun
5.lanceleaf fogfruit 8
6. aren (arenga 2
pinnata)
2.Hari kedua 1.panicledleaf 12 Mengamati
ticktrefoil tumbuhan yang
2.sirih 1 tumbuh di dalam
3.rerumputan 5 petak sesudah 1
4.digitaria 13 minggu. Dan
ischaemun tumbuhan aren
5.lanceleaf fogfruit 15 tidak tumbuh
3.Hari ketiga 1. nyamuk Mengamati datang
2. semut nya hama
3. jangkrik

Anda mungkin juga menyukai