Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENYAKIT “ SARS ”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4

NAMA : 1. FADHILLA ELSA K ( PO7120120065 )


2. BERLEN OCTAVIANI ( PO712012066 )
3. WIDYA NINGSIH C ( PO7120120064 )
4. EMA MERYANTIKA( PO7120120067 )
5. WAHYU INTAN ( PO7120120064)
TINGKAT : 2B
DOSEN PENGAMPU : AGUSCIK S.Kep.,Ns.,M.Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG D-III KEPERAWATAN

PALEMBANG TAHUN 2020/2021

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan
karunia- Nya sehingga makalah tentang “SARS” ini dapat terselesaikan. Makalah

ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Respirasi 2. Saya mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan

sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk

pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Palembang, 13 september 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................1

DAFTAR ISI.......................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 3


1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................ 3
1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................ 3
1.3 TUJUAN .................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4

2.1 PENGERTIAN ................................................................................................ 4


2.2 ETIOLOGI ...................................................................................................... 4
2.3 PATOFISIOLOGI .......................................................................................... 5
2.4 PATHWAY ..................................................................................................... 6
2.5 TANDA DAN GEJALA ................................................................................ 7
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK... ............................................................... 8
2.7 PENATALAKSANAAN ................................................................................ 8

2.8 KOMPLIKASI ................................................................................................. 8


BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................. 10

3.1 PENGKAJIAN ................................................................................................ 10


3.2 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.................................................................. 11

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN ................................................................... 11


3.3 RENCANA INTERVENSI DAN RASIONAL ............................................ 12

BAB IV PENUTUP ............................................................................................... 22

4.1 KESIMPULAN ....................................................................................... 22


4.2 SARAN ................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 23

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


SARS itu singkatan dari Severe Acute Respiratory Syndrome atau Corona Virus

Pneumonia (CVP), suspek (suspect case) terjadi pada seseorang setelah 1 Februari 2003 lalu. Wabah
penyakit gangguan pernapasan misterius ini terus melanda kawasan Asia dan terus meminta korban.
Seorang pasien di Hongkong menjadi korban tewas keenam di wilayah administrative.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengetahui definisi penyakit SARS?
2. Mengetahui etiologi penyakit SARS?
3. Menjelaskan patofisiologi penykit SARS?
4. Mengetahui Pathway SARS?
5. Mengetahui tanda dan gejala penyakit SARS?
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik pada penyakit SARS?
7. Mengetahui penatalaksanaan pada penyakit SARS?
8. Mengetahui komplikasi pada penyakit SARS?
9. Mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada penyakit SARS?
10. Mengetahui perencanaan keperawatan pada penyakit SARS?

1.3 Tujuan

Tujuan dan maksud dari pembutan makalah ini, adalah kami bermaksud membahas dan berbagi
pengetahuan tentang ”Penyakit SARS” seperti yang tertera pada rumusan masalah di atas. Kami bertujuan
& berharap semoga makalah ini dapat menjadi referensi dan
berguna bagi para pembaca.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian
SARS ( severe acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan yang mendadak
dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona Family
Paramyxovirus.

SARS ( severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan paru-paru dengan berbagai
kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru).

2.2 Etiologi
Etiologi SARS masih dipelajari. Pada 7 April 2003, WHO mengumumkan kesepakatan

bahwa coronavirus yang baru teridentifikasi adalah mayoritas agen penyebab SARS. Coronavirus
berasal dari kata “Corona” yang berasal dari bahasa Latin yang artinya “crown” atau mahk ota. Ini
sesuai dengan bentuk Coronavirus itu sendiri yang kalau
dilihat dengan mikroskop nampak seperti mahkota.

Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak langsung yang
melukai paru-paru, diantaranya :

1. Pneumonia

2. Tekanan darah yang sangat rendah (syok)


3. Terhirupnya makanan ke dalam paru (menghirup muntahan dari lambung)

4. Beberapa transfusi darah


5. Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi
6. Emboli paru

7. Cedera pada dada

8. Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin


9. Trauma hebat
10. Transfusi darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak).

5
2.3 Patofisiologi
Penyebab penyakit SARS disebabkan oleh coronavirus (family paramoxyviridae) yang

pada pemeriksaan dengan mikroskop electron. Virus ini stabil pada tinja dan urine pada suhu kamar selama
1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Seperti virus lain, corona menyebar
lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di paru-

paru. Lalu berinkubasi dalam paru-paru selama 2-10 hari yang kemudian menyebabkan paru-
paru akan meradang sehingga bernapas menjadi sulit. Metode penularannya melalui udara serta kontak
langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah (droplet) saat pasien bersin dan
batuk. Dan kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat yang terkontaminasi.

Cara penularan : SARS ditularkan melalui kontak dekat, misalnya pada waktu merawat

penderita, tinggal satu rumah dengan penderita atau kontak langsung dengan secret atau cairan tubuh
dari penderita suspect atau probable. Penularan melalui udara, misalnya

penyebaran udara, ventilasi, dalam satu kendaraan atau dalam satu gedung diperkirakan tidak

terjadi, asal tidak kontak langsung berhadapan dengan penderita SARS. Untuk sementara, masa menular
adalah mulai saat terdapat demam atau tanda-tanda gangguan pernafasan

hingga penyakitnya dinyatakan sembuh.

Masa penularan berlangsung kurang dari 21 hari. Petugas kesehatan yang kontak langsung dengan
penderita mempunyai risiko paling tinggi tertular, lebih-lebih pada petugas yang melakukan tindakan pada
sistem pernafasan seperti melakukan intubasi atau nebulasi.

6
2.4 PATHWAY
Tinja, droplet, udara (terkontaminasi
coronaV)
Reaksi pertahanan

1. Batuk
2. Bersin

7
2.5 Tanda Dan Gejala

Suhu badan lebih dari 38oC, ditambah batuk, sulit bernapas, dan napas pendek-

pendek. Jika sudah terjadi gejala-gejala itu dan pernah berkontak dekat dengan pasien

penyakit ini, orang bisa disebut suspect SARS. Kalau setelah di rontgen terlihat ada

pneumonia (radang paru-paru) atau terjadi gagal pernapasan, orang itu bisa disebut probable SARS atau
bisa diduga terkena SARS.

Gejala lainnya sakit kepala, otot terasa kaku, diare yang tak kunjung henti, timbul

bintik-bintik merah pada kulit, dan badan lemas beberapa hari. Ini semua adalah gejala yang kasat mata
bisa dirasakan langsung oleh orang yang diduga menderita SARS itu. Tapi gejala itu tidak cukup kuat
jika belum ada kontak langsung dengan pasien. Tetap diperlukan
pemeriksaan medis sebelum seseorang disimpulkan terkena penyakit ini. Paru-parunya mengalami radang,
limfositnya menurun, trombositnya mungkin juga menurun. Kalau sudah
berat, oksigen dalam darah menurun dan enzim hati akan meningkat. Ini semua gejala yang

bisa dilihat dengan alat medis. Tapi semua gejala itu masih bisa berubah. Penelitian terus dilangsungkan
sampai sekarang.

8
2.6 Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia.

2) Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi pernafasan abnormal
(seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah dan kulit, bibir serta kuku penderita
tampak kebiruan (sianosis, karena kekurangan oksigen).

3) Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS :


a. Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang seharusnya terisi udara)
b. Gas darah arteri

c. Hitung jenis darah dan kimia darah d.


Bronkoskopi.
4) Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.
5) Pemeriksaan Bakteriologis : sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau transtrakeal, aspirasi jarum
transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi, biopsy

6) Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8 jam dan sangat
akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibody.

2.7 Penatalaksanaan

1. Terapi supportif umum : meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat,
pemberian multivitamin dan lain-lain.

- Terapi oksigen

- Humidifikasi dengan nebulizer

- Fisioterapi dada
- Pengaturan cairan

- Pemberian kortokosteroid pada fase sepsis berat

- Obat inotropik

- Ventilasi mekanis

- Drainase empiema

- Bila terdapat gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori cukup

9
2. Terapi antibiotik
Agen anti-bakteri secara rutin diresepkan untuk SARS karena menyajikan fitur non- spesifik dan
cepat tes laboratorium yang dapat diandalkan untuk mendiagnosis SARS-cov virus dalam beberapa hari
pertama infeksi belum tersedia. Antibiotik empiris yang sesuai dengan demikian diperlukan untuk
menutupi terhadap patogen pernafasan Common per

nasional atau pedoman pengobatan lokal bagi masyarakat-diperoleh atau nosokomial


pneumonia.

Setelah mengesampingkan patogen lain, terapi antibiotik dapat ditarik. Selain efek antibakteri
mereka, beberapa antibiotik immunomodulatory dikenal memiliki sifat, khususnya quinolones dan
makrolid. Efeknya pada kursus SARS adalah belum ditentukan.
SARS dapat hadir dengan spektrum keparahan penyakit. Sebagian kecil pasien dengan penyakit
ringan pulih baik bentuk khusus tanpa pengobatan atau terapi antibiotik saja. Antibiotik :
- Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab

- Utama ditujukan pada S.pneumonia, H.Influensa dan S.Aureus

2.8 Komplikasi
1. Abses paru
2. Efusi pleural
3. Empisema 4.
Gagal nafas 5.
Perikarditis 6.
Meningitis

7. Atelektasis
8. Hipotensi

9. Delirium

10. Asidosis metabolic


11. Dehidrasi

2.8 Programpemerintahdalampenanggulanganpenyakitendemis:SARS
Pemerintah Menetapkan SARS sebagai Penyakit yang dapat Menimbulkan Wabah
Dipublikasikan Pada : Kamis, 03 April 2003 18:31:54, Dibaca : 60.051 Kali
Pemerintah RI menetapkan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) atau Penyakit Pernafasan Gawat Mendadak sebagai
penyakit yang dapat menimbulkan wabah sesuai Undang-undang No. 4 Tahun 1984 tentang

Wabah Penyakit Menular. Pengumuman pemerintah itu dituangkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

10
424/MENKES/SK/IV/2003 dan mulai berlaku sejak tanggal 3 April 2003.
Demikian penegasan Dr. Achmad Sujudi dengan didampingi Menko Kesra M. Jusuf Kalla ketika menyampaikan
pengumuman pemerintah kepada wartawan dalam dan luar negeri di kantor Departemen Kesehatan tanggal 3 April 2003.
Usai membacakan pengumuman, Menko Kesra dan Menkes langsung melakukan peninjauan ke Bandara Soekarno Hatta
Cengkareng dan RS Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso di Sunter Jakarta Utara.
Menurut Menkes, dalam UU No. 4 Tahun 1984 disebutkan, menteri menetapkan daerah tertentu dalam wilayah Indonesia
yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah. Dalam kaitan dengan SARS tidak disebutkan daerah tertentu, tetapi yang
terancam adalah seluruh wilayah Indonesia yaitu melalui pintu-pintu masuk baik pelabuhan udara maupun pelabuhan laut. Di
samping itu Indonesia berdekatan dengan wilayah/negara yang terjangkit SARS seperti Singapura, Hongkong, China dan
sebagainya.
Dalam keputusan Menkes No. 424/MENKES/SK/IV/2003 juga disertai pedoman penanggulangan SARS sehingga dapat
dijadikan acuan bagi seluruh jajaran kesehatan baik di tingkat Pusat maupun Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Dalam pedoman itu disebutkan, SARS merupakan infeksi pernafasan sangat akut yang menyerang manusia dengan
menunjukkan kumpulan gejala sebagai berikut.
Kasus Suspek (Suspect Case) ditandai demam tinggi lebih 38 derajat Celcius dengan satu atau lebih gangguan
pernafasan yaitu batuk, nafas pendek dan kesulitan bernafas. Selanjutnya dalam 10 hari terakhir sebelum sakit, mempunyai
riwayat kontak erat dengan seseorang yang telah didiagnosa sebagai penderita SARS atau melakukan perjalanan ke tempat
yang dilaporkan adanya penderita SARS. Gejala lain yang mungkin ditemukan pada penderita SARS adalah sakit kepala,
kaku otot, lemah, gangguan kesadaran, nafsu makan hilang dan kulit merah.
Kemungkinan kasus (Probable Case) adalah kasus suspek dengan gambaran foto thorax menunjukkan tanda-tanda
pneumonia atau respiratory distress syndrome atau seseorang yang meninggal karena saluran pernafasan yang tidak jelas
penyebabnya dan pada pemeriksaan autopsi ditemukan tanda patologis berupa "respiratory distress syndrome" yang tidak
jelas penyebabnya.
Menkes lebih lanjut menegaskan, sampai dengan tanggal 30 Maret 2003 penyebab yang pasti dari SARS belum dapat
dipastikan, tetapi tim WHO memperkirakan penyebabnya adalah corona virus. Penularan terjadi melalui kontak erat dengan
penderita, baik sewaktu berbicara, batuk atau bersin. Penularan melalui udara, misalnya penyebaran udara, ventilasi, dalam
satu kendaraan, dalam satu gedung tidak terjadi asal tidak kontak langsung dan berhadapan dengan penderita. Masa inkubasi
berdasarkan penelitian sementara ditetapkan 2-10 hari.

Upaya penanggulangan ditujukan untuk memperkecil angka kematian, membatasi penularan serta penyebaran
penyakit agar tidak meluas ke daerah lain. Di Bandara/Pelabuhan, semua penumpang alat angkut dari negara/wilayah
terjangkit SARS diberikan Kartu Kewaspadaan Kesehatan (Health Alert Card) pada saat tiba di bandar udara, pelabuhan laut
atau pos lintas batas darat. Jika ada penumpang yang diduga menderita SARS maka petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan
(KKP) menyiapkan diri dengan mengenakan masker untuk memeriksa dan memberikan pertolongan medis seperlunya serta
merujuk ke rumah sakit yang telah ditetapkan.
Penanganan penumpang lain dalam alat angkut yang membawa penumpang yang diduga menderita SARS dilakukan sebagai
berikut:
Penumpang bukan transit dicatat nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah dan pekerjaannya dan diserahkan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota tempat tinggal atau tempat tujuan perjalanannya serta diberikan Kartu Kewaspadaan Kesehatan.
Penumpang transit ke dalam negeri dicatat nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah dan pekerjaan dan diserahkan kepada

11
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), memberitahukan KKP tujuan serta diberikan Kartu Kewaspadaan Kesehatan.
Penumpang transit ke luar negeri, diberikan penjelasan seperlunya bahwa di dalam alat angkut yang ditumpangi terdapat
penumpang yang diduga menderita SARS. KKP juga memberitahukan Pilot Pesawat atau Nakhoda Kapal agar sebelum
sampai di tempat tujuan memberitahukan kepada Bandar udara atau pelabuhan laut bahwa alat angkut tersebut membawa
penumpang yang diduga menderita SARS.
Sedangkan penanganan di luar bandara/pelabuhan tata laksana pasien yang diduga menderita SARS agar mengikuti rambu-
rambu perawatan penderita SARS secara cermat dan menerapkan tindakan pencegahan penularan melalui udara, droplet dan
kontak. Pasien dengan kemungkinan SARS harus diisolasi dan dirawat di ruang tekanan negatif dengan pintu tertutup, ruang
sendiri dengan fasilitas kamar mandi, pengelompokan penderita di dalam suatu tempat dengan sistem ventilasi udara
tersendiri. Apabila sistem ventilasi tidak tersendiri, maka direkomendasikan untuk mematikan AC dan membuka jendela agar
ventilasi udara menjadi lancar tetapi sedapat mungkin pasien yang dinyatakan SARS dipisahkan dengan pasien yang
dicurigai lainnya atau mempunyai gejala yang sama.
Dalam pedoman penanggulangan SARS, juga tercantum nama-nama rumah sakit yang ditetapkan sebagai rumah sakit
rujukan kasus SARS adalah RS H. Adam Malik / RS Pirngadi Medan, RSUD Otorita Batam, RSUD Tanjung Balai Karimun,
RSUD Dumai, RSUD Tanjung Pinang, RSUD Tembilahan, RSPI Sulianti Saroso Jakarta dan RS Persahabatan (cadangan),
RS Muwardi Solo, RSUD Dr. Soetomo Surabaya, RSUD Dr. Sudarso Pontianak, RSUD Tarakan, RSUD Balikpapan, RS Dr.
Wahidin Sudiro Husodo Makasar, RS Malalayang Manado dan RS Sanglah Denpasar.

Menko Kesra M. Jusuf Kalla menambahkan, pemerintah mengeluarkan petunjuk (travel advisory) yaitu bagi warga
negara Indonesia disarankan untuk sedapat mungkin membatasi berkunjung ke negara/wilayah terjangkit SARS kecuali
untuk urusan/keperluan yang sangat mendesak. Jika karena keperluan sangat mendesak terpaksa berkunjungan ke
negara/wilayah terjangkit SARS, dianjurkan agar anak usia balita dan orang lanjut usia tidak diikutsertakan berkunjung.
Memperhatikan dan mengikuti peraturan-peraturan dan cara-cara pencegahan SARS yang diberlakukan di negara yang
bersangkutan serta mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas pasien

Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, keyakinan, pekerjaan, status perkawinan, dan alamat.

3.1.2 Riwayat kesehatan

sejak kapan, semakin memburuknya kondisi / kelumpuhan, upaya yang dilakukan selama
menderita penyakit.

3.1.3 Pengkajian fisik


B1:

Inspeksi : Sesak, batuk, nyeri dada, penggunaan otot bantu pernafasaan,

pernafasaan diafragma dan perut meningkat, pernafasan cuping hidung, pola nafas cepat
dan dangkal, retraksi otot bantu pernafasan, RR > 30x/menit.

Palpasi : fremitus vokal menurun.

Perkusi : suara perkusi redup sampai pekak.

Auskultasi: Ronkhi basah, suara napas bronkial. B2:


Sianosis, nadi > 100x/menit, CRT > 3 detik, BGA menunujukkan hipoksemia, S1 dan S2
tunggal.
B3:

Nyeri kepala, terjadi penurunan kesadaran. B4:

Terkadang produksi urine menurun

13
B5:

Mual, muntah, diare, bising usus meningkat, nafsu makan menurun. B6:
Nyeri otot, kelemahan pada otot.

3.2 Pemeriksaan Diagnostik


1) Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia.
2) Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi

pernafasan abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah dan kulit, bibir
serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena kekurangan oksigen). 3) Pemeriksaan yang
biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS :
a. Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang seharusnya terisi udara)

b. Gas darah arteri

c. Hitung jenis darah dan kimia darah d.


Bronkoskopi.

4) Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.


5) Pemeriksaan Bakteriologis : sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau transtrakeal, aspirasi jarum
transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi, biopsy
6) Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8 jam dan sangat
akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibody.

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi dan obstruksi
jalan nafas.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu, demam.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan pemasukan berhubungan dengan faktor biologis.
4. Nyeri berhubungan dengan agen injury biologi (kerusakan organ)
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi (RR >24x/menit) atau
hipoventilasi (RR <16x/menit).

14
3.4 Rencana Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Bersihan jalan nafas tidak NOC : NIC :


efektif berhubungan dengan
a. Respiratory status : Airway suction
inflamasi dan obstruksi
Ventilation
jalan nafas.
b. Respiratory status : a. Pastikan kebutuhan oral

Airway patency atau tracheal


suctioning

b. Auskultasi suara

nafas sebelum dan sesudah


Kriteria Hasil :
suctioning.

a. Mendemonstrasikan c. Informasikan pada

batuk efektif dan suara klien dan keluarga


nafas yang tentang suctioning
bersih, tidak ada d. Minta klien nafas

sianosis dan dyspneu dalam sebelum suction

b. Menunjukkan jalan dilakukan.

nafas yang paten e. Berikan O2 dengan


c. Mampu menggunakan nasal
mengidentifikasikan untuk memfasilitasi
dan mencegah factor suksion nasotrakeal
yang dapat f. Gunakan alat yang
menghambat jalan
steril setiap melakukan
nafas tindakan
g. Anjurkan pasien untuk
istirahat dan napas
dalam setelah kateter
dikeluarkan dari
nasotrakeal

h. Monitor status
oksigen pasien i.

Ajarkan keluarga

15
bagaimana cara
melakukan suksion

j. Hentikan suksion

dan berikan oksigen


apabila pasien

menunjukkan
bradikardi,

peningkatan saturasi
O2, dan lain-lain.

Airway Management

a. Buka jalan nafas,

guanakan teknik chin


lift atau jaw thrust

bila perlu
b. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi

c. Identifikasi pasien

perlunya

pemasangan alat
jalan nafas buatan
d. Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
e. Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan

f. Kolaborasi
pemberian

bronkodilator bila

16
perlu
g. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.

h. Monitor respirasi
dan status O2

2 Defisit Volume cairan NOC: Fluid management

berhubungan dengan intake


a. Fluid balance a. Pertahankan catatan
oral tidak adekuat, takipneu,
b. Hydration intake dan output yang
demam
c. Nutritional Status : Food akurat
and Fluid Intake b. Monitor status hidrasi (
kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah
Kriteria Hasil :
ortostatik ), jika
a. Mempertahankan urine diperlukan
output sesuai dengan c. Monitor vital sign
usia dan BB, BJ urine d. Monitor masukan
normal, HT normal makanan / cairan dan
b. Tekanan darah, nadi, suhu hitung intake kalori
tubuh dalam harian
batas normal e. Lakukan terapi IV
c. Tidak ada tanda tanda f. Monitor status
dehidrasi, Elastisitas nutrisi
turgor kulit baik, g. Berikan cairan
membran mukosa h. Dorong masukan
lembab, tidak ada rasa oral
haus yang i. Berikan penggantian
nesogatrik sesuai

17
berlebihan output
j. Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
k. Kolaborasi dokter

jika tanda cairan


berlebih muncul
meburuk

l. Atur kemungkinan

tranfusi
m. Persiapan untuk
tranfusi

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC : NIC:


dari kebutuhan tubuh Status nutrisi, setelah Eating disorder manajemen
berhubungan dengan diberikan penjelasan dan
a. Tentukan kebutuhan
ketidakmampuan perawatan kebutuhan nutrisi
kalori harian
pemasukan berhubungan pasien terpenuhi dengan
b. Ajarkan klien dan
dengan faktor biologis (sesak kriteria hasil :
keluarga tentang
nafas).
a. Pemasukan nutrisi yang pentingnya nutrient
adekuat c. Monitoring TTV
b. Pasien mampu dan nilai
menghabiskan diet Laboratorium
yang dihidangkan
d. Monitor intake dan
c. Tidak ada tanda- tanda
output
malnutrisi
e. Pertahankan
d. Nilai laboratorim,
kepatenan
protein total 8-8 gr%,
pemberian nutrisi
Albumin 3.5- 5.4
parenteral
gr%, Globulin 1.8-
f. Pertimbangkan
3.6 gr%, HB
nutrisi enteral
tidak kurang dari 10 gr
%

18
e. Membran mukosa g. Pantau adanya
dan konjungtiva Komplikasi GI
tidak pucat

Terapi gizi

a. Monitor masukan
makanan atau
minuman dan hitung
kalori harian secara
tepat

b. Kolaborasi ahli

gizi
c. Pastikan dapat

diet TKTP (tinggi kalori


tinggi

protein)
d. Berikan
perawatan mulut
e. Pantau hasil
labioratoriun

protein, albumin,
globulin, HB

f. Jauhkan benda-
benda yang tidak
enak untuk
dipandang seperti
urinal, kotak
drainase, bebat dan
pispot

g. Sajikan makanan
hangat dengan

variasi yang

19
menarik

4 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :

berhubungan dengan isolasi Activity Therapy


a. Energy conservation
respiratory. a. Kolaborasikan dengan
b. Self Care : ADLs
Tenaga Rehabilitasi

Kriteria Hasil : Medik dalam


merencanakan
a. Berpartisipasi dalam program terapi yang
aktivitas fisik tanpa tepat.
disertai peningkatan
b. Bantu klien untuk
tekanan darah, nadi
mengidentifikasi
dan RR
aktivitas yang
b. Mampu melakukan
mampu dilakukan
aktivitas sehari hari
c. Bantu untuk
(ADLs) secara mandiri
memilih aktivitas
konsisten yang sesuai
dengan kemampuan
fisik,
psikologi dan social

d. Bantu untuk

mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan
untuk aktivitas yang

20
diinginkan
e. Bantu untuk
mendapatkan alat

bantuan aktivitas
seperti kursi roda,

krek
f. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai

g. Bantu klien untuk


membuat jadwal
latihan diwaktu luang

h. Bantu
pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
i. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan

penguatan
j. Monitor respon fisik,
emosi, social dan
spiritual

Energy Management

a. Observasi adanya
pembatasan klien
dalam melakukan

21
aktivitas
b. Dorong anal untuk
mengungkapkan
perasaan terhadap
keterbatasan

c. Kaji adanya factor


yang menyebabkan

kelelahan
d. Monitor nutrisi dan
sumber energi
e. Monitor pasien akan
adanya kelelahan
fisik dan emosi
secara

berlebihan
f. Monitor respon
kardiovaskuler
terhadap aktivitas
g. Monitor pola tidur
dan lamanya
tidur/istirahat
pasien

22
5 Defisit pengetahuan NOC : NIC :

berhubungan dengan Teaching : disease Process


a. Knowledge : disease
perawatan
process a. Berikan penilaian
b. Knowledge : health tentang tingkat
Behavior pengetahuan pasien tentang
proses
Kriteria Hasil :
penyakit yang spesifik

a. Pasien dan keluarga b. Jelaskan


menyatakan patofisiologi dari
pemahaman tentang penyakit dan
penyakit, kondisi, bagaimana hal ini
prognosis dan berhubungan dengan

program pengobatan anatomi dan fisiologi,


b. Pasien dan keluarga dengan cara yang
mampu melaksanakan tepat.
prosedur yang
c. Gambarkan tanda
dijelaskan secara
dan gejala yang biasa
benar muncul pada
c. Pasien dan keluarga
penyakit, dengan cara
mampu menjelaskan
yang tepat
kembali apa yang d. Gambarkan proses
dijelaskan
penyakit, dengan cara
perawat/tim kesehatan
yang tepat
lainnya
e. Identifikasi
kemungkinan

penyebab, dengna cara


yang tepat

f. Sediakan informasi
pada pasien tentang kondisi,
dengan cara

23
yang tepat
g. Hindari harapan
yang kosong

h. Diskusikan
perubahan gaya

hidup yang mungkin


diperlukan untuk
mencegah komplikasi
di masa yang akan
datang dan atau proses

pengontrolan

penyakit
i. Diskusikan pilihan

terapi atau
penanganan
j. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan

k. Eksplorasi

kemungkinan
sumber atau
dukungan, dengan cara
yang tepat

l. Instruksikan pasien

mengenai tanda dan


gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan

kesehatan.

24
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

SARS ( severe acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit


pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran

pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus.

SARS ( severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan paru-paru dengan
berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan di paru-paru
(edema paru).

4.2 Saran
Kita sebagai mahasiswa Perawat di harapkan mengerti dan memahami tentang

Asuhan Keperawatan pada Klien SARS, dan kami mohon kritikannya bagi pembaca Asuhan
Keperawatan yang kami buat agar bisa membangun makalah ini dengan lebih
baik lagi.

25
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keper awatan M edikal Bedah, edisi 8 volume 3, EGC,

Jakarta

Jong, W, 1997, Buku Ajar I lmu Bedah, EGC Jakarta

M ansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokter an Jil id I I Edisi Ketiga. 1999. Media Aescul apius :

Jakarta.

M ansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokter an Jil id I I Edisi Ketiga. 1999. Media Aesculapius :

Jakarta.

//www.in feksi.com/arti cles.php?ln g=in & pg=63

http://dhewyner z.blogspot.com/2009/11/askep-sars.html

26

Anda mungkin juga menyukai