Anda di halaman 1dari 45

Obat-Obat Kardiovaskular

dan Diuretik

Disampaikan oleh
DEVI YAVA RONY, S.Si,M.FARM, APT.
Jenis-jenis gangguan kardiovasculer :

 Dekompensasi Kordis atau Kegagalan


fungsi jantung
 Yaitu : jantung tidak mampu memompa.
 Makin lemah daya pompa jantung, makin
banyak darah yang tersisa sehingga cairan
tertinggal di jaringan dengan akibat terjadi
edema di kaki, meningkat ke perut
akhirnya dapat mencapai paru.
 Otot jantung jadi lemah dan jantung menjadi
membesar dengan otot yang menipis
 Ciri-cirinya : sesak nafas, nafas pendek,
jantung cendrung berdebar-debar dengan
nadi yang cepat yang disertai penurunan
produksi karema edema bertambah.
 Obat-obat yang digunakan : Glikosida jantung
yang dapat meningkatkan kekuatan otot
jantung sehingga curah sekuncup lebih besar
dan darah yang tersisa berkurang
 Kelompok Glikosida Jantung adalah : Digitalis,
Digitoksin, Digoksin, Lanatoksid, Strofantin
 Aritmia Jantung
 Ada 3 jenis aritmia yaitu : Takikardi
ventrikuler, Fibrilasi dan Flutter
 Takikardi ventrikuler : terjadi kenaikan
frekuensi disebabkan oleh rangsangan
yang berasal dari luar simpul S-A
 Fibrilasi : Terjadi rangsangan di atrium
sebanyak 350 – 600 kali per menit yang
tidak semuanya bisa diteruskan ke simpul
A-V. akibatnya terjadi selisih jumlah
kontraksi atrium dan jumlah kontraksi
ventrikel
 Flutter : Jumlah rangsangan kurang dari
350 menit, sehingga selisih kontraksi antar
atrium dengan ventrikel mengalami
perbandingan 4:1 hingga 2:1
 Obat-obat yang digunakan : Kinidin dosis
200-400 mg dan Prokainamid dosis 500-
1000 mg per oral atau i.m, Lidokain,
Hidatoin, Propanolol
 Pada pengobatan aritmia pemeriksaan
tekanan darah, nadi dan EKG harus
diperhatikan.
 Angina Pektoris dan Infark
 Infark : disebabkan oleh penyumbatan a.
koroner sehingga terjadi kematian jaringan
dari otot jantung.
 Angina Pektoris : Nyeri yang disebabkan

oleh berkurangnya aliran darah di a.


koroner karena terjadi penyempitan aliran
darah
 Obat yang digunakan adalah Dilator koroner
atau pengatur konsumsi oksigen sebagai
pengobatan jalan dengan control yang teratur
 Contohnya :
 Golongan nitrit : Nirtogliserin

( sublingual 0,4 mg ), Eritrinil


tetranitrat ( sublingual 30 mg ), Amil
nitrit ( inhalasi 2 ml ), Natrium nitrit
( i.v 0,5 mg, oral 30 mg )
 Dipiridamol dosis 10 mg i.v, 75-150

mg per oral
 Antagonis Kalsium : Nifedipin 30-60

mg, verapamil 250-350 mg, diltiazem


175-350 mg
 Obat Penghambat Adrenoseptor Beta
 Hipertensi
 Tekanan darah yang tinggi, jantung
terpaksa harus bekerja lebih keras. Pada
tekanan darah diastolic yang menetap
tinggi, terdapat kecendrungan jantung
mengalami kegagalan fungsinya.
 Faktor penyebab hipertensi : diet yang
kelebihan Na, kelebihan kapasitas volume
intravaskuler, vasokontriksi
 Obat-obat yang digunakan :
 Golongan tiazid

 Rauwolfia ( Reserpin )

 Pronanolol, Atenolol

 Venatrum

 Antagonis Ca : nifedipin, diltiazem,

verapamil
 Obat penghambat simpatis : Guanitidin,

Bretilium
 Penghambat ganglion : Betanidin,

debrisokuin
 Arteriosklerosis dan Aterosklerosis
 Arteriosklerosis : keadaan aus dimakan
umur dan bukan penyakit
 Aterosklerosis : merupakan penyakit
gangguan metabolisme lipoprotein yaitu
kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam
lemak
 Penyebab aterosklerosis : keturunan,
hipertensi, kurang gerak, banyak makan,
obesitas, gangguan hormonal, gangguan
mtabolisme lemak, asap rokok, obat-
obatan
 Obat yang digunakan : Klofibat 500-200
mg, gemfibrozil 1 gr, asam nkotinik 2-6
mg, kolestiramin 4 gr, probukol 500 mg,
hormone estrogenic.
I. OBAT-OBAT UNTUK GANGGUAN JANTUNG

1. Glikosida jantung : digoksin, digitoksin


2. Antiangina :
- nitrat (ISDN, dsb),
- Beta bloker (Propranolol, atenolol)
- Ca-channel blocker (Nifedipin,
Diltiazem, Verapamil)
3. Antiaritmia / disritmia :
- Na channel blocker I (prolonged terapi):
(Kinidin SO4, prokainamid, disopiramid)
- Na channel blocker I (darurat): (lidokain,
fenitoin)
- Beta blocker
- Ca channel blocker
- obat yg memperpanjang repolarisasi :
Amiodaron, Bretilium
1. Glikosida Jantung
 Otot jantung: dapat melemah dan
membesar, sehingga tidak mampu
memompa darah  payah jantung / gagal
jantung
 Gagal jantung kongestif: gagal jantung
dengan kompensasi gagal jaringan perifer
dan pembendungan paru2 (payah jantung
ventrikular  penumpukan darah di
atrium dan paru-paru)
Glikosida..
 Contoh obat untuk payah jantung:
Digitalis (digoksin dan digitoksin)
 Digitalis juga bisa untuk
- Fibrilasi atrium (aritmia dengan
kontraksi atrium cepat dan tidak
terkoordinasi)
- Flutter atrial ( aritmia dengan
kontraksi cepat 200-300 dpm)
Mekanisme kerja digitalis
Inhibisi pompa proton natrium –kalium yg
menyebabkan kadar ion Ca dalam sel
bertambah, sehingga terjadi efisiensi
kontraksi, dan juga terjadi:
1. inotropik positif : kontraksi miokard >> 
kerja jantung >> dg meningkatnya CO,
sehingga aliran darah ke perifel dan ginjal
>> maka eksresi cairan bertambah sehingga
menurunkan edema
2. Kronotropik negatif: memperlambat
denyut jantung
3. Dromotropik negatif : menurunkan
hantaran impuls di sel-sel jantung
Digoksin (Kerja cepat) Digitoksin (kerja lama)

Kontra indikasi Blok Aritmia ventrikel


Interaksi Obat : diuretic boros kaliu
Elektrolit : hipokalemia, hiperkalsemia
Makanan : makanan berserat
Farmakokinetik A : 60% -70% po A : 90% - 95 % po
D : 25% D : 95%
M: T ½ 30 – 45 jam M: 5 – 7 hari
E : ginjal E : ginjal
Farmakodinamik Onset : 1,5 jam Onset : 2 – 6 jam
po Peak : 1 – 5 jam Peak : 6 – 12 jam
Durasi : 2 – 4 jam Durasi : 2 – 3 minggu
Farmakodinamik Onset : 5 – 30 menit Onset : 0,5 - 2 jam
iv Peak : 1,5 jam
Durasi : 2 – 4 jam
Efek samping Anoreksi, mual
Reaksi Obat Muntah, aritmia, ilusi, penglihatan kabur
Merugikan
Obat-obat yang ideal
 Efektif menurunkan tekanan darah
 Efek samping minimal
 Diminum sekali sehari
 Efek penurunan tekanan gradual
 Memiliki “drug holiday protection”
(melindungi pasien yang lupa minum obat)
 Tidak perlu memilih obat yang penurunan
tekanan darahnya cepat (kecuali kasus
emergency)
Obat-obat anti-hipertensi

 Diuretik : Tiazid
 Beta bloker
 Antagonis kalsium
 ACE inhibitor
 Alfa bloker
 Angiotensin II antagonis
 Central agonist dan vasodilator
Diuretik
 Menyebabkan ekskresi urin >>
 Fungsi utama : mobilisasi cairan udem,
mengubah keseimbangan cairan shg
volume cairan ekstrasel normal kembali
 Bekerja pada ginjal, namun TIDAK
memperbaiki/menyembuhkan penyakit
ginjal
Pengelompokan diuretik
Diuretik osmotik Inh Reabs Na+ dan air mll daya
osmotik
Diuretik inh mek Inh karbonik Inh reabs bikarbonat (tubulus
elektrolit dlm anhidrase proksimal)
tubulus ginjal
Benzotiazida Inh reabs NaCl (hulu tubulus
distal)
Diuretik hemat kalium Inh reabs Na+ dan sekresi K+
( hilir tubulus distal dan scr antagonis kompetitif
duktus koligentes daerah (spironolakton) atau scr lgsg
korteks) (ritamteren & amilorid
Diuretik kuat (Ansa Inh transport elektrolit Na+, K+,
henle bag ascenden pd bag Cl-
epitel tebal)
Diuretik osmotik
 Difiltrasi bebas oleh glomerulus
 Tidak/hny sedikit di reabs tubulus
 Inert scr farmakologis
 Resisten thdp perubahan metabolik
 Cth:
- Manitol : cairan ekstrasel >>  mpberat kerja
jantung: KI pd payah jantung, sdkt dimetabolisme
- urea : iritatif, menimbulkan nyeri
- gliserin : dimetabolisme dlm tubuh, dpt
mnyebabkan hiperglikemia dan glukosuria
 ES : skait kepala, mual dan muntah
Perlu diketahui pasien
 Bersikap sabar dalam menjalani pengobatan,
tidak mengharapkan terapi yang “ajaib” yang
cepat menurunkan tekanan darah
 Memberi kesempatan pada tubuh untuk
menyesuaikan dengan obat yang mungkin
memerlukan waktu untuk mengendalikan
tekanan darah
 Obat diminum sesuai dengan anjuran dokter.
Tidak menghentikan pengobatan sendiri atau
merubah dosis dan segera mengunjungi dokter
jika ditemukan adanya efek samping
Kiat Pencegahan Risiko Penyakit
Jantung
• Minum obat penurun tekanan darah secara teratur (bila
ada hipertensi)
• Menjaga berat badan normal dapat membantu
mengontrol tekanan darah, kolesterol dan diabetes
• Mengurangi garam pada makanan
• Mengurangi makanan berlemak tinggi
Makan obat-obatan yang telah diresepkan dokter secara
teratur
Cek laboratorium darah sebulan sekali
Melakukan olahraga ringan yang dianjurkan dokter
Inhibitor karbonik anhidrase
 Karbonik anhidrase : enzim utk mengkatalisis
rekasi CO2 + H2O  H2CO3
 Dlm tubuh H2CO3 H+ + CO3- ion2 ini
bperan penting dlm sistem buffer darah,
sekresi asam lambung, dan reabsorpsi ion2
dalam tubulus ginjal
 Enzim ini dpt dihambat oleh sianida, azida
dan sulfida. Derivat sulfonamida yang bnyk
digunakan: Asetazolamida
Asetazolamida
 Asetazolamid mengaktifkan pertukaran Na+ dan K+,
menggantikan pertukaran H+. Dengan meningkatnya
ekskresi elektrolit2 ini, ekskresi air juga bertambah
 Mudah diserap saluran cerna, peak 2 jam, eksresi
sempurna 24 jam
 KI: kehamilan (menunjukan efek teratogenik)
 I : glaukoma, acute mountain sickness.
 ES: beta bloker, hipokalemia, nafsu makan <<,
mengantuk, depresi (terutama geriatrik), bintik
merah pada kulit
 Dosis: 250-500 mg, utk glaukoma kronik: sehari 250
mg – 1000 mg
Benzotiazida (Tiazid)
 Tiazid menghambat reabsorpsi Na+ pada bagian hulu
tubulus ginjal
 Onset 3-6 jam, durasi 12-24 jam
 Indikasi : pilihan untuk udem payah jantung ringan –
sedang (dpt dikombinasi dg diuretik hemat K utk
pasien yg mdpt digitalis), hipertensi.
Dapat juga digunakan pd pengobatan diabetes
insipidus yg bsifat nefrogen, dan penderita batu
kalsium pada saluran kemih
 Perhatian: hati2 pada penderita gagal jantung atau
HT+gangg fungsi ginjal, krn hilangnya ion2 K+, Na+,
Cl- yg tll bnyk dpat memperparah
Tiazid…
 ES: hiperglikemi (pd diabetes laten), hipokalemi dan insufisiensi
ginjal, alergi dan kelainan darah
 Yang sering digunakan: Hidroklortiazid / HCT (dosis <
Klorotiazid)
 Onset: 2 jam, peak: 4 jam, durasi 6-12 jam
 Absorpsi: oral 60-80%, T ½ : 5,6 – 14,8 jam
 Eliminasi: urin, tanpa mengalami perubahan
 Dosis:
- HT: 12,5 mg (pagi); udem: 1-2x sehari 25-100 mg;
pemeliharaan: 25-100 mg 2-3 kali seminggu
- Dewasa: 25-100 mg/hari, 1-2 dosis, maks 200 mg
- anak: 2-3 mg/kgbb dalam 2 dosis terbagi
- geriatrik : 12,5 – 25 mg sekali/hari
Tiazid…
 KI : hipersensitif, hipokalemi, hiponatremi, hiperkalsemi,
hiperukrikemi, gangguan hati, penyakit addison
 ROM: hipotensi, fotosensitif, anoreksi, epigastrik stress
 Interaksi:
- ACE inh: efek hipotensi >>
- beta bloker: efek hiperglikemi >> pd DM II
- digoksin: hipokalemi  toksisitas digoksin
- Litium : toksisitas
- bloker neuromuskular: efek diperlama
- NSAID: efikasi tiazid <<
 Monitoring: kontrol BB, TD, serum elektrolit, kreatinin
Diuretik hemat kalium
 Gol antagonis aldosteron: tiramteren, amilorid (diuretik
lemah)
 Aldosteron: reabs Na+ >>
 menyebabkan retensi kalium (hemat kalium, daripada Tiazid
+ supl K)
 Dapat memperkuat efek tiazid/diuretik kuat
 Farkin: abs sc: 70%, mengalami first pass effect. Ikatan
protein >>
 Indikasi: hipertensi, hiperaldosteron, udem pada gagal
jantung, hipokalemi
 KI: hiperkalemi, hiponatremi, gangg ginjal parah, kehamilan
dan menyusui, addison
 ES: hiperkalemi (jika + supl K), ginekomasita (rev), gangg
sal cerna, haid tidak teratur, alergi, hepatotoksis
Spironolakton…
 Interaksi:
- ACE inh, supl K : hiperkalemi,
- digoksin: efek inotropik+ menurunkan efek diuretik,
kadar digoksin >>
- salisilat : efek salisilat dipengaruhi aksi natriuretik
 Perhatian: hati2 pasien dehidrasi, penderita penyakit
hati, hiponatremi, penurunan fungsi ginjal
 Monitorin: TD, elektrolit serum, fungsi ginjal, berat
badan
 Dosis : 100-200 mg per hari, bisa sampai 400 mg
anak2: awal 3 mg /kgbb dlm dosis terbagi
Diuretik kuat / Loop
 Efek sangat kuat: etakrinat, furosemid, bumetanid
 Onset dan durasi < tiazid (krn faktor farkin dan
mekanisme kompensasi)
 SOA: Ansa henle ascenden (loop) reabs elektrolit
 Indikasi: udem krn; gagal jantung kongestif, gangg
hati dan ginjal
 KI: gagal ginjal + anuria, hiperkalsemia simptomatik
(kadar Ca plasma <<)
 ES: gangg keseimbangan cairan, hiperurisemi,
nefritis, gangga SC, depresi elemen darah, rash,
disfungsi hati
Loop..
 Interaksi:
- warfarin & kofibrat: berikatan
- sefalosporin: ES nefrotoksik dr sefalosporin >>
- NSAID : antagonis
 Perhatian: teratogenik
 Plg bnyk digunakan: Furosemid
- sebaiknya oral, kecuali darurat (udem paru akut)
bisa IV / IM
- untuk udem refrakter: kombinasi dg tiazid / hemat
Kalium
Furosemid
 Indikasi: udem akibat ggl jantung, gangg hati/ginjal (tunggal
atau kombinasi dg antihipertensi lain)
 Onset: po: 30-60 menit, im: 30 mnt, iv: 5 menit
peak: 1-2 jam
durasi: po 6-8 jam, iv 2 jam
T ½ : ginjal normal 0,5 – 1,1 jam, gagal ginjal terminal 9 jam
eliminasi: urin (50 % dari po, 80% dari iv)
 KI: hipersensitif, pengg sparfloxacin, anuria, cirosis
 ES: hipotensi akut, cardiac arrest (pengg iv, im), pusing,
hiperglikemi, MMD, spasmus, anafilaktik
 Perhatian: hati2 pd pengg bersama obat nefrotoksik
 Monitoring: BB, TD, serum elektrolit, fungsi ginjal, monitor
pendengaran (dosis tinggi0
ACE inhibitor
 ACE = Angiotensin Converting Enzyme
 Angiotensinogen  Angiotensin I 
Angiotensin II  pelepasan Aldosteron
 Aldosteron : vasokonstriktor
 Contoh inh ACE: captopril (onset cepat,
durasi pendek)
 Digunakan utk hipertensi ringan – sedang,
dan hipertensi berat yg resisten dengan
pengobatan lain, jg utk CHF, post infark, dan
nefropati diabetik
Karakteristik captopril
 Po: abs 65%, makanan menurunkan abs
 Ik protein 30 %, T ½ 2,2 jam.
 Ekskresi: urin 30% (utuh) stlh 24 jam
 Dosis: bertahap, mulai 6,25 mg hingga 50 mg (max 450
mg/hari) 2-3x/hari
 KI: hipersensitif, peny renovaskular, stenosis aortic,
angioderma, kehamilan
 ES & ROM: ruam kulit, perubahan pengecap, batuk (jarang)
 Interaksi: efek obat hipoglikemik oral >>, kadar digoksin >>,
larutan protein plasma iv hipotensi
 Dapat meningkatkan nilai serum Creatinin dan blood Urea
Nitrogen terutama pada pasein stenosis renal, shg dosis dapat
dikurangi atau penghentian obat
 Monitoring: TD, CrS, BUN, WBC, protein urin
Antagonis Kalsium
 Cth: Diltiazem, Verapamil: Bloker saluran
kalsium  konduksi AV node >>, denyut <<,
tonus pemb darah <<, inotropik –
 Diltiazem: Efektif utk: hipertensi essensial,
angina pectoris dan takikardi supraventrikel
 Onset: po 0,5- 3 jam, durasi 6-10 jam (12-24
jam kapsul SR)
 Abs 38% (dosis awal), 90% pada terapi
panjang. Pp 78%, Metab:  desasetil
diltiazem (aktifitas 50%), eksresi mll urin 3%
(utuh)
Diltiazem..
 Dosis: 120-240 mg dlm 2 dosis (SR 1x sehari, titrasi), anak 1,5-
2 mg/kgbb, 3-4x sehari, geriatrik=dosis dewasa dititrasi
 Pasien dg penyakit hepar: dititrasi sampai ada respon klinik
 KI: blok AV derajat 2&3, CHF berat, fibrilasi atrium, kehamilan,
kongesti pulmoner, hipotensi simptomatik
 ES: terkait dosis. Sakit kepala, pusing, edema, sinus bradikardi,
blok AV (pengg dg beta bloker)
 Perhatian: hati2 pengg bersama beta bloker pada pasein CHF,
khususnya dengan ventrikel jelek
 Monitoring: TD, denyut, EKG, gejala hipotensi & CHF
 Dosis terlupa: obat harus dimakan begitu ingat. Jika sdh dekat
dengan waktu minum obat berikutnya, yang terlupa jangan
dimakan. (Dosis tidak boleh dobel atau ditambah0
Contoh Obat
 Diuretik
Hydrochlortiazid/HCT : Blopress, Lodoz,
Tenazide
Furosemid: Lasix, Farsix, Impugan
Spronolacton: Aldactone, Carpiaton, Letonal
 Antagonis kalsium
Nifedipin : Adalat, Coronipin, Farmalat
Amlodipin: Amdixal, Norvask, Tensivask
Diltiazem : Farmabes, Herbesser
 ACE inhibitor
Captopril: Farmoten, Dexacap, Vapril
Lisinopril : Nopeten, Interpril
Enalapril : Tenace, Meipril
Ramipril : Ramixal, Hyperil
 Angiotensin II antagonis
Losartan: Acetenza, Angioten, Insaar
Valsartan: Diovan
Irbesartan : Iretensa, Aprovel
 Beta bloker
Bisoprolol: B-Beta, Concor, Maintate
Atenolol : Betablok, Internolol,
Farnormin
 Central agonist dan vasodilator
Methyldopa: Dopamet
Reserpin: Dellasidrex, Serpasil

Anda mungkin juga menyukai