PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan hasil observasi lapangan jabatan fungsional epidemiologi angkatan I 2015 – Kelompok 3
1
bahwa kegiatan surveilans epidemiologi memiliki peran penting dalam pencapaian
visi yang telah disusun, sehingga misi yang harus dilaksanakan salah satunya
adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu serta
meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
Hasil dari observasi lapangan di Puskesmas Poncol mengenai kegiatan
surveilans epidemiologi belum diterapkan dan dilaksanakan secara optimal dan
paripurna. Salah satu kegiatan surveilans epidemiologi yang dilakukan untuk
penyakit menular adalah surveilans epidemiologi penyakit Diare. Data yang
diperoleh di Puskesmas Mentikan bahwa penyakit Diare di urutan ke dua belas dari
lima belas penyakit besar di Puskesmas, sepuluh besar penyakit lainnya adalah
penyakit tidak menular. Kami melakukan observasi lapangan yang menitikberatkan
pada penerapan dan pelaksanaan kegiatan surveilans epidemiologi penyakit Diare di
Puskesmas Poncol Kota Semarang.
C. LINGKUP BAHASAN
Lingkup bahasan laporan observasi lapangan Kelompok III ini adalah
Optimalisasi Penerapan dan pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit Diare di
UPT Puskesmas Poncol Kota Semarang.
Laporan hasil observasi lapangan jabatan fungsional epidemiologi angkatan I 2015 – Kelompok 3
2
D. METODE PENGUMPULAN DATA
Dalam penyusunan Laporan Observasi Lapangan ini langkah-langkah yang
diambil dalam pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi lapangan
yaitu pengamatan langsung di lokasi untuk mendapatkan data dan fakta yang otentik
dan wawancara langsung kepada narasumber.
Laporan hasil observasi lapangan jabatan fungsional epidemiologi angkatan I 2015 – Kelompok 3
3
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Keadaan Umum
1. Data Geografis
Puskesmas Poncol memiliki luas wilayah kerja 4.949 km2 dan terdiri atas 4
kelurahan yang meliputi Kelurahan Mentikan, Kauman, Miji dan Pulorejo. Topografi
wilayah Puskesmas Poncol secara keseluruhan terdiri atas dataran rendah dengan
jarak tempuh ke pusat kota sejauh 1 km.
Secara Administratif, Puskesmas Poncol berbatasan dengan :
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Ngingas Rembyong Kabupaten
Mojokerto
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Gedongan Kecamatan
Magersari.
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Bloto Kecamatan Prajurit Kulon..
4) Sebelas Barat berbatasan dengan Kelurahan Magersari Kecamatan Magersari.
Berikut dapat dilihat peta wilayah kerja Puskemas Mentikan Kota Mojokerto.
2. Data Demografi
Laporan hasil observasi lapangan jabatan fungsional epidemiologi angkatan I 2015 – Kelompok 3
4
Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Poncol Kota Semarang tahun
2014 sejumlah 27.449 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sejumlah 13.464
jiwa dan perempuan sejumlah 13.985. Berikut ini jumlah penduduk berdasarkan
kelompok umur pada tabel 1
Tabel.1. Distribusi Kependudukan berdasarkan Golongan Umur
Wilayah Kerja Puskesmas Poncol Kota Semarang
Laporan hasil observasi lapangan jabatan fungsional epidemiologi angkatan I 2015 – Kelompok 3
5
2. Potensi yang tersedia.
a. Keadaan Sosial Ekonomi
Sebagian besar penduduk di wilayah kerja Puskesmas Poncol adalah
dagang/wiraswasta dengan rata – rata pendidikan terakhir penduduk adalah
SLTA
b. Sarana dan Prasarara Pendidikan
Adapun sarana pendidikan yang ada antara lain : TK sejumlah 10 buah, SD/MI
15 buah, SLTP/MTs 2 buah, SLTA/MA 2 buah dan Pondok Pesantren sejumlah
2 buah.
c. Data Khusus
1) Fasilitas Kesehatan
Tabel.2. Data Fasilitas Kesehatan di wilayah Puskesmas Poncol
Nama Fasyankes Jumlah
Rumah Sakit Swasta 1 buah
Poliklinik 2 buah
Puskesmas Pembantu 3 buah
Praktek Dokter Swasta 14 buah
Praktek Bidan Swasta 2 buah
Praktek Perawat Swasta 1 buah
Sumber : Puskesmas Poncol Semarang, Profil Kesehatan 2013
Dari tabel 2 diatas, diketahui bahwa di wilayah Puskesmas Poncol Kota
Semarang terdapat fasilitas – fasilitas kesehatan lain seperti Rumah sakit
swasta, Poliklinik, Puskesmas Pembantu, Praktek Dokter Swasta, Praktek
Bidan Swasta dan Praktek Perawat Swasta
2) SDM / Ketenagaan
Laporan hasil observasi lapangan jabatan fungsional epidemiologi angkatan I 2015 – Kelompok 3
6
Tabel.3. Data Ketenagaan di Puskesmas Poncol
Jenis Tenaga Jumlah
Dokter 3 orang
Dokter Gigi 3 orang
Sanitarian 1 orang
Bidan 4 orang
Perawat 6 orang
Nutrisionis 1 orang
Asisten Apoteker 1 orang
Laboran ( analis kesehatan ) 1 orang
Administrasi 14 orang
Tenaga Medik 1 orang
Cleaning Sevice 6 orang
Penjaga 6 orang
Sumber : Puskesmas Poncol Semarang, Profil Kesehatan 2013
Laporan hasil observasi lapangan jabatan fungsional epidemiologi angkatan I 2015 – Kelompok 3
7
Wilayah kerja Puskesmas Poncol tidak memilki Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) yang memenuhi syarat kesehatan.
Tabel.5. Data Jenis dan Sarana Penyehatan Lingkungan Puskesmas Poncol
Berikut dapat dilihat pemanfaatan sarana air bersih yang dimiliki oleh
masyarakat di Puskemas Poncol :
B. Gambaran Organisasi
1. Visi dan Misi
a. Visi
Visi Puskesmas Poncol, Dinas Kesehatan Kota Semarang adalah
menjadi pusat pelayanan kesehatan dasar yang bermutu dan berorientasi
kepala keluarga dan masyarakat dalam rangka mewujudkan masyarakat
Sehat yang mandiri dan berkeadilan.
b. Misi
Adapun misi yang disusun untuk mencapai visi yang telah ditetapkan adalah
sebagai berikut :
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna, bermutu, manusiawi
serta terjangkau oleh seluruh masyarakat.
2) Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan.
Laporan hasil observasi lapangan jabatan fungsional epidemiologi angkatan I 2015 – Kelompok 3
9
3) Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan sehingga masyarakat mandiri.
4) Menjadikan puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan
masyarakat.
5) Menjalin kemiteraan dengan semua pihak yang terkait dalam pelayanan
kesehatan dan pengembangan kesehatan masyarakat.
C. Struktur Organisasi
Puskesmas Poncol di pimpin seorang Kepala Puskesmas dengan latar
belakang pendidikan medis dan manajemen administrasi rumah sakit, dibantu
seorang kepala tata usaha dengan latar belakang sarjana ekonomi. Pembagian tugas
untuk operasional pelayanan kesehatan di bagi menjadi tiga upaya pelayanan yaitu 1)
Upaya Kesehatan masyarakat 2) Upaya Kesehatan Masyarakat Pengamatan,
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 3) Upaya kesehatan perorangan, masing -
masing upaya pelayanan tersebut di koordinir oleh seorang koordinator.
Kegiatan pengamatan penyakit telah dilakukan pembagian tugas, namun masih
ada seorang petugas yang bertanggung jawab untuk melakukan pengamatan
beberapa penyakit. Bagan struktur organisasi puskesmas dapat dilihat pada lampiran.
Laporan hasil observasi lapangan jabatan fungsional epidemiologi angkatan I 2015 – Kelompok 3
10
Sistematika pelaporan yang dilaksanakan dapat di lihat pada bagan di
bawah ini.
I TINGKAT KABUPATEN
Proses Pelaporan :
N - Pengumpulan
F - Perekam
O TINGKAT PROPINSI - Editing
R
M - Analisa
A - Penyusun Laporan
PUSAT
S - Penyebarluasan
I
Laporan
Laporan hasil observasi lapangan jabatan fungsional epidemiologi angkatan I 2015 – Kelompok 3
11
b. Penyakit Terbesar di Puskesmas
Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan
Puskesmas Poncol diperoleh hasil 15 besar penyakit yang terjadi selama tahun
2013 adalah sebagai berikut :
Tabel.7. Distribusi Penyakit 15 Penyakit Terbesar di
Puskesmas Poncol
NO JENIS PENYAKIT JML %
1 Common Cold 7.078 14,03
2 Hipertensi Primer 6.117 12,12
3 Infeksi Saluran Pernafasan Akut 2.660 5,27
4 Pharingitis 2.526 5,01
5 Dispepsia 2.430 4,82
6 NIDDM 2.261 4,48
7 Peny. Sistem Otot dan Jaringan Pengikat 2.044 4,05
Laporan hasil observasi lapangan jabatan fungsional epidemiologi angkatan I 2015 – Kelompok 3
12
8 Myalgia 1.812 3,59
9 Penyakit Kulit Allergi 1.444 2,86
10 Gastritis dan Duodenitis 1.214 2,41
11 Rematik Athritis lain 1.196 2,37
12 Diare dan Gastroenteritis non spesifik 1.029 2,04
13 Hipotensi 844 1,67
14 Nyeri Kepala 763 1,51
15 Dermatitis Atopi,eksim,neurodermatitis 729 1,44
Sumber : Puskesmas Poncol Kota Semarang, Profil Kesehatan 2013
c. Penyakit Diare
1) Distribusi Kejadian Diare
Berdasarkan distribusi 15 penyakit terbesar di atas dapat di lihat
bahwa kejadian Diare menempati urutan ke 12 dengan proporsi kejadian
sebesar 2,04 % atau sejumlah 1.029 kasus. Kasus Diare menjadi prioritas
penenganan karena penyakit diare merupakan salah satu penyakit potensial
KLB yang bisa menimbulkan keresahan di masyarakat. Kejadian Diare
menjadi kasus endemis di 4 kelurahan wilayah kerja Puskesmas Mentikan,
dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Laporan hasil observasi lapangan jabatan fungsional epidemiologi angkatan I 2015 – Kelompok 3
13
Sumber : Puskesmas Mentikan Mojokerto, Program Surveilans Penyakit
Tahun 2013
Dari grafik 1 dapat dilihat bahwa kasus diare setiap tahun paling banyak
terjadi di kelurahan Miji, kasus paling sedikit di kelurahan Pulorejo.
Grafik.2. Distribusi Kasus Diare berdasarkan
Kelompok Umur di Puskesmas Mentikan
Tahun 2013
Dari grafik 2 dapat dilihat bahwa kasus Diare paling banyak mengenai
kelompok umur diatas 15 tahun sebanyak 41% dan paling sedikit pada kelompok umur
kurang dari 1 tahun sebanyak 9%.
Laporan hasil observasi lapangan jabatan fungsional epidemiologi angkatan I 2015 – Kelompok 3
14
Grafik.3. Distribusi Kasus Diare Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas
Mentikan Tahun 2013
Dari grafik 3 dapat dilihat bahwa kasus Diare lebih banyak dialami oleh
perempuan sebanyak 57%.
Dari grafik 3 dapat dilihat bahwa kasus diare bulan Januari sampai dengan
Maret masih dibawah garis median.
Laporan hasil observasi lapangan jabatan fungsional epidemiologi angkatan I 2015 – Kelompok 3
15
BAB III
HASIL OBSERVASI LAPANGAN
Laporan hasil observasi lapangan jabatan fungsional epidemiologi angkatan I 2015 – Kelompok 3
16
A. Identifikasi dan Pembulatan Masalah
1. Sumber Daya Manusia
Puskesmas Mentikan belum memiliki petugas suveilans epidemiologi yang terlatih,
petugas yang bertanggung jawab dalam kegiatan surveilans epidemiologi
merangkap lebih dari satu kegiatan sebagai petugas P2 Diare, P2 ISPA, STP.
2. Sistem Surveilans Epidemiologi
Kegiatan surveilans yang dilaksanakan meliputi pengumpulan dan pengolahan
data sedangkan untuk kegiatan analisis dan desiminasi informasi belum
dilaksanakan.
3. Sarana Prasarana
Sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan surveilans sudah tersedia secara
lengkap yaitu komputer, printer, jaringan internet dan kendaraan operasional.
4. Pembiayaan
Pembiayaan kegiatan surveilans epidemiologi didukung melalui dana BOK dan
APBD 2 Kota Mojokerto.
5. Promosi
Promosi terkait kegiatan surveilans epidemiologi sudah didukung dengan adanya
kader motivator kesehatan yang berjumlah 334 kader yang didanai melalui APBD 2
Kota Mojokerto.
6. Penanganan kasus diare di Puskesmas
Mentikan belum optimal.
B. Analisis Masalah
1. Puskesmas Mentikan belum memiliki petugas surveilans epidemiologi yang terlatih,
petugas yang bertanggung jawab dalam kegiatan surveilans epidemiologi
merangkap lebih dari satu kegiatan sebagai petugas P2 Diare, P2 ISPA, STP.
2. Kegiatan surveilans epidemiologi yang dilakasanakan belum paripurna, hanya
sampai pengolahan data sedangkan untuk analisis data dan desiminasi informasi
belum dilakukan, sebagai contoh surveilans epidemiologi penyakit diare.
3. Data surveilans epidemiologi penyakit yang diperoleh di Puskesmas Mentikan,
diare merupakan penyakit endemis di wilayah Puskesmas Mentikan. Kasus diare
termasuk dalam 15 penyakit terbesar di Puskesmas Mentikan 2013 dengan
besaran kasus 2,04%. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit potensial
Laporan hasil observasi lapangan jabatan fungsional epidemiologi angkatan I 2015 – Kelompok 3
17
KLB yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat. Penyajian dari Kepala
Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Mojokerto di Dinas Kesehatan Kota Mojokerto
pada tanggal 22 April 2014, bahwa dari hasil pemeriksaan laboratorium dengan
sampel air DAMIU dan SAB didapatkan lebih dari 50% mengandung agen E.Coli.
Faktor penyebab kasus diare di Puskesmas Mentikan adalah sebagai berikut :
Laporan hasil observasi lapangan jabatan fungsional epidemiologi angkatan I 2015 – Kelompok 3
18
Faktor keturunan ini dimungkinkan terjadi pada sebagian orang yang tidak
mampu beradaptasi dengan makanan tertentu seperti tidak tahan pedas dan
asam.
d. Pelayanan Kesehatan
Sebagian masyarakat ada yang tidak memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan dan lebih memilih melakukan upaya pengobatan sendiri dengan
membeli obat di apotik atau toko obat.
Berdasarkan identifikasi masalah kesehatan diare diatas, faktor determinan
penyebab kasus diare dimungkinkan adalah perilaku masyarakat yang belum
melaksanakan PHBS dengan benar seperti tidak mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir. Masih ada perilaku masyarakat yang BAB di sungai. Pemanfaatan sumber air
bersih yang sebagian besar adalah air sumur pompa yang belum memenuhi syarat
kesehatan. Data yang diperoleh dari Puskesmas Mentikan sebesar 82,28% masyarakat
memanfaatkan air sumur pompa untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.
C. Penyelesaian Masalah
1. Peningkatan kualitas tenaga surveilans epidemiologi puskesmas Mentikan dengan
melaksanakan pelatihan singkat di tempat tentang analisis, interpretasi dan
penyebarluasan informasi hasil analisis data kepada pemangkujabatan.
2. Optimalisasi kegiatan surveilans epidemiologi puskesmas yang paripurna dengan
memanfaatkan hasil kegiatan surveilans epidemiologi yang telah dilaksanakan.
3. Melakukan analisis penyebab penyakit diare endemis di Wilayah Puskesmas
Mentikan dengan mencari penyebab dengan menggunakan metode fishbone. Dari
hasil analisis penyebab penyakit diare didapatkan adanya pengaruh perilaku
masyarakat yang belum melaksanakan PHBS dengan baik, adanya pemanfaatan
sumur pompa yang lingkungannya kurang memenuhi standar.
Laporan hasil observasi lapangan jabatan fungsional epidemiologi angkatan I 2015 – Kelompok 3
19
2. Optimalisasi kegiatan surveilans epidemiologi puskesmas agar mampu
memberikan informasi yang tepat dan mudah dipahami oleh pengambil keputusan
yang berkepentingan.
3. Melakukan penelitian mengenai faktor resiko terjadinya kasus diare di wilayah
Puskesmas Mentikan oleh Puskesmas bekerja sama dengan institusi pendidikan
kesehatan yang praktek di Puskesmas Mentikan.
Laporan hasil observasi lapangan jabatan fungsional epidemiologi angkatan I 2015 – Kelompok 3
20
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Belum adanya tenaga epidemiologi terlatih di Puskesmas Mentikan
2. Belum optimalnya kegiatan surveilans epidemiologi di Puskesmas Mentikan
3. Kasus Diare endemis di wilayah Puskesmas Mentikan dengan kemungkinan
penyebab adalah perilaku masyarakat.
B. Rekomendasi
1. Dilaksanakan pelatihan surveilans epidemiologi bagi petugas surveilans
epidemiologi Puskesmas Mentikan.
2. Peningkatan kegiatan surveilans epidemiologi puskesmas Mentikan yang
paripurna.
3. Penelitian faktor resiko terjadinya kasus diare di wilayah Puskesmas Mentikan
oleh Puskesmas bekerja sama dengan institusi pendidikan kesehatan yang praktek
di Puskesmas Mentikan.
Laporan hasil observasi lapangan jabatan fungsional epidemiologi angkatan I 2015 – Kelompok 3
21
Laporan hasil observasi lapangan jabatan fungsional epidemiologi angkatan I 2015 – Kelompok 3
22