PEREMPUAN
BAB X
UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK
A. Latar Belakang Undang-Undang Perlindungan Anak.
Pada hakikatnya setiap manusia yang lahir mempunyai hak asasi
yang sudah semestinya dijunjung tinggi dan ditegakkan dalam kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara sebagai wujud penghormatan terhadap
harkat dan martabat manusia sebagai khalifah di muka bumi. Hak-hak
manusia tersebut tanpa adanya perbedaan dalam bentuk apapun seperti
perbedaan ras atau suku bangsa, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama
atau kepercayaan, pandangan politiknya, status sosialnya dalam
masyarakat, harta kekayaan yang di miliki, kelahiran dan status lainnya.
Anak sebagai insan manusia yang belum dewasa sudah sepatutnya
mendapatkan perlindungan dan pemenuhan hak-haknya dalam rangka
tumbuh kembangnya secara fisik dan mental serta dipersiapkan untuk
menjalani kehidupan sebagai pribadi yang dewasa dalam masyarakat.
Membahas tentang anak merupakan suatu hal yang sangat penting
karena anak merupakan potensi nasib suatu generasi atau bangsa di masa
mendatang. Anak merupakan cerminan sikap hidup bangsa dan penentu
perkembangan bangsa tersebut sehingga perlu perhatian luas dari setiap
orang untuk meletakan posisi anak sebagai insan yang perlu diperhatikan
dan mendapat segala kebutuhan yang sesuai dengan perkembangan anak
tersebut untuk menjamin tumbuh kembang anak. Namun demikian,
dewasa ini banyak terjadi kekerasan terhadap anak dalam kehidupannya
mulai dari lingkungan terdekatnya, yakni keluarga anak itu sendiri. '5
Kemajuan suatu bangsa di masa yang akan datang salah satunya
ditentukan bagaimana kondisi anak-anak sebagai generasi penerusnya saat
ini, apabila anak tidak mendapatkan perhatian, tidak dirawat dengan baik,
tidak dipenuhi hak-haknya dalam rangka tumbuh kembang anak serta tidak
mendapatkan perlindungan dalam menjalani kehidupannya, maka anak
'7 Ibid.
menjamin kesejahteraan anak, yaitu suatu tatanan kehidupan dan
penghidupan anak yang menjamin pertumbuhan dan perkembangannya
dengan wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial.
Substansi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak, Pasal 1 memberikan pengertian kesejahteraan anak
adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin
pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar, baik secara jasmani, rohani
maupun sosial. Untuk mencapai kesejahteraan anak, maka dilakukan usaha
kesejahteraan anak, yaitu usaha kesejahteraan sosial yang ditujukan untuk
menjamin terwujudnya kesejahteraan anak terutama kebutuhan pokok
anak. Lebih lanjut Pasal 2 mengatur tentang hak-hak anak antara lain hak
atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih
sayang baik dalam keluarganya, anak berhak atas pelayanan untuk
mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, anak berhak atas
pemeliharaan dan perlindungan sejak dalam kandungan maupun sesudah
dilahirkan, dan hak anak atas perlindungan terhadap lingkungan yang
dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Selanjutnya pada tanggal 26 Januari 1990, bertempat di New York
Amerika Serikat, Pemerintah Indonesia telah menandatangani Convention
on the Rights of the Child (Konvensi tentang Hak-hak Anak) yang
merupakan hasil dari Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
yang diterima pada tanggal 20 Nopember 1989. Sebagai tindak lanjut
penandatanganan Konvensi tersebut, Pemerintah Indonesia mengeluarkan
Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan
Convention on the Rights of the Child (Konvensi tentang Hak-Hak Anak),
sehingga ketentuan yang tercantum dalam Konvensi Hak Anak
‹Convention on the Rights of the Child) atau Konvensi tentang Hak-Hak
Anak telah menjadi landasan hukum dalam penyelenggaraan perlindungan
dan pemenuhan hak-hak anak di Indonesia.
Untuk memberikan perlindungan terhadap anak yang melakukan
penyimpangan tingkah laku atau perbuatan yang melanggar hukum karena
disebabkan berbagai faktor antara lain dampak negatif dari perkembangan
pembangunan, arus globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta pengaruh lingkungan keluarga, perubahan sosial masyarakat sehingga
berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak, kemudian Pemerintah
Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1997 tentang
Pengadilan Anak dalam rangka melaksanakan pembinaan dan memberikan
perlindungan terhadap anak baik menyangkut kelembagaan maupun
perangkat hukum yang memadai khususnya mengenai penyelenggaraan
peradilan anak.
Kehadiran Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1997 tentang
Pengadilan Anak dimaksudkan untuk melaksanakan penyelenggaraan
pengadilan secara khusus bagi anak yang diduga melakukan tindak pidana
sebagaimana diatur dalam Pasal 2 mengatur tentang pengadilan anak
adalah pelaksana kekuasaan kehakiman yang berada di lingkungan
peradilan umum. Lebih lanjut, Pasal 3 bahwa sidang pengadilan anak
bertugas memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara anak. Dari
ketentuan pasal tersebut, mengamanatkan bahwa setiap anak yang diduga
melakukan suatu tindak pidana, maka penanganannya dilaksanakan secara
khusus oleh peradilan anak yang dimulai sejak tahap penyidikan, tahap
penuntutan, tahap persidangan, dan tahap pelaksanaan putusan, termasuk
ketentuan tentang pidana yang dapat dijatuhkan kepada anak pelaku tindak
pidana yang berbeda dengan orang dewasa.
Mengingat pentingnya perlindungan terhadap anak beserta
pemenuhan segala hak-haknya dalam menjalani segala aktivitas
kehidupannya sehari-hart yang merupakan bagian dari hak asasi manusia
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, bahwa perlindungan dan pemenuhan hak-hak
anak dalam kehidupannya yang dilaksanakan oleh keluarga, masyarakat
dan negara karena hak anak merupakan hak asasi manusia dan untuk
kepentingannya, hak anak diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak
dalam kandungan, di mana Pemerintah wajib dan bertanggung jawab
menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan hak-hak asasi
manusia sebagaimana diatur dalam undang-undang ini termasuk di
dalamnya hak-hak anak sebagai bagian dari warga negara.
Dalam perkembangannya, untuk menjamin upaya perlindungan
kepada anak dalam kehidupannya, maka Pemerintah Indonesia
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, yang secara khusus mengatur tentang perlindungan
anak guna memperkuat ketentuan tentang pelaksanaan perlindungan anak
yang merupakan kewajiban dan tanggung jawab orang tua, keluarga,
masyarakat dan pemerintah dan negara sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia sehingga
dengan adanya undang-undang yang secara khusus mengatur tentang
perlindungan terhadap anak dapat memberikan landasan hukum yang
memadai bagi semua pihak yang terlibat secara langsung dalam
penyelenggaraan perlindungan anak dengan pertimbangan bahwa
perlindungan anak dalam segala aspeknya merupakan bagian dari kegiatan
pembangunan nasional khususnya dalam memajukan kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara.