Anda di halaman 1dari 5

The 10th University Research Colloqium 2019

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Efektifitas Core Strengthening Exercise dalam Mengurangi


Nyeri Akibat Dysmenorrhea Primer
Wahyuni1*, Yulia Wahidah1, Suwarto2
12
. Fakultas Ilmu Kesehatan UMS;
2
SDN Cengklik Surakarta
Email: wahyuni@ums.ac.id

Abstrak
Keywords: Dysmenorrhea primer merupakan suatu keluhan yang umumnya
core strengthening dirasakan oleh wanita muda umur 20 – 24 tahun. Pada
exercise; dysmenorrhea dysmenorrhea primer, tidak ditemukan adanya gangguan patologis
primer; nyeri organ reproduksi wanita. Penyebab dysmenorrhea primer adalah
adanya hiperkontraktilitas dari myometrium akibat dari sekresi
prostaglandin yang berlebih. Dysmenorrhea primer ini dikeluhkan
oleh lebih dari 50% wanita muda. Nyeri pada dysmenorrhea primer
dapat dikurang dengan berbagai cara, diantaranya dengan obat-
obatan dan non obat-obatan. Obat-obatan yang digunakan adalah
non steroid anti inflamatoric drugs (NSAIDs) dan kontrasepsi. Non
obat-obatan, bias berupa terapi komplementer, fisioterapi,
pemberian suplemen atau nutrisi dan modifikasi gaya hidup. Salah
satu terapi dysmenorrhea primer adalah fisioterapi. Modalitas
fisioterapi yang bisa digunakan untuk menurunkan dismenore salah
satunya adalah exercise. Core strengthening exercise adalah latihan
yang ditujukan untuk meningkatkan kekuatan otot-otot core, sehingga
nyeri dismenore dapat dikurangi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektifitas core strengthening exercise dalam
mengurangi nyeri akibat dysmenorrhea primer. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode eksperimental dengan prndekatan
pretest-postest group design. Penelitian dilakukan selama 7 minggu
dari bulan Desember 2018 sampai dengan Januari 2019. Responden
diambil dengan metode purposive sampling dengan kriteria usia 19-
25 tahun, mengalami gejala dysmenorrhea primer, gejala
dysmenorrhea berlangsung 1-3 hari. Adapun kriteria eksklusi adalah
sedang mengonsumsi obat-obatan pereda nyeri dan sedang
menjalani aktivitas latihan/olahraga lain. Hasil penelitian; Core
strengthening exercise berpengaruh secara signifikan terhadap
pengurangan nyeri dysmenorrhea dengan nilai p = 0,0001 (P<
0,05). Core strengthening exercise efektif untuk mengurangi nyeri
dismenore primer.

1. PENDAHULUAN Dysmenorrhea dibagi menjadi dua, yaitu


Setiap wanita normal akan mengalami dysmenorrhea primer yang merupakan
siklus reproduksi yaitu menstruasi setiap dysmenorrhea tanpa ada gangguan patologis
bulannya. Pada saat menstruasi, sebagian pada organ reproduksi dan dysmenorrhea
wanita mengalami gangguan atau keluhan sekunder, yaitu dysmenorrhea dengan
menstruasi, diantaranya nyeri saat menstruasi kelainan patologis pada organ reproduksi.
atau dysmenorrhea (Ningsih et al., 2013). Dysmenorrhea primer merupakan suatu

988
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

keluhan yang umumnya dirasakan oleh wanita selama masa stres wanita pada saat
muda umur 20 – 24 tahun. Pada dysmenorrhea (Kaur et al., 2014). Core
dysmenorrhea primer, tidak ditemukan Strengthening juga memungkinkan otot-otot
adanya gangguan patologis organ reproduksi intrinsik kecil di sekitar tulang belakang
wanita. Penyebab dysmenorrhea primer lumbar dikondisikan untuk kinerja yang lebih
adalah adanya hiperkontraktilitas dari besar sehingga ketika otot-otot ini kuat, maka
myometrium akibat dari sekresi prostaglandin akan jauh lebih siap untuk menangani tekanan
yang berlebih. Dysmenorrhea primer ini siklus menstruasi sehingga hal tersebut dapat
dikeluhkan oleh lebih dari 50% wanita muda. menjaga stabilitas fungsional dan rasa
Nyeri yang terjadi dapat menyebabkan kram/nyeri saat menstruasi akan berkurang
seseorang enggan untuk bekerja atau bahkan atau bahkan hilang (Saleh et al., 2016).
absen kuliah dan tidak dapat berkonsentrasi Tujuan penelitian ini adalah untuk
saat kuliah berlangsung. Di Indonesia, 60- mengetahui perbedaan efektivitas pemberian
70% wanita dengan 15% diantaranya Core Strengthening Exercise pada mahasiswi
mengeluh aktivitas mereka menjadi terbatas dengan dysmenorrhea primer. Lebih dari 50%
(Puspitasari et al., 2017). wanita di usia reproduksi menderita
Dysmenorrhea primer biasanya menstruasi yang menyakitkan, di antara
dimulai beberapa jam sebelum menstruasi dan mereka, 10% mengalami dysmenorrhea berat
berlanjut hingga 12-72 jam atau selama dimulai 1 hingga 3 hari setiap bulannya.
menstruasi dan biasanya dirasakan nyeri
disertai dengan kram di perut bagian bawah 2. METODE
(Vaziri et al., 2015). Setengah dari kasus Jenis penelitian yang digunakan
tersebut mengalami gejala seperti mual, adalah penelitian kuantitatif dengan metode
muntah, diare, kelelahan, iritabilitas, dan Quasi Experimental. Desain penelitian yang
pusing. Meskipun penyebab dysmenorrhea digunakan menggunakan pre-test dan post-test
primer masih belum ditentukan dengan jelas, without control group design. Responden
tetapi telah terbukti bahwa prostaglandin penelitian akan mendapatkan perlakuan
memainkan peran utama dalam terjadinya berupa core strengthening exercise. Pre-test
dymenorrhea. Gejala dysmenorrhea primer dan post-test untuk semua kelompok
berasal dari peningkatan konsentrasi eksperimental akan diukur intensitas nyeri
prostaglandin F2 yang menghasilkan menggunakan Numeric Rating Scale (NRS).
kontraksi uterus dan iskemia. Core Tempat pelaksanaan dilakukan di Fakultas
Strengthening Exercise nantinya akan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
menguatkan otot-otot abdomen, gluteus Surakarta progdi fisioterapi dengan sampel
maksimus, dan otot-otot ekstensor punggung mahasiswa fisioterapi semester 5. Penelitian
serta akan memobilisasi lumbal bagian bawah dilakukan 3 kali seminggu selama 7 minggu,
sehingga dapat meningkatkan stabilitas pada bulan Desember 2018 sampai Januari
lumbal. 2019. Setiap gerakan dilakukan sebanyak 8
Nyeri pada dysmenorrhea primer kali pengulangan. Tempat pelaksanaan
dapat dikurang dengan berbagai cara, dilakukan di Fakultas Ilmu Kesehatan
diantaranya dengan obat-obatan dan non obat- Universitas Muhammadiyah Surakarta progdi
obatan. Obat-obatan yang digunakan adalah fisioterapi. Populasi penelitian ini adalah
non steroid anti inflamatoric drugs (NSAIDs) mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan
dan kontrasepsi. Non obat-obatan, bias berupa Universitas Muhammadiyah Suakarta. Teknik
terapi komplementer, fisioterapi, pemberian sampling dalam penelitian ini menggunakan
suplemen atau nutrisi dan modifikasi gaya purposive sampling, yaitu cara penarikan
hidup. Salah satu terapi dysmenorrhea primer sampel yang dilakukan berdasarkan kriteria
adalah fisioterapi. Modalitas fisioterapi yang spesifik yang ditetapkan peneliti melalui
bisa digunakan untuk menurunkan dismenore quisioner. 1) Kriteria Inklusi: a) Usia 19-25
salah satunya adalah exercise. Core tahun, b) Mengalami gejala dysmenorrhea
Strengthening Exercise bertujuan untuk primer, c) Gejala dysmenorrhea berlangsung
penguatan kelompok otot yang mengelilingi 1-4 hari, d) Tidak sedang mengonsumsi obat-
lumbal, sehingga dapat mengurangi nyeri obatan pereda nyeri, e) Tidak sedang

989
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

menjalani aktivitas latihan/olahraga; 2) atau 0-100. Skala nyeri 0-10 dapat


Kriteria Eksklusi: a) Post operasi fraktur dikelompokkan menjadi 5 kelompok nyeri, di
ekstremitas atas dan bawah dalam setahun mana skala 0 = tidak nyeri, skala 1-3 = nyeri
terakhir, b) Menggunakan alat bantu dalam ringan, skala 4-6 = nyeri sedang, skala 7-9 =
beraktivitas; 3) Kriteria Drop out: a) nyeri berat, dan skala 10 = sangat nyeri.
Responden tidak melaksanakan latihan sesuai
dosis yang diberikan, b) Tidak kooperatif 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan peneliti. Besar Sampel dalam Penelitian ini dilakukan selama 7
penelitian ini adalah 15 orang. Alat ukur nyeri minggu dengan jumlah responden sebanyak
yang digunakan adalah Numeric Rating Scale 15 mahasiswa, dengan hasil karakteristik
(NRS). Pengukuran nyeri sesuai dengan responden pada table 1.
tingkat intensitas nyeri pada skala angka 0-10

Tabel 1. Karakteristik Responden dan Hasil Homogenitas


Karakteristik N=15 %
Usia
Mean 20,13
Minimal 19
Maksimal 21
Usia Menarche
10-13 tahun 13 87%
14-16 tahun 2 13%
Lama Dysmenorrhea

1-2 hari 3 20%


3-4 hari 12 80%
Lama Menstruasi
3-5 hari 0 0%
6-8 hari 15 100%
Hasil Pre Hasil Post
Mean 04,47 2,33
Minimal 2 1
Maksimal 9 4

Berdasarkan tabel diatas, rata-rata hormon prostagladin. Semakin tua umur


responden yang sering mengalami seseorang maka semakin sering mengalami
dysmenorrhea primer pada usia 20 tahun. menstruasi dan semakin lebar leher rahim
Usia menarche terbanyak adalah 10-13 maka sekresi hormon prostagladin akan
tahun, yaitu sebanyak 13 orang dengan semakin berkurang. Selain itu
persentase 87%. Lamanya dysmenorrhea dysmenorrhea primer nantinya akan hilang
terbanyak adalah 3-4 hari, terdapat 12 dengan makin menurunnya fungsi saraf
orang dengan persentase 80%. Lamanya rahim akibat penuaan (Sari, 2017).
menstruasi, semua responden mengalami Usia menarche responden yang
menstruasi selama 6-8 hari. Rata-rata nyeri paling banyak berusia 10-13 tahun. Rata-
haid sebelum perlakuan adalah 4,47 dan rata wanita akan mengalami usia menarche
sesudah perlakuan adalah 2,33. pada 12-16 tahun. Dysmenorrhea primer
Novia & Puspitasari (2008) sering terjadi pada responden yang
menyatakan bahwa kejadian dysmenorrhea mengalami usia menarche dini yaitu saat
primer sangat dipengaruhi oleh usia wanita. usia <12 tahun, karena saat alat reproduksi
Rasa sakit yang dirasakan beberapa hari wanita belum siap untuk mengalami
sebelum menstruasi dan saat menstruasi perubahan dan masih terjadi penyempitan
biasanya karena meningkatnya sekresi pada leher rahim, maka akan timbul rasa

990
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

sakit saat menstruasi (Proverawati & produksi prostagladin yang berlebihan,


Misaroh, 2009). Sebagian remaja dengan maka timbul rasa nyeri. Selain itu,
dysmenorrhra primer, mengalami menarche kontraksi uterus yang terus menerus akan
pada usia >12. Hal ini karena banyak menyebabkan supply darah ke uterus
faktor, seperti faktor psikis/kejiawaan, berhenti sementara sehingga terjadinya
faktor endokrin yang disebabkan karena dysmenorrhea primer (Nisak & Azizah,
kontraksi uterus yang berlebihan atau faktor 2017).
peningkatan hormon prostagladin saat Pengukuran nyeri menggunakan
menstruasi (Novia & Puspitasari, 2008). NRS (Numeric Rating Scale) dimana nilai 0
Berdasarkan lamanya artinya tidak sakit sama sekali, nilai 1-3
dysmenorrhea yaitu selama 3-4 hari. merupakan nyeri ringan, nilai 4-6
Sebagian besar remaja mengalami merupakan nyeri sedang dan 7-10
dysmenorrhea primer saat <12 jam sejak merupakan nyeri berat. Penyebab utama
mulainya menstruasi. Tetapi sebagian terjadnya dysmenorrhea primer merupakan
yang lain mengalami dysmenorrhea ketidakseimbangan antara sekresi
primer >12-24 jam sejak mulainya prostagladin (PG) dari endometrium
menstruasi atau remaja yang mengalaminya selama menstruasi. Tetapi banyak faktor
sebelum dan bersamaan dengan menstruasi. lain juga yang dapat menimbulkan seperti
Waktu hilangnya gejala dysmenorhea faktor psikis/kejiawaan, faktor endokrin
primer pada >24-48 jam sejak mulainya yang menyebabkan kontraksi uterus
menstruasi karena produksi prostagladin berlebih atau faktor meningkatnya produksi
akan terus berkurang selama 48 jam, maka hormon progesteron tersebut. Tingkatan
kemungkinan lebih dari 48 jam, nyeri seseorang berbeda-beda, tergantung
dysmenorrhea primer akan berkurang atau seberapa besar penyebab dari
menghilang (Pundati et al., 2016). dysmenorrhea tersebut (Novia &
Berdasarkan lamanya menstruasi Puspitasari, 2008).
terbanyak selama 6-8 hari. Hal ini terjadi Uji normalitas dalam penelitian ini
karena, semakin lama menstruasi terjadi, menggunakan Shapiro-Wilk Test nilai P >
maka semakin sering uterus berkontraksi, 0,05, yang berarti bahwa data terdistribusi
akibatnya semakin banyak pula normal. Uji pengaruh menggunakan
prostagladin yang dikeluarkan. Akibat metode Paired Sample T-Test.

Tabel 2. Hasil Analisis Uji Pengaruh


Keterangan N Mean SD P value Kesimpulan
Pre-test 15 4.6 1.84 0,0001 Ha diterima
Post test 2.33 0.98

Berdasarkan tabel diatas, nilai p- maksimus, dan otot-otot ekstensor


value menunjukkan p<0,05, yang berarti Ha punggung serta akan memobilisasi lumbal
diterima atau ada pengaruh antara sebelum bagian bawah sehingga dapat meningkatkan
dan sesudah diberikannya core stabilitas lumbal. Core Strengthening
strengthening terhadap penurunan nyeri Exercise memungkinkan otot-otot intrinsik
dysmenorrhea primer. Rata-rata nyeri kecil di sekitar tulang belakang lumbar
dysmenorrhea sebelum diberikan core dikondisikan untuk kinerja yang lebih
strengthening senilai 4,60 dan 2,33 sesudah besar, jenis pelatihan ini memungkinkan
perlakuan. Core Strengthening Exercise untuk isolasi dan penguatan kelompok otot
bertujuan untuk penguatan kelompok otot inti. Ketika otot-otot ini kuat, mereka jauh
yang mengelilingi lumbal, sehingga hal lebih siap untuk menangani kekuatan
tersebut dapat mengurangi nyeri selama sehari-hari dari biomekanik normal, bahkan
masa stres wanita pada saat dymenorrhea. ketika tubuh berada di bawah tekanan
Core Strengthening Exercise akan siklus menstruasi (Woo & McEneaney,
menguatkan otot-otot abdomen, gluteus 2010). Core strengthening Exercise adalah

991
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

kontrol otot di sekitar tulang belakang REFERENSI


lumbar untuk menjaga stabilitas fungsional
(Saleh et al., 2016). Kaur, S., Kaur, P., Shanmugam, S., & Kang,
Beberapa faktor yang dapat M. (2014). To compare the effect of
mempengaruhi terjadinya dysmenorrhea stretching and core strengthening
primer antara lain: Faktor endokrin exercises on Primary Dysmenohrrea
Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase in Young females. IOSR Journal of
corpus luteum. Hormon progesteron Dental and Medical Sciences
menghambat atau mencegah kontraktilitas (IOSRJDMS), 13(6), 22–32.
uterus sedangkan hormon estrogen https://doi.org/ISSN: 2279-0853
merangsang kontraktilitas uterus. Ningsih, R., Setyowati, & Rahmah, H. (2013).
Endometrium dalam fase sekresi Efektivitas Paket Pereda Nyeri Pada
memproduksi prostaglandin F2 sehingga Remaja Dengan Dismenore. Jurnal
menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika Keperawatan Indonesia, 16(2), 67–
kadar prostaglandin yang berlebihan 76.
memasuki peredaran darah, maka selain https://doi.org/http://dx.doi.org/10.74
dysmenorrhea dapat juga dijumpai efek 54/jki.v16i2.4
lainnya seperti: nausea, muntah, diare, Puspitasari, I., Rumini, & Mukarromah, S.
flushing. Jelaslah bahwa peningkatan kadar (2017). Pengaruh Latihan Senam dan
prostaglandin memegang peranan penting Daya Tahan Tubuh terhadap Respon
pada timbulnya dysmenorrhea primer; Faktor Nyeri Haid ( Dysmenorrhea ). Journal
kejiwaan atau psikis, Para wanita biasanya of Physical Education and Sport, 6(2),
memiliki tingkat emosional yang tidak stabil, 165–171.
apalagi jika mereka tidak mendapat Rajalaxmi, V., Kumar, M., Kirthika, V., &
penerangan yang baik tentang proses haid, Ramalakshmi. (2016). A Study To
maka hal itu dapat mempengaruhi timbunya Analyze The EffEctiveness Of Core
dysmenorrhea. Tingkat stres yang mereka Strengthening Exercise And
alami juga menjadi salah satu penyebab Stretching Program For Young
timbulnya dysmenorrhea primer; Faktor Female. International Journal of
riwayat keluarga, Riwayat keluarga yang Physiotherapy, 2(1), 27–32.
sering mengalami atau pernah mengalami Saleh, H., Mowafy, H., & Hameid, A. (2016).
dysmenorrhea primer dapat mempengaruhi Stretching or Core Strengthening
terjadinya dysmenorrhea primer juga kepada Exercises for Managing Primary
keturunannya; Faktor makanan, Wanita yang Dysmenorrhea. Journal of Womens
sering mengonsumsi alkohol, minuman Health Care, 05(01), 1–6.
bersoda, dan makanan berjenis junk food juga https://doi.org/10.4172/2167-
bisa mempengaruhi terjadinya dysmenorrhea 0420.1000295
primer. Sari, Y. (2017). Hubungan Karakteristik Dan
Tingkat Stres Dengan Kejadian
4. KESIMPULAN Dismenore Primer, 9–28. Retrieved
Kesimpulan penelitian Ada pengaruh from
diberikannya latihan core strengthening repository.unimus.ac.id/937/3/BAB
terhadap penurunan nyeri dysmenorrhea Woo, P. & McEneaney, M.J. 2010. New
primer. Saran untuk peneliti selanjutnya, strategies to treat primary
peneliti dapat mengontrol faktor-faktor yang dysmenorrhea. Diakses 28 Maret
berpengaruh terhadap penurunan 2016 dari
dysmenorrhea primer misalnya mengonsumsi http://www.clinicaladvisor.com/cmec
obat pereda nyeri atau olahraga. efeatures/new-strategies-to-treat

992

Anda mungkin juga menyukai