Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH STASE MUSKULOSKLETAL

KASUS BURSITIS

Disusun oleh:
Komang Aditya Rahadian
2210306062

PROFESI FISIOTERAPI
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

MAKALAH STASE MUSKULOSKLETAL


KASUS BURSITIS

Disusun oleh :
Komang Aditya Rahadian
2210306062

Makalah Ini Dibuat Guna Menyelesaikan Tugas Stase Musculoskeletal


Program Studi Profesi Fisioterapi
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, inayah, taufik, dan ilham-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Makalah yang berjudul “Fisioterapi Pada kasus bursitis ini ditulis guna melengkapi
tugas pada Program Studi Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Aisyiyah Yogyakarta.
Penyusun menyadari sepenuhnya atas keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan sehingga makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT atas segala rahmat dan petunjuk-Nya sehingga makalah ini dapat
selesai dengan tepat waktu,
2. Bapak/Ibu pembimbing lahan Klinik RSUD Panembahan Senopati Bantul
3. Bapak/Ibu pembimbing kampus Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
4. Teman-teman sejawat Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Aisyiyah Yogyakarta.
Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah
presentasi ini, namun penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan masih jauh
dari kesempurnaan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
khususnya pada penyusun.

Bantul , 24 juni 2023

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB I TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Bursitis.........................................................................................3
C.Etiologi pada Bursitis................................................................................4
D. Patofisiologi Bursitis................................................................................5
ETanda dan gejala Bursitis...........................................................................5
BAB II UNDERLYING PROSES DAN PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
A. Penatalaksanaan Fisioterapi...................................................................9
B. Underlying Fisioterapi..............................................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI BURSITIS

Bursitis secara umum didefinisikan peradangan dari satu atau lebih pada bursa

(kantung kecil) yg mengandung cairan sinovial di dalam tubuh yg disertai nyeri.

Cairan sinovial berfungsi untuk memudahkan pergerakan normal dari beberapa

sendi pada otot dan mengurangi gesekan. Pada keadaan normal bursa

mengandung sangat sedikit cairan, tetapi jika terluka bursa akan meradang dan

terisi banyak cairan menyebabkan oedem.

Bursitis subdeltoidea adalah suatu peradangan pada bursa subdeltoidea yang

dapat disebabkan oleh trauma langsung setempat, overuse, ruptur rotator cuff atau

merupakan kelanjutan dari tendinitis supraspinatus. Lokasi nyeri yang dirasakan

adalah pada lengan atas atau tepatnya pada insersio otot deltoideus di tuberositas

deltoidea humeri. Nyeri ini merupakan nyeri rujukan dari bursitis sub akromialis

yang khas sekali. Ini dapat dibuktikan dengan penekanan pada tuberkulum

humeri. Tidak adanya nyeri tekan di situ berarti nyeri rujukan. Bursa

subdeltoideus merupakan lapisan sebelah dalam dari otot deltoideus dan akronim,

serta lapisan bagian luar dari otot “rotator cuff”. Bursa ini sedikit cairan. Gerakan

abduksi dan fleksi lengan atas akan menyebabkan dua lapisan dinding bursa

tersebut saling bergesekan. Suatu peradangan pada tendon juga akan

menyebabkan peradangan pada bursa. ( Heru Purbo K ,2001).

Anatomi
Dalam “Shoulder Bursitis” (2006) menyebutkan bursa adalah kantung

cairan sinovial, kaya protein dan kolagen, yang bertindak sebagai bantalan

untuk melindungi jaringan lunak, seperti tendon, ligamen dan otot, dari

gesekan dan tekanan berlebih. Ada 3 bursa utama di sekitar rotator cuff. Bursa

subacromial melindungi tendon supraspinatus dari processus

5
coracoideus dan acromeon. Bursa subcoracoideus terletak di antara processus

coracoideus dan kapsul sendi. Bursa subdeltoideus terletak di bawah otot

deltoid, bantalan itu dari tulang dalam kapsul sendi bahu. Seringkali bursa

subdeltoid dan subacromial terhubung sekitar rotator cuff.

B. ETIOLOGI

Penyebab bursitis subdeltoid tidak diketahui, diduga penyakit ini sebagai

akibat dari penyakit lain pada bahu. Selain dugaan adanya akibat dari penyakit

lain pada bahu ada juga faktor predisposisi lainnya yaitu, trauma berulang

(repetitive injury), degeneratif, diabetes mellitus, dari dalam sendi glenohumeral

(tendonitis bicipitalis, inflamasi rotator cuff, fracture).

Amarseto (2012) dalam artikel “Bursitis Deltoid” menyebutkan bahwa

penyebab paling banyak terjadinya bursitis adalah trauma dan infeksi.

a. Trauma (Penggunaan yang Berlebihan Secara Menahun)

Trauma yang berulang-ulang menyebabkan terjadinya radang pada bursa, dan

berakibat terjadinya pelebaran pada pembuluh darah, sehingga protein dan

cairan ekstracellular masuk kedalam bursa, Sedangkan bursa memberi reaksi

berlawanan terhadap substansi asing, hal ini mengakibatkan pembengkakkan

pada bursa juga mengakibatkan nyeri.

b.Kronis

Penyebab paling banyak pada kasus bursitis kronis ialah trauma kecil yang

mungkin terjadi pada bursa (subdeltoid) disebabkan oleh gerakan yang

berulang-ulang akan tetapi berlebihan. Pada akhirnya, dinding bursa akan

menebal dan di dalamnya terkumpul endapan kalsium padat yang menyerupai

kapur. Bursa yang telah mengalami kerusakan sangat peka terhadap peradangan

tambahan. Nyeri menahun dan pembengkakan bisa membatasi pergerakan,

sehingga otot mengalami penciutan (atrofi) dan menjadi lemah.

6
c) Akut

Pukulan langsung dapat menyebabkan kebocoran pada bursa sehingga

darah masuk kedalam bursa. Pengumpulan darah ini biasanya dapat

mengakibatkan nyeri dan pembengkakkan. Jika disentuh atau digerakkan, akan

timbul nyeri di daerah yang meradang. Kulit diatas bursa tampak kemerahan dan

membengkak.

d). Infeksi

Lokasi bursa dekat dengan permukaan kulit, hal ini dapat berpotensi bursa

terinfeksi oleh bakteri. Salah satu tipe bakteri yang dapat menyerang pada

bursa ialah staphylococcus aureus atau staphylococcus epidermis. Orang

yang mengidap penyakit diabetes, atau peminum alkohol, atau penderita

penyakit gagal ginjal, atau orang yang mengalami trauma berat dapat

berpotensi terkena bursitis. Sekitar 80% bursitis biasanya dialami oleh laki-

laki.

C. PATOFISIOLOGIS

Dalam keadaan normal saat terjadi gerakan abduksi lengan, tendo-tendo

rotator cuff, terutama supraspinatus, lewat di bawah arcus coracoacromialis.

Karena arcus tersebut sempit dan rendah letaknya, atau ada

abnormalitas/pembengkakan pada tendon akan dapat menimbulkan rasa nyeri saat

dilakukan gerakan abduksi, karena pada saat gerakan abduksi itu tuberositas

majus humeri akan berkontak dengan acromion, sehingga bursa tertekan.

(Amarseto, 2012)

Trauma langsung pada bursa (akibat jatuh atau dipukul) dapat

menyebabkan desintegrasi sel-sel darah dan jaringan yang akhirnya timbul

perdangan pada bursa. Overuse menyebabkan trauma ringan berulang pada bursa

sehingga timbul peradangan pada bursa. Ruptur rotator cuff yang lama kelamaan

akan melebar kemudian terjadi peradangan pada otot rotator cuff, karena letak

7
bursa dekat dengan otot-otot rotator cuff maka inflamasi pada bursa biasanya

terjadi akibat inflamasi tendon rotator cuff yang juga terdapat dalam ruang

subdeltoid. Adanya tendinitis supraspinatus menghasilkan gangguan vaskularisasi

dan menekan bursa mempengaruhi bursa subdeltoidea, sehingga bursa juga akan

mengalami peradangan.

Peradangan bursa tersebut menyebabkan kerusakan jaringan kolagen,

ketegangan otot bahu sehingga dinding bursa juga ikut tegang, penebalan dinding

bursa pengentalan cairan bursa, perlekatan dinding atas dengan dasar bursa yang

pengentalan cairan bursa, perlekatan dinding atas dengan dasar bursa yang

kesemuanya itu mengakibatkan nyeri gerak/painful Arc saat mengangkat lengan

kesamping (abduksi-elevasi shoulder 6001200).

0
Rasa nyeri pada umumnya mulai timbul bila lengan mendekati abduksi 60

0 0
dari tubuh (60 -120 ). Tetapi bila lengan dielevasikan lebih lanjut, karena bursa

tidak lagi tertekan, maka rasa nyeri akan hilang, keadaan ini dikenal sebagai arcus

pain. Rasa nyeri dirasakan pada insertio musculus deltoideus pada tuberositas

majus humeri, tetapi rasa nyeri di sini bersifat “reffered pain/nyeri rujukan”,

karena pada penekanan pada daerah tersebut tidak membangkitkan rasa nyeri.

(Amarseto, 2012)

D. TANDA DAN GEJALA

Gejut (2012) dalam artikel “Non Capsular Pattern Bursitis Subdeltoidea”

menyebutkan beberapa tanda dan gejala dari bursitis subdeltoidea, diantaranya :

1. Nyeri pada lengan bagian luar.

2. Nyeri tajam, tetap, berdenyut dan lain-lain. Pada keadaan akut, penderita

menggendong tangannya dengan gendongan. Gerakan ke semua arah gerak akan

menimbulkan nyeri.

3. Merupakan kelanjutan dari tendinitis (kadang-kadang) nyeri akut biasanya 12-72

jam.

8
4. Kadang-kadang nyeri agak berkurang pada saat elevasi lengan.

5. Pada gerakan pasif. Pembatasan gerak karena nyeri tidak pada kapsula pattern.

Tidak terasa adanya gerakan tertahan karena rasa nyeri yang hebat.

6. Gerakan rotasi dengan lengan disisi badan dapat dilakukan, tetapi gerakan abduksi

0
600 atau fleksi 90 biasanya tidak dapat dilakukan tertahan karena timbulnya rasa sakit.

7. Dapat dilakukan kontraksi kuat-kuat tanpa nyeri bila dilakukan dengan hati-hati.

9
BAB II

UNDERLYING PROSES DAN PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

A. Pemeriksaan Gerak Dasar

a. Gerak pasif

Pemeriksaan gerakan yang dilakukan oleh terapis kepada pasien dalam

keadaan pasif dan rileks. Tujuan dari pemeriksaan gerak pasif untuk

mendapatkan data informasi tentang luas gerak sendi pasif shoulder, stabilitas

sendi, rasa nyeri dan end feel. Dalam hal ini ditemukan adanya nyeri terutama

saat abduksi, serta fleksi shoulder.

b. Gerak aktif

Pasien diminta menggerakkan anggota gerak yang diperiksa secara

aktif, terapis melihat dan memberikan aba-aba. Tujuan tes ini adalah untuk

mendapatkan data informasi tentang bagaimana LGS aktif shoulder, rasa nyeri

dan kekuatan otot. Dalam hal ini gerakan abduksi 60 atau fleksi 90 tidak dapat

dilakukan pasien, tertahan karena timbulnya rasa sakit.

b. Gerak isometrik melawan tahanan

Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya nyeri dan

adanya penurunan kekuatan otot terutama sendi shoulder. Dilakukan dengan

cara pasien disuruh mengkontraksikan otot dan mencoba untuk melakukan

gerakan tapi diberi tahanan oleh terapis sehingga tidak terjadi gerakan dan

penambahan luas gerak sendi. Dalam hal ini tidak dilakukan gerak isometrik

melawan tahanan karena akan memprovokasi nyeri yang lebih hebat.

1
B. Pemeriksaan Spesifik

Painful Arc Test

Tes ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya peradangan pada

bursa shoulder. Pemeriksa meminta pasien melakukan gerakan abduksi atau

mengangkat tangannya ke arah samping. Saat mencapai lingkup gerak sendi

antara 70–120˚ pasien akan merasa nyeri, karena pada lingkup ini bursa dalam

keadaan tertekan.

Hasil tes positif indikasi bursitis shoulder. Dalam hal ini pasien

mengalami nyeri saat melakukan tes, maka tes ini dinyatakan positif.

C . Penatalaksanaan Fisioterapi

Bursa yang terinfeksi harus dikeringkan dan diberikan antibiotik. Bursitis akut non-

infeksius biasanya diobati dengan istirahat, dimana untuk sementara waktu sendi yang

terkena tidak digerakkan dan diberikan obat peradangan non-steroid (misalnya

indometasin, ibuprofen atau naproksen)

1. Shortwave Diathermy (SWD)

Shortwave diathermy merupakan modalitas fisioterapi menggunakan gelombang

elektromagnetik 27 MHz yang memiliki panjang gelombang 11 m. Shortwave

diathermy bertujuan untuk meningkatkan metabolisme, menambah supply darah

sehingga aliran darah lancar, semua nutrisi yang berguna untuk jaringan dapat

tersalurkan sehingga mempercepat proses penyembuhan, merileksasi jaringan

sehingga menurunkan nyeri, bengkak dan spasme.

Dalam pemberian terapi ini perlu diperhatikan mengenai kondisi umum penderita,

serta dosis yang diberikan sehinga tercapai tujuan yang diharapkan.

2. Manual terapi berupa traksi

Traksi merupakan salah satu komponen arthokinematik dari sendi glenohumeral.

Traksi adalah gerak satu permukaan sendi tegak lurus terhadap permukaan sendi

pasangannya kearah menjauh. Gerakan aktif pada lingkup gerak sendi mempunyai

1
efek antara lain untuk memelihara elastisitas dan kontraksi otot, memberikan efek

sensasi balik dari kontraksi otot, memberikan stimulus pada tulang dan sendi

meningkatkan sirkulasi darah, melepaskan perlekatan intraseluler kapsuloligamentair

sendi glenohumeral. Pemberian traksi dapat merangsang aktivitas biologis didalam

sendi melalui cairan sinovial. Gerakan cairan sinovial dapat meningkatkan proses

pertukaran nutrisi kepermukaan kartilago sendi dan fibrokartilago, sehingga cairan

sinovial meningkat. Traksi dapat merangsang receptor sendi yaitu mekanoceptor yang

dapat menginhibisi pengiriman stimulus nociceptif medulla spinalis melalui modulasi

level spinal.

3. Heating

Bisa digunakan dengan Hot Pack dan IR. Dengan Hotpack cocok untuk kondisi

kronis yang berfungsi untuk merilekskan otot-otot. Sedangkan IR dapat menaikkan

suhu pada tubuh sehingga metabolisme tubuh akan meningkat dan pemberian panas

dapat membuat vasodilatasi pembuluh darah sehingga sirkulasi darah setempat

menjadi lebih baik dan pernafasan pun menjadi mudah serta dalam, membukanya

aliran darah yang mengakibatkan relaksasi dari otot sehingga kekuatan otot

bertambah.

4. Kompres Dingin

Diberikan pada kondisi sub acromialis akut untuk mengurangi nyeri. Tetapi

efeknya sangat kecil sehingga sebaiknya dilakukan terapi lebih lanjut dengan

modalitas lain.

5. MWD

Dapat mengurangi nyeri, relaksasi otot dengan menggunakan gelombang

elektromagnet. Selain itu MWD juga berguna untuk meningkatkan ekstensibilitas

jaringan fibrous dan meningkatkan ROM serta kemampuan fungsional dalam

melakukan aktivitas sehari-hari.

1
Dalam aplikasi MWD energi elektrmagnetik diubah menjadi energi panas. Otot dan

jaringan dengan cairan mempunyai kemampuan lebih besar dalam mengabsorbsi

energi elektromagnetik daripada jaringan lemak dan tulang.

6. TENS
Dapat menurunkan nyeri, baik dengan cara peningkatan vaskularisasi pada
jaringan yang rusak tersebut, maupun melalui normalisasi saraf pada level spinal
maupun supraspinal, sehingga dengan berkurangnya nyeri pada bahu didapatkan
gerakan yang lebih ringan. Efek TENS terhadap pengurangan nyeri juga dapat
mengurangi spasme dan meningkatkan sirkulasi, sehingga memutuskan lingkaran
“viscous circle of reflex” yang pada akhirnya dapat meningkat LGS

1
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bursitis subdeltoidea adalah suatu peradangan pada bursa subdeltoidea yang

dapat disebabkan oleh trauma langsung setempat, overuse, ruptur rotator cuff atau

merupakan kelanjutan dari tendinitis supraspinatus. Lokasi nyeri yang dirasakan

adalah pada lengan atas atau tepatnya pada insersio otot deltoideus di tuberositas

deltoidea humeri. Nyeri ini merupakan nyeri rujukan dari bursitis sub akromialis

yang khas sekali. Ini dapat dibuktikan dengan penekanan pada tuberkulum

humeri.Fisioterapis merupakan petugas kesehatan yang mempunyai peran penting

dalam kesembuhan pasien. Pasien yang datang pada fisioterapis sebenarnya sudah

mempunyai kepercayaan bahwa ia akan sembuh. Kesembuhan pasien juga

tergantung dari sikap dan tindakan fisioterapis itu sendiri. Untuk itu sebagai petugas

fisioterapis dalam melaksanakan tugas perlu keseriusan tinggi dan keyakinan kuat

demi kesembuhan pasien. Diawali dari tindakan pemeriksaan, diagnose, program,

tujuan, pelaksanaan, dan evaluasi harus dikerjakan secara baik dan teliti, sehingga

tercapai hasil tujuan yang maksimal dan hal itu menjadikan sebagai bentuk

kepuasan terhadap pasien.


C. UNDERLYING PROCCES

Trauma atau overuse pada bursa

inflamasi tendon rotator cuff

Bursa subdelooideus
tetekan

Perdangan pada bursa

Bursitis subdeloideus

Otot kapsul Sendi

Menurunnya fisiologi otot perlengketan


Kekakuan

Spasme Kontraktur

Nyeri tekan dan


gerak

Streching
Terapi manipulasi

Keterbatasan
aktifitas
Tens, mwd, swd dan
heating
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, M.S., Shakoor, M.A., & Khan, A.A. 2009. Evaluation of the Effect of Short Wave

Diathermy in Patients with Cronic Low Back Pain. Bangladesh: Publisher media.

Flynn,T.W., Clealand, J., & Whitman. 2008. User’s Guide to the Musculoskeletle

examination fundamental for the evidance-based clinical. Blucker,Kentucky:

Evidance in motion.

Fritz, S. 2010. Mosby’s Massage Therapy Review 3rd ed. Canada: Mosby Elsevier.

McDermid, J.C., Solomon, P., & Prkachin, K. 2016. The Shoulder Pain and Disability Index

Demonstrate Factor, Construct and longitudinal validity. BMC: Musculoskeletal

Disorder, 7(12).

Murtagh. 2013. General Practice 5th ed. Australia: McGraw-Hill Education.

Irfan, M & Gahara, R. 2006. Beda Pengaruh Penambahan Long Axis Oscillated Traction

Pada Intervensi SWD dan TENS Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri Pada Capsullar

Pattern Akibat Osteoatritis Lutut. Jurnal Fisioterapi Indonusa, 6(1).

Parjoto, S. 2006. Terapi Listrik untuk Modulasi Nyeri. Semarang: Ikatan Fisioterapi

Indonesia Cabang Semarang.

Potter & Perry. 2005. Fundamental of Nursing 4th ed. Australia: Mosby Elsevier.

Saputra. 2009. Kedokteran Klinik. Tangerang: Binapura Aksara Publisher

Anda mungkin juga menyukai