ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD ULIN BANJARMASIN
Oleh :
Riska Ayu Hardiyanti, S.Kep
NIM I4B112208
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD ULIN BANJARMASIN
Oleh:
Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu
basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki pH antara
7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena
perubahan pH yang sangat kecil pun dapat memberikan efek yang serius terhadap
beberapa organ.
1) Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia. Ginjal
memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang
biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2) Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH bekerja
secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH yang
paling penting dalam darah adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada
dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak
asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat
dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran
darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
3) Pembuangan karbondioksida. Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari
metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa
karbondioksida ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan
(dihembuskan). Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang
dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika
pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih
basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi
lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat
pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit. Nilai pH dapat
dilihat dari darah arterial dengan rentang normal 7,35-7,45. Harga normal hasil
pemeriksaan laboratorium analisis gas darah adalah sbb:
pH 7,35-7,45.
pO2 80-100 mmHg.
pCO2 35-45 mmHg.
[HCO3-] 21-25 mmol/L.
Base excess -2 s/d +2
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, dapat
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu
asidosis atau alkalosis
B. ETIOLOGI
Gangguan keseimbangan asam basa disebabkan oleh factor-faktor yang mempengaruhi
mekanisme pengaturan keseimbangan antara lain system buffer, system respirasi, fungsi
ginjal, gangguan system kardiovaskular maupun gangguan fungsi sususnan saraf pusat.
Gangguan keseimbangan asam basa serius biasanya menunjukkan fase akut ditandai
dengan peregeseran ph menjauhi batas nilai normal. Secara umum, analisis keseimbangan
asam basa ditujukan untuk mengetahui jenis gangguan keseimbangan asam basa yang
sedang terjadi pada pasien. Gangguan keseimbangan asam basa dikelompokkan dalam 2
bagian utama yaitu respiratorik dan metabolic. Kelainan respiratorik didasarkan pada
nilai pCO2 yang terjadi karena ketidakseimbangan antara pembentukan CO2 di jaringan
perifer dengan ekskresinya di paru, sedangkan metabolic berdasarkan nilai HCO3-, BE,
SID (strong ions difference), yang terjadi karena pembentukan CO2 oleh asam fixed dan
asam organic yang menyebabkan peningkatan ion bikarbonat di jaringan perifer atau
cairan ekstraseluler
1. Asidosis Respiratorik
a. Penyakit yang berkaitan dengan saluran napas seperti penyakit paru obstruktif
kronis atau asma.
2. Asidosis Metabolik
b. Asidosis metabolik bisa terjadi pula saat ginjal gagal mengeluarkan asam melalui
urine yang merupakan gejala dari gagal ginjal.
d. Kondisi ini juga disebabkan oleh hilangnya bikarbonat seperti dalam kasus diare
dan asidosis tubulus ginjal.
e. Faktor lain, akumulasi asam laktat merupakan alasan lain di balik asidosis
metabolik.
f. Akumulasi asam laktat terjadi karena tidak tersedianya cukup oksigen untuk
melakukan metabolisme karbohidrat, seperti dalam kasus gagal jantung dan syok.
3. Alkalosis Respiratorik
a. Rangsang hipoksemia
- penyakit paru dengan kelainan gradien A-a (alveoler arteri)
- penyakit jantung dengan righ to left shunt
- penyakit jantung dengan edema paru
- anemia gravis
b. Stimulasi pusat pernapasan di medula
- kelainan neurologis
- psikogenik, misalnya serangan panik, rasa nyeri
- gagal hati dengan ensefalopati
- kehamilan
- sepsis
- pengaruh obat, misalnya salisilat, hormon progesteron
4. Alkalosis Metabolik
Seperti disebutkan sebelumnya, alkalosis metabolik disebabkan oleh kelebihan alkali
(basa) yaitu bikarbonat dalam darah. Kisaran normal pH darah adalah 7,36-7,44, yang
berarti darah cenderung bersifat basa. Sebagai pengingat, pH 7,0 dianggap netral, pH
di atas 7,0 bersifat basa, sedangkan di bawah 7,0 adalah asam. Penyebab metabolik
alkalosis diantaranya adalah:
a. Kehilangan asam
Kehilangan asam (atau kehilangan hidrogen) bisa terjadi akibat muntah atau
melalui buang air kecil.
Muntah menyebabkan hilangnya asam klorida dalam tubuh.
Penggunaan obat tertentu dan obat diuretik juga dapat menyebabkan buang air
kecil berlebihan.
Kondisi ini akan memicu alkalosis hipokalemia akibat hilangnya kalium dari
tubuh.
c. Diare
d. Obat Alkalotic
Obat Alkalotic tertentu seperti yang diberikan untuk mengobati ulkus peptikum
dan hyperacidity juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan asam-basa.
f. Hipokalemia
c) Nyeri dada, sakit kepala, jantung berdebar, otot dan nyeri tulang, kelemahan otot,
dan sakit perut adalah beberapa gejala umum.
d) Asidosis laktik kadang-kadang ditandai dengan tekanan darah rendah dan anemia.
e) Karena kondisi ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat, penderita mungkin
mengalami kecemasan dan kantuk progresif.
f) Mual, muntah, kehilangan nafsu makan, dan penurunan berat badan adalah
beberapa gejala lainnya.
3. Alkalosis Respiratorik
Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat
menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin memburuk,
bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
4. Alkalosis Metabolik
b) Kondisi ini memicu perubahan warna pada kulit sehingga menjadi kebiruan atau
keunguan.
c) Detak jantung juga akan berlangsung lebih cepat yang disertai penurunan tekanan
darah.
d) Gejala lain alkalosis metabolik meliputi mati rasa dan kesemutan, berkedut,
kejang otot, mual, muntah, dan diare.
e) Penderita juga mengalami kebingungan dan pusing, sedang pada kasus berat
mengakibatkan koma dan kejang.
D. PEMERIKSAAN
1. Analisa gas darah memperlihatkan PaCO2 meningkat, lebih besar dari 45 mmHg
(karena peningkatan CO2 adalah peyebab masalah).
2. Untuk asidosis yang berlangsung lebih dari 24 jam, maka kadar bikordinat plasma
akan meningkat, lebih dari 26 mEa/e, yang mencerminkan kenyataan bahwa ginjal
sedang mengekresikan lebih banya H+ dan menyerap lebih banyak baja.
3. Apabila kompensasi ginjal berhasil, maka PH plasma akan rendah, tetapi berada pada
rentang normal. Apabila kompensasi tidak berhasil maka PH memperlihatkan
konsentrasi H+ yang tinggi (< 7,35).
4. PH urine akan menjadi asam (menurun 6,0).
5. PO2 sama dengan normal atau mengalami penurunan.
6. Saturasi O2 sama dengan menurun.
7. Kalium serum sama dengan normal atau meningkat.
8. Kalsium serum sama dengan meningkat.
9. Klorida sama dengan menurun.
10. Asam laktat sama dengan meningkat.
11. Roentgen dada untuk menentukan segala penyakit pernafasan.
12. Pemeriksaan EKG : untuk mengidentifikasi segala keterlibatan jantung sebagai akibat
PPOK.
E. PENATALAKSANAAN
1. Asidosis Respiratorik
a) Pengobatan Diarahkan Untuk Memperbaiki Ventilasi Efektif Secepatnya Dengan
Pengubahan posisi dengan kepala tempat tidur keatas atau posisi pasien dalam
posisi semi fowler (memfasilitasi ekspansi dinding dada).
Latih untuk nafas dalam dengan ekspirasi memanjang (meningkatkan ekshalosi
CO2).
Membantu dalam ekspektorasi mucus diikuti dengan penghisapan jika
diperlukan (memperbaiki fentilasi perfusi).
b) Pemberian preparat farmakologi yang digunakan sesuai indikasi. Contohnya :
bronkodilator membantu menurunkan spasme bronchial, dan antibiotic yang
digunakan untuk infeksi pernafasan.
c) Tindakan hygiene pulmonary dilakukan, ketika diperlukan, untuk membersihkan
saluran pernafasan dari mucus dan drainase purulen.
d) Hidrasi yang adekuat (2-3e/hari) diindikasikan untuk menjaga membrane mukosa
tetap lembab dan karenanya memfasilitasi pembuangan sekresi.
e) Kadar O2 yang tinggi (750%) aman diberikan pada pasien selama 1-2 hari
bilamana tidak ada riwayat hiperkapnea kronik.
f) Ventilasi mekanik, mungkin diperlukan jika terjadi krisis untuk memperbaiki
ventilasi pulmonary.
g) Pemantauan gas darah arteri secara ketat selama perawatan untuk mendeteksi
tanda-tanda kenaikan PaCO2 dan kemunduran ventilasi alveolar.
2. Asidois Metabolik
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai
contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan
membuang bahan racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan
dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan yang berat. Asidosis metabolik
juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan, yang
diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi
asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena; tetapi bikarbonat
hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.
3. Alkalosis Respiratorik
Menghilangkan penyebab dasar. Kecemasan dapat dihilangkan dengan pernafasan
kantong kertas yang dipegang erat disekitar hidung dan mulut dapat memulihkan
serangan akut. Hiperventilasi mekanik → diatasi dengan menurangi ventilasi dalam
satu menit, menambah ruang hampa udara atau menghirup 3% CO2 dalam waktu
singkat
4. Alkalosis Metabolik
Tujuan: menghilangkan penyakit dasar Pemberian KCl secara IV dalam salin 0,9% →
(diberikan jika Cl- urine < 10mEq/L) menghilangkan rangsangan aldosteron →
ekskresi NaHCO3 Jika Cl- urine > 20mEq/L → disebabkan aldosteron yang
berlebihan → tidak dapat diobati dengan salin IV, tapi dengan diuretik
F. KLASIFIKASI
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu
asidosis atau alkalosis.
1. Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau
terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.
2. Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau
terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu
akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk dari
adanya masalah metabolisme yang serius.Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi
metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik
dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan
pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau alkakosis respiratorik
terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan.
a. Asidosis Respiratorik
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan
karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau
pernafasan yang lambat.Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah
karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida,
pH darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam
darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih
cepat dan lebih dalam.
Penyebab : Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat.
Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru,
seperti:
1) Emfisema
2) Bronkitis kronis
3) Pneumonia berat
4) Edema pulmoner
5) Asma.
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada
menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan. Selain itu, seseorang dapat
mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang
menekan pernafasan.
b. Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui
sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan
menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha
tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah
karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut
dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme
tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam,
sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
Penyebab :
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
1) Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau
suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang menyebabkan
asidosis bila dimakan dianggap beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).
Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2) Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari
beberapa penyakit; salah satu di antaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika
diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan
menghasilkan asam yang disebut keton.
Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam
laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3) Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam
dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normal pun bisa
menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi
ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis (ATR) atau rhenal tubular
acidosis (RTA), yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita
kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
a) Penyebab utama dari asidois metabolik:
· Gagal ginjal
· Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
· Ketoasidosis diabetikum
· Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
· Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol,
paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida
· Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena
diare, ileostomi atau kolostomi.
c. Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam
darah menjadi rendah.
Penyebab : Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang
menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran
darah.
Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain
dari alkalosis respiratorik adalah:
rasa nyeri
sirosis hati
kadar oksigen darah yang rendah
demam
overdosis aspirinPengobatan : Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan
adalah memperlambat pernafasan.
Analisa gas darah adalah suatu pemeriksaan daya serap / interaksi darah dengan gas yang dihirup
lewat pernafasan. sampel darah diambil langsung dari arteri.
HASIL NORMAL
PEMERIKSAAN
7,34 -7,44
PH 7.387
35 – 45
PCO2 24.87
89 – 116
PO2 44.0
HCO3 22 – 26
14.5
TCO2 22 – 29
15,2