Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 17 Oktober 2016

Oleh :
Riska Ayu Hardiyanti, S.Kep
NIM I4B112208

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 17 Oktober 2016

Oleh:

Riska Ayu Hardiyanti, S.Kep


NIM I4B112208

Banjarmasin, Oktober 2016


Mengesahkan,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Abdurahman Wahid, S.Kep.,Ns, M.Kep M. Fadli, S.kep, Ns


NIP. 19831111 200812 1 002 NIP. 19670610 199003 1 022

KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA


A. DEFINISI
Keseimbangan asam-basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen (H+) pada
cairan-cairan tubuh. Kadar H+ normal dari darah arteri adalah 4 x 10 -8 mEq/lt atau sekitar
1 per sejuta kadar Na+. Meskipun kadarnya rendah, H+ yang stabil perlu dipertahankan
agar fungsi sel dapat berjalan normal, karena sedikit fluktuasi mempunyai efek yang
penting terhadap aktifitas enzim seluler. Peningkatan H+ membuat larutan bertambah
asam dan penurunannya membuat bertambah basa. Rendahnya pH berhubungan
tingginya konsentrasi ion hidrogen yang disebut asidosis dan sebaliknya tingginya pH
berhubungan dengan rendahnya konsentrasi ion hidrogen yang disebut alkalosis. Nilai
normal pH darah arteri adalah 7,4 sedangkan pH darah vena dan cairan interstitisl kira-
kira 7,35 sebab ada jumlah ekstra karbon dioksida yang dipakai untuk membentuk asam
karbonat dalam cairan. Batas terbawah dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa
jam adalah kira-kira 6,8 dan batas teratas kira-kira 8,0.
1. ASAM
Asam adalah subtansi yang mengandung satu atau lebih H + yang dapat dilepaskan
dalam larutan (donatur proton). Dua tipe asam yang dihasilkan oleh proses metabolik
dalam tubuh adalah menguap (volatile) dan tak menguap (non volatile). Asam volatile
dapat berubah antara bentuk cairan maupun gas. Contohnya karbondioksida yang
mampu bereaksi dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi H +
dan HCO3- : CO2+H2O  H2CO3  H++HCO3- serta bisa diekskresi oleh paru-paru.
Asam non volatile tidak dapat berubah bentuk menjadi gas untuk bisa diekskresi oleh
paru-paru tapi harus diekskresikan melalui ginjal, misalnya asam laktat dan asam-
asam keton.
2. BASA
Basa adalah subtansi yang dapat menangkap atau bersenyawa dengan ion hidrogen
dari sebuah larutan (akseptor proton). Basa yang kuat seperti natrium hidroksida
(NaOH) terurai dengan mudah dalam larutan dan bereaksi kuat dengan asam. Basa
yang lemah seperti natrium bicarbonat (NaHCO3) hanya sebagian terurai dalam
larutan dan kurang bereaksi kuat dengan asam. Derajat keasaman merupakan suatu
sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh lainnya. Satuan derajat keasaman
adalah pH.
a. Klasifikasi pH
 pH 7,0 adalah netral.
 pH diatas 7,0 adalah basa (alkali).
 pH dibawah 7,0 adalah asam.

Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu
basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki pH antara
7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena
perubahan pH yang sangat kecil pun dapat memberikan efek yang serius terhadap
beberapa organ.

Pengaturan Keseimbangan Asam Basa :

Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah

1) Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia. Ginjal
memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang
biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2) Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH bekerja
secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH yang
paling penting dalam darah adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada
dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak
asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat
dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran
darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
3) Pembuangan karbondioksida. Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari
metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa
karbondioksida ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan
(dihembuskan). Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang
dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika
pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih
basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi
lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat
pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit. Nilai pH dapat
dilihat dari darah arterial dengan rentang normal 7,35-7,45. Harga normal hasil
pemeriksaan laboratorium analisis gas darah adalah sbb:
pH 7,35-7,45.
pO2 80-100 mmHg.
pCO2 35-45 mmHg.
[HCO3-] 21-25 mmol/L.
Base excess -2 s/d +2
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, dapat
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu
asidosis atau alkalosis

B. ETIOLOGI
Gangguan keseimbangan asam basa disebabkan oleh factor-faktor yang mempengaruhi
mekanisme pengaturan keseimbangan antara lain system buffer, system respirasi, fungsi
ginjal, gangguan system kardiovaskular maupun gangguan fungsi sususnan saraf pusat.
Gangguan keseimbangan asam basa serius biasanya menunjukkan fase akut ditandai
dengan peregeseran ph menjauhi batas nilai normal. Secara umum, analisis keseimbangan
asam basa ditujukan untuk mengetahui jenis gangguan keseimbangan asam basa yang
sedang terjadi pada pasien. Gangguan keseimbangan asam basa dikelompokkan dalam 2
bagian utama yaitu respiratorik dan metabolic. Kelainan respiratorik didasarkan pada
nilai pCO2 yang terjadi karena ketidakseimbangan antara pembentukan CO2 di jaringan
perifer dengan ekskresinya di paru, sedangkan metabolic berdasarkan nilai HCO3-, BE,
SID (strong ions difference), yang terjadi karena pembentukan CO2 oleh asam fixed dan
asam organic yang menyebabkan peningkatan ion bikarbonat di jaringan perifer atau
cairan ekstraseluler

1. Asidosis Respiratorik

a. Penyakit yang berkaitan dengan saluran napas seperti penyakit paru obstruktif
kronis atau asma.

b. Masalah yang terkait dengan dada yang menyebabkan melemahnya paru-paru.


c. Penyakit yang mempengaruhi saraf dan otot yang bertugas memberi perintah ke
paru-paru untuk berkontraksi.

d. Obat-obatan yang mempengaruhi pernafasan seperti benzodiazepin, terutama


ketika diiringi dengan konsumsi alkohol.

e. Obesitas berat sehingga membuat seseorang kesulitan bernapas.

2. Asidosis Metabolik

a. Kelainan metabolik juga dapat menyebabkan asidosis. Penggunaan lemak, alih-


alih karbohidrat, untuk menciptakan energi seperti dalam kasus diabetes mellitus,
dapat mengakibatkan produksi asam berlebihan.

b. Asidosis metabolik bisa terjadi pula saat ginjal gagal mengeluarkan asam melalui
urine yang merupakan gejala dari gagal ginjal.

c. Asidosis metabolik disebabkan oleh peningkatan produksi asam atau


mengkonsumsi makanan atau zat yang dapat dikonversi menjadi asam.

d. Kondisi ini juga disebabkan oleh hilangnya bikarbonat seperti dalam kasus diare
dan asidosis tubulus ginjal.

e. Faktor lain, akumulasi asam laktat merupakan alasan lain di balik asidosis
metabolik.

f. Akumulasi asam laktat terjadi karena tidak tersedianya cukup oksigen untuk
melakukan metabolisme karbohidrat, seperti dalam kasus gagal jantung dan syok.

g. Malaria juga bertanggung jawab pada munculnya kondisi ini kerena


menghancurkan sel darah merah dan dengan demikian mengurangi tingkat
oksigen dalam tubuh.
h. Kondisi ini pada gilirannya mengakibatkan akumulasi asam laktat yang dikenal
sebagai asidosis laktik.

3. Alkalosis Respiratorik
a. Rangsang hipoksemia
- penyakit paru dengan kelainan gradien A-a (alveoler arteri)
- penyakit jantung dengan righ to left shunt
- penyakit jantung dengan edema paru
- anemia gravis
b. Stimulasi pusat pernapasan di medula
- kelainan neurologis
- psikogenik, misalnya serangan panik, rasa nyeri
- gagal hati dengan ensefalopati
- kehamilan
- sepsis
- pengaruh obat, misalnya salisilat, hormon progesteron
4. Alkalosis Metabolik
Seperti disebutkan sebelumnya, alkalosis metabolik disebabkan oleh kelebihan alkali
(basa) yaitu bikarbonat dalam darah. Kisaran normal pH darah adalah 7,36-7,44, yang
berarti darah cenderung bersifat basa. Sebagai pengingat, pH 7,0 dianggap netral, pH
di atas 7,0 bersifat basa, sedangkan di bawah 7,0 adalah asam. Penyebab metabolik
alkalosis diantaranya adalah:
a. Kehilangan asam
 Kehilangan asam (atau kehilangan hidrogen) bisa terjadi akibat muntah atau
melalui buang air kecil.
 Muntah menyebabkan hilangnya asam klorida dalam tubuh.

b. Penggunaan obat tertentu

 Penggunaan obat tertentu dan obat diuretik juga dapat menyebabkan buang air
kecil berlebihan.

 Kondisi ini akan memicu alkalosis hipokalemia akibat hilangnya kalium dari
tubuh.
c. Diare

Diare juga bisa menyebabkan alkalosis akibat tubuh kehilangan klorida.

d. Obat Alkalotic

Obat Alkalotic tertentu seperti yang diberikan untuk mengobati ulkus peptikum
dan hyperacidity juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan asam-basa.

e. Kontraksi ruang ekstraselular

Kontraksi ruang ekstraselular terjadi karena asupan obat diuretik yang


menyebabkan alkalosis metabolik.

f. Hipokalemia

Hipokalemia juga dapat dikaitkan dengan alkalinitas yang berlebihan dalam


tubuh.

C. TANDA DAN GEJALA


1. Asidosis Respiratorik
a) Hiperkapnea mendadak (kenaikan PaCO2) dapat menyebabkan peningkatan
frekuensi nadi dan pernafasan, peningkatan tekanan darah, kusust piker, dan
perasaan penat pada kepala.Peningkatan akut pada PaCO2 hingga mencapai 60
mmHg atau lebih mengakibatkan : somnolen, kekacauan mental, stupor, dan
akhirnya koma.
b) menyebabkan sindrom metabolic otak, yang dapat timbul asteriksis (flapping
tremor) dan mioklonus (kedutan otot).
c) Retensi O2 menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak, maka kongesti
pembuluh darah otak yang terkena menyebabkan peningkatan tekanan intra
cranial dan dapat bermanifestasi sebagai papilladema (pembengkakan dikus
optikus yang terlihat pada pemeriksaan dengan optalmoskop).
d) Hiperkalemia dapat terjadi sebagai akibat konsentrasi hydrogen memperburuk
mekanisme kompensatori dan berpindah kedalam sel, sehingga menyebabkan
kalsium keluar dari sel.
2. Asidosis Metabolik

a) Asidosis metabolik biasanya ditandai dengan pernapasan yang cepat.


b) Gejala-gejala asidosis metabolik tidak selalu spesifik tergantung dari penyebab
yang mendasarinya.

c) Nyeri dada, sakit kepala, jantung berdebar, otot dan nyeri tulang, kelemahan otot,
dan sakit perut adalah beberapa gejala umum.

d) Asidosis laktik kadang-kadang ditandai dengan tekanan darah rendah dan anemia.

e) Karena kondisi ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat, penderita mungkin
mengalami kecemasan dan kantuk progresif.

f) Mual, muntah, kehilangan nafsu makan, dan penurunan berat badan adalah
beberapa gejala lainnya.

g) Dalam kondisi ekstrim, dapat menimbulkan komplikasi berat seperti stupor,


koma, dan kejang.

3. Alkalosis Respiratorik
Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat
menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin memburuk,
bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
4. Alkalosis Metabolik

a) Pernapasan lambat merupakan gejala utama dari alkalosis metabolik. Pernapasan


lambat berpotensi menyebabkan Apnea, yaitu tidak bernapas sama sekali untuk
interval waktu tertentu.

b) Kondisi ini memicu perubahan warna pada kulit sehingga menjadi kebiruan atau
keunguan.

c) Detak jantung juga akan berlangsung lebih cepat yang disertai penurunan tekanan
darah.

d) Gejala lain alkalosis metabolik meliputi mati rasa dan kesemutan, berkedut,
kejang otot, mual, muntah, dan diare.
e) Penderita juga mengalami kebingungan dan pusing, sedang pada kasus berat
mengakibatkan koma dan kejang.

D. PEMERIKSAAN
1. Analisa gas darah memperlihatkan PaCO2 meningkat, lebih besar dari 45 mmHg
(karena peningkatan CO2 adalah peyebab masalah).
2. Untuk asidosis yang berlangsung lebih dari 24 jam, maka kadar bikordinat plasma
akan meningkat, lebih dari 26 mEa/e, yang mencerminkan kenyataan bahwa ginjal
sedang mengekresikan lebih banya H+ dan menyerap lebih banyak baja.
3. Apabila kompensasi ginjal berhasil, maka PH plasma akan rendah, tetapi berada pada
rentang normal. Apabila kompensasi tidak berhasil maka PH memperlihatkan
konsentrasi H+ yang tinggi (< 7,35).
4. PH urine akan menjadi asam (menurun 6,0).
5. PO2 sama dengan normal atau mengalami penurunan.
6. Saturasi O2 sama dengan menurun.
7. Kalium serum sama dengan normal atau meningkat.
8. Kalsium serum sama dengan meningkat.
9. Klorida sama dengan menurun.
10. Asam laktat sama dengan meningkat.
11. Roentgen dada untuk menentukan segala penyakit pernafasan.
12. Pemeriksaan EKG : untuk mengidentifikasi segala keterlibatan jantung sebagai akibat
PPOK.

E. PENATALAKSANAAN
1. Asidosis Respiratorik
a) Pengobatan Diarahkan Untuk Memperbaiki Ventilasi Efektif Secepatnya Dengan
 Pengubahan posisi dengan kepala tempat tidur keatas atau posisi pasien dalam
posisi semi fowler (memfasilitasi ekspansi dinding dada).
 Latih untuk nafas dalam dengan ekspirasi memanjang (meningkatkan ekshalosi
CO2).
 Membantu dalam ekspektorasi mucus diikuti dengan penghisapan jika
diperlukan (memperbaiki fentilasi perfusi).
b) Pemberian preparat farmakologi yang digunakan sesuai indikasi. Contohnya :
bronkodilator membantu menurunkan spasme bronchial, dan antibiotic yang
digunakan untuk infeksi pernafasan.
c) Tindakan hygiene pulmonary dilakukan, ketika diperlukan, untuk membersihkan
saluran pernafasan dari mucus dan drainase purulen.
d) Hidrasi yang adekuat (2-3e/hari) diindikasikan untuk menjaga membrane mukosa
tetap lembab dan karenanya memfasilitasi pembuangan sekresi.
e) Kadar O2 yang tinggi (750%) aman diberikan pada pasien selama 1-2 hari
bilamana tidak ada riwayat hiperkapnea kronik.
f) Ventilasi mekanik, mungkin diperlukan jika terjadi krisis untuk memperbaiki
ventilasi pulmonary.
g) Pemantauan gas darah arteri secara ketat selama perawatan untuk mendeteksi
tanda-tanda kenaikan PaCO2 dan kemunduran ventilasi alveolar.
2. Asidois Metabolik
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai
contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan
membuang bahan racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan
dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan yang berat. Asidosis metabolik
juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan, yang
diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi
asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena; tetapi bikarbonat
hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.
3. Alkalosis Respiratorik
Menghilangkan penyebab dasar. Kecemasan dapat dihilangkan dengan pernafasan
kantong kertas yang dipegang erat disekitar hidung dan mulut dapat memulihkan
serangan akut. Hiperventilasi mekanik → diatasi dengan menurangi ventilasi dalam
satu menit, menambah ruang hampa udara atau menghirup 3% CO2 dalam waktu
singkat
4. Alkalosis Metabolik
Tujuan: menghilangkan penyakit dasar Pemberian KCl secara IV dalam salin 0,9% →
(diberikan jika Cl- urine < 10mEq/L) menghilangkan rangsangan aldosteron →
ekskresi NaHCO3 Jika Cl- urine > 20mEq/L → disebabkan aldosteron yang
berlebihan → tidak dapat diobati dengan salin IV, tapi dengan diuretik

F. KLASIFIKASI
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu
asidosis atau alkalosis.
1. Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau
terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.
2. Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau
terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.

Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu
akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk dari
adanya masalah metabolisme yang serius.Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi
metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik
dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan
pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau alkakosis respiratorik
terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan.

a. Asidosis Respiratorik
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan
karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau
pernafasan yang lambat.Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah
karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida,
pH darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam
darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih
cepat dan lebih dalam.
Penyebab : Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat.
Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru,
seperti:
1) Emfisema
2) Bronkitis kronis
3) Pneumonia berat
4) Edema pulmoner
5) Asma.
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada
menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan. Selain itu, seseorang dapat
mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang
menekan pernafasan.
b. Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui
sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan
menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha
tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah
karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut
dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme
tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam,
sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
Penyebab :
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
1) Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau
suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang menyebabkan
asidosis bila dimakan dianggap beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).
Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2) Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari
beberapa penyakit; salah satu di antaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika
diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan
menghasilkan asam yang disebut keton.
Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam
laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3) Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam
dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normal pun bisa
menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi
ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis (ATR) atau rhenal tubular
acidosis (RTA), yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita
kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
a) Penyebab utama dari asidois metabolik:
· Gagal ginjal
· Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
· Ketoasidosis diabetikum
· Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
· Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol,
paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida
· Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena
diare, ileostomi atau kolostomi.
c. Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam
darah menjadi rendah.
Penyebab : Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang
menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran
darah.
Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain
dari alkalosis respiratorik adalah:
 rasa nyeri
 sirosis hati
 kadar oksigen darah yang rendah
 demam
 overdosis aspirinPengobatan : Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan
adalah memperlambat pernafasan.

Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan


penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu
meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali
karbondioksida yang dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama
mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama
mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali.
Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga
mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.
d. Alkalosis Metabolik
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa
karena tingginya kadar bikarbonat.
 Penyebab :
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai
contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang
berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti
yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium
dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan
keseimbangan asam basa darah.
 Penyebab utama akalosis metabolik:
1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung.
3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).
Analisa gas darah dan hasil interprestasinya.
Pengertian

Analisa gas darah adalah suatu pemeriksaan daya serap / interaksi darah dengan gas yang dihirup
lewat pernafasan. sampel darah diambil langsung dari arteri.

Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah

HASIL NORMAL
PEMERIKSAAN

7,34 -7,44
PH 7.387

35 – 45
PCO2 24.87

89 – 116
PO2 44.0

HCO3 22 – 26
14.5

TCO2 22 – 29
15,2

BASSE EXCESS -8,4 - 2 – ( +3 )


SATURASI O2 80,2 95 -98
G. ALOGARITMA
H. PATOFISIOLOGI
ASKEP

Diagnosa Keperawatan: Diagnosa Keperawatan: Diagnosa Keperawatan:


Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Gangguan pertukaran gas Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
NOC: NOC: kebutuhan tubuh
Respiratory Status: Airway Patency Respiratory Status: Gas Exchange NOC:
Kriteria Hasil: Kriteria Hasil: Nutritional Status
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Setelah dilakukan tindakan Kriteria Hasil:
selama 1x60 menit jalan nafas pasien keperawatan selama 1x24 jam Setelah dilakukan tindakan keperawatan
menjadi lebih paten dengan kriteria hasil gangguan pertukaran gas pasien selama 3x24 jam kebutuhan nutrisi klien
klien akan: teratasi dengan kriteria hasil: terpenuhi dengan kriteria hasil:
1. Mampu mengeluarkan sekret berlebih 1. AGD dalam batas normal 1. Intake nutrisi adekuat
(mendemonstrasikan batuk efektif) 2. Saturasi oksigen dalam batas 2. Intake makanan adekuat
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten normal 3. Intake minuman adekuat
(tidak ada suara napas abnormal)
NIC: NIC:
NIC: Acid-Base Management Nutrition Management
Airway Management 1. Monitor AGD 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
1. Posisikan pasien untuk 2. Pertahankan kebersihan jalan napas menentukan jumlah kalori dan tipe nutrisi
memaksimalkan ventilasi 3. Pertahankan akses IV yang dibutuhkan.
2. Ajarkan cara batuk efektif 2. Tanyakan alergi yang dimiliki klien
3. Auskultasi suara napas, identifikasi Respiratory Monitoring 3. Pastikan makanan mengandung tinggi
adanya suara napas tambahan 1. Monitor RR, ritme, kedalaman dan serat untuk mencegah konstipasi
4. Keluarkan sekret dengan meminta usaha saat bernapas 4. Monitor intake makanan dan minuman
batuk efektif atau dengan suction 2. Monitor adanya dispnea, serak,
5. Berikan bronkodilator jika diperlukan atau krepitasi
Diagnosa Keperawatan Defisiensi Pengetahuan
Ansietas NOC:
NOC: Knowledge: Disease Process
Anxiety Self-Control Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil: selama 1 x 60 menit klien dan keluarga
Setelah dilakukan tindakan keperawatan mampu memahami terkait penyakitnya
selama 1x24 jam ansietas klien teratasi dengan kriteria hasil:
dengan kriteria hasil: - Memahami proses penyakit, penyebab,
1. Mencari informasi untuk mengurangi faktor resiko, tanda gejala dan strategi untuk
ansietas meminimalisir proses penyakit.
2. Menggunakan koping efektif NIC:
3. Mengontrol respon ansietas Teaching: Disease Process
1. Puji tingkat pengetahuan pasien dan
NIC: keluarga terkait pennyakit
Anxiety Reduction 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit
1. Lakukan pendekatan dengan tenang 3. Jelaskan tanda dan gejala umum dari
2. Jelaskan semua prosedur, diagnosis, penyakit
pengobatan, dan prognosis 4. Identifikasi penyebab
3. Bantu klien mengidentifikasi situasi 5. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
yang menyebabkan cemas mungkin dibutuhkan
6. Sediakan informasi tentang kondisi yang
4. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi
dialami
Coping Enhancement

Anda mungkin juga menyukai