Anda di halaman 1dari 18

I.

KONSEP MEDIS
A. Definisi
Apendisitis merupakan proses peradangan akut maupun kronis
yang terjadi pada apendiks vemiformis oleh karena adanya sumbatan yang
terjadi pada lumen apendiks. Gejala yang pertama kali dirasakan pada
umumnya adalah berupa nyeri pada perut kuadran kanan bawah. Selain itu
mual dan muntah sering terjadi beberapa jam setelah muncul nyeri, yang
berakibat pada penurunan nafsu makan sehingga dapat menyebabkan
anoreksia Menurut (Wijaya&Putri, 2018).
Apendiksitis merupakan kasus bedah gawat darurat pada bagian
abdomen karena adanya peradangan apendiks vermiformis yang menjadi
salah satu penyebab pasien mengalami abdomen akut. Istilah Apendisitis
di kalangan masyarakat sering disebut sebagai usus buntu padahal
Apendisitis adalah sekum Menurut (Wijaya&Putri, 2018).
Jadi, dari referensi diatasyang di maksud denganApendisitis
merupakan suatu peradangan pada bagian usus (Caecum) yang disebabkan
karena ada obstruksi yang mengharuskan dilakukannya tindakan bedah.

B. Etiologi

Menurut (Krismanuel, H., 2018), Apendisitis Akutbelum ada penyebab


yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisiyaitu:
1. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya
obstruksi ini terjadi karena:
a) Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab
terbanyak.
b) Adanya fekolit dalam lumen appendiks .
c) Adanya benda asing seperti biji-bijian
d) Striktur lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E.Colidan
Streptococcus.

1
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30
tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan
jaringan limpoid pada masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk apendiks:
a. Appendiks yang terlalu panjang.
b. Massa appendiks yang pendek
c. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
d. Kelainan katup dipangkal appendiks
Penyebab lain yang diduga menimbulkan Apendisitis Akut adalah
ulserasi mukosa apendiks oleh parasit Entamoebahistolytica Menurut
(Warsinggih, 2017).
Jadi, berdasarkan referensi diatas yang menyebabkan terjadinya
Apendistisyaitu disebabkan oleh adanya obstruksi yang diakibatkan juga
karena gaya hidup manusia yang kurang dalam mengkonsumsi makanan
tinggi serat.

C. Patofisiologi

Studi epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan-


makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya
Apendisitis Akut. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang
berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya
pertumbuhan kuman flora kolon biasa (Sjamsuhidayat, 2017 dalam
Mutaqqin, 2019).
Pada fase ini, pasien akan mengalami nyeri pada area perium
bilikal. Dengan berlanjutnya proses inflamasi, maka pembentukan
eksudat akan terjadi pada permukaan serosa apediks. Ketika eksudat
ini berhubungan dengan parietal peritoneum, maka intensitas nyeri yang
khas akan terjadi (Santacrose, 2019).
Dengan berlanjutnya proses obstruksi, bakteri akan berpoliferasi
dan meningkatkan tekanan intraluminal dan membentuk infiltrat pada

2
mukosa dinding apendiks yang disebut dengan Apendisitis mukosa,
dengan manifestasi ketidaknyamanan abdomen. Adanya penurunan
perfusi pada dinding akan menimbulkan iskemia dan nekrosis disertai
peningkatan tekanan intraluminal yang disebut Apendisitis nekrosis,
juga akan meningkatkan resiko perforasi dari apendiks. Proses
fagositosis terhadap respon perlawanan pada bakteri memberikan
manifestasi pembentukan nanah atau abses yang terkumulasi pada lumen
apendiks yang disebut dengan Apendisitis supuratif. Sebenarnya tubuh
juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses peradangan
ini dengan cara menutup apendiks dengan omentum dan usus halus
sehingga berbentuk massa periapendikular. Perforsi dengan cairan
inflamasi dan bakteri masuk kerongga abdomen lalu memberikan respons
inflamasi permukaan peritoneum atau terjadi peritonitis. Apabila
perforasi apendiks disertai dengan material abses, maka akan
memberikan manifestasi nyeri lokal akibat akumulasi abses dan
kemudian juga akan memberikan respons peritonitis. Manifestasi yang
khas dari perforasi apendiks adalah nyeri hebat yang tiba-tiba datang
pada abdomen kanan bawah (Tzanakis, 2018 dalam Mutaqqin, 2019).
D. Tanda dan gejala
Menurut (Brunner&Suddarth, 2018), Apendisitis Akut sering tampil
dengan gejala khas yang didasari dengan radang mendadak umbai cacing
yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang
peritoneum lokal. Gejala klasik apendisiti sadalah:
1. Nyeri dikuadran kanan bawah disertai dengan demam ringan, dan
terkadang muntah kehilangan nafsu makan kerap di jumpai konstipasi
dapat terjadi.
2. Pada titik McBurney (terletak diantara pertengah anumbilicus dan
spina anterior ileum), terasa nyeri tekan local dan kekakuan otot
bagian bawah rektus kanan.
3. Nyeri pantul dapat dijumpai lokasi apendiks menentukan kekuatan
nyeri tekan, spasme otot dan adanya diarea tau konstipasi.

3
4. Jika apendiks pecah, nyeri lebih menyebar abdomen menjadi lebih
terdistensi akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.
Jadi berdasarkan referensi diatas, manisfestasi yang sering muncul
pada kasus Apendisitis Akut adalah nyeri namun kadang bisa juga tanpa
nyeri namun terjadinya konstipasi. Pada anak-anak biasanya ditemukan
data yaitu nafsu makan menurun, terjadinya penurunan kesadaran hingga
terjadinya perforasi.
E. Komplikasi
Komplikasi menurut (Brunner & Suddarth, 2018) yang dapat timbul,
adalah:
1. Komplikasi utama adalah perforasi apendiks yang dapat
menyebabkan peritonitis pembentukan abses (tertampungnya materi
purulen), atau flebilitis portal.
2. Perforasi biasanya terjadi setelah 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala
yang muncul antara lain: Demam 37,7’C, nyeri tekan atau Nyeri
abdomen.
Berdasarkan penjelasan diatas, hal yang bisa mengakibatkan
keparahan / komplikasi penyakit Apendisitis Akut dikarenakan dua hal
yaitu faktor ketidaktahuan masyarakat dan keterlambatan tenaga medis
dalam menentukan tindakan sehingga dapat menyebabkan abses, perforasi
dan peritonitis.
F. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan menurut (Shenoy dan
Nileswar, 2017):
1. Hitung WBC / leukosit total hampir selalu meningkat diatas
10.000 sel/mm³, pada sebagian besar pasien (95%). Jumlah leukosit
yang sangat tinggi (>20.000/mm³) memberi kesan kearah
Apendisitit Akut kompli kata dengan gangren atau perforasi.
2. Foto polos abdomen posisi tegak dilakukan untuk mengesampingkan
adanya perforasi dan obstruksi intestinalis. Pemeriksa mungkin
menunjukkan di latasi lengkung usus halus pada fosailiaka dekstra.

4
3. Ultrasonografi abdomen untuk mengesampingkan penyebab lain
yang mencakup penyebab ginekologik. Ultrasonografi dapat
memperlihatkan organ tubular aperistaltik dan tidak mengempis
dengan dinding tabung yang tebal. Pemeriksaan ultrasonografi
dapat digunakan untuk menunjukkan adanya nyeri tekan oleh probe
ultrasonografi (sensitivitas 85%, spesifitas 90%).
4. CT scan merupakan pemeriksaan pilihan (sensitivitas
90%, spesifisitas 90%). Protein C-reaktif meningkat pada setiap
kelainan peradangan seperti Apendisitis Akut.
G. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan Medis menurut (Brunner &Suddarth, 2018), yaitu :
1. Pembedahan (konvensional atau laparaskopi) apabila diagnose
Apendisitis akut telah ditegakan dan harus segera dilakukan untuk
mengurangi risiko perforasi.
2. Berikan obat antibiotik dan cairan IV sampai tindakan pemebedahan
dilakukan.
3. Agen analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakan.
4. Operasi (apendiktomi), bila diagnosa telah ditegakan yang harus
dilakukan adalah operasi membuang apendiks (apendiktomi).
Penundaan apendiktomi dengan cara pemberian antibiotik dapat
mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses apendiks
dilakukan drainage.

5
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data yang di peroleh haruslah mampu menggambarkan status
kesehatan klien ataupun masalah utama yang di alami oleh klien. Dalam
melakukan pengkajian, diperlukan teknik khusus dari seorang perawat,
terutama dalam menggali data, yaitu dengan menggunakan komunikasi
yang efektif dan teknik terapeutik. (Tarwoto & Wartonah, 2017).
Pengkajian fokus pada klien post operasi appendiktomi menurut
Bararah dan Jauhar (2018) antara lain:
1. Identitas
Identitas klien post operasi appendiktomi yang menjadi pengkajian
dasar meliputi: nama, umur, jenis kelamin, no rekam medis.
2. Keluhan utama
Berisi keluhan utama pasien saat dikaji, klien post operasi
appendiktomi biasanya mengeluh nyeri pada luka operasi.
3. Riwayat penyakit
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Sekarang ditemukan saat pengkajian yaitu
diuraikan dari masuk tempat perawatan sampai dilakukan
pengkajian. Keluhan sekarang dikaji dengan menggunakan
PQRST (Provokatif, Quality, Region, Severityscale and Time).
Klien yang telah menjalani operasi appendiktomi pada umumnya
mengeluh nyeri pada luka operasi yang akan bertambah saat di
gerakkan atau ditekan dan umumnya berkurang setelah diberi obat
dan di istirahatkan. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dengan
skala nyeri lebih dari lima (0-10). Nyeri akan terlokalisasi di
daerah operasi dapat pula menyebar di seluruh abdomen dan paha
kanan dan umumnya menetap sepanjang hari. Nyeri mungkin
dapat mengganggu aktivitas seperti rentang toleransi klien
masing-masing.
b) Riwayat PenyakitLalu

6
Berisi pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi
pengaruh kepada penyakit apendisitis yang di derita sekarang serta
apakah pernah mengalami pembedahan sebelumnya.
c) Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang
menderita sakit yang sama seperti klien menderita penyakit
apendisitis, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan atau
menular dalam keluarga.
4. Riwayat psikologis
Secara umum klien dengan post appendisitis tidak mengalami
penyimpangan dalam fungsi psikologis. Namun demikian tetap perlu
dilakukan mengenai kelima konsep diri klien (citra tubuh, identitas
diri, fungsi peran, ideal diri dan hargadiri).
5. Riwayat Sosial
Klien dengan post operasi appendiktomi tidak mengalami gangguan
dalam hubungan sosial dengan orang lain, akan tetapi harus
dibandingkan hubungan sosial klien antara sebelum dan sesudah
menjalani operasi.
6. Riwayat Spiritual
Pada umumnya klien yang menjalani perawatan akan mengalami
keterbatasan dalam aktivitas begitu pula dalam hal ibadah. Perlu di
kaji keyakinan klien terhadap keadaan sakit dan motivasi untuk
kesembuhannya.
7. Kebiasaan sehari-hari
Klien yang menjalani operasi pengangkatan apendiks pada umumnya
mengalami kesulitan dalam beraktivitas karena nyeri yang akut dan
kelemahan. Klien dapat mengalami gangguan dalam perawatan diri.
Klien akan mengalami pembatasan masukan oral sampai fungsi
pencernaan kembali ke dalam rentang normalnya. Kemungkinan
klien akan mengalami mual muntah dan konstipasi pada periode awal
post operasi karena pengaruh anastesi. Intake oral dapat mulai di

7
berikan setelah fungsi pencernaan kembali ke dalam rentang
normalnya. Klien juga dapat mengalami penurunan haluaranurin
karena adanya pembatasan masukan oral. Pola istirahat klien dapat
terganggu maupun tidak terganggu, tergantung toleransi klien
terhadap nyeri yang dirasakan.
8. PemeriksaanFisik
a) Keadaan Umum
Klien post appendiktomi mencapai kesadaran penuh setelah
beberapa jam kembali dari meja operasi, penampilan
menunjukkan keadaan sakit ringan sampai berat tergantung
periode akut rasa nyeri. Tanda vital (tensi darah, suhu tubuh,
respirasi, nadi) umumnya stabil kecualiakan mengalami
ketidakstabilan pada klien yang mengalami perforasi apendiks.
b) Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi: Akan tampak adanya tanda pembengkakan
(swelling), rongga perut di mana dinding perut tampak
mengencang (distensi).
2) Palpasi: Di bagian perut kanan bawah akan terasa nyeri
(BlumbengSign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis
apendsitis akut.
3) Dengan tindakan tungkai dan paha kanan ditekuk kuat /
tungkai diangkat tingi-tinggi, maka rasa nyeri akan semakin
parah (Psoas Sign).
4) Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin parah
apabila pemeriksaan dubur dan vagina terasa nyeri.
5) Suhu dubur atau rectal yang lebih tinggi dari suhu ketiak,
lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.
c) Sistem Pernafasan
Klien post appendiktomi akan mengalami penurunan atau
peningkatan frekuensi nafas (takipneu) serta pernafasan dangkal,
sesuai rentang yang dapat ditoleransi oleh klien.

8
d) Sistem Kardiovaskuler
Umumnya klien mengalami takikardi (sebagai respon terhadap
stress dan hipovolemia), mengalami hipertensi (sebagai respon
terhadap nyeri), hipotensi (kelemahan dan tirah baring). Pengisian
kapiler biasanya normal, di kaji pula keadaan konjung tiva,
adanya sianosis dan auskultasi bunyi jantung.
e) Sistem Pencernaan
Adanya nyeri pada luka operasi di abdomen kanan bawah saat
dipalpasi. Klien post appendiktomi biasanya mengeluh mual
muntah, konstipasi pada awitan awal post operasi dan penurunan
bising usus. Akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan
bawah bekas sayatan operasi.
f) Sistem Perkemihan
Awal post operasi klien akan mengalami penurunan jumlah output
urin, hal ini terjadi karena adanya pembatasan intake oral selama
periode awal post appendiktomi. Output urin akan berlangsung
normal seiring dengan peningkatan intakeoral.
g) Sistem Muskuloskeletal
Secara umum, klien dapat mengalami kelemahan karena tirah
baring post operasi dan kekakuan. Kekuatan otot berangsur
membaik seiring dengan peningkatan toleransi aktivitas.
h) Sistem Integumen
Selanjutnya akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan
bawah bekas sayatan operasi disertai kemerahan. Turgor kulit
akan membaik seiring dengan peningkatan intakeoral.
i) Sistem Persarafan
Pengkajian fungsi persarafan meliputi: tingkat kesadaran, saraf
kranial dan reflek.
j) Sistem Pendengaran
Pengkajian yang dilakukan meliputi: bentuk dan kesimetrisan
telinga, ada tidaknya peradangan dan fungsi pendengaran.

9
k) Sistem Endokrin
Klien post appendiktomi tidak mengalami kelainan fungsi
endokrin. Akan tetapi tetap perlu dikaji keadekuatan fungsi
endokrin (tiroid dan lain-lain).
l) Pemeriksaan Laboratorium
Dilihat dari kenaikan leukosit 10.000-18.000/mm3, bila lebih
maka sudah terjadi perforasi. Normalnya Tidak terjadinya
peningkatan leukosit melebihi batas normal.
m) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan USG
Normal: Tidak tampak ada peradangan pada bagian Mc.
Burney.
b) Foto polos
Normal: Tidak tampak ada kelainan pada organ.
B. Diagnosa
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI,2017). Berdasarkan
pada semua data pengkajian diagnosa keperawatan yaitu:
Pre op:
1. Ansietas berhubungan dengan krisis situsional
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

Post op:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis


2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
3. Risikoinfeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan

10
C. Penyimpangan KDM

Infeksi kuman dari colon

Fecalist, benda asing, tumor

Obstruksi lumen apendikis dan peningkatan


tekanan intra lumen

Inflamasi apendik

PRE OPERASI Tindakan pembedahan POST OPERASI

Tindakan intrasive apendiktomi


Respon Hospitalis Luka
peradangan
Perubahan status kesehatan

Pengiriman Perlukaan Pernajanan


Ketidaktahuan implus nyeri mikoorganisme
ke medulla
spinalis
sehingga Gangguan
Koping individu tidak efektif integritas
terjadi nyeri
kulit Risiko
difus
infeksi
epigastrium

Ansietas
Nyeri akut

D. Intervensi

11
Perencanaan keperawatan atauintervensi keperawatan adalah perumusan
tujuan,tindakandan penilaian rangkaian asuhan keperawatan
padaklienberdasarkananalisapengkajianagar masalahkesehatandan
keperawatankliendapatdiatasi(Nurarif,A.H.,& Amp;Kusuma,2017).
Pre op:
1. Ansietas berhubungan dengan krisis situsional

Diagnosa
Tujuan Intervensi
keperawatan
Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas
Ansietas
keperawatan 3x 24 jam Observasi
diharapkan tingkat ansietas  Identifikasi saat tingkat
menurun dengan kriteria ansietas berubah
hasil  Identifikasi kemampuan
-konsentrasi meningkat mengambil keputusan
-pola tidur membaik Terapeutik
-perilakugelisah menurun  Ciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan
kepercayaan
 Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan jika
memungkinkan
 Pahami situasi yang
membuat ansietas
 Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Gunakan pendekatan yang
tenang dan menyakinkan
 Motivasi mengindentifikasi
situasi yang memicu

12
kecemasan
Edukasi
 Jelaskan prosedur termasuk
sensasi yang mungkin
dialami
 Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis
pengobatan dan pragnosis
 Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
 Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
 Latih teknik relaksasi

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

Diagnosa
keperawata Tujuan intervensi
n

Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri


keperawatan 3x 24 jam Observasi
diharapkan tingkat nyeri  Identifikasi karakteristik,
menurun dengan kriteria durasi frekuensi, kualitas
hasil: integritas nyeri
- Keluhan nyeri

13
menurun  Identifikasi skala nyeri
- Meringis menurun  Identifikasi respons nyeri
- Gelisah menurun non verbal
 Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapeutik

 Berikanteknik
nonfarmakologi
mengurangi rasa nyeri
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode


dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Post operasi:

14
1. Gangguan integritas kulit berhubungam dengan perubahan sirkulasi

Diagnosa
Tujuan Intervensi
keperawatan
Perawatan integritas kulit
Gangguan Setelah dilakukan tindakan
Observasi
integritas keperawatan 3x 24 jam
 Identifikasi penyebab
kulit diharapkan integritas kulit
gangguan integritas kulit
dan jaringan meningkat
Terapeutik
dengan kriteria hasil:
 Ubah posisi tiap 2 jam jika
-kerusakan lapisan kulit tirah baring
menurun  Gunakan produk berbahan
patrolium atau minyak pada
kulit kering
 Hindari produk berbahan
dasar alhokol pada kulit
Edukasi
 Anjurkan menggunakan
pelembab
 Anjurkan minum air yang
cukup
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrim
 Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya

15
2. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan

Diagnosa
Tujuan Intervensi
keperawatan

Risiko Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi


infeksi keperawatan selama 3x 24
Observasi
jam glukosa derajat infeksi
menurun dengan kriteria  Monitor tanda gejala
hasil: infeksi lokal dan sitemik

-kemerahan menurun Terapeutik

 Batasi jumlah pengunjung


 Berikan perawatan kulit
pada daerah edema
 Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
 Pertahankan teknik aseptik
pada pasien berisiko tinggi

Edukasi

 Jelaskan tanda dan gejala


infeksi
 Ajarkan cara memeriksa
luka
 Anjurkan Meningkatkan
asupan cairan

16
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
imunisasi , jika perlu

E. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang di
hadapi ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan (Potter, P.,&Perry,2018).
F. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan
dapat di capai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan
yang diberikan (Tarwoto &Wartonah, 2017). Tehnik Pelaksanaan SOAP :
a. S(Subjective) adalah informasi berupa ungkapan yan di dapat dari
klien setelah tindakan diberikan.
b. O(Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan.
c. A(Analisis) adalah membandingkan antara informasi subjective dan
objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak
teratasi.
d. P(Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil

17
DAFTAR PUSTAKA

Wijaya&Putri. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Krismanuel,H. (2018). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan


Diagnosa dalam Berbagai Kasus. Jogjakarta:Mediaction.

Warsinggih. (2017). Fundamentals of Nursing(7th ed.). Philadelphia:


ElsevierLtd.

Brunner & Suddarth. (2017). Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Post
Op Apendiktomi Dengan Resiko Infeksidi RSUD Kota:Jakarta Utara. 8(2), 1–
10).

Tarwoto & Wartonah. (2017). Buku Ajar Ilmu Bedah Jilid Dua. Tangerang
Selatan; Karisma Publishing Group.

Nurarif, A. H., & Amp; Kusuma (2017) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner&Suddarth’sEdisi10 :Jakarta, EGC.

Potter, P., & Perry (2018) Penatalaksanaan Bedah Umum di RS ;Jakarta, EGC.

18

Anda mungkin juga menyukai