Anda di halaman 1dari 18

“ HUKUM KESEHATAN DAN HUKUM KEPERAWATAN DI

INDONESIA ”
Halaman judul

Oleh :
Kelompok III
Apriyatin
Okdi Salman
Netti Suryani
Pitria
Tifana Rizka
Ropikawati
Nyimas Mulyani
Syamsul Bahri

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER-B SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini tepat dengan waktunya. Selanjutnya shalawat
beserta salam penulis ucapkan kepada baginda bimbingan umat Nabi besar
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan dan
kebodohan menuju zaman penuh ilmu seperti yang kita rasakan saat ini.

Dalam makalah ini penulis ingin membahas tentang “hukum kesehatan


dan hukum keperawatan” makalah ini dibuat berdasarkan metode referensi dari
berbagai sumber baik itu dari buku maupun dari internet. Penulis benar benar
menuliskan sesuai dengan apa yang terdapat pada referensi sesuai dengan aturan
pengutipan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan dan jauh dari kata kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jambi 25 Oktober 2021

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

halaman
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan penulisan..............................................................................................3
BAB II. PEMBAHASAN...............................................................................................4
2.1 Definisi Kesehatan............................................................................................4
2.2 Hukum Kesehatan Indonesia..........................................................................7
2.3 Hukum Keperawatan Di Indonesia..............................................................11
BAB III. PENUTUP.....................................................................................................26
3.1 KESIMPULAN...............................................................................................26
3.2 SARAN............................................................................................................27

iii
BAB I.
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa kesehatan adalah
merupakan hak asasi manusia. Pada pasal 28 H dinyatakan bahwa setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan. Selanjutnya pada pasal 34 ayat 3 dinyatakan bahwa
negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemerintah berkewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan berupaya
mempertahankan yang sehat untuk tetap sehat. Berdasarkan UU Nomor 36
tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Dengan demikian kesehatan selain
sebagai hak asasi manusia, kesehatan juga merupakan suatu investasi.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N)
2005 - 2025, dinyatakan bahwa dalam mewujudkan sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka kesehatan bersama-sama
dengan pendidikan dan peningkatan daya beli keluarga/masyarakat adalah
tiga pilar utama untuk meningkatkan kualitas SDM dan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Indonesia. Dalam RPJP-N, dinyatakan pula pembangunan
nasional di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan
kesehatan diselenggarakan dengan didasarkan kepada perikemanusiaan,
pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan
manfaat dengan perhatian khusus kepada penduduk rentan, antara lain ibu,
bayi, anak, manusia usia lanjut dan keluarga miskin. Dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, juga diperhatikan dinamika kependudukan,

1
2

epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan IPTEK,


serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan
kerjasama lintas sektoral.
Berbagai studi menunjukkan bahwa tenaga kesehatan merupakan
kunci utama dalam keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan.
Tenaga kesehatan memberikan kontribusi hingga 80% dalam keberhasilan
pembangunan kesehatan. Dalam laporan WHO tahun 2006, Indonesia
termasuk salah satu dari 57 negara yang menghadapi krisis SDM kesehatan,
baik jumlahnya yang kurang maupun distribusinya.
Menghadapi era globalisasi, adanya suatu Rencana Pengembangan
Tenaga Kesehatan yang menyeluruh sangat diperlukan. Di era globalisasi
berarti terbukanya negara-negara di dunia bagi produk-produk baik barang
maupun jasa yang datang dari negara manapun dan mau tidak mau harus
dihadapi. Di bidang kesehatan, Indonesia mengupayakan dalam kepentingan
perdagangan internasional jasa melalui WTO (World Trade
Organization), CAFTA (China-ASEAN Free Trade Agreement), AFAS
(ASEAN Framework Agreement on Services) dan perjanjian bilateral. Salah
satu moda dalam pasokan perdagangan jasa internasional adalah migrasi
sumber daya manusia. Dalam hubungan ini, melalui Sidang Umum Kesehatan
Sedunia Tahun 2010, Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) telah
mengadopsi Global Code of Practice on the International Recruitment of
Health Personnel. Walaupun bersifat sukarela, Indonesia sebagai negara
anggota WHO, perlu ikut mendukung dan melaksanakan prinsip-prinsip dan
rekomendasi Global Code dalam migrasi internasional tenaga kesehatan.
Semua ini perlu dapat diakomodasikan dalam Rencana Pengembangan
Tenaga Kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan kesehatan
2) Bagaimana yang dimaksud dengan hukum kesehatan
3) Bagaimanakah penerapan teknologi dikesehatan?
3

1.3 Tujuan penulisan


1) Mengetahui Apa yang dimaksud dengan kesehatan
2) Mengetahui Bagaimana yang dimaksud dengan hukum kesehatan
3) Mengetahui Bagaimanakah penerapan teknologi dikesehatan
BAB II.
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kesehatan


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Sedangkan  istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk
menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati
pun seperti kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara
normal, maka seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya
dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya
merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan
pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya
mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal. Namun
demikian, pengertian sehat yang sebenarnya tidaklah demikian. Pengertian
sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah
keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan
sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan
Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna bagi kita semua,
karena kesehatan adalah modal dasar bagi setiap orang untuk melakukan
segala aktivitas dengan baik dan maksimal.
Pendekatan yang digunakan pada abad ke-21, sehat dipandang dengan
perspektif yang lebih luas. Luasnya aspek itu meliputi rasa memiliki
kekuasaan, hubungan kasih sayang, semangat hidup, jaringan dukungan sosial
yang kuat, rasa berarti dalam hidup, atau tingkat kemandirian tertentu (Haber,
1994). Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari
penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang
meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual
Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu
keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya
bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947). Definisi WHO tentang

4
5

sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat


yang positif (Edelman dan Mandle. 1994) :
1) Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
2) Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan
eksternal
3) Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
Sehat menurut DEPKES RI. Konsep sehat dan sakit sesungguhnya
tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor -faktor lain di luar
kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya.
Setiap pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat
dipahami dalam konteks pengertian yang lain. Banyak ahli filsafat, biologi,
antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan
telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau
dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses
yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia
beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio
budaya
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka
kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-
unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan
bagian integral kesehatan
Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang
yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang
berusaha mempengaruhinya. Sementara menurut White (1977), sehat adalah
suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai
keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
Menurut Dian Mohammad Anwar dari Foskos Kesweis (Forum
Komunikasi dan Studi Kesehatan Jiwa Islami Indonesia), pengertian
kesehatan dalam Islam lebih merujuk kepada pengertian yang terkandung
6

dalam kata afiat. Konsep Sehat dan Afiat itu mempunyai makna yang berbeda
kendati tak jarang hanya disebut dengan salah satunya, karena masing-masing
kata tersebut dapat mewakili makna yang terkandung dalam kata yang tidak
disebut. Dalam kamus bahasa arab sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi
segenap anggota badan dan afiat diartikan sebagai perlindungan Allah SWT
untuk hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipudaya. Perlindungan
Allah itu sudah barang tentu tidak dapat diperoleh secara sempurna kecuali
bagi orang-orang yang mematuhi petunjuk-Nya. Dengan demikian makna
afiat dapat diartikan sebagai berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai
dengan tujuan penciptaannya
Kesehatan bersifat menyeluruh dan mengandung empat aspek.
Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang
antara lain sebagai berikut:
1) Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh
sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak
sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami
gangguan.
2) Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional,
dan spiritual
a) Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
b) Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk
mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan
sebagainya.
c) Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan
rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di
luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat
spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan
perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang
menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
3) Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan
orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku,
7

agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya,


serta saling toleran dan menghargai.
4) Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif,
dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat
menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial.
Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut
(pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu,
bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni
mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya
berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan,
atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut. Dalam pengertian
yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana
individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan
internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal
(lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan
kesehatannya.

2.2 Hukum Kesehatan Indonesia


2.1.1 Definisi Hukum Kesehatan
Hukum kesehatan (Health Law) menurut:
1) Van Der Mijn: Hukum Kesehatan diartikan sebagai hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan kesehatan, meliputi:
penerapan perangkat hukum perdata, pidana dan tata usaha
negara.
2) Leenen: Hukum kesehatan sebagai keseluruhan aktivitas yuridis
dan peraturan hukum di bidang kesehatan serta studi ilmiahnya.
Secara ringkas hukum kesehatan adalah:
1) Kumpulan peraturan yang mengatur tetang hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan
2) Seperangkat kaidah yang mengatur seluruh aspek yang berkaitan
dengan upaya dan pemeliharaan di bidang kesehatan.
8

3) rangkaian peraturan perundang-undangan dalam bidang kesehatan


yang mengatur pelayanan medik dan sarana medik
Ruang lingkup hukum kesehatan meliputi semua aspek yang
berkaitan dengan kesehatan (yaitu kesehatan badaniah, rohaniah dan
sosial secara keseluruhan)
Ruang lingkup hukum kedokteran hanya pada masalah-masalah
yang berkaitan dengan profesi kedokteran. Oleh karena masalah
kedokteran juga termasuk di dalam ruang lingkup kesehatan, maka
sebenarnya hukum kedokteran adalah bagian dari hukum kesehatan.
Latar Belakang disusunnya peraturan perundang-undnagan di
bidang pelayanan kesehatan adalah karena adanya kebutuhan :
1) pengaturan pemberian jasa keahlian
2) tingkat kualitas keahlian tenaga kesehatan
3) Keterarahan
4) pengendalian biaya
5) kebebasan warga masyarakat untuk menentukan kepentingannya
serta identifikasi kewajiban pemerintah
6) perlindungan hukum pasien
7) perlindungan hukum tenaga kesehatan
8) perlindungan hukum pihak ketiga
9) perlindungan hukum bagi kepentingan umum
2.1.2 Fungsi hukum kesehatan
Fungsi hukum kesehatan adalah:
1) menjaga ketertiban di dalam masyarakat. Meskipun hanya
mengatur tata kehidupan di dalam sub sektor yang kecil tetapi
keberadaannya dapat memberi sumbangan yang besar bagi
ketertiban masyarakat secara keseluruhan
2) menyelesaikan sengketa yang timbul di dalam masyarakat
(khususnya di bidang kesehatan). Benturan antara kepentingan
individu dengan kepentingan masyarakat
9

3) merekayasa masyarakat (social engineering). Jika masyarakat


menghalang-halangi dokter untuk melakukan pertolongan
terhadap penjahat yang luka-luka karena tembakan, maka
tindakan tersebut sebenarnya keliru dan perlu diluruskan.
Contoh lain: mengenai pandangan masyarakat yang
menganggap doktrer sebagai dewa yang tidak dapat berbuat salah.
Pandangan ini juga salah, mengingat dokter adalah manusia biasa
yang dapat melakukan kesalahan di dalam menjalankan profesinya,
sehingga ia perlu dihukum jika perbuatannya memang pantas untuk
dihukum.
Keberadaan Hukum Kesehatan di sini tidak saja perlu untuk
meluruskan sikap dan pandangan masyarakat, tetapi juga sikap dan
pandangan kelompok dokter yang sering merasa tidak senang jika
berhadapan dengan proses peradilan.
2.1.3 Ruang Lingkup Hukum Kesehatan
Pasal 1 butir (1) Undang-undang Nomor 23 tahun 1992
tentgang kesehatan menyatakan yang disebut sehat adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Menurut Leenen, masalah kesehatan dikelompokkan dalam
15 kelompok: (Pasal 11 UUK)
1) kesehatan keluarga
2) perbaikan gizi
3) pengemanan makanan dan minuman
4) kesehatan lingkungan
5) kesehatan kerja
6) kesehatan jiwa
7) pemberantasan penyakit
8) penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
9) penyuluhan kesehatan
10) pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
10

11) pengamanan zat adiktif


12) kesehatan sekolah
13) kesehatan olah raga
14) pengobatan tradisional
15) kesehatan matra
Hukum kesehatan di Indonesia belum seluruhnya memenuhi
runag lingkup yang ideal, sehingga yang diperlukan adalah:
1) melakukan inventarisasi dan analisis terhadap perundang-
undangan yang sudah ada untuk dikaji sudah cukup atau belum.
2) perlu dilakukan penyuluhan tidak hanya terbatas kepada tenaga
kesehatan saja tetapi juga kalangan penagak hukum dan
masyarakat
3) perlu dilakukan identifikasi yang tepat bagi pengaturan masalah-
masalah kesehatan guna pembentukan perundang-undangan yang
benar.

2.1.4 Sumber Hukum Kesehatan


Hukum Kesehatan tidak hanya bersumber pada hukum tertulis
saja tetapi juga yurisprudensi, traktat, Konvensi, doktrin, konsensus
dan pendapat para ahli hukum maupun kedokteran.
Hukum tertulis, traktat, Konvensi atau yurisprudensi,
mempunyai kekuatan mengikat (the binding authority), tetapi doktrin,
konsensus atau pendapat para ahli tidak mempunyai kekuatan
mengikat, tetapi dapat dijadikan pertimbangan oleh hakim dalam
melaksanakan kewenangannya, yaitu menemukan hukum baru.
2.1.5 UU dan PP tentang kesehatan
1. UU No. 36 tahun 2009
Undang undang ini membahas tentang permasalahan kesehatan
di Indonesia. UU ini terdiri dari 21 bab dengan jumlah pasal
dimuat 205 pasal.
2. UU No. 44 tahun 2009
11

Undang undang ini membahas tentang permasalahan rumah


sakit. UU ini terdiri dari 15 bab dengan jumlah pasal sebanyak
66 pasal.

3. PP No. 10 dan 32 tahun 1996


Undang undang ini membahas tentang teanga kesehatan UU ini
terdiri dari 11 bab dan 37 pasal.
4. Permenkes No. 161/2010
Permenkes ini mengatur tentang registrasi tenaga kesehatan.
5. Permenkes No. 585 tahun 1989
Permenkes ini mengatur tentang persetujuan tindakan medik.

2.3 Hukum Keperawatan Di Indonesia


1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014
Undang undang ini membahas tentang tenaga keperawatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2013
Permenkes ini membahas tentang izin dan penyelenggaraan praktik
perawat.
BAB III.
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Sedangkan  istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk
menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati
pun seperti kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara
normal, maka seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya
dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya
merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan
pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya
mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal. Namun
demikian, pengertian sehat yang sebenarnya tidaklah demikian. Pengertian
sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah
keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan
sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan
Hukum kesehatan (Health Law) menurut Van Der Mijn diartikan
sebagai hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan
kesehatan, meliputi: penerapan perangkat hukum perdata, pidana dan tata
usaha negara. Sedangkan menurut Leenen, Hukum kesehatan sebagai
keseluruhan aktivitas yuridis dan peraturan hukum di bidang kesehatan serta
studi ilmiahnya.
Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN
disebutkan bahwa tantangan pembangunan bidang kesehatan jangka panjang
yang dihadapi antara lain adalah mengurangi kesenjangan status kesehatan
masyarakat dan akses terhadap pelayanan kesehatan antar wilayah, tingkat
sosial ekonomi, dan gender; meningkatkan jumlah dan penyebaran tenaga
kesehatan yang kurang memadai; meningkatkan akses terhadap fasilitas
kesehatan; dan mengurangi beban ganda penyakit yaitu pola penyakit yang

26
27

diderita oleh sebagian besar masyarakat adalah penyakit infeksi menular,


namun pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak
menular serta meningkatnya penyalahgunaan narkotik dan obat-obat
terlarang.
3.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan tim penyusun ialah sebaiknya tenaga
medis diberika pelatihan tentang undang undang baik kesehatan maupun
keperawatan sehingga dapat meningkatkan pemahaman perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang


Pokok-Pokok Kepegawaian.
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran.
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025.
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
Peraturan Pemerintah RI No. 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan Presiden Republik Indonesia, No. 5 Tahun 2010 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014.
Adrianti, R Supono. (n.d).(2015) ”Penerapan Teknologi Informasi
Pada Dunia Kedokteran : Peluang Dan Hambatan Penerapan
Pengobatan Jarak Jauh Berbasis Internet Di Negara
Berkembang”.jakarta- graha medika
Hermien Hadiati Koeswadji, 1998, Hukum Kedokteran, Studi Tentang
Hubungan Hukum Dalam Mana Dokter Sebagai Salah Satu Pihak, PT.
Citra Aditya Bakti, Bandung, hal 22.
Roscam Abing, 1998, “Health, Human Rights and Health Law The
Move Towards Internationalization With Special Emphasis on Europe”
dalam journal International Digest of Health Legislations, Vol 49 No. 1,
1998, Geneve, hal 103 dan 107.
27

HJJ. Leenen, 1981, Recht en Plicht in de Gezondheidszorg, Samson


Uitgeverij, Alphen aan den Rijn/Brussel.
Biggs dan Blocher ( 1986 : 10)

Anda mungkin juga menyukai