Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG 1000 HARI KEHIDUPAN DAN SIKAP IBU


HAMIL TERHADAP PENCEGAHAN STUNTING DI DESA BAREMBENG

OLEH :

PRISKILYA SELVIA MIRU


NIM. 120171805

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK) FAMIKA
MAKASSAR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan kesehatan merupakan salah satu komponen

penting dalam program pembangunan nasional, sebagaimana

dimandatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012

tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Peran komponen ini

harus terus diperkuat agar dapat menjawab tantangan 5 isu

strategis yang menjadi prioritas dalam pembangunan kesehatan 5

tahun ke depan (2020-2024). Kelima isu utama tersebut yakni

angka kematian ibu (AKI)/ angka kematian neonatal (AKN) yang masih

tinggi, stunting, tuberculosis (TBC), Penyakit tidak menular (PTM) dan

cakupan imunisasi dasar lengkap (Kemenkes RI, 2019)

Stunting Adalah Kurang Gizi Kronis Yang Disebabkan Oleh

Kurangnya Asupan Nutrisi (Karbohidrat,Protein, Vitamin, Mineral, Lemak)

Dalam Waktu Yang Cukup Lama, Sehingga Mengakibatkan Gangguan

Pertumbuhan Pada Anak Dalam Usia Pertumbuhan Yakni Tinggi Badan

Anak Menjadi Lebih Rendah Atau Pendek Dari Standar Usianya ( Depkes

RI dalam Ana,2022)

Saat ini, kejadian stunting masih menjadi permasalahan gizi yang

dialami oleh balita, termasuk di Indonesia. Prevalensi stunting cenderung

fluktuatif setiap tahunnya. Salah satu penyebab stunting dipengaruhi


beberapa faktor seperti sanitasi lingkungan, dan perilaku hygiene

(Adriany, et al., 2021).

Menurut World Bank tahun (2020) prevalensi stunting Indonesia

menempati urutan ke 115 dari 151 negara di dunia Angka diprediksi terus

meningkat ditambah dalam masa pandemic Covid-19 pada saat ini

Indonesia sama halnya dengan negara-negara lain berupaya keras

menanggulangi masalah stunting dengan berbagai kebijakan yang

berkontribusi pada peningkatan kesehatan dan peningkatan ekonomi

masyarakat guna menekan penurunan angka stunting

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi

stunting di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2018, sebesar 35,6%,

dan pada akhir tahun 2019 dari hasil Pemantauan Surveilans Gizi (PSG)

di Provinsi Sulawesi Selatan prevalensi balita stunting kembali yaitu

30,09%, angka ini masih digunakan untuk mempresentasikan kondisi

prevalensi balita stunting stunting di Sulawesi Selatan tahun 2020, karena

pada tahun 2020 tidak dilaksanakan survey nasional (Dinas Kesehatan

Prov. Sulsel, 2020). Menurut WHO, prevalensi balita stunting masih

menjadi masalah kesehatan masyarakat jika prevalensinya 20% atau

lebih (Apriluana & Fikawati, 2018).

Kasus stunting di Kota Makassar dalam jangka waktu 4 tahun

terakhir juga menunjukkan angka yang dinamis. Hal ini terlihat jelas

dengan jumlah balita stunting pada tahun 2016 di Kota Makassar sebesar

9.241 balita, kemudian berkurang menjadi 6.021 kasus balita stunting di


tahun 2017, dan pada tahun 2018 tidak terjadi perubahan kasus.

Kemudian pada tahun 2019, 4 terjadi kenaikan kasus menjadi 7.265 balita

dengan kejadian stunting yang tersebar di wilayah Kota Makassar (Dinas

Kesehatan Kota Makassar, 2020). Berdasarkan data terbaru Dinas

Kesehatan Kota Makassar tahun 2020 diperoleh prevalensi stunting di

berbagai wilayah puskesmas dengan prevalensi tertinggi yaitu Puskesmas

Barrang Lompo (34,77%), Puskesmas Kassi-kassi (22,92%), dan

Puskesmas Kaluku Bodoa (18,47%) (Dinas Kesehatan Kota Makassar,

2021).

Pencegahan stunting sendiri sudah di lakukan yaitu dari masa

kehamilan seorang ibu terutama sejak 1000 hari pertama kehidupan

(HPK) satu di antaranya dengan meningkatkan pengetahuan ibu tentang

sikap dan perilaku seorang ibu dalam mencegah stunting. Dalam

meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang kesehatan dan gizi,

yaitu pemberian makanan tambahan, vitamin A, dan tablet tambah darah

pada ibu hamil dan balita, dan memahami tentang pengasuhan yang

tepat. (Nurfatimah Dkk, 2021).

Periode 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) merupakan

simpul kritis sebagai awal terjadinya pertumbuhan stunting yang

sebaliknya berdampak jangka panjang hingga berulang dalam siklus

kehidupan. Kurang gizi sebagai penyebap langsung, khususnya pada

balita berdampak jangka pendek meningkatkan morbiditas. Bila masalah

ini bersifat kronis, maka akan mempengaruhi fungsi kongnitif yakni tingkat
kecerdasan yang rendah dan berdampak pada kualitas sumberdaya

manusia. Pada kondisi berulang (dalam siklus kehidupan) maka anak

yang mengalami kurang gizi diawal kehidupan (periode 1000 HPK)

memiliki risiko penyakit tidak menular pada usia dewasa. (Keputusan

Menteri Kesehatan 2015).

Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan merupakan periode yang

menentukan kualitas hidup dimasa yang akan datang, dimana akibat yang

ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini bersifat permanen dan tidak

dapat dikoreksi, oleh karena itu periode ini sering disebut sebagai “periode

emas” (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

sikap ibu hamil yang baik mengenai 1000 Hari Pertama

Kehidupan penting terutama bagi kualitas kehamilan maupun kesehatan

anak dan merupakan salah satu dasar terjadinya perubahan perilaku gizi

untuk menurunkan masalah gizi, dengan konsumsi gizi yang baik dan

seimbang sangat berpengaruh terhadap status gizi ibu hamil yang

merupakan modal utama bagi kesehatan ibu hamil. Pemenuhan

kebutuhan gizi akan berdampak pada status kesehatan seseorang, dan

status kesehatan akan berdampak pada status gizi seseorang. Ibu hamil,

ibu menyusui, bayi baru lahir dan anak usia di bawah dua tahun (baduta)

merupakan kelompok sasaran untuk meningkatkan kualitas kesehatan

pada 1000 Hari Pertama Kehidupan,maka diperlukan dan sikap ibu yang

baik mengenai 1000 Hari Pertama Kehidupan mengingat pentingnya

peran gizi pada periode tersebut (Wahyuni, 2015).


Menurut hasil dari beberapa penelitian yang telah dilakukan

tentang Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang 1000 Hari Pertama

Kehidupan menunjukan bahwa ternyata ibu hamil tidak mengetahui

tentang pentingnya gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan.

Dilihat dari masalah diatas maka peneliti mengangkat judul

“Pengaruh Penyuluhan Tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan Anak

Dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Pencegahan Stunting Di Desa

Barembeng”

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh penyuluhan tentang 1000 hari pertama kehidupan

dan sikap ibu hamil terhadap pencegahan stunting di desa barembeng

C. Tujuan Masalah

1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh penyuluhan tentang 1000 hari pertama

kehidupan dan sikap ibu hamil terhadap pencegahan stunting di desa

barembeng ?

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui penyuluhan tentang 1000 hari pertama kehidupan di

desa barembeng.

b. Mengetahui sikap ibu hamil di desa barembeng

c. Untuk menganalisis pengaruh penyuluhan tentang 1000 hari

pertama kehidupan dan sikap ibu hamil terhadap pencegahan

stunting di desa barembeng.


D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan teori khususnya

dalam keperawatan anak.

2. Secara praktis/klinis

a. Bagi Peniliti

Dapat menambah wawasan peneliti dalam melakukan penelitian

dan menambah pengetahuan kepada peneliti yang nantinya akan

bermanfaat di lapangan pekerjaan.

b. Bagi masyarakat

Menambah informasi dan ilmu kepada masyarakat sekitar tehadap

manfaat pemberian penyuluhan tentang 1000 hari pertama

kehidupan dan sikap ibu hamil terhadap pencegahan stunting.

c. Institusi

Sebagai masukan/referensi untuk mahasiswa stik famika makssar

dan peneliti selanjudnya mengenai penyuluhan tentang 1000 hari

pertama kehidupan dan sikap ibu hamil terhadap pencegahan

stunting.

Anda mungkin juga menyukai