Anda di halaman 1dari 61

ALIRAN-ALIRAN POKOK

PENDIDIKAN DI INDONESIA
27/12/2013 AFID BURHANUDDIN 1 KOMENTAR

Aliran pokok pendidikan di Indonesia itu yang dimaksudkan adalah


perguruan kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu
Tanam. Perlu dikemukakan bahwa prakarsa dan upaya di bidang
pendidikan tidak terbatas hanya oleh Taman Siswa dan INS itu saja. Salah
satu yang kini mempunyai sekolah yang tersebar di seluruh pelosok tanah
air, sebagai contoh adalah Muhammadiyah dan Ma’arif. Sedangkan yang
bercorak kebangsaan adalah perguruan kebangsaan Taman Siswa, ruan
pendidik INS Kayu Tanam, Kesatrian Institut, Perguruan Rakyat, dan
sebagainya. Setelah kemerdekaan, telah di upayakan mengembangkan
suatu sistem pendidikan nasional sesuai ketetapan ayat 2 pasal 31 dari
UUD 1945. Oleh karena itu, kajian terhadap aliran-aliran pokok pendidikan
tersebut (Taman Siswa,INS Kayu Tanam, Muhammadiyah, dan Ma’arif)
seyogyanya dalam latar sisdiknas tersebut.PEMBAHASAN
Aliran pokok pendidikan di Indonesia itu yang dimaksudkan adalah
perguruan kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu
Tanam. Perlu dikemukakan bahwa prakarsa dan upaya di bidang
pendidikan tidak terbatas hanya oleh Taman Siswa dan INS itu saja. Salah
satu yang kini mempunyai sekolah yang tersebar di seluruh pelosok tanah
air, sebagai contoh adalah Muhammadiyah dan Ma’arif. Sedangkan yang
bercorak kebangsaan adalah perguruan kebangsaan Taman Siswa, ruan
pendidik INS Kayu Tanam, Kesatrian Institut, Perguruan Rakyat, dan
sebagainya. Setelah kemerdekaan, telah di upayakan mengembangkan
suatu sistem pendidikan nasional sesuai ketetapan ayat 2 pasal 31 dari
UUD 1945. Oleh karena itu, kajian terhadap aliran-aliran pokok pendidikan
tersebut (Taman Siswa,INS Kayu Tanam, Muhammadiyah, dan Ma’arif)
seyogyanya dalam latar sisdiknas tersebut.

PERGURUAN KEBANGSAAN TAMAN SISWA

 
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara,
( Lahir 2 Mei 1889 dengan nama Suwardi Suryaningrat ) pada tanggal 3
Juli 1932 di Yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan, selanjutnya mulai
didirikan taman Indira ( Taman kanak-kanak ) dan Kursus Guru,
selanjutnya Taman muda ( SD ), disusul Taman Dewasa merangkap
Taman Guru ( Mulo-Kweekschool ).  Sekarang ini telah dikembangkan
sehingga meliputi pula taman Madya, Prasarjana, dan Sarjana sarjana
Wiyata. Dengan demikian Taman Siswa telah meliputi semua jenjang
persekolahan.

a.      Asas dan Tujuan Taman Siswa

Perguruan Kebangsaan taman Siswa mempunyai tujuh asas perjuangan


untuk menghadapi pemerintah colonial Belanda serta sekaligus untuk
mempertahankan kelangsungan hidup bersifat nasional, dan demokrasi.
Ketujuh asas tersebut dikenal dengan “asas 1922” , sebagai berikut :

1)      Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri ( Zelf


Besschikkingsrecht ) dengan mengingat terbitnya persatuan dalam peri
kehidupan umum.

2)      Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah


yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri.

3)      Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan


kebangsaan sendiri.

4)      Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau


kepada seluruh rakyat.

5)      Hidup dengan kekuatan sendiri

6)      Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka


mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang
dilakukan ( Zelfbegrotings-system ).
7)      Berhamba pada anak didik

Dalam perkembangan selanjutnya Taman siswa melengkapi  “ Asas 1922”


tersebut dengan “ Dasar-dasar 1947 “ yang disebut pula “ Panca Dharma “
yaitu :

1.      Asas Kemerdekaan

2.      Asas Kodrat Alam

3.      Asas Kebudayaan

4.      Asas Kebangsaan

5.      Asas Kemanusiaan

Tujuan Perguruan Kebangsaan Taman Siswa adalah :

Ø  Sebagai Badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat


tertib dan damai.

Ø  Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir batin,


luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota
masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa,
tanah air, serta manusia pada umumnya.

b.      Upaya-upaya pendidikan yang dilakukan Taman siswa

Di lingkungan perguruan, untuk mencapai tujuannya Taman Siswa


berusaha dengan jalan sebagai berkut :
Ø  Menyelenggarakan tugas pendidikan dalam bentuk perguruan dari
tingkat dasar sampai tingkat tinggi.

Ø  Mengikuti dan mempelajari perkembangan dunia di luar Taman Siswa.

Ø  Menumbuhkan lingkungan hidup keluraga Taman Siswa, sehingga


dapat tampak wujud masyarakat Taman Siswa yang dicita-citakan.

Ø  Meluaskan kehidupan ke Taman Siswa-an di luar lingkungan


masyarakat perguruan.

Ø  Menjalankan kerja pendidikan untuk masyarakat umum dengan dasar-


dasar dan hidup Taman Siswa

Ø  Menyelenggarakan usaha-usaha kemasyarakatan dalam masyarakat


dalam bentuk-bentuk badan social, Usaha-usaha pembentukan kesatuan
hidup kekeluargaan sebagai pola masyarakat baru Indonesia, usaha
pendidikan kader pembangunan.

Ø  Mengusahakan terbentuknya pusat – pusat kegiatan kemasyarakatan


dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupan masyarakat.

c.       Hasil-hasil yang dicapai

Berbagai hal seperti pemikiran tentang pendidikan nasional, lembaga –


lembaga pendidikan dari Taman Indria sampai dengan Sarjana Wiyata,
dan sejumlah besar alumni perguruan. Ketiga pencapaian itu merupakan
pencapaian sebagai suatu yayasan pendidikan.

INS KAYU TANAM


Ruang pendidik INS ( Indonesia Nederlandsche School ) didirikan oleh
Mohammad Sjafei ( lahir di Matan, Kalbar tahun 1895 ) pada tanggal 31
Oktober 1926 di Kayu Tanam ( Sumatera barat ).

a.      Asas dan tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam

Pada awal didirikan, Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mempunyai asas-
asas sebagai berikut :

1)      Berpikir logis dan rasional

2)      Keaktifan atau kegiatan

3)      Pendidikan masyarakat

4)      Memperhatikan pembawaan anak

5)      Menentang intelektualisme

Setelah kemerdekaan Indonesia, Moh. Sjafei mengembangkan asas-asas


pendidikan INS menjadi dasar-dasar pendidikan Republik Indonesia,
menjadi sebagai berikut :

Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan, Kerakyatan, Kebangsaan,


Kebangsaan, Gabungan antara pendidikan ilmu umum dan kejuruan,
Percaya pada diri sendiri juga pada Tuhan, Berakhlak ( bersusila ) setinggi
mungkin, Bertanggung jawab akan keselamatan nusa dan bangsa, Berjiwa
aktif positif, Mempunyai daya cipta, Cerdas, logis dan rasional,
Berperasaan tajam, halus dan estetis,Gigih atau ulet yang sehat,Correct
atau tepat,Emosional atau terharu,Jasmani sehat dan kuat,Cakap
berbahasa,Sanggup hidup sederhana, Sanggup mengerjakan sesuatu
pekerjaan, Sebanyak mungkin memakai kebuyaan nasional, Waktu
mengajar para guru menjadi objek dan murid sebagai subjek, Para guru
mencontohkan pelajaran-pelajarannya, Diusahakan agar pelajar
mempunyai darah ksatria, Mempunyai jiwa konsentrasi,
Pemeliharaan(perawatan) sesuatu usaha, Menepati janji, Sebelum
pekerjaan dimulai dibiasakan menimbangnya dulu sebaik-       baiknya,
Kewajiban harus dipenuhi, Hemat.

Tujuan Ruang Pendidik INS kayu Tanam adalah :

1.      Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan

2.      Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat

3.      Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat

4.      Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani


bertanggung jawab

5.      Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan

a.      Usaha – usaha Ruang Pendidik INS Kayu Tanam

–          Memantapkan dan menyebarluaskan gagasan – gagasannya


tentang pendidikan nasional

–          Menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan dan program


khusus untuk menjadi guru

–          Penerbitan Majalah anak –anak (Sendi), buku bacaan dalam


rangka pemberantasan buta huruf dan angka, mencetak buku – buku
pelajaran.

b.      Hasil yang dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam


Mengupayakan gagasan – gagasan tentang pendidikan nasional (terutama
pendidikan keterampilan / kerajinan), beberapa ruang pendidikan ( jenjang
persekolahan  ), dan sejumlah alumni.

MUHAMMADIYAH

Muhammadiyah didirikan oleh seorang yang bernama KH. Ahmad Dahlan


Pada tanggal 8 Zulhijjah 1330 H/ 18 Nopember 1912 M di Yogyakarta ia
mendirikan organisasi Muhammadiyah sebagai organisasi yang
menghembuskan jiwa pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia bergerak
di berbagai bidang kehidupan umat.

Nama Muhammadiyah berasal dari kata Muhammad yaitu nama Rasulullah


Saw, dan diberi tambahan ya nisbah dan ta marbuthah yang berarti
pengikut Nabi Muhammad Saw. Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah
hasil Muktamar ke-41 di Surakarta. Bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa
Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi
munkar yang berakidah Islam dan bersumber pada ajaran Al-Quran dan
Sunnah.

a)      Tujuan didirikanya muhammadiyah.

Rumusan “Maksud dan Tujuan Muhammadiyah” mengalami perubahan


dari keadaan kepada keadaan lainnya sesuai dengan perkembangan
masa.  Pada awal berdiri nya, rumusan itu berbunyi :  (a)  menyebarkan
pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad saw kepada penduduk bumiputera
di dalam Karesidenan Yogyakarta; dan  (b) memajukan agama Islam
kepada anggota-anggotanya.
Setelah Muhammadiyah meluas keluar daerah Yogyakarta, dan setelah
berdirinya beberapa cabang di wilayah Indonesia, rumusan Maksud dan
Tujuan Muhammadiyah disempurnakan menjadi : (a) memajukan dan
menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di Hindia
Belanda; dan  (b)  memajukan dan menggembirakan hidup sepanjang
kemauan agama Islam kepada sekutu-sekutunya.
Setelah keluarnya Undang-undang No. 8 tahun 1985 yang mewajibkan
organisasi kemasyarakatan mencantumkan satu azas Pancasila, maka
terjadilah perubahan azas Muhammadiyah dari Islam menjadi Pancasila.
Akibatnya rumusan Maksud dan Tujuan Muhammadiyah juga berubah.
Perubahan itu dihasilkan melalui Muktamar Muhammadiyah ke 41 di
Surakarta, menjadi : “Mengakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
sehingga terwujud masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridlai Allah
Subhanahu wa Ta’ala.

LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF

Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (PP LP Ma’arif NU)


merupakan salah satu aparat departementasi di lingkungan organisasi
Nahdlatul Ulama (NU). Didirikannya lembaga ini di NU bertujuan untuk
mewujudkan cita-cita pendidikan NU. Bagi NU, pendidikan menjadi pilar
utama yang harus ditegakkan demi mewujudkan masyarakat yang mandiri.
Gagasan dan gerakan pendidikan ini telah dimulai sejak perintisan
pendirian NU di Indonesia. Dimulai dari gerakan ekonomi kerakyatan
melalui Nadlatut Tujjar (1918), disusul dengan Tashwirul Afkar (1922)
sebagai gerakan keilmuan dan kebudayaan, hingga Nahdlatul Wathan
(1924) yang merupakan gerakan politik di bidang pendidikan, maka
ditemukanlah tiga pilar penting bagi Nadhlatul Ulama yang berdiri pada
tanggal 31 Januari 1926 M/16 Rajab 1334 H, yaitu:

(1) wawasan ekonomi kerakyatan

(2) wawasan keilmuan, sosial, budaya; dan

(3) wawasan kebangsaan.

Untuk merealisasikan pilar-pilar tersebut ke dalam kehidupan bangsa


Indonesia, NU secara aktif melibatkan diri dalam gerakan-gerakan sosial-
keagamaan untuk memberdayakan umat. Di sini dirasakan pentingnya
membuat lini organisasi yang efektif dan mampu merepresentasikan cita-
cita NU; dan lahirlah lembaga-lembaga dan lajnah—seperti Lembaga
Dakwah, Lembaga Pendidikan Ma’arif, Lembaga Sosial Mabarrot,
Lembaga Pengembangan Pertanian, dan lain sebagainya—yang berfungsi
menjalankan program-program NU di semua lini dan sendi kehidupan
masyarakat. Gerakan pemberdayaan umat di bidang pendidikan yang
sejak semula menjadi perhatian para ulama pendiri ( the founding fathers )
NU kemudian dijalankan melalui lembaga yang bernama Lembaga
Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU). Lembaga ini
bersama-sama dengan jam’iyah NU secara keseluruhan melakukan
strategi-strategi yang dianggap mampu meng- cover program-program
pendidikan yang dicita-citakan NU.

Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU) merupakan


aparat departentasi Nahdlatul Ulama (NU) yang berfungsi sebagai
pelaksana kebijakan-kebijakan pendidikan Nahdlatul Ulama, yang ada di
tingkat Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang, dan
Pengurus Majelis Wakil Cabang. Kedudukan dan fungsi LP Ma’arif NU
diatur dalam BAB VI tentang Struktur dan Perangkat Organisasi pasal 1
dan 2; serta ART BAB V tentang Perangkat Organisasi. LP Ma’arif NU
dalam perjalannya secara aktif melibatkan diri dalam proses-proses
pengembangan pendidikan di Indonesia. Secara institusional, LP Ma’arif
NU juga mendirikan satuan-satuan pendidikan mulai dari tingkat dasar,
menangah hingga perguruan tinggi; sekolah yang bernaung di bawah
Departemen Nasional RI (dulu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
RI) maupun madrasah; maupun Departemen Agama RI) yang menjalankan
Hingga saat ini tercatat tidak kurang dari 6000 lembaga pendidikan yang
tersebar di seluruh pelosok tanah air bernaung di bawahnya, mulai dari TK,
SD, SLTP, SMU/SMK, MI, MTs, MA, dan beberapa perguruan tinggi.

II. VISI DAN MISI

2.1. Visi

 Dengan mengambangkan sistem pendidikan dan terus berupaya mewujudkan


pendidikan yang mandiri dan membudayakan ( civilitize ), LP Ma’arif NU akan
menjadi pusat pengembangan pendidikan bagi masyarakat, baik melalui
sekolah, madrasah, perguruan tinggi, maupun pendidikan masyarakat.
 Merepresentasikan perjuangan pendidikan NU yang meliputi seluruh aspeknya,
kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
 Menciptakan komunitas intitusional yang mampu menjadi agent of educational
reformation dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan pembangunan
masyarakat beradab.
2.2. Misi

 Menciptakan tradisi pendidikan melalui pemberdayaan manajemen pendidikan


yang demokratis, efektif dan efisien, baik melalui pendidikan formal maupun
non-formal.
 Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pendidikan, terutama pada
masyarakat akar rumput ( grass root ), sehingga terjalin sinegri antar kelompok
masyarakat dalam memajukan tingkat pendidikan.
 Memperhatikan dengan sungguh-sungguh kualitas tenaga kependidikan, baik
kepala sekolah, guru dan tenaga administrasi melalui penyetaraan dan pelatihan
serta penempatan yang proporsional, dengan dukungan moral dan material.
 Mengembangkan system informasi lembaga pendidikan sebagai wahana
penyelenggaraan komunikasi, informasi dan edukasi serta penyebarluasan
gagasan, pengalaman dan hasil-hasil kajian maupun penelitian di bidang ilmu,
sains dan teknologi lewat berbagai media.
 Memperkuat jaringan kerja sama dengan instansi pemerintah, lembaga/institusi
masyarakat dan swasta untuk pemberdayaan lembaga pendidikan guna
meningkatkan kualitas pendidikan maupuh subyek-subyek yang terlibat,
langsung maupun tidak langsung, dalam proses-proses pendidikan.
Kesimpulan

Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu, kini , dan masa yang akan
datang terus berkembang. Aliran tersebut mempengaruhi pendidikan da
seluruh dunia, termasuk pendidikan di Indinesia. Dari sisi lain, di Indonesia
juga muncul gagasan-gagasan tentang pendidikan, yang dapat
dikategorikan sebagai aliran pendidikan, yakni Taman Siswa, INS Kayu
Tanam dan 2 aliran pendidikan yang mengangkat agama islam di
dalamnya yakni Muhammadiyah dan Ma’arif. Setiap tenaga kependidikan
diharapkan memiliki bekal yang memadai dalam meninjau masalah yang
dihadapi, serta pertimbangan yang tepat dalam menetapkan kebijakan dan
atau tindakan sehari-hari. Dari aliran-aliran pendidikan di atas kita tidak
bisa mengatakan bahwa salah satu adalah yang paling baik, sebab
penggunaanya disesuaikan denan tingkat kebutuhan, dan kondisinya pada
saat itu, karena setiap aliran memiliki dasar-dasar pemikiran sendiri.
KETERKAITAN PENDIDIKAN DAN
PEMBANGUNAN
21/12/2013 AFID BURHANUDDIN 1 KOMENTAR

Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam,


melainkan pada keunggulan sumber daya manusia, yaitu tenaga terdidik
yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang sangat cepat.
Kenyataan ini sudah lebih dari cukup untuk mendorong pakar dan praktisi
pendidikan melakukan kajian sistematik untuk membenahi atau
memperbaiki sistem pendidikan nasional. Agar lulusan sekolah mampu
beradaptasi secara dinamis dengan perubahan dan tantangan itu,
pemerintah melontarkan berbagai kebijakan tentang pendidikan yang
memberikan ruang yang luas bagi sekolah dan masyarakatnya untuk
menentukan program dan rencana pengembangan sendiri sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi masing-masing.Pendidikan juga sangat
berpengaruh dalam pembangunan, baik itu dalam pembangunan sumber
daya manusia, ekonomi, sosial, dan bahkan masih lebih banyak lagi
peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat, bangsa, dan
Negara.
 

1. Esensi Pendidikan dan Pembangunan Serta Titik Temunya


Menurut paham umum, pembangunan diasosiasikan denga pembangunan
ekonomi dan industri. Pembangunan dalam arti yang terbatas pada bidang
ekonomi dan industri belum dapat menggambarkan esensi dari
pembangunan, jika belum dapat mengatasi masalah yang hakiki yaitu
terpenuhinya hajat hidup dari rakyat banyak baik yang material dan
spiritual. Esensi pembangunan bertumpu dan berpangkal dari manusianya
bukan pada lingkunganya. Pembangunan berorientasi pada pemenuhan
hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai manusia.
Pembangunan bertumpu pada dan bertolak dari manusia, karena
pembangunan yang terarah kepada pemenuhan hajat hidup manusia
sesuai dengan kodratnya yang dapat meningkatkan martabatnya sebagai
manusia yang menjadi tujuan final dari pembangunan.

Dalam GBHN, hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan


manusia Indonesia artinya bahwa yang menjadi tujuan akhir dari
pembangunan adalah manusianya, yaitu dapat terpenuhinya hajat hidup
jasmani dan rohani sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk
religius sehingga dapat meningkatkan martabatnya selaku makhluk. Jika
pembangunan bertolak dari sifat hakekat dasar, maka dalam ruang gerak
pembangunan manusia dapat dipandang sebagai objek dan subjek
pembangunan. Sebagai objek pembangunan, manusia dipandang sebagai
sasaran yang dibangun artinya pembangunan ke dalam diri manusia yaitu
pembinaan pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohani. Jika manusia
dipandang sebagai subjek pembangunan karena dengan segenap
kemampuanya manusia menggarap lingkunganya secara dinamis dan
kreatif, baik terhadap sarana lingkungan alam maupun lingkungan sosial /
spiritualnya.

Pendidikan dan pembangunan merupakan garis yang kontinyu yang saling


mengisi proses pendidikan, menempatkan manusia sebagai titik awal,
karena pendidikan mempunyai tugas untuk mengahsilkan sumber daya
manusia  yang berkualitas untuk pembangunan.

Titik temu dari pendidikan dan pembangunan adalah :

1. Pendidikan merupakan usaha ke dalam diri manusia sedangkan pembangunan


merupakan usaha keluar dari diri
2. Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang pembangunan
dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan.
 

1. Sumbangan Pendidikan Pada Pembangunan


 

Jika pembangunan dipandang sebagai sistem makro maka pendidikan


sebagai sebuah komponen atau bagian dari pembangunan.

Sumbangan pendidikan dapat dilihat dari beberapa segi antara lain :

1. Segi Sasaran Pendidikan


Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar
menjadi manusia yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi.
Tujuan citra manusia pendidikan adalah terwujudnya citra manusia yang
dapat menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawi.

Menurut Prof. DR. Slamet Iman Santoso bahwa tujuan pendidikan


mengasilkan manusia yang baik yang dimanapun dia berada akan
memperbaiki lingkungan tersebut.

1. Segi Lingkungan Pendidikan


Peran pendidikan dalam berbagai lingkungan atau system sebagai berikut :

1. Lingkungan keluarga (Pendidikan informal)


Di  dalam lingkungan keluarga anak dilatih berbagai kebiasaan yang baik
(habit formation) tentang hal-hal yang berhubungan dengan kecekatan,
kesopanan dan moral serta menanamkan keyakinan-keyakinan yang
penting terutama hal-hal yang bersifat religius yang merupakan landasan
yang sangat diperlukan untuk pembangunan.

1. Lingkungan sekolah (Pendidikan formal)


Disini peserta didik dibimbing untuk memperoleh bekal yang telah
diperoleh dari lingkungan kerja keluarganya berupa pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Bekal tersebut antara lain : bekal dasar lanjutan
(dari SD dan sekolah lanjutan) maupun bekal kerja yang langsung dapat
digunakan aplikatif ( SMK dan Perguruan Tinggi) yag di persiapkan secara
formal yang berguna sebagai sarana penunjang pembangunan diberbagai
bidang.

1. Lingkungan masyarakat ( Pendidikan non-formal)


Disini peserta didik memperoleh bekal praktis untuk berbagai jenis
pekerjaan, khususnya mereka yang tidak sempat melanjutkan belajar
melalui jalur formal. Sistem pendidikan non-formal mengalami
perkembangan yang sangat pesat karena semakin berkembangnya sektor
swasta yang menunjang pembangunan dan juga sebagai upaya untuk
menciptakan kestabilan nasional.

1. Segi Jenjang Pendidikan


Jenjang pendidikan terdiri atas 3 jenjang yaitu :

1. Jenjang pendidikan dasar (basic education / SD)


2. Jenjang pendidikan menengah (SM)
3. Jenjang pendidikan tinggi (PT)
Ketiga jenjang tersebut memberikan bekal kepada para peserta didik
secara bersinambungan. Pendidikan dasar merupakan basic education
yang memberikan bekal dasar bagi pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi.

1. Segi Pembidangan Kerja dan Sektor Kehidupan


Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi : bidang ekonomi,
hukum, sosial, politik, keuangan, perhubungan dan komunikasi, pertanian,
pertahanan dll. Pembangunan sektor kehidupan dapat diartikan sebagai
aktifitas, pembinaan, pengembangan dan pengisian bidang-bidang kerja
tersebut agar dapat memenuhi hajat hidup warga Negara suatu bangsa.

1. Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan


 

Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu sama
lain saling terkait, yaitu aspek filosofis dan keilmuan, yuridis, struktur dan
keilmuan.

1. Hubungan antar aspek-aspek


Aspek filosofis keilmuan dan yuridis menjadi landasan bagi aspek-aspek
yang lain, karena memberikan arah pada aspek-aspek lainnya. Meskipun
aspek filosofis menjadi landasan, tetapi tidak harus diartikan bahwa setiap
terjadi perubahan filosofis dan yuridis harus diikuti dengan perubahan
aspek-aspek yang lain secara total.

1. Aspek filosofis dan keilmuan


Aspek filosofis yaitu berupa penggarapan tujuan nasional pendidikan.
Rumusan tujuan nasional bentuknya memberikan peluang bagi
pengembangan sifat hakekat manusia yang bersiat kodrati, yang bersifat
wajar. Pengembangan tersebut sejalan dengan jiwa pancasila yang secara
total menggantikan  falsafah pendidikan  penjajah yang hanya
menfungsikan pendidikan sebagai sarana untuk menghasilkan tenaga kerja
yang terampil tetapi bersifat bergantung dan loyal kepada penjajah. Hal ini
jelas berbeda dengan sistem pendidikan dari bangsa yang merdeka, yang
arah dan tujuanya ialah mewujudkan manusia-manusia yang cakap dan
terampil, bersifat dinamis,  kreatif dan motifatif serta mandiri dan penuh
tenggang rasa.

Aspek keilmuan juga memberikan sumbangan penting terhadap pendidikan


dan menopang kurikulum.

1. Aspek yuridis
UUD 1945 sebagai landasan hukum pendidikan sifatnya relatif tetap.
Beberapa pasal yang melandasi pendidikan sifatnya eksplisit (pasal 31
ayat (1) dan (2); pasal (32)) maupun yang implisit (pasal 27 ayat (1) dan
(2); pasal (34)).
Pasal pasal tersebut sifatnya masih sangat global dan perlu dijabarkan
lebih rinci kedalam UU Pendidikan seperti UU Pendidikan No. 4 Tahun
1950, UU Pendidikan No. 12 Tahun 1954 dan disempurnakan lagi oleh UU
RI No. 2 Tahun 1989.

1. Aspek struktur
Aspek struktur pembangunan sistem pendidikan berperan pada upaya
pembenahan struktur pembangunan pendidikan yang mencakup jenjang
dan jenis pendidikan, lama waktu belajar dari jenjang yang satu ke jenjang
yang lain, sebagai akibat dari perkembangan sosial budaya dan politik.

1. Aspek kurikulum
Kurikulum merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Tujuan kurikuler
berubah, maka kurikulum berubah pula. Perubahan tersebut dapat berupa
materinya, orientasinya, pendekatannya maupun metodenya.

 
1. Kesimpulan
Esensi Pendidikan Dan Pembangunan Serta Titik Temunya

1.  Pendidikan merupakan usaha ke dalam diri manusia sedangkan pembangunan


merupakan usaha keluar dalam diri manusia.
2.  Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang pembangunan
dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan
saran, dan seterusnya)
 

Sumbangan Pendidikan Pada Pembangunan


Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat dari berbagai
segi, diantaranya:

1. Segi sasaran pendidikan


2. Segi lingkungan pendidikan
3. Segi jenjang pendidikan
4. Segi pembidangan kerja atau sektor kehidupan
 

Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan

Sistem pendidikan meliputi banyak aspek, antara lain :

1. Aspek filosofis dan keilmuan


2. Aspek yuridis
3. Aspek struktur
4. Aspek keilmuan

KAJIAN TERHADADAP UNDANG-


UNDANG TENTANG SISTEM
PENDIDIKAN NASIONAL.
19/12/2013 AFID BURHANUDDIN 1 KOMENTAR
Dalam dunia pendidikan di negara manapun, dibutuhkan sebuah aturan
yang mengatur tentang pendidikan nasional di negara tersebut. Di
indonesia pendidikan nasional berdasarkan pada pancasila dan undang-
undang dasar republik indonesia tahun 1945, menyatakan bahwa berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia,
berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Sistem pendidikan nasional tersebut tercantum dalam UU no. 2 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional.

DEFINISI SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL.

Sistem pendidikan nasional adalah kesatuan dari seluruh sistem, yaitu:


pancasila, UUD 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional indonesia dan tanggap terhadap tuntutan jaman.

ü        Menurut UUD 1945, disebutkan dalam pasal 31 ayat 1 bahwa setiap


warga berhak mendapatkan pendidikan, pasal 31 ayat 2 bahwa setiap
warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.

ü        Menurut UU no. 2 tahun 1989 yang ditetapkan pada 27 maret


1989disebutkan dalam bab. 1 pasal 1 bahwa sistem pendidikan nasional
adalah suatu keseluruhan yang terpadu dari semua kesatuan dan kegiatan
pendidikan yang berkaitan untuk mengusahakan tercapainya tujuan
pendidikan nasional.

ü        Serta tercantum dalam Undang – undang No. 2 tahun 2003 dan


UUD 1945 pasal 31 ayat 2.

 
JALUR PENDIDIKAN NASIONAL

dalam undang-udang no. 20 tahun 2003 pasal 13 ayat 1 disebutkan bahwa


jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal
yang saling melengkapi dan memperkaya.

ü        Pendidikan formal, meliputi:

Pendidikan dasar:

– sekolah dasar (SD), madrasah ibtidaiyah (MI)

-sekolah menengah pertama (SMP), madrasah tsanawiyah (MTs)

Pendidikan menengah:

-sekolah mengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA)

-sekolah menengah kejuruan (SMK), madrasah aliyah kejuruan (MAK)

Menyenyam pendidikan formal yang diakui oleh lembaga pendidikan


negara adalah sebuah kewajiban di indonesia. Semua kalangan wajib
menempuh pendidikan minimal 9 tahun.

ü        Pendidikan non formal

-lembaga kursus

-lembaga penelitian

-kelompok belajar
-pusat kegiatan belajar masyarakat

Pendidikan ini dapat dihargai setara dengan pendidikan formal apabila


telah melalui proses penilaian, penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk
oleh pemerintah atau pemerintahan daerah dengan acuan pada standart
nasional pendidikan.

ü        Pendidikan in formal

Pendidikan ini dilakukan oleh keluarga dan lingkungan agar terbentuk


kegiatan belajar mandiri. Hasil dari pendidikan ini diakui sama dengan
pendidikan formal dan non formal setelah peserta didik lulus ujian dengan
standart nasional pendidikan. Selain itu, menurut UU RI no. 2 tahun 1989
terdapat beberapa lembaga pendidikan lainnya, yaitu :

1. Pendidikan umum

Pendidikan yang mengutamakan perluasan, penglolaan, dan keterampilan


seperti: SD, SMP, SMA, dan Universitas.

2. Pendidikan kejuruan

Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja pada


bidang pekerjaan tertentu, seperti; SMK.

3. Pendidikan luar biasa

Pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk peserta didik yang


menyandang kelainan fisik, seperti: SGPLB (sekolah guru pendidikan luar
biasa)

4. Pendidikan kedinasan
Pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk meningkatkan
kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai atau calon
pegawai, seperti: SPK(sekolah perawat kesehatan), APDN(akademik
pemerintah dalam negeri).

5. Pendidikan keagamaan

Pendidikan khusus yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat


melaksanakan peranan yang menuntut penguasaan, pengetahuan khusus
tentang ajaran agama, seperti: madrasah tsanawiyah (MTs)

KURIKULUM PROGRAM PENDIDIKAN

Kurikulum ialah suatu sistem program pembelajaran untuk mencapai tujuan


institusional pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang
peran penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu atau berkualitas.

Kurikulum program pendidikan debagi menjadi 2, yaitu kurikulum nasional


dan kurikulum muatan lokal.

ü       Kurikulum nasional

Disusun atas kurikulum induk nasional dan atas dasar tersebut disusun
paket program belajar-mengajar, baik untuk jenis pendidikan uum,
kejuruan, pendidikan, kemasyarakatan, maupun pendidikan khusus
(kedinasan dan keagamaan)

Tujuan pendidikan nasional dinyatakan dalam UU RI no. 2 tahun 1989


pasal 38 ayat 1, yaitu:

1. Terwujudnya bangsa yang cerdas


2. Manusia yang utuh, beriman, dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha
esa

3. Berbudi pekerti luhur

4. Terampil dan berpengetahuan

5. Sehat jasmani dan rohani

6. Berkepribadian yang mantap dan mandiri

7. Bertanggungjawab pada kemasyarakatan dan kebangsaan

Ayat 2 menyatakan bahwa isi kurikulum setiap jenis jalur dan jenjang
pendidikan wajib menguat:

1. Pendidikan pancasila

2.pendidikan agama

3. Pendidikan kewarganegaraan

ü        Kurikulum muatan lokal

Latar belakan negara kita yang memili ciri khas tersendiri dalam hal adat
istiadat, tata cara dan tata krama pergaulan, kesenian, bahasa lisan
maupun tulisan, kerajinan, dan nilai-nilai kehidupan masing-masing. Maka,
dalam pengembangan kurikulum sekolah, daerah dilibatkan agar
berkesempata untuk menyusun program muatan lokal yang sesuai yang
dipilih dengan lingkugannya.

Kurikulum muatan lokal sendiri ialah kurikulum yang disesuaikan dengan


keadaa lingkungan dimana lembaga pendidikan itu berada tanpa
mengurangi kurikulum yang telah ditetapkan secara nasional. Materi yang
ada dalam program kurikulum muatan lokal adalah perpaduan antara
kurikulum nasional dan unsur-unsur daerah. Dalam unsur daerah terdiri
atas: lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan budaya.

Selain itu, tujuan negara mengadakan muatan lokal dapat dilihat dari segi
kepentingan nasional dan kepentingan peserta didik, yaitu: melestarikan
dan mengembangkan kebudayaan khas daerah, mengubah nilai dan sikap
masyarakat terhadap lingkungan kearah yang lebih baik atau positif.

PENGELOLAAN PENDIDIKAN

Pengelolaan pendidikan diserahkan kepada tiap-tiap daerah, namun


tanggung jawab pengelolaan sistem pendidikan nasional tetap berada
ditanga menteri yang telah diberi tugas oleh presiden dalam pasal 50 ayat
1 yaitu menteri pendidikan nasional.

SOLUSI SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Sistem pendidikan pada saat ini belum dapat berjalan sebagaimana yang
diharapkan oleh warga negara indonesia, oleh karena itu terdapat
beberapa beberapa pertimbangan agar sistem pendidikan nasional ini
dapat berjalan dengan lebih baik, yaitu:

1. Mempergunakan sistem yang objektif dalam berbagai aspek

2. Orang-orang yang menjalankan sistem objektif adalah orang yang harus


berkualitas

3. Dapat pula mempergunakan sistem pendidikan islam sebagaimana yang


banyak dipakai pada saat ini.

PENUTUP.
Dalam penerapan sistem pendidikan nasional diperlukan campur tangan
dari semua pihak agar dapat tercapai sistem yang diharapkan bersama.
Semua pihak dalam hal ini meliputi pemerintah khususnya menteri,
pendidik, peserta didik, dan masyarakat. Walaupun dalam proses
pembelajaran pemerintah tidak campur tangan tetapi diserahkan pada
masing-masing daerah, pemerintah khususnya menteri pendidikan
nasional wajibbertanggung jawab pada segala sesuatu yang terjadi tentang
baik-buruknya mutu pendidikan yang ada.

Selain sistem yang seharusnya berjalan secara maksimal, dibutuhkan


kurikulum serta pengelolaan pendidikan dalam penerapannya. Kurikulum
yang dimaksud baik kurikulum nasional maupun kurikulum muatan lokal.

DAFTAR PUSTAKA.

Depdikbud. 1989. UU RI no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan


nasional beserta penjelasannya. Jakarta: balai pustaka.

Santosi, slamet imam. 1992. “sistem pendidikan nasional. Peraturan


pelaksanaannya.” laporan komisi pembaruan pendidikan nasional, 1980.
Jakarta: depdikbud.

FILSAFAT PRAGMATISME
09/12/2013 AFID BURHANUDDIN 1 KOMENTAR

Berdasarkan perkembangan sejarah filsafat naturalisme dan pragmatisme


adalah yang paling muda, namun juga sangat penting kota ketahui adanya
aliran-aliran lain  antara naturalisme dan pragmatisme. Pragmasis
dipandang sebagai aliran filsafat modernren. Namun sebenarnya
berpangkal pada filsafat empiris , berpendapat bahwa manusia dapat
mengetahui apa yang manusia alami. Filsafat ini cenderung mengabaikan
hal-hal yang  tradisional dan terarah pada hal-hal yang kehidupan.
Pragmatisme lahir di tengah-tengah situasi sosial yang dilanda berbagai
problema terkait dengan masuknya urbanisasi dan industrialisasi.
Dalam kondisi seperti di atas ini, pragmatisme melahirkan beberapa nama
yang cukup berpengaruh mualai dari Charles Sandre Peirce (1839-1914),
dan John Dewey (1859-1952) dan seorang pemikir yang juga cukup
menonjol bernama George Herbert Mead (1863-1931). Kedua filosof
tersebut berbeda, baik dalam metodologi maupun matematika, filosof
Dewey dan biologi, sedangkan pragmatisme James adalah personal,
psikologis dan bahkan mungkin religius.

Dalam perkembangannya, pragmatisme akan mempengaruhi teori-teori


pendidikan yang lahir selanjutnya, mulai dari pendidikan, namun diantara
aliran-aliran itu terdapat dua aliran pendidikan yaitu progresivisme dan
humanisme, di mana pengaruh pragmatisme sangat kuat di dalamnya.

ANATOMI, EPISTIMOLOGI dan AKSIOLOGI PRAGMATIS

Tindakan, perbuatan segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan


apa yang dapat dilakukan.Tetapi pengertian seperti ini belum
menggambarkan keseluruhan dari pengertian pragmatisme.

Istilah lainnya yang dapat diberikan pada filsafat pragmatisme adalah


menganggap bahwa dalam hidup itu tidak dikenal tujuan akhir, melainkan
hanya tujuan sementara yang merupakan alat untuk mencapai tujuan
berikutnya, termasuk dalam pendidikan tidak mengenal tujuan akhir. Kalau
suatu kegiatan telah mencapai tujuan, maka tujuan tersebut dapat
dijadikan alat untuk mencapai tujuan berikutnya. Karena filsafat ini
menggunakan metode eksperimen dan berdasarkan atas pengalaman
dalam menentukan kebenarannya.

Pragmatisme adalah aliran filsafat yang berpandangan bahsa kriteria


kebenaran sesuatu yang memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.

Pragmatis merupakan teori yang mendasarkan diri kepada kriteria tentang


tidaknya dalam lingkup ruang dan waktu tertentu. Teori pgarmatis berbeda
dengan teori koherensi dan korespondensi yang keduanya berhubungan
langsung dengan realita objektif, pragmatisme berusaha menguji
kebenaran ide melalui konsekuensi dari pada pelaksanaannya. Arinya ide-
ide itu belum dikatakan benar salah nya sebelum diuji.

Pragmatis meletakkan pemakaian mengenai pengetahuan itu sendiri. Maka


kegunaan dan kemampuan perwujudan nyata adalah hal yang mempunyai
kedudukan utama seputar pengetahuan itu. Pragmatisme memandang
realitas sebagai suatu proses dalam waktu, yang berarti orang mempunyai
perasaan untuk menciptakan atau mengembangkan hal yang diketahui. Ini
berarti bahwa tindakan yang dilakukan oleh orang yang memiliki
pengetahuan tersebut dapat menjadi unsur penentu untuk
mengembangkan pengetahuan itu pula.

Secara umum pragmatisme berarti hanya pemikiran, pendapat, yang dapat


dipraktikkan yang bener dan berguna.

Pragmatisme berpandangan bahwa pengetahuan dan perbuatan bersatu


tak terpisahkan, dan semua pengetahuan bersumber dari dan diuji
kebenarannya melalui pengalaman. suatu sistem kerja sama yang terbuka.
Metode pemecahan masalah yang telah dikembangkan dalam ilmu
sebagai pendekatan ilmiah, juga merupakan metode belajar dalam
pendidikan.

 
 

TOKOH-TOKOH PRAGMATISME

1. Charles Sandre Peirce (1839-1914)


 

Peirce dikenal sebagai pendiri aliran filsafat pragmatisme Amerika.Untuk


menyebut pemikir pragmatisme. Peirce membedakan pandangannya dari
pada pragmatis lainnya. Peirce merupakan seorang ahli teori logika,
bahasa, komunikasi dan teori umum tanda Peirce disebut
sebagai semiotika. Selain itu dia juga mendalami logika matematika
produktif luar biasa dan matematika umum yang merupakan
perkembangan dari psiko.

1. John Dewey (1859)


Sebagai pengikut filsafat pragmatisme, Dewey mengatakan bahwa tugas
filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata. Filsafat tidak
boleh larut dalam pemikiran yang kurang pragtis, tidak ada gunanya, oleh
karena itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan pengolahan secara
kritis.

Menurut John Dewey tidak ada sesuatu yang tetap. Manusia senantiasa
bergerak dan berubah. Jika mengalami kesulitan, maka berfikir untuk
mengatasi kesulitantersebud. Maka dari berfikir tidak lain untuk bertindak.
Kebenaran dari pengertian ini dapat ditinjau dari berhasil dan tidaknya
kenyataan. Satu-satunya cara yang dapat dipercaya untuk
mengaturpengalamann dan untuk mengetahui artinya yang sebenarnya
adalah metoda induktif. Metode ini tidak hanya berlaku bagi ilmu
pengatahuan fisika, melainkan juga bagi persoalan sosial dan moral.

1. George Herbert Mead (1863-1931)


Mead atau George Herbert Mead memiliki periode hidup yang tidak jauh
berbeda dengan William James dan Pierce. Dia juga dikenal dengan filusuf
Amerika yang berpengaruh, khususnya dalam aliran pragmatisme. Mead
lebih banyak sebagai seorang pakar teori sosial ketimbang seorang filusuf,
terutama karena ketrtarikannya yang berlebihan kepada teori-teori sosial.

PANDANGAN PRAGMATISM

       1. Tentang Ralitas

Pahampragmatisme ini sepenuhnya berbasis pendekatan empiris yakni


apa yang bisa dirasakan itulah yang  benar artinya akal, jiwa dan materi
adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, para
pragmatis tidak nyaris pernah mendasarkan satu hal kebenaran. Menurut
mereka, pengalaman yang mereka alami akan berubah jika realitaa yang
mereka alami pun berubah.

Realita bukanlah suatu hal yang abstrak, sebaliknya dia hanya sebuah
pengalaman transaksional yang secara konstan dan akan terus-menerus
berubah. Realitas dan dunia yang kita amati tidak bebas dari ide manusia
dan sekaligus tidak terikat kepadanya. Manusia dan lingkungannya
berdampingan dan memiliki tanggungjawab jawab yang sama terhadap
realitas. Dunia akan bermakna sejauh manusia mempelajari makna yang
terkandung di dalamnya. Perubahan merupakan esensi realitas dan
manusia harus siap mengubah cara-cara yang akan dikerjakannya.

Teori pragmatisme tentang perubahan yang terus-menerus didasari


pandangan Heracleitos (540-480 SM), seorang filosof dengan teori yang
disebut mengalir secara terus-menerus, Dia mengatakan tidak ada sungai
yang dialiri oleh air yang sama. Bagi pragmatisme tidak dikenal istilah
metafisika, karena mereka tidak pernah memikirkan makna dibalik realitas
yang dialami dan diamati oleh panca indra manusia. Realitas adalah apa
yang dapat diamati dan dialami secara inderawi.

Manusia pada dasarnya plastik dan dapat berubah. Manusia dipandang


sebagai makhluk fisik sebagai hasil evolusi biologis, sosial dan psikologis,
karena manusia terus-menerus berkembang. Anak merupakan organisme
yang secara terus-menerus merekonstruksi dan menginterpretasi serta
mereorganisasi kembali pengalamannya, anak akan berkembang apabila
berhubungan dengan yang lain.

Tema pokok filsafat pragmatisme adalah :

1)     Esensi realitas adalah perubahan;

2)      Hakikat sosial dan biologis manusia yang esensial;

3)      Relativitas nilai;

4)      Penggunaan intelegensi secara kritis.

Watak pragmativisme adalah humanistik dan menyetujui suatu dalil


“manusia adalah ukuran segalanya. Tujuan dan alat pendidikan harus
fleksibel dan terbuka untuk perbaikan secara terus-menerus.

   2. Tentang Pengetahuan 

Corak paling kuat dari pragmatisme adalah kuatnya pemikiran tentang


konsep kegunaan, makna kegunaan ini lebih ditetapkan pada kegunaan
sains, bukan hal-hal yang bersifat metafisik. Maka, dalam pragmatisme
pengetahuan tidak selalu mesti diidentikkan dengan kepercayaan, tapi
menjadi hal yang terpisah. Kebenaran yang dianggap perlu dipercayai 
bagi para pragmatis selalu menjadi hal yang bersifat personal dan tidak
perlu dikabarkan pada publik, sedangkan hal-hal yang dianggap perlu
diketahui haruslah selalu dikabarkan pada pengamat yang qualified dan tak
berpihak. Sehingga kebenaran dalam pragmatis selalu bersifat relatif dan
kasuistik. Sebuah kebenaran yang dipandang valid dan berguna, di suatu
waktu bisa menjadi hal yang dilupakan.

Pragmatisme menyatakan bahwa akal manusia aktif dan selalu ingin


meneliti, tidak pasif dan tidak begitu saja menerima pandangan tertentu
sebelum dibuktikan kebenarannya secara empiris. Pikiran tidak
bertentangan dan terpisah dari dunia, melainkan merupakan bagian dari
dunia. Pengetahuan menjadi transaksi antara manusia dan lingkungannya
dan kebenaran merupakan bagian dari kebenaran. Pengalaman
senantiasa berubah, inti dari pengalaman adalah perubahan masalah-
masalah yang dihadapi oleh individu maupun sosial, dan untuk
memecahkan masalah-masalah yang selalu muncul ini yang berasal dari
pengalaman yang selalu berubah maka diperlukan alat untuk
memecahakan masalah-masalah tersebut yaitu dengan pengetahuan-
pengetahuan yang oleh Dewey disebut instrumentalisme.

Pragmatisme mengajarkan bahwa tujuan berfikir adalah kemajuan hidup,


yakni untuk memajukan dan memperkaya kehidupan. Nilai pengetahuan
manusia dinilai dan diukur dengan kehidupan praktis. Menurut James
“tidak ada ukuran untuk menilai kebenaran absolut, benar atau palsunya
pikiran akan terbukti di dalam penggunaannya dalam praktik dan
tergantung dari berhasil atau tidaknya tindakan tersebut”.

Pengetahuan yang benar adalah pengetauan yang berguna. Menurut


James “suatu ide itu benar apabila memiliki konsekuensi yang
menyenangkan”. Menurut Dewey dan Peirce “Suatu ide itu benar apabila
berakibat memberikan kepuasan jika diuji secara obyektif dan ilmiah”.
Secara khusus pragmatisme mengemukakan bahwa ide yang benar
tergantung kepada konsekuensi-konsekuensi yang diobservasi secara
obyektif dan ide tersebut operasional.

Teori kebenaran merupakan alat yang kita gunakan untuk memecahkan


masalah dalam pengalaman kita. Suatu teori itu benar jika berfungsi.
Kebenaran bukan suatu yang statis melainkan tumbuh berkembang dari
waktu ke waktu. Menurut  James dalam Harun Hadiwijono, 1980 yang
dikemukankan oleh Uyoh Sadulloh(2008: 121) “Tidak ada kebenaran
mutlak, berlaku umum, bersifat tetap, berdiri sendiri, tidak lepas dari akan
pikiran yang mengetahui. Pengalaman kita berjalan terus dan segala yang
kita anggap benar dalam pengalaman senantiasa berubah karena dalam 
praktiknya apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman
berikutnya. Oleh karena itu tidak ada kebenaran yang mutlak, yang ada
hanya kebenaran-kebenaran yaitu kebenaran yang ada dalam pengalaman
yang suatu saat dapat diubah oleh pangalaman berikutnya”.

Metode intelegen merupakan cara ideal untuk memperoleh pengetahuan,


kita akan mengerti segala sesuatu dengan penempatan dan pemecahan
masalah. Intelegensi mangaju pada hipotesa untuk memecahakan
masalah tersbut, di mana hipotesisnya menjelaskan fakta-fakata masalah
tersebut. Untuk memecahkan masalah-masalah sosial dan perorangan
diharapkan menggunakan logika sains pada pengalaman yang
problematis. Dalam memecahkan masalah ini hendaknya melalui lima
tahap Menurut Dewey dalam Wini Rasyidin yang dikemukankan oleh Uyoh
Sadulloh(2008: 121) yaitu sebagai berikut :

a.     Indeterminate situation, timbulnya situasi ketegangan di dalam


pengalaman yang perlu dijabarkan secara spesifik.

b.     Diagnosis, artinya timbul upaya mempertajam  masalah sampai


panentuan faktor-faktor yang diduga menyebabkan timbulnya masalah.

c.     Hypotesis, adanya upaya menemukan gagasan yang diperkirakan


dapat mengatasi masalah dengan jalan mengerahkan pengumpulkan
informasi yang penting-penting.

d.     Hypotesis testing, pelaksanaan berbagai hipotesis yang paling relevan


secara teoritis untuk membandingkan implikasi masing-masing kalau
dipraktikkan.

e.     Evaluation, mempertimbangkan hasilnya setelah hipotesis terbaik


dilaksanakan yaitu dalam kaitan dengan masalah yang dirumuskan pada
langkah ke-2 dan ke-3.

Berdasarkan langkah di atas, Dewey berusaha menyusun teori yang logis


dan konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan dan penyimpulan-
penyimpulan dalam bentuknya yang beraneka ragam, dalam artian
alternatif-alternatif. Menurutnya  apa yang benar adalah apa yang pada
akhirnya disetujui atau diterima oleh semua orang yang menyelidikinya.

Pengalaman merupakan interaksi antara manusia dan lingkungannya


dengan organisme biologis. Pengalaman manusia membentuk aktivitas
untuk memperoleh pengetahuan. Kegiatan berfikir timbul  disebabkan
adanya gangguan terhadap situasi (pengalaman) yang menimbulkan
masalah bagi manusia.  Berfikir ilmiah merupakan alat untuk memecahkan
masalah yang disebut metode intelegen atau metode ilmiah.
 

       3. Tentang Nilai 

Pandangan pragmatis mengemukakan pandangan tentang nilai, bahawa


nilai itu relatif. Kaidah-kaidah moral dan etika tidak tetap, melainkan selalu
berubah, seperti perubahan kebudayaan, masyarakat dan lingkungannya.
Untuk menguji kualitas nilai sama dengan cara menguji kebenaran
pengetahuan. Nilai moral maupun etis dilihat dari perbuatannya bukan dari
segi teori. Jadi, pendekatan terhadap nilai adalh cara empiris berdasarkan
pengalaman-pengalaman manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Kita harus mempertimbangkan perbuatan manusia dengan cara tidak


memihak dan secara ilmiah memiliki nilai-nilai yang tampaknya
memungkinkan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
manusia. Nilai-nilai ini tidak dapat dipaksa untuk diterima, tapi akan
diterima setelah di diskusikan secara terbuka berdasarkan bukti-bukti
empiris dan obyektif.

Nilai lahir dari keinginana, dorongan dan perasaan manusia serta


kebiasanaan mereka, sesuai dengan wataknya antara biologis dan sosial
di dalam diri dan kepribadiannya. Nilai merupakan suatu realitas kehidupan
yang merupakan suatu wujud perilaku manusia sebagai suatu
pengetahuan dan ide, ini dikatakan benar bila mengandung kebaikan,
berguna dan bermanfaat bagi manusia untuk menyesuaikan diri dalam
kehidupan dalam lingkungan tentu.

IMPLIMENTASI PRAGMATISME DALAM PENDIDIKAN

Pragmatisme dilandasi oleh subjek didik bukanlah objek, melainkan subjek


yang memiliki pengalaman sendiri, sehingga mereka berkembang dan
memiliki inisiatif dalam memecahkan problema-problema masalah mereka.
Dalam pelaksanaannya, pendidikan pragmatisme mengarahkan agar
peserta didik saat belajar di sekolah tidak jauh berbeda ketika mereka
berada di luar sekolah. Oleh karena itu kehidupan disekolah selalu didasari
sebagai bagian dari pengalaman hidup, cara menghadapi problema yang
ada disekitar, bukan bagian dari persiapan untuk menjalani hidup,
sehingga nantinya akan membawa peserta didik bisa berfikir kritis dan
mampu beradaptasi dengan dunia yang terus berubah dan mampu untuk
berhasil dalam menjalani kehidupan.

Selain itu pendidikan pragmatis juga menanamkan nilai-nilai demokrasi


dalam ruang pembelajaran di sekolah, karena pendidikan bukanlah ruang
yang terpisah dari lingkungan sosial, maka setiap orang/masyarakat juga
diberi kesempatan untuk setiap pengambilan keputusan pendidikan yang
ada, tapi keputusan-keputusan ini nantinya dilakukan evaluasi berdasarkan
situasi-situasi sosial yang ada untuk kemajuan sekolah tersebut.

Di sini guru menjadi pendamping peserta didik, menjadi pemandu atau


pengarah aktivitas peserta didik di luar hal-hal yang dibutuhkan oleh
peserta didik dengan pertimbangan-pertimbangan dan pengalaman dari
guru tersebut. Selain  itu,  guru harus menyusun situasi belajar di sekitar
masalah yang harus dipecahkan oleh siswanya. Siswa pada dasarnya
merupakan pelajar yang selalu ingin tahu, sehingga mereka diarahkan
mengadakan eksplorasi  terhadap lingkungan tempat tinggal mereka, anak
akan lebih belajar dari apa yang mendorong mereka untuk meneliti dan
menarik perhatian mereka. Guru harus memelihara keinginan atau
mendorong siswa untuk meneliti. Guru harus memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar apa yang mereka ingin ketahui, selalu ingn
mengetahui yang berkaitan dengan pelajaran seperti sejarah dan ilmu
pengetahuan lainnya.

Metode untuk pembelajaran pragmatisme ini selalu menekankan


pengalaman sebagai sesuatu yang sangat berarti, oleh karena itu
pengajaran selalu menjadi sesuatu yang dekat dengan hidup, di mana
murid terlibat langsung sedangkan guru sebagai pendamping atau
pemandu.

5)      Peran guru, mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa


tanpa menganggu minat kebutuhannya.
Peran sekolah yakni sebagai tempat untuk mengajarkan cara belajar yang
mampu menyesuaikan  dengan perubahan-perubahan hidup yang terus-
menerus menimpa dunia mereka, sehingga sekolah harus melihat proses-
proses dari pembelajarn peserta didik ketimbang melihat muatan materi
dan nilai akhir.

Tujuan pendidikan itu ada dalam proses pendidikan, sehingga proses


pendidikan tidak memiliki tujuan yang terpisah. Pendidiklah yang
memikirkan tujuan pendidikan itu. Pragmatisme memandang bahwa setiap
fase dalam proses pendidikan itu merupakan alat untuk mencapai fase
berikutnya. adalah merupakan tujuan yang ada dalam proses pendidikan
itu.

Daftar Pusataka

Fuad Ihsan. 2010.”Filasafat Ilmu”. Rineka Cipta: Jakarta.

Imam Barnadib. 1976. “Filsafat Pendidikan (Sistem dan Metode)”. Andi


Offset : Yogyakarta.

Kochhar. 2008. “Pembelajaran Sejarah ( Teaching of History)”. Gramedia :


Jakarta

Muhammad Adib. 2011. “Filsafat Ilmu (Ontologi, Epistemologi, Aksiologi


dan Logika Ilmu Pengetahuan)”. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Teguh Wangsa Gandhi. 2011. “Filsafat Pendidikan (Mazhab-mazhab


filsafat pendidikan)”. Ar-Ruzz Media : Yogyakarta.

Uyoh Sadulloh. 2008. “Pengantar Filsafat Pendidikan”. Alfabeta : Bandung.


SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
19/12/2013 AFID BURHANUDDIN 3 KOMENTAR

Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang


Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujua
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut
pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sistem pendidikan Indonesia yang telah dibangun dari dulu sampai
sekarang ini, ternyata masih belum mampu sepenuhnya menjawab
tantangan global untuk masa yang akan datang. Program pemerataan dan
peningkatan kualitas pendidikan yang selama ini menjadi fokus pembinaan
masih menjadi masalah yang menonjol dalam dunia pendidikan di
Indonesia ini.

Sementara itu jumlah penduduk usia pendidikan usia pendidikan dasar


yang berada di luar sistem pendidikan nasional itu masih sangat banyak
jumlahnya, dunia pendidikan kita masih berhadapan dengan bergbagai
masalah internal yang mendasar dan bersifat kompleks, selain itu pula
bangsa Indonesia ini masih menghadapi sejumlah problematika yang
sifatnya berantai sejak jenjang pendidikan mendasar sampai pendidikan
tinggi.

Pengertian Sistem Pendidikan Nasional

Sistem adalah suatu perangkat yang saling bertautan, yang tergabung


menjadi suatu keseluruhan.
Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan pengajaran, dan atau latihan.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan


UUD negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
jaman.

Sistem Pendidikan Nasional adalah satu kesatuan yang utuh dan


menyeluruh yang saling bertautan dan berhubungan dalam suatu sistem
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional secara umum.

Menurut UU No.20 tahun 2003, sistem pendidikan nasinal harus mampu


menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta
relevasi efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan
sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global
sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana,
terarah dan berkesinambungan.

Kelembagaan dan Pengelolaan Pendidikan

1. Jalur Pendidikan
Dalam UU no. 20 tahun 2003 pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa jalur
pendidikan terdiri dari pendidikan formal, nonformal, dan informal.

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang


yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi.

Pendidikan Nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal


yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

1. Jenjang Pendidikan
Menurut UU no. 20 tahun 2003 pasal 14, jenjang pendidikan formal terdiri
dari Pendidikan Dasar (SD dan SMP,MTS), Pendidikan menengah
(SMA,MA,SMK), dan Perguruan Tinggi (Akademi, Universitas,
Politeknik,dll)

1. Jenis Pendidikan
Menurut UU no. 20 tahun 2003 pasal 15, jenis pendidikan mencakup:

a)      Pendidikan Umum

Pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan


pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi.

b)      Pendidikan Kejuruan

Pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk siap


bekerja di bidang tertentu.

c)      Pendidikan Akademik

Pendidikan tinggi yang diarahkan untuk terutama penguasaan disiplin ilmu


pengetahuan tertentu.

d)     Pendidikan Profesi

Pendidikan tinggi yang diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik agar


memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.
e)      Pendidikan Vokasi

Pendidikan tinggi yang diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik agar


memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara
dengan program sarjana.

f)       Pendidikan Keagamaan

Pendidikan dasar, menengah, tinggi yang mempersiapkan peserta didik


untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut pengasaan ilmu
pengetahuan tentang ajaran agama.

g)      Pendidikan Khusus

Pendidikan yang diselenggarakan bagi peserta didik yang berkelainan atau


peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan
secara inklusif.

1. Kurikulum
Ketentuan mengenai kurikulum diatur dalam UU no. 20 tahun 2003 pasal
36, 37 dan 38

Pasal 36:

a)        Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar


nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

b)        Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan


dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah dan peserta didik.

c)        Kurikulum disusun dengan jenjang pendidikan dalam kerangka


NKRI dengan memperhatikan:
(1)          Peningkatan Iman dan Taqwa

(2)          Peningkatan Akhlak Mulia

(3)          Peningkatan Potensi, kecerdasan dan minat peserta didik

(4)          Keragaman potensi daerah dan nasional

(5)          Tuntutan pembangunan daerah dan nasional

(6)          Tuntutan dunia kerja

(7)          Perkembangan IPTEK

(8)          Agama

(9)          Dinamika perkembangan global

(10)      Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

Pasal 37:

Kurikulum pendidikan dasar dan enengah wajib memuat Pendidikan


agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, IPA, IPS, seni
dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan atau kejuruan,
muatan lokal.

Pasal 38:

a)    Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan


menengah ditetapkan oleh pemerintah
b)   Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai
dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan
komite sekolah di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan atau
Kantor Departemen Agama, Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan
Provinsi untuk pendidikan menengah

c)    Kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi yang


bersangkutan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk
setiap program studi

d)   Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan tinggi


dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan mengacu
pada Standar Nasional Pendidikan untuk setiap program studi.

Upaya pembangunan Pendidikan

1. Jenis Upaya Pembaruan Pendidikan


2. Pembaruan Landasan Yuridis
Landasan yuridis adalah landasan hukum yang mendasari semua kegiatan
pendidikan dan mengenai hal-hal yang penting seperti komponen struktur
pendidikan, kurikulum, pengelolaan, pengawasan dan ketenagaan.

1. Pembaruan Kurikulum
Pembaruan kurikulum dapat dilihat dari segi orientasinya, strategi, isi atau
program, dan metodenya. Seperti kurikulum 1975/1976, 1984, 1992, 1994,
1999, 2004 (KBK), dan  yang terakhir adalah kurkulum 2006.

1. Pembaruan Pola Masa Studi


Termasuk pendidikan yang meliputi pembaruan jenjang dan jenis
pendidikan serta lama waktu belajar pada suatu satuan pendidikan.

 
 

1. Pembaruan Tenaga Kependidikan


Tenaga kependidikaan adalah tenaga yang bertugas menyelenggarakan
kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelolah, dan
memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.

1. Dasar dan Aspek Legal Pembangunan Pendidikan


Dasar dan aspek legal pembangunan pendidikan nasional berupa
ketentuan-ketentuan yuridis yang menjadi dasar, acuan, serta mengatur
penyelenggaraan sistem pendidikan nasional, seperti pencasia, UUD 1945,
GBHN, UU organik pendidikan, perpu, dan lain-lain.

Kesimpulan

Sistem pendidikan nasional adalah suatu sistem dalam suatu negara yang
mengatur pendidikan di negaranya agar dapat mencerdaskan kehidupan
bangsa dan tercipta kesejahteraan umum dalam masyarakat.
penyelenggaraan sistem pendidikan nasional disusun sedemikian rupa
meskipun secara garis besar ada persamaan dengan sistem pendidikan
bangsa-bangsa lain , sehingga sesuai dengan kebutuhan akan pendidikan
dari bangsa itu sendiri yang secara geografis, demokratis, historis, dan
kultural.

Jenjang pendidikan diawal dari jenjang pendidian dasar yang memberikan


darsar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat dan berupa
prasyarat untu mengikuti pendidikan menengah yang diselenggarakan di
SLTA. Pendidikan menengah berfungsi memperluas pendidikan dasar dan
mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan
tinggi.
PENERAPAN FILSAFAT
HUMANISTIK DALAM
PEMBELAJARAN
27/11/2013 AFID BURHANUDDIN 1 KOMENTAR

Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar
adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
siswa. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam
berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah laku
ketrampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya
penerimaanya. Jadi belajar adalah suatu proses yang aktif, proses
mereaksi terhadap semua situasi yang ada pada siswa. Belajar merupakan
suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui
situasi yang ada pada siswa.
Dalam suatu pembelajaran juga perlu didukung oleh adanya suatu teori dan belajar,
secara umum teori belajar di kelompokan dalam empat kelompok atau aliran
meliputi: (1) Teori Belajar Behavioristik (2) Teori Belajar Kognitif (3) Teori
Belajar Humanistik (4) Teori Belajar Sibernik.
Untuk memahami lebih lanjut maka dalam makalah ini akan membahas mengenai
Teori Belajar Humanistik.
BAB II
PEMBAHASAN
 
1.        Pengertian Belajar Menurut Teori Humanistik
Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia. Oleh sebab itu, teori belajar humanistic
sifatnya lebih abstrak dan mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan
psikoterapi dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori ini lebih tertarik pada
pengertian belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada pemahaman
tentang proses belajar sebagaimana apa adanya, seperti yang telah dikaji oleh teori
belajar lainnya.
Pemahaman terhadap belajar diidealkan menjadi teori humanistik dapat
memanfaatkan teori belajar apapun asal tujuannya untuk memanusiakan manusia.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa setiap pendirian atau pendekatan belajar tertentu,
akan ada kelebihan dan kekurangannya.
Manusia adalah makhluk yang kompleks. Banyak ahli didalam menyusun teorinya
hanya terpukau pada aspek tertentu yang menjadi pusat perhatiannya. Dengan
pertimbangan-pertimbangan tertentu setiap ahli penelitiannya dari sudut
pandangnya masing-masing. Maka akan terdapat berbagai teori tentang belajar
sesuai dengan pandangan maing-masing.
Para tokoh penganut aliran humanistik, diantaranya adalah Kolb, Honey,
Mumford, Hubermas, Bloom dan Krathwohl.
2.        Ciri-ciri Teori Humanisme
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika siswa memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha
agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori
belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah
membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-
masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik
dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Ada salah satu ide penting dalam teori belajar humanisme yaitu siswa harus
mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam kegiatan belajar mengajar,
sehingga siswa mengetahui apa yang dipelajarinya serta tahu seberapa besar siswa
tersebut dapat memahaminya. Dan juga siswa dapat mengetahui mana, kapan, dan
bagaimana mereka akan belajar. Dengan demikian maka siswa diharapkan
mendapat manfaat dan kegunaan dari hasil belajar bagi dirinya sendiri. Aliran
humanisme memandang belajar sebagai sebuah proses yang terjadi dalam individu
yang meliputi bagian/domain yang ada yaitu dapat meliputi domain kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
Dengan kata lain, pendekatan humanisme menekankan pentingnya emosi atau
perasaan, komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa.
Untuk itu, metode pembelajaran humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah
nilai-nilai kemanusiaan siswa. Sehingga para pendidik/guru diharapkan dalam
pembelajaran lebih menekankan nilai-nilai kerjasama, saling membantu, dan
menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan dalam proses
pembelajaran sehingga menghasilkan suatu proses pembelajaran yang diharapkan
sesuai dengan tujuan dan hasil belajar yang dicapai siswa.
3.        Penerapan Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan Pembelajaran
Teori humanistik sering dikritik karena sukar diterapkan dalam konteks yang lebih
praktis. Karena dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori kepribadian dan
psikoterapi dari pada bidang pendidikan, sehingga sukar dalam
menterjemahkannya ke dalam langkah-langkah yang lebih konkret dan praktis.
Namun, karena sifatnya yang ideal, maka teori humanistik mampu memberikan
arah terhadap semua komponen pembelajaran untuk mendukung tercapainya
tujuan tersebut.
Dalam prakteknya teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir induktif,
mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif
dalam proses belajar. Oleh karena itu, walaupun secara eksplisit belum ada
pedoman baku tentang langkah-langkah pembajaran dengan pendekatan
humanistik, namun paling tidak langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan
oleh Suciati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan sebagai acuan. Langkah-
langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a.    Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
b.    Menentukan materi pelajaran.
c.    Mengidentifikasi kemampuan awal siswa.
d.   Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif
melibatkan diri atau mengalami dalam belajar.
e.    Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran.
f.     Membimbing siswa belajar secara aktif.
g.    Membimbing siswa untuk memahami hakikat makna dari pengalaman
belajarnya.
h.    Membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya.
i.      Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi
nyata.
j.      Mengevaluasi proses dan hasil belajar.
4.        Implikasi Teori Belajar Humanistik
a.    Guru Sebagai Fasilitator. Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru
sebagai fasilitator.
b.    Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal,
situasi kelompok, atau pengalaman kelas.
c.    Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan
perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
d.   Guru mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
e.    Guru mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang
paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan
mereka.
f.     Guru menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk
dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
g.    Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan
menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba
untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi
kelompok.
h.    Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur
dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota
kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti
siswa yang lain.
i.      Guru mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan
juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai
suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.
5.        Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan
guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan
siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi
siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pengalaman
belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan
potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Pembelajaran berdasarkan teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada
materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani,
perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan
aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan
terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa
diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang
lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi
hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang
berlaku.
BAB III
PENUTUP
 
Kesimpulan
Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia.
Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan
dirinya. Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara
optimal. Teori humanistik cenderung bersifat eklektik, maksudnya teori ini dapat
memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai.
Beberapa tokoh penganut aliran humanistik di antaranya:
1)      Kolb, dengan konsepnya tentang empat tahap dalam belajar yaitu:
pengalaman konkret, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan
eksperimentasi aktif.
2)      Honey dan Mumford, menggolongkan siswa menjadi 4 yaitu: aktifis,
reflektor, teoris dan pragmatis.
3)      Hubermas, membedakan 3 macam atau tipe belajar yaitu: belajar teknis,
belajar praktis, dan belajar emansipatoris.
4)      Bloom dan Krathwol, dengan 3 kawasan tujuan belajar yaitu: kognitif,
psikomotor dan afektif.
5)      Ausubel, walaupun termasuk juga ke dalam aliran kognitifisme, ia terkenal
dengan konsepnya belajar bermakna (Meaningful Learning).
Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong
siswa untuk berpikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor
pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.

PENDIDIKAN PROGRESIVISME
27/11/2013 AFID BURHANUDDIN 1 KOMENTAR

Dasar filosofis dari aliran progresivisme adalah Realisme Spiritualistik dan


Humanisme Baru. Realisme spiritualistik berkeyakinan bahwa gerakan pendidikan
progresif bersumber dari prinsip-prinsip spiritualistik dan kreatif dari Froebel dan
Montessori serta ilmu baru tentang perkembangan anak. Sedangkan Humanisme
Baru menekankan pada penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia
sebagai individu. Dengan demikian orientasinya individualistik.
a. Tujuan Pendidikan
Tujuan keseluruhan pendidikan adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja,
bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk
mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan
sepenuhnya bakat dan minat setiap anak. Agar dapat bekerja siswa diharapkan
memiliki keterampilan, alat dan pengalaman sosial, dan memiliki pengalaman
problem solving.
b. Kurikulum Pendidikan
Kalangan progresif menempatkan subjek didik pada titik sumbu sekolah (child-
centered). Mereka lalu berupaya mengembangkan kurikulum dan metode
pengajaran yang berpangkal pada kebutuhan, kepentingan, dan inisiatif subjek
didik. Jadi, ketertarikan anak adalah titik tolak bagi pengalaman belajar. Imam
Barnadib menyatakan bahwa kurikulum progresivisme adalah kurikulum yang
tidak beku dan dapat direvisi, sehingga yang cocok adalah kurikulum yang
“berpusat pada pengalaman”.
Sains sosial sering dijadikan pusat pelajaran yang digunakan dalam pengalaman-
pengalaman siswa, dalam pemecahan masalah serta dalam kegiatan proyek. Disini
guru menggunakan ketertarikan alamiah anak untuk membantunya belajar berbagai
keterampilan yang akan mendukung anak menemukan kebutuhan dan keinginan
terbarunya. Akhirnya, ini akan membantu anak (subjek didik) mengembangkan
keterampilan-keterampilan pemecahan masalah dan membangun ‘gudang’ kognitif
informasi yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan sosial.
c. Metode Pendidikan
Metode pendidikan yang biasanya dipergunakan oleh aliran progresivisme
diantaranya adalah; (1) Metode Pendidikan Aktif, Pendidikan progresif lebih
berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya
proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan
minatnya; (2) Metode Memonitor Kegiatan Belajar, Mengikuti proses kegiatan
anak belajar sendiri, sambil memberikan bantuan-bantuan apabila diperlukan yang
sifatnya memperlancar berlangsung kegiatan belajar tersebut; (3) Metode
Penelitian Ilmiah, Pendidikan progresif merintis digunakannya metode penelitian
ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep; (4) Pemerintahan Pelajar, Pendidikan
progresif memperkenalkan pemerintahan pelejar dalam kehidupan sekolah dalam
rangka demokratisasi dalam kehidupan sekolah; (5) Kerjasama Sekolah Dengan
Keluarga, Pendidikan Progresif mengupayakan adanya kerjasama antara sekolah
dengan keluarga dalam rangka menciptakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi
anak untuk mengekspresikan secara alamiah semua minat dan kegiatan yang
diperlukan anak; (6) Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan Pendidikan,
Sekolah tidak hanya tempat untuk belajar, tetapi berperanan pula sebagai
laboratoriun dan pengembangan gagasan baru pendidikan.
d. Pelajar
Kaum progresif menganggap subjek-subjek didik adalah aktif, bukan pasif, sekolah
adalah dunia kecil (miniatur) masyarakat besar, aktifitas ruang kelas difokuskan
pada praktik pemecahan masalah, serta atmosfer sekolah diarahkan pada situasi
yang kooperatif dan demokratis. Mereka menganut prinsip pendidikan perpusat
pada anak (child-centered). Mereka menganggap bahwa anak itu unik. Anak
adalah anak yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Anak mempunyai alur
pemikiran sendiri, mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dan
kecemasan sendiri yang berbeda dengan orang dewasa.
e. Pengajar
Guru dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai; (1) Fasilitator,
orang yang menyediakan diri untuk memberikna jalan kelancaran proses belajar
sendiri siswa; (2) Motivator, orang yang mampu membangkitkan minat siswa
untuk terus giat belajar sendiri; (3) Konselor, orang yang membantu siswa
menemukan dan mengatasi sendiri masalah-masalah yang dihadapi oleh setiap
siswa. Dengan demikian guru perlu mempunyai pemahaman yang baik tentang
karakteristik siswa, dan teknik-teknik memimpin perkembangan siswa, serta
kecintaan pada anak agar dapat menjalankan peranannya dengan baik.
_

KETERKAITAN PENDIDIKAN DAN


PEMBANGUNAN
27/11/2013 AFID BURHANUDDIN 3 KOMENTAR

Keunggulan suatu bangsa tak lagi bertumpu pada kekayaan alam,


melainkan pada keunggulan Sumber Daya Manusia, yaitu tenaga pendidik
yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang sangat cepat.
Kekayaan ini sudah lebih dari cukup untuk mendorong pakar dan praktisi
pendidikan melakukan kajian sistematik untuk membenahi atau
memperbaiki sistem pendidikan nasional. Agar lulusan sekolah mampu
beradaptasi secara dinamis dengan perubahan dan tantangan
itu.pemerintah melontarkan berbsgai kebijaksanaan tentang pendidikan
yang memberikan ruang yang luas bagi sekolah dan masyarakatnya untuk
menentukan program dan rencana pengembangan sendiri sesui dengan
kebutuhan dan kondisi masing-masing. Pendidikan menduduki posisi
sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan
kualitas SDM. Oleh karena itu, pendidikan juga merupakan alur tengah
pembangunan dari seluruh sektor pembangunan.
 

PEMBAHASAN

1. PERANAN PENDIDIKAN DALAM PEMBANGUNAN


Pendidikan sangat erat kaitannya dengan pembangunan. Pendidikan
merupakan usaha untuk diri manusia dan mampu menghasilkan SDM yang
menunjang pembangunan sedangkan pembangunan merupakan usaha
dari diri manusia dan dapat menunjang pendidikan (pembinaan,
penyelidikan, saran dan seterusnya).
Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena
sasaranya adalah peningkatan kualitas SDM.

1. Peranan pendidikan dalam pembangunan nasional


Peranan pendidikan sangat berpengaruh dalam pembangunan suatu
Negara karena Negara yang maju sudah pasti memiliki mutu pendidikan
yang sangat baik di negaranya . karena jika Negara mempunyai generasi
penerus yang cerdas pasti para penerus akan memperbaiki pembangunan
terhadap Negara . pendidikan sangatlah penting untuk menentukan
kedudukan suatu bangsa,  ilmu pengetahuan teknologi suatu Negara juga
mempengaruhi kemajuan Negara . contoh saja Indonesia , Negara kita ini
masih lemah dari sektor pendidikan dibanding Negara maju seperti
jepang , jerman , Negara maju lainnya . karena di Negara Indonesia masih
banyak masalah pendidikan yang belum diselesaikan oleh pemerintah
seperti masih banyaknya bangunan sekolah yang tidak layak untuk belajar
dan pengembangan metode belajat yang masih jauh dari harapan . maka
dari itu Indonesia sampai saat ini masih di kategori kan sebagai Negara
berkembang . contoh saja seperti Negara maju jepang , jepang terkenal
dengan teknologinya yang berkembang sangat pesat hal ini tidak lepas dari
pendidikan yang sangat baik di jepang . karena jepang sangat
mementingkan pendidikan agar muncul para penerus negaranya yang
memiliki tingkat intelektual yang kuat dan memiliki ilmu pengetahuan dan
teknologi yang tinggi hal inilah yang membuat jepang menjadi Negara maju
. karena syarat Negara yang paling utama untuk menjadi Negara maju
adalah memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang tinggi .
seharusnya pemerintah Indonesia bisa berkaca dari jepang untuk
memajukan mutu pendidikan Indonesia agar kelak Indonesia bisa menjadi
Negara maju dan terlepas dari angka kemiskinan yang tinggi saat ini

Berkaitan dengan peranan pendidikan dalam pembangunan nasional


muncul dua paradigma yang menjadi kiblat bagi pengambil kebijakan
dalam pengembangan kebijakan pendidikan: Paradigma Fungsional dan
paradigma Sosialisasi. Paradigma Fungsional melihat bahwa
keterbelakangan dan kemiskinan dikarenakan negara tidak mempunyai
cukup penduduk yang memiliki pengetahuan, kemampuan dan sikap
modern. Menurut pengalaman masyarakat di Barat, lembaga pendidikan
formal sistem persekolahan merupakan lembaga utama mengembangkan
pengetahuan malatih, kemampuan dan keahlian serta menanamkan sikap
modern para individu yang diperlukan dalam proses pembangunan. Bukti-
bukti menunjukan adanya kaitan yang erat antara pendidikan formal
seseorang dan partisipasinya dalam pembangunan. Perkembangan lebih
lanjut muncul, tesis Human Investment, yang menyatakan bahwa investasi
dalam diri manusia lebih menguntungkan, memiliki economic rate of
return yang lebih tinggi di bandingkan dengan investasi dalam bidang fisik.

Sejalan dengan paradigma Fungsional, paradigma sosialisasi melihat


peranan pendidikan dalam pembangunan adalah:

1)  mengembangkan kompetensi individu,

2) kompetensi yang lebih tinggi tersebut diperlukan untuk meningkatkan


produktivitas, dan

3)  secara umum, meningkatkan kemampuan warga masyarakat dan


semakin banyaknya warga masyarakat yang memiliki kemampuan akan
meningkakan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu,
berdasarkan paradigma sosialisasi ini, pendidikan harus di perluas secara
besar-besaran dan menyeluruh, kalau suatu bangsa menginginkan
kemajuan.

Paradigma Fungsional dan paradigma Sosialisasi telah melahirkan


pengaruh besar dalam dunia pendidikan paling tidak dalam dua hal.

Pertama, telah melahirkan paradigma pendidikan yang bersifat analisis-


mekanistis dengan mendasarkan pada doktrin reduksionisme dan
mekanistis. Reduksionisme melihat pendidikan sebagai barang yang dapat
dipecah-pecah dipisah-pisah satu dengan yang lain. Mekanis melihat
bahwa pecahan-pecahan atau bagian-bagian tersebut memiliki keterkaitan
linier fungsional, satu bagian menentukan bagian yang lain secara
langsung. Akibatnya, pendidikan telah direduksi sedemikian rupa kedalam
serpihan-serpihan kecil yang satu dengan yang lain menjadi terpisah tiada
hubungan, seperti, kurikulum kredit SKS, pokok bahasan, program
pengayaan, seragam, pekerjaan rumah dan latihan-latihan. Suatu sistem
penilaian telah dikembangkan untuk menyesuaikan dengan serpihan-
serpihan tersebut: nilai, indeks prestasi, ranking, rata-rata nilai, kepatuhan
dan ijasah.
Kedua, para pengambil kebijakan pemerintah menjadikan pendidikan
sebagai engine of growth, penggerak dan lokomotif pembangunan.
Sebagai penggerak pembangunan maka pendidikan harus mampu
menghasilkan invention dan innovation, yang merupakan inti kekuatan
pembangunan. Agar berhasil melaksanakan fungsinya, maka pendidikan
harus diorganisir dalam suatu lembaga pendidikan formal sistem
persekolahan, yang bersifat terpisah dan berada diatas dunia yang lain,
khususnya dunia ekonomi. Bahkan pendidikan harus menjadi panutan dan
penentu perkembangan dunia yang lain, khususnya, dan bukan sebaliknya
perkembangan ekonomi menentukan perkembangan pendidikan. Dalam
lembaga pendidikan formal inilah berbagai ide dan gagasan akan dikaji,
berbagai teori akan diuji, berbagai teknik dan metode akan dikembangkan,
dan tenaga kerja dengan berbagai jenis kemampuan akan dilatih.

Sesuai dengan peran pendidikan sebagai engine of growth, dan penentu


bagi perkembangan masyarakat, maka bentuk sistem pendidikan yang
paling tepat adalah single track dan diorganisir secara terpusat sehingga
mudah diarahkan untuk kepentingan pembangunan nasional. Lewat jalur
tunggal inilah lembaga pendidikan akan mampu menghasilkan berbagai
tenaga kerja yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Agar proses pendidikan
efisien dan efektif, pendidikan harus disusun dalam struktur yang bersifat
rigid, manajemen (bersifat sentralistis, kurikulum penuh dengan
pengetahuan dan teori-teori (text bookish).

1. Peranan Pendidikan Dalam Bidang Pembangunan Ekonomi


Pendidikan memberi konstribusi secara signifikan terhadap pembangunan
ekonomi telah menjadi kebenaran yang bersifat aksiomatik. Berbagai
kajian akademis dan penelitian empiris telah membuktikan keabsahannya.
Pendidikan bukan hanya melahirkan sumber daya manusia yang
berkualitas, memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta menguasai
tekhnologi, tetapi juga dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan
kondusif bagi pertumbuhan ekonomi karena itu, investasi dibidang
pendidikan tidak saja berfaedah bagi perorangan, tetapi juga bagi
komunitas bisnis dan masyarakat umum. Pencapaian pendidikan pada
semua level niscaya akan meningkatkan pendapatan dan produktivitas
masyarakat. Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan
pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sedangkan kegagalan
membangun pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial:
pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan welfare
dependency yang menjadi beban sosial politik bagi pemerintah.

Ada tiga paradigma yang menegaskan bahwa pembangunan merujuk


knowledge based economy tampak kian dominan:

1. Kemajuan ekonomi dalam banyak hal bertumpu pada basis dukungan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2. Hubungan kuasalitas antara pendidikan dan kemajuan ekonomi menjadi kiat
kilat dan solid.
3. Pendidikan menjadi penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi yang
mendorong proses transformasi struktural berjangka panjang.
4. Peranan Pendidikan Dalam Membangun SDM
Pendidikan pada hakekatnya berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu,
secara hakiki, pembangunan pendidikan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam upaya pembangunan manusia. Upaya-upaya
pembangunan di bidang pendidikan, pada dasarnya diarahkan untuk
mewujudkan kesejahteraan manusia itu sendiri. Karena pendidikan
merupakan hak setiap warga negara, di dalamnya terkandung makna
bahwa pemberian layanan pendidikan kepada individu, masyarakat, dan
warga negara adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah,
masyarakat dan keluarga. Karena itu, manajemen sistem pembangunan
pendidikan harus didesain dan dilaksanakan secara terpadu, serta
diarahkan pada peningkatan akses pelayanan yang seluas-luasnya bagi
warga masyarakat, dengan mengutamakan mutu, efektivitas dan efisiensi.
Upaya pembangunan pendidikan yang dilakukan memiliki landasan
komitmen internasional, sebagai visi bersama berbagai negara di dunia,
melalui kesepakatan yang dikenal dengan kesepakatan Dakkar-Senegal
tahun 2000.              Kesepakatan Dakkar yang diimplementasikan dalam
kesepahaman Education for All (EFA) meliputi enam komponen penting,
yaitu:

1)      Pendidikan anak usia dini (PAUD)

2)      Pendidikan Dasar

3)      Pendidikan keaksaraan


4)      Pendidikan kecakapan hidup

5)      Kesetaraan dan keadilan gender

6)      Peningkatan mutu pendidikan

1. Pendidikan Dan Pengaruhnya Dalam Pembangunan Sosial


1)      Pendidikan berwawasan kependudukan

Secara sederhana  pembangunan berwawasan kependudukan


mengandung dua makna sekaligus, yaitu:

a)      Pembangunan berwawasan kependudukan

Pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan kondisi penduduk


yang ada, penduduk harus dijadikan titik sentral dalam proses
pembangunan. Penduduk harus dijadikan subjek dan objek dalam
pembangunan. Pembangunan adalah oleh penduduk dan untuk penduduk.

b)      Pembangunan berwawasan kependudukan

Pembangunan sumberdaya manusia, pembangunan lebih menekankan


pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dibandingkan dengan
pembangunan infrastruktur semata-

Mata.

1. SUMBANGAN PENDIDIKAN PADA PEMBANGUNAN


Kita tidak bisa memungkirinya bahwa sumbangn pendidikan pada
pembangunan sangatlah besar, meskipun hasilnya tidak bisa kita lihat
dengan segera. Tapi ada jarak penantian yang cukup lama antara proses
dimulainya usaha dengan hasil yang ingin dicapai.
Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat dari berbagai
segi, diantaranya, segi sasaran, lingkungan, jenjang pendidikan, dan
pembidangan kerja.
a. Segi sasaran pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar
menjadi manusia yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi.
Jadi tujuan citra manusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan
yang manusiawi.

b. Segi lingkungan pendidikan

Klasifikasi ini menunjukkan peran pendidikan dalam berbagai lingkungan


atau sistem. Lingkungan keluarga(pendidikan informal), lingkungan sekolah
(pendidikan formal), lingkungan masyarakat (pendidikan nonformal),
ataupun dalam sistem pendidikan prajabatan dan dalam jabatan.

c. Segi jenjang pendidikan

Jenjang pendidikan meliputi pendidikan dasar (basic education), pndidikan


lanjutan, menengah, dan pendidikan tinggi.

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Pendidikan sangat erat kaitannya dengan pembangunan, kita tidak bisa
memungkiri bahwa sumbangan pendidikan pada pembangunan sangatlah
besar. Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian
kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sedangkan kegagalan membangun
pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial: pengangguran,
kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan bagi pemerintah. Ada tiga
paradigma yang menegaskan bahwa pembangunan merujuk knowledge-
based economy tampak kian dominan, yakni:

1. Kemajuan ekonomi dalam banyak hal bertumpu pada basis dukungan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2. Hubungan kuasalitas antara pendidikan dan kemajuan ekonomi menjadi kiat
kilat dan solid.
3. Pendidikan menjadi penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi yang
mendorong proses transformasi struktural berjangka panjang.
 

DAFTAR PUSTAKA

La Sulo, L. S dan Tirtarahardja, Umar, 2005, Pengantar Pendidikan,


Jakarta : Rineka Cipta

Mudyahardjo, Redja, 2008, Pengantar Pendidikan, Sebuah Studi Awal


Tentang Dasar-Dasar  Pendidikan Pada Umumnya Dan Pendidikan Di
Indonesia, Jakarta : Grafindo.

ALIRAN POKOK PENDIDIKAN DI


INDONESIA
26/11/2013 AFID BURHANUDDIN 2 KOMENTAR

Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika


manusia dan masyarakatnya. Sejak dulu, kini, maupun di masa depan pendidikan
itu selalu mengalami perkembangan sosial-budaya dan perkembangan iptek.
Pemikiran- pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan itu disebut Aliran-
Aliran Pendidikan.
Setiap calon tenaga kependidikan, utamanya calon pakar kependidikan, harus
memahami berbagai aliran-aliran itu agar dapat menangkap makna setiap gerak
dinamika pemikiran-pemikiran dalam pendidikan tersebut. Pemahaman terhadap
pemikiran-pemikiran penting dalam pendidikan akan membekali tenaga
kependidikan dengan wawasan kesejarahan, yakni kemampuan memahami kaitan
antara pengalaman-pengalaman masa lampau, tuntutan dan kebutuhan masa kini,
serta perkiraan/antisipasi masa datang. Pemaparan aliran-aliran pendidikan penting
karena sebagai pembekalan wawasan historis terhadap setiap calon tenaga
kependidikan.

1.      Perguruaan Kebangsaan Taman Siswa

Didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1932 di Yogyakarta. Taman
siswa telah meliputi semua jenjang persekolahan, dari pendidikan prasekolah,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara, yakni


dalam bentuk yayasan, selanjutnya mulai didirikan Taman Indria (Taman Kanak-
Kanak) dan Kursus Guru, selanjutnya Taman Muda (SD), Disusul Taman  Dewasa
merangkap Taman Guru.

1. Asas dan Tujuan Taman Siswa


Terdapat tujuh asas dalam Perguruan Kebangsaan Taman Siswa yang di sebut
“asas 1992” adalah sebagai berikut:

1)      Setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan       mengingat
terbitnya persatuan dalam perikehidupan umum. Dari asas yang pertama ini jelas
bahwa tujuan yang hendak dicapai oleh Taman Siswa adalah kehidupan yang tertib
dan damai (tata dan tentram, Orde on Vrede). Dari asas ini pulalah lahir “sistem
among”, dalam cara man guru memperoleh sebutan “pamong” yaitu sebagai
pemimpin yang berdiri di belakang dengan bersemboyan “Tut Wuri Handayani”,
yaitu tetap mempengaruhi dengan memberi kesempatan kepada anak didik untuk
berjalan sendiri, dan tidak terus menerus dicampuri, diperintah atau dipaksa.

2)      Pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir
dan batin dapat memerdekakan diri. Siswa jangan selalu dicekoki atau disuruh
menerima buah fikiran saja, melainkan para siswa hendaknya dibiasakan
mencari/menemukan sendiri berbagai nilai pengetahuan dan keterampilan dengan
menggunakan fikiran dan kemampuannya sendiri.

3)      Pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.


4)      Pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh
rakyat.

5)      Untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya lahir maupun batin
hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan apapun dan
dari siapapun yang mengikat, baik ikatan lahir maupun batin.

6)      Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak
harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan. Dari asas ini tersirat
keharusan untuk hidup sederhana dan hemat.

7)      Bahwa dalam mendidik anak-anak  perlu adanya keikhlasan lahir dan batin
untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan
kebahagiaan anak-anak. Asas ini disebut sebagai “asas berhamba kepada anak
didik” dan di kenal dengan istilah “pamong” atau istilah sekarang pahlawan tanpa
tanda jasa.

Ketujuh asas di atas diumumkan pada tanggal 3 juli 1922, bertepatan dengan
berdirinya Taman Siswa, dan disahkan oleh Kongres Taman Siswa yang pertama
di Yogyakarta pada tanggal 7 Agustus 1930.

1. Dasar Taman Siswa


Dalam perkembangan selanjutnya taman siswa melengkapi “asas 1922” dengan
dasar-dasar 1947 yang di sebut dengan Panca Dharma,yakni sebagai berikut:

1)      Asas kemerdekaan harus diartikan disiplin pada diri sendiri oleh diri sendiri
atas dasar nilai hidup yang tinggi, baik hidup sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat.

2)      Asas kodrat alam berarti bahwa pada hakikatnya manusia itu sebagai
makhluk adalah satu dengan kodrat alam ini. Ia tidak bisa lepas dari kehendaknya,
tetapi akan mengalami bahagia jika bisa menyatukan diri dengan kodrat alam

3)      Asas kebudayaan Taman Siswa tidak berarti asal memelihara kebudayaan
kebangsaan itu ke arah kemajuan yang sesuai dengan kecerdasan zaman, kemajuan
dunia, dan kepentingan hidup rakyat lahir dan batin tiap-tiap zaman dan keadaan.
4)      Asas Kebangsaan Taman Siswa tidak boleh bertentangan dengan
kemanusiaan, malahan harus menjadi bentuk dan fiil kemanusiaan yang nyata dan
tidak mengandung permusuhan dan perpecahan.

5)      Asas kemanusiaan menyatakan bahwa dharma tiap-tiap manusia adalah


mewujudkan kemanusiaan.

1. Tujuan Taman Siswa


1)      Sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang
tertib dan damai.

2)       Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin,
luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyrakat yang
berguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia
pada umumnya.

1.  Upaya-upaya Pendidikan
Beberapa usaha yang dilakukan oleh Taman Siswa adalah menyiapkan peserta
didik yang cerdas dan memiliki kecakapan hidup. Dalam ruang lingkup eksternal
Taman Siswa membentuk pusat – pusat kegiatan kemasyarakatan.

1.  Hasil-Hasil yang dicapai


Taman Siswa telah berhasil mengemukakan tentang pendidikan nasional, lembaga-
lembaga pendidikan dari Taman Indria sampai Sarjana Wiyata. Taman siswa pun
telah melahirkan alumni – alumni besar di Indonesia.

     2.      Ruang pendidik INS Kayu Tanam

      Ruang pendidik INS ( Indonesia Nederlandsche School) didirikan oleh


Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam 9 Sumatra
Barat). Pada tahun 1952, dengan hanya ada 30 orang siswa, Ins mendirikan
percetakan Sridharma yang menterbitkan majalah bulanan Sendi dengan sasaran
khalayak adalah anak – anak.

1. Asas-asas ruang pendidikan


1)      Berpikir logis dan rasional
2)      Keaktifan dan kegiatan

3)      Pendidikan masyarakat

4)      Memperhatikan pembawaan anak

5)      Menentang intelaktualisme

1. Tujuan ruang pendidik INS Kayu Tanam


1)      Mendidik rakyat kearah kemerdekaan

2)      Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat

3)      Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat

4)      Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung


jawab

5)      Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan

1. Usaha-usaha ruang pendidik INS Kayu Tanam


1)      Dalam bidang kelembagaan.

a)      Menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan

b)      Program khusus untuk menjadi guru yakni tambahan satu tahun setelah ruang
dewasa untuk pembekalan kemampuan mengajar dan praktek mengajar.

2)      Usaha mandiri

a)      Penerbitan sendi (majalah anak-anak)


b)      Buku bacaan dalam rangka pemberantasan buta huruf/aksara dan angka
dengan judul “Kunci 13”

c)      Mencetak buku pelajaran

          

1. Hasil-Hasil yang Dicapai


Bebrapa usaha yang dilakukan oleh Ruang Pendidik INS Kayu Tanam antara lain
menyelenggarakan berbagai pendidikan, menyiapkan tenaga guru atau pendidik,
dan penerbitan majalah anak-anak sendi, serta buku-buku pelajaran. Dan usaha
yang dilakukan antara lain ;

1)      Mengupayakan gagasan-gagasab tentang pendidikan nasional (utamanya


pendidikan ketrampilan/kerajinan)

2)      Mengupayakan bebrapa ruang pendidik (jenjang persekolahan) dan sejumlah


alumni. Dan bebrapa alumni telah berhasil menerbitkan salah satu tulisan Moh.
Sjafi’i yakni Dasar-Dasar Pendidikan (1976)

3)    Pendidikan Muhammadiyah

      Didirikan tanggal 18 November 1912 di yogyakarta, oleh KH Ahmad Dahlan.


Pendidikan Muhammadiyah merupakan gerakan islam amar ma’ruf nahi munkar
beraqidah islam dan bersumber pada alquran dan sunah serta menjunjung tinggi
ajaran agama islam sehingga tercipta masyarkat islam yang sebenarnya – benarnya.

1)      Latar Belakang Berdirinya Pendidikan Muhammadiyah:


1)   Kerusakan di bidang kepercayaan/agama (aqidah)
2)   Kebekuan dalam bidang hukum fiqih.
3)   Kemunduran dalam pendidikan islam
4)   Kemajuan zending kristen dan misi katolik.

1. Tujuan Pendidikan Muhammadiyah


1)   Aqidah yang lurus
2)   Akhlaqul karimah (Budi pekerti yang terpuji).
3)   Akal yang sehat dan cerdas.
4)   Keterampilan
5)   Pengabdian pada masyarakat.
2. Dasar Pendidikan Muhammadiyah:
1)   Tajjdid, ialah kesetiaan kita berdasarkan pemikiran baru
untuk mengubah cara berfikir .
2)   Kemasyarakatan,yaitu antara individu dan masyarakat diciptakan suasana
yang salaing membutuhkan.
3)   Aktivitas, artinya anak didik harus mengamalkan semua yang diketahui.
4)   Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang
Didirikan pada tanggal 1 November 1923 oleh Rahmah El Yunusiyah.
3. Latar Belakang Berdirinya Diniyah Putri:
Karena ketidak puasan terhadap rahmah el yunusiyah terhadap diniyah school
yang melayani kebutuhan wanita yang tidakterjangkau baik yang berkaitan
dengan persoalan agama, maupun yang berkaitan dengan kebutuhan
keterampilan keputrian sebagai istri, anak.
4. Tujuan Pendidikan Diniyah:
Melaksanakan pendidikan dan pengajaran berdasarkan islam
dengan tujuan membentuk putri yang berjiwa islam dan ibu
pendidik yang cakap arif serta bertanggung jawab.
1. Dasar Pendidikan Diniyah Putri:
Didasarkan pada ajaran agama islam dengan berpedoman pada Alqur’an dan
Sunah Rasul.

4)        Pendidikan Ma’arif

Pendidikan Ma’arif saat ini merupakan bagian dari organisasi Nahdatul Ulama.
Cikal Bakal pendidikan Ma’arif mulai berkembang pada tahun 1916 ketika dua
Kiyai, K.H. Abdul Wahab hasbullah dan K.H. Mas Mansur, mendirikan kursus
debat yan diberi nama Taswirul Afkar. Kursus ini kemudian berkembang dengan
dibentuknya Jam’iyah Nahdatul Wathon yang bertujuan memperluas dan
meningkatkan mutu pendidikan madrasah. Mulanya Ma’arif dalam bentuk
Madrasah berkembang di Jawa Timur, kemudian menyebar ke daerah-daerah lain
dengan dipelopori oleh para ulama NU. Mula-mula corak pendidikannya adalah
menyerupai “pesantren yang diformalkan”, dengan hanya memuat pendidikan
agama dalam kurikulumnya. Dalam perkembangan kemudian, sebagaimana
Muhammadiyah, Ma’arif memasukkan materi umum ke kurikulumnya.

1. Muktamar II NU
Muktamar II NU di Surabaya pada tahun 1927 memutuskan untuk memberikan
perhatian yang penuh pada pengembangan madrasah dengan dana ditanggung oleh
umat islam, dan menolak bantuan dari Belanda. Dalam Muktamar NU ke-4 di
Semarang, para ulama membentuk bagian khusus dalam tubuh NU yang
menangani pendidikan, yang disebut Ma’arif. Sejak saat itu gerak NU dalam
menyelenggarakan pendidikan semi-formal yang coraknya banyak berbeda dengan
pesantren yang menjadi basis NU mulai berkembang dan ditangani secara
sungguh-sungguh.

1. Basis pendidikan Ma’arif


Basis pendidikan Ma’arif pada dasarnya adalah pesantren yang juga merupakan
basis utama kegiatan pendidikan NU. Hal inilah antara lain membedakannya
dengan Muhammadiyah yang lebih agresif dan sistematis dalam mengembangkan
sistem pendidikan sekolahnya dengan menerapkan manajemen modern.

1. Hasil yang dicapai


Meskipun perkembangan lembaga pendidikan Ma’arif tidak secepat dan seluas
Muhammadiyah, pendidikan ini ikut memberikan andil dalam pendidikan nasional,
baik melalui pemikiran-pemikiran para tokohnya maupun melalui lembaga-
lembaga pendidikan yang dimilikinya.           .

1. SIMPULAN
Kajian tentang aliran dan gerakan pendidikan akan memberikan pengetahuan dan
wawasan historis kepada tenaga kependidikan. Hal itu sangat penting, agar para
pendidik dapat memahami, dan pada akhirnyaa kelak dapat memberi kontribusi
terhadap dinamika pendidikan itu.

Anda mungkin juga menyukai