Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN

“TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

ULKUS PEPTIKUM”

Disusun Oleh :

NAMA : NI NENGAH MARIYANI

NIM : 751440121066

KELAS : 1B KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN

KESEHATAN GORONTALO

T.A 2021/2021
1. Definisi Ulkus Peptikum
Ulkus peptikum atau tukak lambung merupakan kerusakan mukosa lambung
yang menembus muskularis lapisan mukosa dan terbentuk luka. Ulkus peptikum
disebut juga keadaan terputusnya kontinuitas mukosa yang meluas dibawah epitel
atau kerusakan pada jaringan mukosa, sub mukosa hingga lapisan otot dari suatu
daerah saluran cerna yang langsung berhubungan dengan cairan lambung asam dan
pepsin.(Ipa and Di 2017)

Gangguan ini terjadi pada saluran pencernaan bagian atas yang diakibatkan
oleh pembentukan asam dan pepsin (Sukandar dkk., 2013). Hanya 20% dari semua
tukak terjadi di lambung (ulcus ventriculi) bagian terbesar (2-3 kali) terjadi di usus
duabelas jari (ulcus duodeni). Tukak lambung menjadi suatu penyakit yang banyak
diderita masyarakat dan dalam kondisi yang parah dapat menjadi penyebab kematian
(Saputri dkk., 2008).

2. Etiologi Ulkus Peptikum


Ada dua faktor utama penyebab ulkus peptikum yaitu, infeksi H. pylori, dan
penggunaan NSAIDs (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) (Lam, 1994).
Kerusakan integritas mukosa lambung yang terjadi pada masyarakat seperti dalam 3
kasus gastritis dan tukak peptik ditandai dengan gejala perut terasa pedih, mual dan
muntah yang memiliki prevalensi cukup tinggi. Kasus terjadinya kerusakan integritas
mukosa lambung seperti kasus di atas sebagai efek samping penggunaan obat
NSAIDs (Tarigan, 2006). H. pylori memproduksi urease, berbentuk spiral dengan 4-6
benang-cambuk, yang mengikat diri pada bagian dalam selaput lendir. Bila kuman
memperbanyak diri terbentuklah enzim protase, katalase, dan fosfolipase yang dapat
merusak lapisan sel-sel epitel mukosa saluran cerna dan produksi amonia oleh urase
bersifat toksis untuk sel hospes (Tjay dan Raharja, 2007). H. pylori bakteri Gram
negatif yang ditemukan di seluruh dunia pada hampir separuh dari orang sehat,
terutama pada lanjut usia dan anak-anak kecil.

3. Tujuan Terapi Ulkus Peptikum


Tujuan dari terapi ulkus peptikum untuk menghilangkan nyeri tukak,
mengobati ulkus, mencegah kekambuhan dan mengurangi komplikasi yang berkaitan
dengan tukak. Obat- obatan yang digunakan pada terapi tukak peptik yaitu golongan
H2 Reseptor Antagonist, PPI, sitoprotektor, antimuskarinik dan antibiotik. Pada
penderita dengan H. pylori positif, tujuan terapi adalah mengatasi mikroba dan
menyembuhkan penyakit dengan obat yang efektif (Sukandar dkk., 2013). Ulkus
peptikum diterapi dengan beberapa golongan obat, antara lain antasida, antibiotika
dan penghambat sekresi asam, termasuk penghambat pompa proton (Tjay dan
Rahardja, 2007).
Pengobatan tukak dengan terinfeksi H. pylori regimen individual harus
diseleksi berdasarkan efikasi, toleransi, interaksi obat yang potensial, resistensi
antibiotik, biaya dan kepatuhan pasien. Terapi pengobatan ulkus peptikum yang
disertai infeksi bakteri H. pylori harus dikombinasi dengan menggunakan antibiotik.
Antibiotik yang sering digunakan 4 untuk regimen obat yang digunakan untuk
eradikasi H. pylori klaritromisin, amoksilin dan tetrasiklin.(Ipa and Di 2017)

4. Patofisiologi
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak
dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidroklorida dan pepsin). Erosi
yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin, atau
berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak
tidak dapat mensekresi mukus yang cukup bertindak sebagai barier terhadap asam
klorida.(Saletti-cuesta et al. 2020) Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :
a. Sefalik
Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa
makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya
merangsang saraf vagal. Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu makan
menimbulkan sedikit efek pada sekresi lambung. Inilah yang menyebabkan makanan
sering secara konvensional diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini
banyak ahli gastroenterology menyetujui bahwa diet saring mempunyai efek
signifikan pada keasaman lambung atau penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal
berlebihan selama malam hari saat lambung kosong adalah iritan yang signifikan.
b. Fase lambung
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan
kimiawi dan mekanis terhadap reseptor di dinding lambung. Pemicu stres
menyebabkan sekresi asam sebagai respon terhadap distensi lambung oleh makanan.
c. Fase usus
Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap
menjadi gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung. Pada
manusia, sekresi lambung adalah campuran mukopolisakarida dan mukoprotein yang
disekresikan secara kontinu melalui kelenjar mukosa. Mukus ini mengabsorpsi pepsin
dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam hidroklorida disekresikan 12 secara
kontinu, tetapi sekresi meningkat karena mekanisme neurogenik dan hormonal yang
dimulai dari rangsangan lambung dan usus (Mitchell, Richard N., 2008).

5. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ulkus terutama berdasarkan pengkajian riwayat kesehatan dan
endoskopi. Dengan endoskopi, tidak hanya lapisan usus yang dapat terlihat, tetapi
juga dapat mengambil sampel jaringan untuk biopsy dan dapat menentukan ada atau
tidaknya H. pylori. Infeksi H. pylori juga dapat didiagnosis dengan pemeriksaan darah
untuk antibodi dan pemeriksaan napas yang mengukur produksi sampah metabolik
mikroba.(Ipa and Di 2017)

6. Penatalaksanaan
a. Identifikasi dan anjurkan pasien menghindari makanan yang menyebabkan sekresi
asam hidroklorida (HCl) berlebihan dapat meredakan gejala.
b. Pendidikan kesehatan tentang menghindari alkohol dan kafein dapat meredakan
gejala dan meningkatkan proses penyembuhan ulkus peptikum.
c. Menghentikan atau mengurangi penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid
(NSAID), sering kali dapat mengurangi gejala pada kasus ringan.
d. Dorong individu untuk berhenti merokok yang dapat mengiritasi usus dan
memperlambat penyembuhan.
e. Peresepan anti histamine untuk menetralisir asam lambung dan untuk meredakan
gejala ulkus.
f. Individu yang dilaporkan menderita ulkus dapat ditangani dengan penambahan
antibiotik selain terapi antasik standart yang telah digunakan. Biasanya, pasien
diberi satu atau dua antibiotik, plus anti jamur, atau antibiotik dan penghambat
pompa antibiotik.
g. Penatalaksaan stress, teknik relaksasi, atau sedatif dapat digunakkan untuk
mengatasi pengaruh psikologis.
h. Asuhan post operasi (segera setelah operasi) harus dilakukan di ruang pemulihan
tempat adanya akses yang cepat ke oksigen, pengisap, peralatan resusitasi,
monitor, bel panggil emergensi, dan staf terampil dalam jumlah dan jenis yang
memadai.
i. Asuhan pasca operatif secara umum meliputi :
1). Pengkajian tingkat kesadaran. Pada pasien yang mengalami anastesi general,
perlu dikaji tingkat kesadaran secara intensif sebelum dipindahkan ke ruang
perawatan. Kesadaran pasien akan kembali pulih tergantung pada jenis anastesi
dan kondisi umum pasien.
2) Pengkajian suhu tubuh, frekuensi jantung/ nadi, respirasi dan tekanan darah.
Tanda-tanda vital pasien harus selalu dipantau dengan baik.
3) Mempertahankan respirasi yang sempurna. Respirasi yang sempurna akan
meningkatkan supply oksigen kejaringan. Respirasi yang sempurna dapat
dibantu dengan posisi yang benar dan menghilangkan sumbatan pada jalan nafas
pasien. Pada pasien yang kesadarannya belum pulih seutuhnya, dapat tetap
dipasang respirator.
4) Mempertahankan sirkulasi darah yang adekuat.
5) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan cara memonitor
input serta outputnya.
6) Mempertahankan eliminasi, dengan cara mempertahankan asupan dan output
serta mencegahterjadinya retensi urine
7) Pemberian posisi yang tepat pada pasien, sesuai dengan tingkat kesadaran,
keadaan umum, dan jenis anastesi yang diberikan saat operasi.
8) Mengurangi kecemasan dengan cara melakukan komunikasi secara terapeutik.
9) Mengurangi rasa nyeri pada luka operasi, dengan teknik-teknik mengurangi
rasa nyeri.
10) Mempertahankan aktivitas dengan cara latihan memperkuat otot sebelum
ambulatory.
11) Meningkatkan proses penyembuhan luka dengan perawatan luka yang benar,
ditunjang factor lain yang dapat meningkatkan kesembuhan luka.

7. Komplikasi

a. Kadang-kadang ulkus menembus semua lapisan mukosa sehingga terjadi perforasi


usus. Karena isi usus tidak steril, hal ini dapat menyebabkan infeksi rongga
abdomen. Nyeri pada perforasi sangat hebat dan menyebar. Nyeri ini tidak hilang
dengan makan.

b. Obstruksi lumen saluran gastrointestinal dapat terjadi akibat episode cedera,


inflamasi, dan pembentukan jaringan parut yang berulang. Obstruksi paling sering
terjadi di saluran sempit antara lambung, usus halus dan di pilorus. Obstruksi
menyebabkan perasaan distensi lambung dan epigastrium, perasaan penuh, mual,
dan muntah.

8. Pengobatan

Salah satu segi pengobatan ulkus duodenalis atau ulkus gastrikum adalah
menetralkan atau mengurangi keasaman lambung. Proses ini dimulai dengan
menghilangkan iritan lambung (misalnya obat anti peradangan non-steroid, alkohol dan
nikotin). Makanan cair tidak mempercepat penyembuhan maupun mencegah
kambuhnya ulkus. Tetapi penderita hendaknya menghindari makanan yang tampaknya
menyebabkan semakin memburuknya nyeri dan perut kembung.(Nim 2019)
DAFTAR PUSTAKA

Ipa, Pengetahuan, and Siswa Di. 2017. “No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者にお


ける 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title.”

Nim, Barkah. 2019. KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA DI RUANG MELATI RSUD BANGIL.

Anda mungkin juga menyukai