Abstrak
Penelitian ini berangkat dari suatu permasalahan penjarahan yang dilatar belakangi oleh
bencana alam di Kota Palu. Penelitian ini menggunakan cara kualitatif deskriptif, dengan pendekatan
studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi. Data diambil dari
buku, jurnal, serta laporan pemberitaan yang ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling.
Penelitian ini menggunakan teori Sosiologi Penjarahan dari Dynes dan Quarantelli, yaitu: Faktor
Penjarahan, Aktor Penjarahan, dan Penanggulangan Penjarahan. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa Faktor yang melatar belakangi penjarahan adalah kepanikan masyarakat Kota Palu. Aktor yang
melakukan penjarahan merupakan masyarakat yang terdampak serta yang tidak terdampak bencana
alam. Penanggulangan Penjarahan dilakukan dengan cara melakukan normalisasi Kota Palu.
Abstract
This research departed from a looting motivated by natural disasters in the City of Palu. This
research uses descriptive qualitative methods, with literacy study approach. The technique of datum
collection is done by documentation. Datum taken from books, journals, and news reports that are
determined based on purposive sampling technique. This research uses the sociological theory of
looting from Dynes and Quarantelli, namely: Looting Factors, Looting Actors, and Looting Controls.
The results of this research indicate that the underlying factor of looting is the mass panic ini City of
Palu.The actors who commit looting are affected by natural disasters and those no affected by natural
disasters. Looting measures are carried out by normalizing the City of Palu.
dilakukan dan data akan diperoleh, perlu objek penelitian di Kota Palu, Provinsi
diuraikan dalam bagian ini. Di dalam teknik Sulawesi Tengah.
analisis deskriptif Sugiyono (2015)
menjelaskan bahwa peneliti diharuskan untuk Teknik Analisis Data
menggambarkan seluruh data yang diperoleh Analisis data di dalam penelitian kualitatif
dengan menerapkan prosedur: telah dilakukan sejak sebelum peneliti
1. Analisis deskriptif dengan memasuki lapangan dan setelah selesai
mengembangkan kategori-kategori memasuki lapangan. Untuk menganalisis data
yang relevan dalam menjawab yang telah dikumpulkan, teknik analisis data
pertanyaan penelitian. adalah analisis deskriptif.
Sementara untuk langkah-langkah analisis
2. Penafsiran terhadap hasil analisis data di dalam penelitian ini, peneliti akan
deskriptif dengan berpedoman pada menggunakan data Model Miles dan
teori-teori yang memiliki kesesuaian. Huberman. Menurut Miles dan Huberman
Data, Instrumen, dan Teknik (dalam Sugiyono 2015) analisa data memiliki
Pengumpulan Data tiga komponen, ketiga komponen tersebut
adalah:
Menurut Herdiansyah (2015) data
1. Reduksi Data. Reduksi Data adalah suatu
adalah suatu atribut yang melekat pada suatu
upaya untuk menyederhanakan data-data
objek tertentu, berfungsi sebagai penyusun
yang telah diperoleh selama di lapangan.
informasi yang dibutuhkan
Di dalam reduksi data, peneliti akan
dan dapat
membuang data-data yang dinilai tidak
dipertanggungjawabkan. Di dalam penelitian
penting atau tidak memiliki keterkaitan
ini data yang digunakan oleh peneliti
dengan objek penelitian. Kemudian,
merupakan data kualitatif yang berbentuk
peneliti mengelompokkan data-data yang
tulisan, kalimat pernyataan, serta nominal-
telah dikumpulkan dari lapangan dengan
nominal tertentu yang dapat memiliki makna.
menggunakan kriteria tertentu.
Teknik pengumpulan data merupakan
2. Penyajian Data. setelah data telah
langkah yang paling strategis dalam penelitian,
direduksi, langkah selanjutnya yang
karena tujuan utama dari penelitian adalah
dilakukan oleh peneliti adalah menyajikan
mendapatkan data. Ada bermacam-macam
data dalam berbagai bentuk. Di dalam
teknik pengumpulan data, namun secara umum
penelitian kualitatif, data bisa disajikan
dalam jenis penelitian kualitatif terdapat empat
dalam bentuk uraian singkat, bagan,
macam teknik pengumpulan data, yaitu
hubungan antar kategori, flowchart, dan
observasi, wawancara, dokumentasi (studi
teks yang bersifat naratif.
kepustakaan), dan gabungan ketiganya
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi.
(triangulasi data). Dalam penelitian ini peneliti
Setelah data disajikan, peneliti
akan mengumpulkan data dengan
selanjutnya menarik kesimpulan dari apa
menggunakan studi kepustakaan.
yang telah ia teliti. Kesimpulan
Studi kepustakaan menurut Sugiyono
didasarkan pada data- data yang telah
(2015) merupakan pengumpulan data-data
disajikan sebelumnya. Kesimpulan di
penelitian melalui karya tulis, catatan-catatan,
dalam penelitian kualitatif adalah temuan
gambar, yang memiliki kriteria ilmiah. Kriteria
baru yang sebelumnya belum pernah ada
ilmiah yang dimaksud adalah sumber-sumber
data tersebut ditulis atau dikumpulkan oleh
orang-orang yang berkompeten di bidangnya
dan memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi.
Alasan peneliti menggunakan studi
kepustakaan adalah, dikarenakan peneliti
memiliki keterbatasan waktu dan jarak dengan
tidak bisa dijalankan secara optimal. Tidak tadi mengakibatkan solidaritas sosial yang
adanya pasokan air bersih, makanan, listrik dan lemah. Sehingga keswadayaan untuk
saluran komunikasi yang terputus, membantu satu sama lain, tergantikan oleh
memperparah kondisi di Kota Palu. Selain itu, membentuk kelompok untuk melakukan
pasca terjadinya bencana, pemerintah beserta penjarahan.
aparat keamanan memiliki prioritas untuk Kedua, lingkungan. Kondisi lingkungan
menyelamatkan serta mengevakuasi korban Kota Palu yang porak-poranda pasca
yang tertindih di bawah reruntuhan bangunan terjadinya gempa bumi yang diiringi tsunami,
yang ambruk akibat gempa dan tsunami. mendesak masyarakat untuk melakukan
Menurut Sumaryadi (2010) pemerintah yang tindakan apapun untuk tetap mempertahankan
tidak dapat menjalankan tugasnya secara hidupnya. Masyarakat mengalami kesulitan-
optimal, dikhawatirkan akan kehilangan kesulitan untuk mendapatkan bahan pokok, di
kepercayaan dari masyarakatnya dan dapat samping tidak memungkinkannya transaksi
menimbulkan situasi yang chaos. ekonomi menjadikan menjarah sebagai
Kondisi yang memprihatinkan tersebut pilihan. Kemudian kepastian keamanan dan
mengakibatkan masyarakat panik. Di dalam ketertiban lingkungan yang rendah, turut
kepanikan masyarakat, timbul desakan- memberikan dorongan kepada kelompok
desakan untuk melakukan penjarahan dan masyarakat yang melakukan penjarahan.
mengabaikan hukum. Hal ini sesuai dengan Kerjasama sosial dapat terjadi, apabila suatu
penjelasan Teichman (1998), bahwa sebuah kelompok sosial memiliki kepentingan yang
perangkat etika di dalam suatu lingkungan ingin dicapai. Menurut Donny Gahral Adian
sosial adalah bersifat relatif dan apabila (2013), relasi antar individu akan selalu
mengalami suatu tekanan yang dapat dipengaruhi dan mempengaruhi kelompoknya
menghilangkan pertimbangan etika itu sendiri, apabila suatu tujuan yang ingin dicapai lebih
maka masyarakat akan mengikuti nalurinya memungkinkan bila dilakukan secara bersama.
untuk mempertahankan kelangsungan Ketiga, pemberitaan media yang tidak
hidupnya. Penjarahan di Kota Palu sendiri mendukung kondusifitas Kota Palu.
terjadi sehari setelah terjadinya bencana, yakni Pernyataan Menteri Dalam negeri pada tanggal
pada tanggal 30 September dan terus 30 September 2018, diberitakan melalui
berlangsung hingga 3 Oktober 2018. Menurut redaksi yang provokatif. Pemberitaan tersebut
Faucon (2010) penjarahan dapat terjadi karena tersebar luas melalui media massa, maupun
ada pihak yang memulainya. Di Kota Palu media sosial. Akibat penggunaan redaksi yang
sendiri, penjarahan diawali dari sekelompok provokatif, pernyataan tersebut dipersepsikan
masyarakat yang mendatangi toko-toko yang bahwa masyarakat yang menjadi korban
menjual kebutuhan pokok dan telah bencana alam di Kota Palu, diperbolehkan
ditinggalkan oleh pemiliknya. Penjarahan ini untuk melakukan penjarahan dalam kondisi
tersebar pesat melalui media massa dan media darurat. Padahal, pernyataan yang sebenarnya
sosial, sehingga turut mendorong penjarahan- bermaksud untuk mengkoordinir terlebih
penjarahan lainnya di Kota Palu. dahulu pihak-pihak yang berwajib di lapangan,
. Sementara menurut Sosiolog untuk mengatur pendistribusian kebutuhan
Rissalwan Habdy Lubis (2018) ada beberapa pokok yang
faktor yang menyebabkan maraknya aksi
penjarahan di Kota Palu. Pertama, agama dan
adat. Menurutnya, penduduk di Kota Palu
sangat lemah dalam menjunjung norma dan
agama ketika menjalani kehidupan sehari-hari.
Alhasil, kelemahan tersebut mendorong
perbuatan menjarah sebagai perbuatan yang
benar. Lebih jauhnya, kelamahan-kelemahan
dimiliki oleh toko-toko. Setelah dikoordinir, penjarahan. Kedua aktor tersebut dibedakan
perwakilan masyarakat dari tiap-tiap posko melalui karakter kolektifnya, serta sasaran
bencana alam mengambil bahan pokok di penjarahannya. Di dalam kelompok
toko, lalu sejumlah barang yang diambil masyarakat Kota Palu atau yang terdampak
diinventarisir untuk selanjutnya diganti oleh bencana secara langsung, mereka melakukan
pemerintah. penjarahan tidak teorganisir, tidak membawa
Keempat, pernyataan pejabat publik peralatan khusus, serta menyasar pada toko-
yang bersifat ambigu. Walaupun pernyataan toko yang menyediakan kebutuhan pokok.
Menteri Dalam Negeri mengalami perubahan Kelompok ini juga bertanggung jawab atas
makna oleh media, pernyataan Pemerintah penjarahan konvoy kendaraan darat yang
Pusat beserta jajarannya patut disayangkan. membawa bantuan kemanusiaan.
Pernyataan yang dikeluarkan oleh Pejabat Sementara kelompok masyarakat yang
Publik tidak menyiratkan kesesuaian di tidak terkena dampak bencana alam secara
lapangan dan justru cenderung menutup fakta langsung, memanfaatkan kekacauan di
yang terjadi. Beberapa kali Pejabat Publik lapangan untuk melancarkan aksi
membuat pernyataan bahwa di Kota Palu tidak penjarahannya. Kelompok masyarakat ini
terjadi penjarahan, walaupun ada banyak bukti menjarah bank, toko elektronik, toko
yang menunjukan hal sebaliknya. Hal tersebut perhiasan, dan rumah-rumah yang telah
justru semakin mendorong pembenaran pelaku ditinggalkan oleh pemiliknya. Penjarahan yang
penjarahan, karena perbuatan mereka tidak dilakukan oleh kelompok ini pun terlihat lebih
dianggap sebagai penjarahan. sistematis, hal ini terlihat ketika mereka
Berdasarkan beberapa faktor di atas, membawa peralatan khusus seperti linggis,
dipahami bahwa faktor-faktor yang palu besi, gerobak, dan bahkan dengan mobil
melatarbelakangi masyarakat untuk menjarah pengangkut barang.
didasari pada kepanikan massal yang Berdasarkan keterangan Biro Humas
mendorong masyarakat untuk melakukan Polres Kota Palu yang dihimpun oleh Kompas
penjarahan. Kepanikan tersebut diakibatkan pada tanggal 8 Oktober 2018, kelompok
oleh kelumpuhan Kota Palu, minimnya masyarakat yang menjarah barang-barang
kesadaran moral dan solidaritas sosial, bukan kebutuhan pokok kebanyakannya
informasi yang bersifat provokatif, serta merupakan residivis yang melarikan diri dari
ambiguitas di dalam pernyataan pejabat Rumah Tahanan Kota Palu, sebuah kelompok
publik. masyarakat yang mengatasnamakan dirinya
Aktor Yang Terlibat Dalam Penjarahan sebagai Kelompok Tolitoli, serta masyarakat
luar Kota Palu. Ketiga kelompok ini
Berdasarkan laporan BBC pada tanggal
bertanggung jawab atas penjarahan barang
2 Oktober 2018, ada dua kecenderuangan
berharga di Kota Palu sehingga mengakibatkan
pelaku penjarahan yang ada di Kota Palu.
kerugian hingga ratusan milyar rupiah.
Kecenderungan pertama terlihat dari
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan
penjarahan yang menjadikan sumber-sumber
bahwa aktor-aktor yang terlibat dalam
kebutuhan pokok dan dilakukan untuk
penjarahan di Kota Palu memiliki
memenuhi keberlangsungan hidup. Sementara
kecenderungan yang berbeda-beda. Hal ini
kecenderungan kedua terlihat dari penjarahan
sesuai dengan karakter kolektif, maksud dan
yang menjadikan barang-barang mewah atau
di luar kebutuhan pokok. Kedua
kecenderungan ini semakin memperkuat
gambaran, bahwa setiap penjarahan yang
dilatar belakangi oleh bencana alam dilakukan
oleh dua aktor yang berbeda.
Aktor yang terlibat terbagi dalam
kelompok masyarakat yang melakukan
tujuan yang melatari kelompok tersebut dalam dimaksudkan untuk menghindari penjarahan
melakukan penjarahan. yang terjadi di jalan yang dilalui oleh konvoy.
Sementara dalam upaya penegakan
Penanggulangan Penjarahan hukum, personel bantuan Polri juga turut
Dalam menanggulangi penjarahan, melakukan tindakan penegakan hukum kepada
pemerintah Kota Palu telah bekerja sama para pelaku penjarahan. Pada tanggal 8
dengan berbagai pihak untuk mengembalikan Oktober 2018, Biro Humas Polres Kota Palu
stabilitas di Kota Palu. Berdasarkan laporan merilis informasi penangkapan terhadap pelaku
yang ditulis oleh CNN Indonesia pada tanggal penjarahan di Kota Palu. Ada sebanyak 101
4 Oktober 2018, sebanyak 4.044 Personel TNI orang yang ditangkap, dengan 3 orang lainnya
dan 2000 Personel Polri di kirim ke Kota Palu. mengalami luka tembak karena melakukan
Prioritas keduanya adalah membantu perlawanan saat ingin ditangkap. Tindakan
pemulihan kemanan dan ketertiban masyarakat tegas yang dilakukan oleh aparat keamanan
Kota Palu. Menurut Reddy (2018), pemulihan yang bertugas di Kota Palu, merupakan reaksi
keamanan dan ketertiban masyarakat atas massifnya penjarahan yang terjadi di kota
diperlukan, dengan tujuan memberikan tersebut. Dalam menindak pelaku penjarahan,
kepastian keselamatan kepada masyarakat. pihak kepolisian memprioritaskan orang-orang
Dalam melakukan pemulihan keamanan yang menjadi provokator dalam penjarahan,
dan ketertiban masyarakat Kota Palu, Personel serta residivis yang terlibat.
TNI dan Polri ditugaskan untuk menjaga titik- Upaya pemulihan keamanan dan
titik vital yang menjadi sasaran penjarahan, ketertiban masyarakat di Kota Palu diiringi
mengadakan jam malam, serta memberikan dengan upaya-upaya pemerataan bantuan
pengawalan konvoy kendaraan darat yang kebutuhan pokok dan evakuasi korban bencana
membawa bantuan kemanusiaan. Dalam alam. Berdasarkan data yang dirilis oleh
menjaga pusat perekonomian, setidaknya ada Kompas pada tanggal 3 Oktober 2018, ada
5 sampai 10 Personel TNI dan Polri bersenjata sebanyak 6.399 yang terdiri atas Personel
lengkap. Titik-titik vital yang dijaga antara BASARNAS, serta relawan BNPB dan BPBD.
lain adalah bank, ATM, pusat pertokoan, mall, Banyaknya personel yang diterjunkan untuk
pasar, kantor pemerintahan, stasiun pengisian meningkatkan kapasitas dalam upaya
bahan bakar umum, bandara, serta gudang pemulihan Kota Palu, menuai hasil yang
yang menyimpan bahan makanan. signifikan. Minimnya personel yang bertugas
Pada penerapan jam malam, Personel di posko bencana alam, dapat teratasi oleh
TNI dan Polri akan melakukan patroli dengan bantuan yang datang. Hal ini dapat
senjata lengkap di malam hari dan mengoptimalkan kinerja posko-posko bencana
menanyakan masyarakat yang masih alam, terutama dalam melakukan pemerataan
berkeliaran di Kota Palu setelah jam 8 malam. bantuan kebutuhan pokok. Evakuasi korban
Penerapan jam malam ini bermaksud untuk pun dapat berjalan lebih lancar, akibat adanya
mempersempit ruang-ruang kejahatan, pasca rotasi pergantian personel yang bertugas di
terjadinya penjarahan. Penerapan jam malam lapangan.
dilakukan sampai kondisi keamanan dan Selain itu dalam melakukan upaya
ketertiban masyarakat Kota Palu telah pemulihan infrastruktur, sejumlah pihak
kondusif. Sementara dalam memberikan pemerintah seperti Kementerian PUPR,
pengawalan terhadap konvoy kendaraan darat Kementerian Perhubungan dan Kementerian
yang membawa bantuan kemanusiaan, setiap Kesehatan memiliki prioritas untuk
rangkaian konvoy kendaraan dikawal oleh 2 meningkatkan aksesbilitas, transportasi, serta
hingga 3 mobil patwal dengan personel
bersenjata lengkap. Pengawalan tersebut
https://republika.co.id/amp/pfz2zk380 (diakses
tanggal 11 Desember 2018)
https://detik.com/inet/telecommunication/d-
4233820/telkom-terjunkan-tim-
pemulih-telekomunikasi-ke-palu
(diakses tanggal 11 Desember 2018)
https://perpamsi.or.id/berita/view/2018/10/26/
540/perpamsi-bantu-pemulihan-
pelayanan-air-di-palu-dan-donggala
(diakses tanggal 11 Desember 2018)