A. Pengertian Tasawuf
Secara etimologi tasawuf dapat dikemukakan dengan
berbagai pendapat; pertama, ada yang menisbahkan kepada Ahl
al-Suffah (الص َّفة
ُّ ) اَ ْه ُل, yaitu mereka yang ikut hijrah bersama Nabi
dan juga kaum Anshor yang hidup miskin serta tinggal di sisi
Mesjid Nabawi, mereka dikenal tekun beribadah; kedua, berasal
dari kata Shaf ( ) الصفatau barisan sebab para sufi berada pada
2 Menurut Ibn Taimiyah kata Tasawuf sudah dipergunakan oleh ulama fiqh
dan orang-orang sufi sebelum abad ke tiga Hijriyah; Imam Ahmad Ibn Hambali
(241 H), Abu Sulaiman al-Darari (210 H), menurut Abu Sofyan al-Tsauri (161 H)
bahkan ada yang menyatakan sejak Hasan Basri (110 H) teleh mempergunakan kata
tersebut dan sudah lumrah dipergunakan oleh orang Arab sebelum Ilmu
Pengetahuan Yunani diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab. Browne dalam bukunya
“A Literary History of Persia” menjelaskan tidak ada hubungan antara kata
Tasawuf dengan “Sophia” atau “Theasofis” karena sebelum berkembang Ilmu
Pengetahuan Yunani di zaman al-Ma’mun, Abu Hasyim (150 H) telah mendapat
gelar Sufi.
ketujuh, Shaufanah ( ) الصوفنةyaitu sebangsa buah-buahan kecil
3 Syihab al-Din Abu Hafs Umar al-Suhrawardi, Awarif al-Ma’arif, Dar al-
Fikri, Beirut-Libanon, tahun 1995, P. 63-65. lihat juga Abi al-Qosim Abd al-Karim
al-Qusyairi al-Naisabury, Al-Risalah Al-Qusyairiyyah, Dar al-khair, TT, P.279. Abu
Bakar Aceh menambahkan kata Sufah yaitu surat ijazah bagi orang yang
menunaikan ibadah haji dimana orang yang sudah menyempurnakan Rukun Islam
yang ke lima mendapatkan Surat Keterangan. lihat Abu Bakar Aceh, Sejarah Sufi
dan Tasawuf, Cerdas, Bandung, Th.1962. p. 5
4 Asjwadie Syukur, Ilmu Tasawuf I, PT. Bina Ilmu, Surabaya, Th.1978,p.
Sedang secara terminologi, banyak konsep yang
dikemukakan oleh para ulama, namun rata-rata mereka hanya
mengemukakan terminologi yang merupakan bagian dari
tasawuf,5. Menurut Trimigham, Tasawuf (mistisme) adalah suatu
cara khusus mendekatkan diri kepada Allah dengan intuisi dan
kemampuan spiritual emosional dengan tetap memperhatikan
petunjuk yang digariskan oleh agama. 6 Abu Bakar Aceh dalam
bukunya Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf, menyebutkan
bahwa tasawuf adalah suatu ilmu pengetahuan untuk mencari
kecintaan dan kesempurnaan kerohanian7 Menurut al-Nuri,
Tasawuf bukanlah Rasm ( rumusan ) dan bukan pula ilmu,
melainkan akhlak, jika ia rasm niscaya ia dapat dicapai dengan
kesungguhan dan jika ia ilmu ia dapat diraih dengan belajar, akan
tetapi ia akhlak yang hanya dapat diperoleh dengan berakhlak
kepada Allah, yang tak didapat dengan rasm dan ilmu. 8 secara
sederhana Tasawuf adalah menghadirkan Allah disetiap
9 mereka adalah orang arab dari bani Tamim yang tinggal di Bashrah. Lihat
al-Taftazani, Abu al-Wafa al-Ghanimi al-Taftazani, Madkhal Ila al-Tasawuf al-
Islami, Dar al-Tsaqafah, Kairo, Th.1997 p.74
10 mereka cenderung beraliran Syi’ah dan Raja’iyah di bidang Aqidah.
Jakarta, 1973, P. 86
22 yaitu Inkarnasi Tuhan pada diri manusia. Yang dikembangkan
oleh al-Hallaj Nama lengkapnya Husein Ibn Manshur al-Hallaj, lahir di Persia th.
244 H dan wafat pada th. 309 H ia dihukum mati dan dibakar, abunya dibuang ke
sungai Tigris. di antara guru-gurunya Umar Ibn Utsman al-Makki, Sahl ibn
Abdullah al-Tusturi di Ahwaz dan Junaid al-Baghdady
tertentu untuk mengambil tempat di dalamnya setelah
sifat-sifat kemanusiaan yang ada di dalam tubuh itu
dilenyapkan23
Para Ulama maupun Sarjana berbeda pendapat
tentang ajaran Hulul ini, al-Taftazany menyimpulkan
bahwa Hululnya al-Hallaj bersifat Majazy. Ajaran ini
merupakan bentuk lain dari faham al-Ittihadnya Abu
Yazid al-Bushtamy. Perbedaannya adalah bahwa Abu
Yazid hancur dalam Tuhan sedangkan al-Hallaj tidak
hancur tetapi bersatu dalam satu tubuh24
Menurut al-Hallaj, Fana itu mengandung tiga
tingkatan, yaitu:
1. Memfanakan semua kecenderungan dan keinginan Jiwa
2. Memfanakan semua fikiran (Tajrid al-Aqly), khayalan,
perasaan dan perbuatan sehingga tersimpul semata-
mata hanya Allah
3. Menghilangkan semua kekuatan fikiran yang sadar
Menurutnya tingkat yang tertinggi dalam derajat
fana akan tercapai tatkala tertangkap Fana al-Fana dan
dari sinilah permulaan Baqa’25
Di dalam sejarah berfikir mistik, masalah fana
merupakan masalah yang lama dan ada diberbagai
26 yaitu pancaran, bahwa sumber segala sesuatu adalah cahaya Mutlak atau
Nur al-Qahir. Di kembangkan oleh Syihab al-Din Abu al-Futuh al-Suhrawardi
(Syekh al-Maqtul). Ia lahir di Suhraward pada tahun 549 H dan wafat dihukum
mati pada tahun 587 H. karena fahamnya yang dianggap bertentangan dengan
ajaran Islam. Di antara guru-gurunya, ialah Syekh Majiduddin al-Jilly dan
Fahruddin al-Razy dalam bidang Filsafat, Ibn Sahlan al-Sawy dalam bidang ilmu
Manthiq dan banyak lagi guru-gurunya, seperti Zabiruddin al-Qory, al-Mardini,
Syarif Iftikharuddin, dll.
27 M.M. Sharif, a History of Moslem Philoshofi, Low Price Publication,
tokoh tentang Maqamat, seperti Abu Bakar al-Kalabadzi dalam kitabnya al-
Ta’arruf li madzhab Ahl al-Tasawuf menyebutkan urutan maqamat; al-Taubah, al-
Zuhd, al-Shabr, al-Faqr, al-Tawadhu, al-Taqwa, al-Tawakal, al-Ridha, al-
Mahabbah, al-Ma’rifah. Abu Nasar al-Sarraj al-Tusi dalam kitab “ al-Luma’ “, al-
Al-Ahwal, yaitu situasi kejiwaan yang diperoleh seseorang
sebagai karunia Allah, bukan hasil usaha. Hal-hal yang
terpenting dan populer, yaitu al-Muraqabah, al-Khauf ,al-
Raja’,al-Syauq, al-Thuma’ninah, al-Musyahadah dan al-Yaqin33
D. Kehidupan Modern (Masyarakat dan Modernisme)
Modernisme yang diawali oleh Descartes dan Newton
melahirkan pandangan hidup Mekanistik dan Atomik, ini
tergambar dengan kemajuan teknologi dan pesatnya
Industrialisasi. Modernisme di satu sisi melahirkan perombakan
pola kognitif manusia. Mekanisme kehidupan masyarakat
berubah manuju orientasi materi. Sehingga definisi Sukses selalu
identik dengan penampilan fisik lahiriah di bidang materi. 34
Sehingga memperlebar jurang pemisah antara golongan kaya dan
miskin. masyarakat maju dan keterbelakang, menajamkan
ketegangan akan relevansi nilai lama untuk keadaan kehidupan
modern.35
Taubah, al-Wara’, al-Zuhd, al-Faqr, al-Shabr, al-Tawakal, al-Ridha. Abu Hamid al-
Ghazaly dalm Ihya’Ulum al-Din, al-Taubah, al-Shabr, al-Faqr, al-Zuhd, al-
Tawakal, al-Mahabbah, al-Ma’nifah, al-Ridha. Abu al-Qasim Abd al-Karim al-
Qusyairy, al-Taubah, al-Wara’, al-Zuhd, al-Tawakal, al-Shabr, al-Ridha di dalam
kitabnya “al-Risalah al-Qusyairiyah”.Farid al-Din Attar dalam Mantiq al-Tayr
sebagaimana dikutip oleh Said Agil Husin al-Munawwar, menyebutkan dengan
tujuh lembah (maqam), yaitu Thalab, Isyq, Ma’rifah, Istiqhra, Tauhid, Hayat, Faqr,
dan Fana’
33 IAIN Sumatera Utara, OP. CIT,P. 149-154.
34 Ahmad Najib Burhani, Sufisme kota (berpikir jernih menemukan