Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah Praktik Klinik Keperawatan Anak
Disusun Oleh:
Oki Susira (181440131)
Dosen Pengampu :
Kartika, S. Kep., M. Sc
Dosen Pembimbing :
Nekka Juliani, S. Kep
G. Diagnosa Keperawatan
Daftar Pustaka
Anonymuous, 2015. http://www.pediatric.com/. Di akses Tanggal 10 April 2015.
Arizona Health Matters. 2015. Babies with Low Birth
Weight.http://www.arizonahealthmatters.org/modules.php?op=modload&name=NS-
Indicator&file=indicator&iid=17275074. Di akses Tanggal 10 April 2015.
Arief, Nurhaeni. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan dan Kelahiran Sehat. Yogyakarta :
AR Group.
Betz, LC dan Sowden, LA. 2002. Keperawatan Pediatrik - Edisi 3. Jakarta : EGC.
Bobak, Irene M. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, E.Marilynn. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan - Edisi 3. Jakarta : EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : EGC.
Maryunani, Anik. 2009. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC.
Yogyakarta : Media Action Publishing.
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka
Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
Laporan Pendahuluan (LP) Keperawatan Anak Mengenai Pneumonia
A. Definisi
Pneumonia adalah suatu Penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya
dari suatu infeksi saluran pernapasan bawah akut (ISNBA) (Sylvia A. Price) . dengan
gejala batuk dan disertai dengan sesak napas yang disebabkan agen infeksi seperti virus
bakteri mycoplasma atau fungi dan aspirasi substansi asing berupa radang paru-paru yang
disertai eksudasi dan konsiliasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologis. pneumonia
adalah inflamasi atau infeksi parenkim paru terutama pada bronchiolus dan alveoli (Ball
dan Binder, 2003). peneumonia adalah peradangan pada parenhim paru (Nursalam,
2005).
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing. Tubuh mempunyai daya tahan
yang berguna untuk melindungi dari bahaya infeksi melalui mekanisme daya tahan
traktus respiratorius. Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia
berulang atau tidak mampu mengatasi penyakit dengan sempurna faktor lain yang
mempengaruhi timbulnya pneumonia adalah daya tahan tubuh yang menurun misalnya
akibat malnutrisi energi protein (MEP) penyakit menahun terutama pada paru, anestesi,
aspirasi, dan pengobatan dengan antibiotik yang tidak sempurna.
Pada umumnya pembagian pneumonia menurut dasar anatomis dan etiologi.
pembagian rencana anatomis ialah : pneumonia lobaris , pneumonia loburalis
(bronkopneumonia), pneumonia interstitialis (bronkiolitis). Sedangkan pembagian
etiologis ialah : bakteri (misalnya pelbagi kokus, H. influenza), virus, Mycoplasma
pneumonia, jamur, aspirasi (makanan, kerosen, amnion), pneumonia hipostatik, dan
sindrom Loeffle.
B. Etiologi
1. Bakteri
Pneumonia bakterial dibagi menjadi 2 bakteri penyebabnya yaitu:
a. Typical organisme
Penyebab pneumonia berasal dari garam positif berupa :
1) Streptococus pneumonia: Merupakan bakteri anaerob fakultatif bakteri
patogen ini ditemukan pneumonia komunitas rawat inap di luar ICU sebanyak
20-60% sedangkan pada pneumonia komunitas rawat inap di ICU sebanyak
33%.
2) Staphylococus aurens : Bakteri anaerob fakultatif dapat memberikan obat
secara intravena (intravena drug abusers) memungkinkan infeksi kuman ini
menyebar secara hematogen dari kontaminasi injeksi awal menuju ke paru-
paru memiliki daya paling kuat apabila suatu organ telah terinfeksi kuman ini
akan timbul tanda khas yaitu peradangan nekrosis dan pembentukan abses.
3) Entrococus (E. faecalis, E. faecium ) : organisme streptococus grup D
merupakan flora normal usus.
Penyebab pneumonia adalah berasal dari gram negatif sering menyerang pada
pasien defisiensi imun atau pasien yang dirawat di rumah sakit dalam waktu yang
lama dan dilakukan pasca pemasangan endotracheal tube.
Contoh bakteri gram negatif di bawah ini adalah:
1) Pseudomonas aeruginosa bakteri anaerob bentuk batang dan memiliki bau
yang sangat khas.
2) klebsiella pneumonia bakteri anaerob fakultatif bentuk batang tidak berkapsul
pada pasien alkoholisme kronik diabetes atau ppok dapat meningkatkan
risiko terserang kuman ini.
b. Antipikal organisme.
Bakteri yang termasuk adalah mycoplasma , Chalmedia sp, legionella sp
2. Virus.
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet biasanya
menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi diduga virus penyebabnya adalah
cytomegalivirus, Herpes Simplex virus, Varicella Zoster virus .
3. Fungi.
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur oportunistik di mana
spora jamur masuk ke dalam tubuh sangat bergantung pada organisme yang benar
adalah Candida SP Aspergillus SP cryptococcus neoformans.
C. Manifestasi Klinis
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering tterjadi
pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5 - 40,5 bahkan dengan infeksi
ringan. Mungkin malas dan peka rangsangan atau terkadang euforia dan lebih aktif
dari normal, beberapa anak berbicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningial tanpa infeksi meninges. Terjadi dengan
awitan demam tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan kekakuan pada
punggung dan leher, adanya tanda-tanda kerning dan brudzinski, dan akan berkurang
pada saat suhu turun.
3. Anoreksi, merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit masa kanak-
kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai derajat yang
lebih besar atau lebihh sedikit melalui tahap demam darii penyakit, seringkali
memanjang sampai ke tahap pemulihan.
4. Muntah, pada anak mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan
petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat, tetapi dapat menetap
selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering menyertai
infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dari nyeri
apendiksitis.
7. Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan sedikit
(rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau tahap infeksi.
8. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat menjadi bukti
hanya selama fase akut.
9. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh pembengkakan
mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan menyusu pada bayi.
10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar mengi,
krekels.
11. Disamping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat nafas cepat saja.
a. Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan : 50 kali/menit
b. Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun : 40 kali/menit
D. Anatomi Fisiologi Pernafasan
1. Anatomi pernafasan
a) Hidung
merupakan saluran udara pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh
sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berfungsi untuk menyaring
dan menghantarkan udara (Muttaqin, 2019).
b) Faring
faring merupakan persimpangan antara jalan nafas dan Jalan makanan terdapat di
dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang
leher. Terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan
makanan (Mutaqqen, 2009).
c) Laring (pangkal tenggorokan)
pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra
servikalis dalam dan masuk ke dalam trakea di bawahnya (Muttaqin, 2009).
d) Trakea (batang tenggorokan)
trakea batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-
20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda
atau huruf C sebelah dalam diliputi oleh sel bersilia yang berfungsi untuk
mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama sama dengan udara
pernapasan percabangan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut Karina
(Muttaqin,, 2009).
e) Bronkus (cabang tenggorokan)
Bronkus atau Cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri
dari 2 buah pada ketinggian vetebrata torakalis IV dan V (Muttaqen 2019).
f) Paru-paru
paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung Hawa atau alveoli alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan
endotel jika dibentangkan luas permukaan nya kurang lebih 90 cm2 pada lapisan
inilah terjadi pertukaran udara (Muttaqin 2009).
2. Fisiologi pernafasan
Pernapasan atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara yang mengandung
oksigen dan menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari
oksidasi keluar dari tubuh Adapun guna dari pernapasan Yaitu mengambil O2 yang
dibawa oleh darah keseluruh tubuh untuk pembakaran mengeluarkan CO2 sebagai
sisa dari pembakaran dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang menghangatkan
dan melembabkan udara pada dasarnya sistem pernapasan terdiri dari suatu rangkaian
saluran udara yang menghangatkan udara luar agar bersentuhan dengan membran
kapiler alveoli terdapat beberapa mekanisme yang berperan memasukkan udara ke
dalam paru-paru sehingga pertukaran gas dapat berlangsung. Fungsi mekanisme
Pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru disebut sebagai ventilasi atau
bernapas kemudian adanya pemindahan O2 dan CO2 melintasi membran alveolus
kapiler yang disebut dengan difusi sedangkan pemilihan oksigen dan karbondioksida
antara kapiler kapiler dan sel-sel tubuh yang disebut dengan perfusi atau pernapasan
internal (Mutaqin 2009).
Proses Pernafasan
Proses pernapasan terdiri dari menarik dan melakukan nafas. Satu kali bernapas
adalah 1 kali inspirasi dan 1 kali ekspirasi. Bernapas diatur oleh otot pernapasan yang
terletak pada Samsung penyambung dalam kurung medula oblongata. Inspirasi terjadi
bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan dari nervus phrenicus lalu muncul
datar titik ekspirasi terjadi pada saat otot mengendur dan rongga dada mengecil.
Proses pernapasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura
dan paru-paru. Proses fisiologi pernapasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke
dalam jaringan jaringan dan karbon dioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat
dibagi menjadi 3 stadium titik yang pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya
campuran gas-gas kedalam dan keluar luar paru-paru titik yang kedua adalah
transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi Gas Gas antara alveolus dan
kapiler paru-paru dalam kurung respirasi eksternal dan antara darah sistemik dengan
sel-sel jaringan distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyelesaiannya
dengan distribusi udara dalam alveolus alveolus dan reaksi kimia fisik dari oksigen
dan karbondioksida dengan darah titik stadium akhir yaitu respirasi sel dimana
metabolit dioksida untuk mendapat energi dan karbon dioksida yang terbentuk
sebagai tempat proses metabolisme sel akan dikeluarkan oleh paru-paru titik
(Muttaqien 2019).
E. Komplikasi
Komplikasi pada pneumonia mencakup pada gangguan di efusi fleura dan emfiema, yang
menjalar menyebabkan hipoksemia serta menyebabkan pneumonia kronik dan
bronkietasis (Ridha, 2014)
F. Penatalaksanaan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per-oral
dan tetap tinggal di rumah, penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas
atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus dirawatt dan antibiotik
diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan
alat bantu nafas mekanik/
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya
membaik dalam waktu dua minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberiikan antara
lain :
1. Oksigen 1-2 liter /menit
2. IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9 % = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlahh
cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidakk terlalu berat, dapat dimulai makanan enternal bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
4. Jika sekresi endir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salinn normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan keseimbangan
asam basa dan elektrolit.
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotik diberikan sesuai
hasill kultur. Untuk kasus pneumonia community bassed :
1. Ampisilin 100 mg/Kg/BB/ hari dalam 4 kali pemberian.
2. Kloramfenikol 75 mg/Kg/BB/ haridalam 4 kali pemberian.
Untuk kasus pneumonia hospital bassed :
1. Sefatoksin 100 mg/Kg/ BB/ hari dalam 2 kali pemberian.
2. Amikasin 10-15 mg/Kg/BB/hari dalam 2 kali pemberian.
G. PemeriksaaanPenunjang
Menuurut( Poetry,2008) pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan untuk
menegakkan diagnosa adalah pemeriksaan rontgen dan laboratorium. Hal ini dilakukan
untuk memperkuat diagnosis apakah seseorang mengidap pneumonia atau tidak.
Gambaran yang diperoleh dari rotan memperlihatkan kepadatan pada bagian paru.
Kepadatan terjadi karena dipenuhi oleh sel radang dan cairan yang sebenarnya
merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman. Akibatnya fungsi terganggu penderita
mengalami kesulitan bernapas karena tak tersisa ruang untuk oksigen.
Kelainan yang tampak pada foto rontgen penderita pneumonia dapat berupa : bercak
putih setempat atau tersebar di sekitar paruh ataupun gambar lainnya terdapat komplikasi
pneumonia. Pemeriksaan dengan menggunakan foto rontgen kadang-kadang dapat
dibedakan dengan penderita tuberkulosis (TB) yaitu gambaran bercak putih di bagian atas
paru. Perlu juga dilakukan pengambilan sputum atau dahak untuk kultur dan di tes
resistensi kuman untuk dapat mengetahui mikroorganisme penyebab pneumonia (poetry,
2008).
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Hidayat (2012), pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses
keperawatan, kemudian dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar dari pasien,
untuk informasi yang diharapakan dari pasien. Pengkajian keperawatan pada seluruh
tingkat analisis (individu, keluarga, komunitas) terdiri atas data subjektif dari
seseorang atau kelompok, dan data objektif dari pemeriksaan diagnostik dan sumber
lain. Pengkajian individu terdiri atas riwayat kesehatan (data subjektif) dan
pemeriksaan fisik (data objektif) (Weber &Kelley 2009).
Terdapat dua jenis pengkajian yang dilakukan untuk menhasilkan diagnosis
keperawatan yang akurat: komprehensif dan fokus. Pengkajian komprehensif
mencakup seluruh aspek kerangka pengkajian keperawatan seperti 11 pola kesehatan
fungsional (Gordon, 2009).
Sedangkan menurut (Sujono & Sukarmin 2009) pengkajian pada anak dengan
pneumonia meliputi:
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan pneumonia untuk
meminta pertolongan kesehatan adalah sesak nafas, batuk. Dan peningkatan suhu
tubuh/demam.
b. Riwayat penyakit saat ini
Pengakajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Apabila keluhan
utama adalah batuk, maka perawat harus menanyakan sudah berapa lama
keluhan batuk muncul. Pada klien pneumonia, keluhan batuk biasanya timbul
mendadak dan tidak berkurang setelah minum obat batuk yang biasa ada
dipasaran. Pada awalnya keluhan batuk nonproduktif, tapi selanjutnya akan
berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus purulen kekuningan,
kehijauan, kecoklatan atau kemerahan dan sering kali berbau busuk. Klien
biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil serta sesak nafas,
peningkatan frekuensi pernafasan, dan lemas.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian diarahkan pada waktu sebelumnya.apakah klien pernah mengalami
infeksi saluran pernafasan atas(1SPA) dengan gejala seperti luka tenggorok,
kongestí nasal, bersin, dan demam ringan.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : EGC.
Maryunani, Anik. 2009. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC.
Yogyakarta : Media Action Publishing
Laporan Pendahuluan
Askep Sepsis Neonatorum
A. Definisi
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama
empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau
1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005).
Sepsis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons sistemik
terhadap infeksi pada bayi baru lahir (Behrman, 2000). Sepsis adalah sindrom yang
dikarekteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat
berkembang kearah septikemia dan syok septik (Dongoes, 2000)
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama sejak
dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau terlokasi hanya pada satu orga
saja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat
sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan
dapat disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau
jamur (candida) meskipun jarang ditemui. (John Mersch, MD, FAAP, 2009). Sepsis dapat
dibagi menjadi dua yaitu :
1) Sepsis dini :terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme
pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka
mortalitas tinggi.
2) Sepsis lanjutan/nosokomial : terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan
didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung
atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat
perawatan bayi, sering mengalami komplikasi. (Vietha, 2008)
B. Etiologi
Bakteria seperti Escherichiacoli, Listeria monocytogenes, Neisseriameningitidis,
Sterptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe B,Salmonella, dan
Streptococcus grup B merupakan penyebab paling sering terjadinya sepsis pada bayi
berusia sampai dengan 3 bulan. Streptococcus grup B merupakan penyebab sepsis paling
sering pada neonatus.
Pada berbagai kasus sepsis neonatorum, organisme memasuki tubuh bayi melalui ibu
selama kehamilan atau proses kelahiran. Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya sepsis pada neonatus, antara lain:
1) Perdarahan
2) Demam yang terjadi pada ibu
3) Infeksi pada uterus atau plasenta
4) Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
5) Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum
melahirkan)
6) Proses kelahiran yang lama dan sulit.
7) Streptococcus grup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses kelahiran.
Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling tidak
terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita hamil,
yang dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan. Bayi prematur yang
menjalani perawatan intensif rentan terhadap sepsis karena sistem imun mereka
yang belum berkembang dan mereka biasanya menjalani prosedur-prosedur invasif
seperti infus jangka panjang, pemasangan sejumlah kateter, dan bernafas melalui
selang yang dihubungkan dengan ventilator. Organisme yang normalnya hidup di
permukaan kulit dapat masuk ke dalam tubuh kemudian ke dalam aliran darah
melalui alat-alat seperti yang telah disebut di atas.
Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteriemia tersamar,
yang bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke sepsis. Bakteriemia
tersamar artinya bahwa bakteria telah memasuki aliran darah, tapi tidak ada sumber
infeksi yang jelas. Tanda paling umum terjadinya bakteriemia tersamar adalah
demam. Hampir satu per tiga dari semua bayi pada rentang usia ini mengalami
demam tanpa adanya alasan yang jelas - dan penelitian menunjukkan bahwa 4% dari
mereka akhirnya akan mengalami infeksi bakterial di dalam darah.Streptococcus
pneumoniae (pneumococcus) menyebabkan sekitar 85% dari semua kasus
bakteriemia tersamar pada bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun.
C. Patofisiologi
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan
endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan
ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan
metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complment cascade
menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan
perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated
intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian (Bobak, 2005).Bayi baru lahir mendapat
infeksi melalui beberapa jalan, dapat terjadi infeksi transplasental seperti pada infeksi
konginetal virus rubella, protozoa Toxoplasma, atau basilus Listeria
monocytogenesis. Yang lebih umum, infeksi didapatkan melalui jalur vertikel, dari ibu
selam proses persalinan ( infeksi Streptokokus group B atau infeksi kuman gram
negatif ) atau secara horizontal dari lingkungan atau perawatan setelah persalinan
( infeksi Stafilokokus koagulase positif atau negatif).
Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga
kelompok, yaitu :
1. Faktor Maternal
a) Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui
sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya
buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih
banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b) Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang
dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun
c) Kurangnya perawatan prenatal.
d) Ketuban pecah dini (KPD) dan Prosedur selama persalinan.
2. Faktor Neonatatal
a) Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko
utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah
dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama
terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi
imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat.
Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
b) Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya
terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati
plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal
tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak
diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi
imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan
fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.
c) Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali
lebih besar dari pada bayi perempuan.
3. Faktor Lingkungan
a) Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan
prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama.
Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan
tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin
terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
b) Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko
pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas,
sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan
resisten berlipat ganda.
c) Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering
akibat kontak tangan.
d) Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam
tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh
E.colli.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui
beberapa cara, yaitu :
1) Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu
setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui sirkulasi
darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus
plasenta antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza,
parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sipilis, dan
toksoplasma.
2) Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena
yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya,
terjadi amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk dalam
tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi
akan terinhalasi oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus dan traktus
respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain cara
tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de
entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman.
Beberapa kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes genetalis, Candida
albican,dan N.gonorrea.
3) Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran
umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal
melalui alat- alat : penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik,
botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi
dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi
melalui luka umbilikus (AsriningS.,2003)
D. Manifestasi Klinik
Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai berikut,
1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema
2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih, sianosis
4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi
5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan
tidak teratur, ubun-ubun membonjol
6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.
Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat
menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya
dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung
Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:
1. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar
2. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang,
opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubunubun
3. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau
tungkai yang terkena
4. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi
yang terkena teraba hangat
5. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare
berdarah.
E. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah rutin (hb,leuko,trombosit,CT,BT,LED,SGOT,SGPT) Kultur darah
dapat menunjukkan organisme penyebab.
2) Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi dapat
mendeteksi organisme.
3) DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan peningkatan
neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.
4) Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan adanya
inflamasi.
F. Penatalaksanaan
1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v
(dibagi 2 dosis untuk neonatus umur <> 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino
glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan
Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu
pemberian ½ sampai 1 jam pelan-pelan).
2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap,
feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi
lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto
polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa
gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan
darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari
ke-7.
5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP
tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau
Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15
mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus).
6. Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian
antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21
hari.Pengobatan suportif meliputi : Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik,
terapi syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma,
trombosit, terapi kejang, transfusi tukar
G. Askep sepsis neonatorum.
1. Pengkajian
Data Obyektif :
Bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantung lambat dan suhu tubuhnya turun-
naik, gangguan pernafasan, kejang, jaundice (sakit kuning), muntah, diare,perut kembung
Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
Kulit kekuningan, Sulit bernafas, Letargi, Kejang, Mata berputar, Palpasi, tonos otot
meningkat, leher kaku
b) Palpasi
tonos otot meningkat, leher kaku
2. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi atau
inflamasi
Kriteria Hasil
1. Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)
2. Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180 x/menit,
frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)
Intervensi dan Rasional
INTERVENSI RASIONAL
Kolaborasi
4. Berikan antipiretik sesuai kebutuhan jika
panas tidak turun.
INTERVENSI RASIONAL
Intervensi Rasional