DISUSUN OLEH:
Dosen Pengampu :
TAHUN 2020
A. Pengertian MOF
Gagal organ multiple (MOF) dapat terjadi sebagai komplikasi dari semua
bentuk syok (Cipolle, dkk,. 1993), semua system organ secara unik
menderita kerusakan akibat kurangnya perfusi yang adekuat yang dapat
menyebabkan gagal organ.
Gagal organ multipel dinyatakan sebagai jumlah dari masing-masing gagal
organ, 48 jam setelah penderita masuk RS dari 4 organ atau lebih. Gagal
organ multipel adalah bentuk atau fase terakhir dari rentetan gagal tunggal
ataupun ARDS yang sering berakhir dengan kematian.
B. Etiologi MOF
1) Perdarahan yang masif (oligenik)
2) Obstruktif ekstrakardiak
3) Kardiogenik
4) Disfungsi miokardial
5) Maldistribusi pada mikrodistribusi darah
6) Semua bentuk syok (syok hipovolemik, syok anafilaktik, syok
kardiogenik, dll.)
7) Infeksi
8) Cidera jaringan
C. Manifestasi MOF
1) Rendahnya tekanan darah
Perjalanan klinis MOF mengikuti salah satu dari dua pola. Pada kedua
pola terdapat peristiwa awal yang mengakibatkan rendahnya tekanan
darah. Penyebab turunnya tekanan darah diatasi dan seolah-olah pasien
berespons. Pada pola MOF pertama, terjadi lebih sering saat peristiwa
awal adalah pulmonal seperti cedera paru, pasien mengalami gangguan
pernapasan yang membutuhkan intubasi. Hal ini biasanya terjadi
selama 24 jam sampai 72 jam peristiwa awal. Gagal nafas dengan cepat
menyebabkan MOF dan daya tahan pasien hanya 2 sampai 4 hari
(lekander dan cerra : 1990).
2) Gagal napas
Pada MOF kedua terjadi lebih tersembunyi. Pola ini terjadi lebih sering
pada pasien dengan syok septik dan secara progresif tidak teratasi
selama kurun waktu 1 bulan. Pasien juga mengalami gagal napas dan
membutuhkan intubasi. Pasien tetap stabil secara hemodinamik selama
sekitar 7 sampai 14 hari. Meski tampak stabil, pasien menunjukkan
status hipermetabolik yang ditandai dengan hiperglikemia,
hiperlaktatemia, dan poliuria. Laju metabolik pasien adalah 1,5 sampai
2 kali laju metabolik basal. Biasanya terdapat infeksi dan kerusakan
kulit mulai terjadi. Selama tahap ini terdapat kehilangan masif masa
otot skeletal, prosesnya disebut oto-katabolisme. Jika fase
hipermetabolik dapat diatasi, angka mortalitas tahap ini adalah antara
25% dan 40% (lekander dan cerra : 1990).
3) Ikterik dan hiperbilirubinemia
Pada pasien dimana fase hipermetabolik tidak dapat diatasi, MOF
mengalami kemajuan dan hal ini ditandai dengan ikterik,
hiperbilirubinemia, dan gagal ginjal sering membutuhkan dialisis.
Pasien menjadi kurang stabil secara hemodinamik dan mulai
membutuhkan obat-obat vasoaktif secara dukungan terapi cairan. Fase
ini secara prognosis signifikan di mana angka mortalitas meningkat
dari 40% sampai 60% pada tahap awal, hingga 90% sampai 100% pada
tahap MOF lanjut. Pasien biasanya mati dalam kira-kira 28 hari.
D. Patofisiologi MOF
Awitan sepsis sering bertepatan dengan awitan gagal organ multipel
(GOM), yang terjadi pada 7% sampai 12% dari pasien-pasien cedera kritis.
Infeksi dan riwayat syok hipovolemik diduga dapat meningkatkan potensi
perkembangan GOM. Ditandai dengan kegagalan dua organ atau lebih,
GOM berkaitan dengan tingkat mortalitas 25% sampai 95%. Paru-paru
hepar cenderung untuk gagal pertama kali, diikuti oleh ginjal, sistem
pencernaan, dan jantung.
Gagal pulmonal dalam bentuk ARDS biasanya timbul 5 sampai 7 hari
setelah cedera. Gagal pulmonal ditandai dengan hipoksemia dengan
pemirauan, penurunan komplikasi paru, takipnea, dispnea, dan timbulnya
infiltrat pulmonal bilateral difus. Sindrom memerlukan bantuan ventilator
intensif. Faktor-faktor penyebab termasuk trauma pulmonal mayor,
transfusi darah multipel, sepsis dan syok.
Gagal hepar dapat diakibatkan oleh keruskan awal, melemahnya
vaskular, syok, dan sepsis. Ikterik adalah indikator umum dari
penyimpangan fungsi hepar, meskipun penyebab lain seperti obstruksi
saluran empedu pasca traumatik harus disingkirkan. Uji fungsi hepar
merupakan diagnostik. Gagal hepar dapat mengarah pada penurunan tingkat
kesadaran, pemeriksaan pembekuan abnormali, dan hipoglikemia.
Gagal ginjal dapat dicetuskan oleh cedera ginjal, iskemia, bahan
kontras radiografi, hipokalemia (karena hemorargi, spasium ketiga), atau
sepsis. Tanda-tanda awal termasuk peningkatan nitrogen urea darah, dan
kreatinin serum. Gagal ginjal dapat poliurik, oligurik. Dialisis sering kali
diperlukan.
Gagal gastrointestinal ditunjukkan dengan perdarahan stres yang
membutuhkan tranfusi darah. Netralisasi profilaktik asam lambung dapat
meminimalkan risiko perdarahan.
Gagal jantung biasanya merupakan komplikasi akhir; bagaimanapun,
adanya kpondisi jantung sebelumnya dapat mencetuskan korban trauma
multipel pada awitan dini gagal jantung. Dapat terlihat hipotensi, penurunan
curah jantung, penurunan fraksi injeksi.