Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN KRITIS

Laporan Pendahuluan COPD (CRONIC OBSTRUCTION PULMONARY DISEASE)

DISUSUN OLEH:
Oki Susira (181440131)

Dosen Pengampu :
Eny Erlinda Widyaastuti, NS, M.Kep., Sp.Kep.MB

PRODI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
TAHUN 2020
A. Definisi

PPOK adalah penyakit paru kronik dengan karakteristik adanya hambatan


aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel
parsial, serta adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya
(GOLD, 2009).
PPOK/COPD (CRONIC OBSTRUCTION PULMONARY DISEASE)
merupakan istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang
berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara
sebagai gambaran patofisiologi utamanya (Price, Sylvia Anderson : 2005)
PPOK  merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi
terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang
membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPDadalah : Bronchitis kronis,
emfisema paru-paru dan asthma bronchiale (S Meltzer, 2001)
P P O K  adalah merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan
dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru
(Bruner & Suddarth, 2002).
PPOK  merupakan obstruksi saluran pernafasan yang progresif dan ireversibel,
terjadi bersamaan bronkitis kronik, emfisema atau kedua-duanya (Snider
B. Patofisiologi
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan
oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air
sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan
perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi
adalah peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan
perfusi adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan ventilasi terdiri
dari gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi
berupa perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter yang sering dipakai
untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV), sedangkan untuk
gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama
(VEP1), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas vital
paksa (VEP1/KVP) (Sherwood, 2001).
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen asap
rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia
yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem
eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah
besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi sebagai tempat
persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul
peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi
terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit
dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan (GOLD, 2009).
Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik
pada paru.Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur
penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus,
maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena
ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah
inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan
terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps (GOLD, 2009).
Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa
eosinofil, komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan
dimediasi oleh neutrofil. Asap rokok menginduksi makrofag untuk melepaskan
Neutrophil Chemotactic Factors dan elastase, yang tidak diimbangi dengan
antiprotease, sehingga terjadi kerusakan jaringan (Kamangar, 2010). Selama
eksaserbasi akut, terjadi perburukan pertukaran gas dengan adanya
ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi berhubungan dengan adanya
inflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus.Kelainan
perfusi berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada arteriol (Chojnowski, 2003).

C. Manifestasi
Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien PPOK.
Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian berlangsung
lama dan sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum yang pada awalnya
sedikit dan mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan purulen seiring dengan
semakin bertambahnya parahnya batuk penderita.
Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama,
sepanjang hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali, hal
ini menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak inilah
yang biasanya membawa penderita PPOK berobat ke rumah sakit. Sesak dirasakan
memberat saat melakukan aktifitas dan pada saat mengalami eksaserbasi akut.
Gejala-gejala PPOK eksaserbasi akut meliputi:
1)      Batuk bertambah berat
2)      Produksi sputum bertambah
3)      Sputum berubah warna
4)      Sesak nafas bertambah berat
5)      Bertambahnya keterbatasan aktifitas
6)      Terdapat gagal nafas akut pada gagal nafas kronis
7)      Penurunan kesadaran
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
2. Analisa Gas Darah
3. Pemerksaan EKG
4. Kultur Sputum untuk mengetahui patogen penyyebeb infeksi
5. Laboratorium darah lengkap
E. Komplikasi
1. Hipoxemia
Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg,
dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan mengalami
perubahan mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul
cyanosis.
2. Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul
antara lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea.
3. Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus,
peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema mukosa. Terbatasnya
aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan timbulnya dyspnea.
4. Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus
diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini sering kali
berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga
dapat mengalami masalah ini.
5. Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respiratory.
6. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma bronchial.
Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan seringkali tidak
berespon terhadap therapi yang biasa diberikan.Penggunaan otot bantu pernafasan
dan distensi vena leher seringkali terlihat.
F. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan PPOK
1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase
akut, tetapi juga fase kronik.
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih
awal.
Penatalaksanaan PPOK usia lanjut sebagai berikut:
1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan merokok,
menghindari polusi udara.
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba
tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman
penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih
kontroversial.
5. Pengobatan simtomatik.
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan
aliran lambat 1 - 2 liter/menit
Tindakan Rehabilitasi meliputi :
1. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret bronkus.
2. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernapasan
yang paling efektif.
3. Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan
kesegaran jasmani.
4. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat
kembali mengerjakan pekerjaan semula

Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Aktivitas dan Istirahat
Gejala :
a) Keletihan, kelelahan, malaise,
b) Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas
c) Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi
d) Dispnea pasa saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan

Tanda :
a) Keletihan
b) Gelisah, insomnia
c) Kelemahan umum/kehilangan massa otot
2. Sirkulasi
Gejala :Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda :
a) Peningkatan tekanan darah
b) Peningkatan frekuensi jantung
c) Distensi vena leher
d) Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung
e) Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan
diameterAPdada)
f) Warna kulit/membrane mukosa : normal/abu-abu/sianosis; kuku tabuh
dansianosis perifer
g) Pucat dapat menunjukkan anemia.
3. Integritas Ego
Gejala :
a) Peningkatan factor resiko
b) Perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang
4. Makanan/ cairan
Gejala :
a) Mual/muntah
b) Nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)
c) ketidakmampuan untuk makankarena distress pernafasan
d) Penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat badan
menunjukkan edema (bronchitis)
Tanda :
a) Turgor kulit buruk
b) Edema dependen
c) Berkeringat
5. Hyegene
Gejala :
Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitassehari-hari.
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan

6. Pernafasan
Gejala :
a) Nafas pendek (timbul tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala
menonjol pada emfisema) khususnya pada kerja; cuaca atau episode
berulangnyasulit nafas (asma); rasa dada tertekan,m ketidakmampuan
untuk bernafas(asma)
b) Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat
bangun) selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya
2tahun. Produksi sputum (hijau, puith, atau kuning) dapat banyak
sekali(bronchitis kronis)
c) Episode batuk hilang timbul, biasanya tidak produksi pada tahap
dinimeskipun dapat menjadi produktif (emfisema)
d) Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia/iritan
pernafasandalam jangka panjang (mis. Rokok sigaret) atau debu/asap
(mis.asbes, debu batubara, rami katun, serbuk gergaji
e) Penggunaan oksigen pada malam hari secara terus-menerus.
Tanda :
Pernafasan : biasanya cepat,dapat lambat; fase ekspresi memanjangdengan
mendengkur, nafas bibir (emfisema)
a) Penggunaaan otot bantu pernafasan, mis. Meninggikan bahu, melebarkan
hidung.
b) Dada: gerakan diafragma minimal.
c) Bunyi nafas : mungkin redup dengan ekspirasi mengi
(emfisema);menyebar, lembut atau krekels lembab kasar (bronchitis);
ronki, mengisepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama
inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tidak adanya bunyi nafas (asma)
d) Perkusi : Hiperesonan pada area paru (mis. Jebakan udara
denganemfisema); bunyi pekak pada area paru (mis. Konsolidasi, cairan,
mukosa)
e) Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata sekaligus.
f) Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku; abbu-
abukeseluruhan; warna merah (bronchitis kronis, “biru mengembung”).
Pasiendengan emfisema sedang sering disebut “pink puffer” karena warna
kulitnormal meskipun pertukaran gas tak normal dan frekuensi
pernafasancepat.
g) Tabuh pada jari-jari (emfisema)
7. Keamanan
Gejala :
a) Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/faktor lingkungan
b) Adanya/berulang infeksi
c) Kemerahan/berkeringat (asma)
8. Seksualitas
Gejala : penurunan libido
9. Interaksi Sosial
Gejala :
a) Hubungan ketergantungan Kurang sistem penndukung
b) Kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang dekat
c) Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik
Tanda :
a) Ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara karena distress
pernafasan
b) Keterbatasan mobilitas fisik
c) Kelalaian hubungan dengan anggota kelurga lain

B. Diagnosa Keperawatan.
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi,
peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga
dan infeksi bronkopulmonal.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mukus,
bronkokontriksi dan iritan jalan napas.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan
kebutuhan oksigen.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea,
kelamahan, efek samping obat, produksi sputum dan anoreksia, mual muntah.
6. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat peningkatan
upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
C. Intervensi Keperawatan
N DIAGNOSA NOC NIC
O KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak NOC : 1) Beri pasien 6 sampai 8 gelas
efektif b.d  Respiratory status : Ventilation cairan/hari kecuali terdapat kor
bronkokontriksi,  Respiratory status : Airway pulmonal.
peningkatan produksi patency 2) Ajarkan dan berikan dorongan
sputum, batuk tidak  Aspiration Control penggunaan teknik pernapasan
efektif, Kriteria Hasil diafragmatik dan batuk.
kelelahan/berkurangnya 1) Mendemonstrasikan batuk 3) Bantu dalam pemberian
tenaga dan infeksi efektif dan suara nafas yang tindakan nebuliser, inhaler
bronkopulmonal. bersih, tidak ada sianosis dan dosis terukur
dyspneu (mampu 4) Lakukan drainage postural
mengeluarkan sputum, dengan perkusi dan vibrasi
mampu bernafas dengan pada pagi hari dan malam hari
mudah, tidak ada pursed sesuai yang diharuskan.
lips) 5) Instruksikan pasien untuk
2) Menunjukkan jalan nafas menghindari iritan seperti asap
yang paten (klien tidak rokok, aerosol, suhu yang
merasa tercekik, irama nafas, ekstrim, dan asap.
frekuensi pernafasan dalam 6) Ajarkan tentang tanda-tanda
rentang normal, tidak ada dini infeksi yang harus
suara nafas abnormal) dilaporkan pada dokter dengan
3) Mampu mengidentifikasikan segera: peningkatan sputum,
dan mencegah factor yang perubahan warna sputum,
dapat menghambat jalan kekentalan sputum,
nafas peningkatan napas pendek, rasa
sesak didada, keletihan.
7) Berikan antibiotik sesuai yang
diharuskan.
8) Berikan dorongan pada pasien
untuk melakukan imunisasi
terhadap influenzae dan
streptococcus pneumoniae.
2. Pola napas tidak NOC : 1) Ajarkan klien latihan bernapas
efektifberhubungan  Respiratory status : diafragmatik dan pernapasan
dengan napas pendek, Ventilation bibir dirapatkan.
mukus, bronkokontriksi  Respiratory status : Airway 2) Berikan dorongan untuk
dan iritan jalan napas patency menyelingi aktivitas dengan
 Vital sign Status periode istirahat.
Kriteria Hasil : 3) Biarkan pasien membuat
1) Mendemonstrasikan batuk keputusan tentang
efektif dan suara nafas yang perawatannya berdasarkan
bersih, tidak ada sianosis dan tingkat toleransi pasien.
dyspneu (mampu 4) Berikan dorongan penggunaan
mengeluarkan sputum, latihan otot-otot pernapasan
mampu bernafas dengan jika diharuskan.
mudah, tidak ada pursed
lips)
2) Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
3) Tanda Tanda vital dalam
rentang normal (tekanan
darah (sistole 110-130mmHg
dan diastole 70-90mmHg),
nad (60-100x/menit)i,
pernafasan (18-24x/menit))
3. Gangguan pertukaran  Respiratory status : 1) Deteksi bronkospasme saat
gasberhubungan dengan Ventilation auskultasi .
ketidaksamaan ventilasi Kriteria Hasil : 2) Pantau klien terhadap dispnea
perfusi 1) Frkuensi nafas normal (16- dan hipoksia.
24x/menit) 3) Berikan obat-obatan
2) Itmia bronkodialtor dan
3) Tidak terdapat disritmia kortikosteroid dengan tepat dan
4) Melaporkan penurunan waspada kemungkinan efek
dispnea sampingnya.
5) Menunjukkan perbaikan 4) Berikan terapi aerosol sebelum
dalam laju aliran ekspirasi waktu makan, untuk membantu
mengencerkan sekresi sehingga
ventilasi paru mengalami
perbaikan.
5) Pantau pemberian oksigen
4. Intoleransi NOC : 1) Kaji respon individu terhadap
aktivitasberhubungan  Energy conservation aktivitas; nadi, tekanan darah,
dengan  Self Care : ADLs pernapasan
ketidakseimbangan antara Kriteria Hasil : 2) Ukur tanda-tanda vital segera
suplai dengan kebutuhan 1) Berpartisipasi dalam setelah aktivitas, istirahatkan
oksigen aktivitas fisik tanpa disertai klien selama 3 menit
peningkatan tekanan darah, kemudian ukur lagi tanda-
nadi dan RR tanda vital.
2) Mampu melakukan 3) Dukung pasien dalam
aktivitas sehari hari (ADLs) menegakkan latihan teratur
secara mandiri dengan menggunakan
treadmill dan exercycle,
berjalan atau latihan lainnya
yang sesuai, seperti berjalan
perlahan.
4) Kaji tingkat fungsi pasien
yang terakhir dan
kembangkan rencana latihan
berdasarkan pada status
fungsi dasar.
5) Sarankan konsultasi dengan
ahli terapi fisik untuk
menentukan program latihan
spesifik terhadap kemampuan
pasien.
6) Sediakan oksigen sebagaiman
diperlukan sebelum dan
selama menjalankan aktivitas
untuk berjaga-jaga.
7) Tingkatkan aktivitas secara
bertahap; klien yang sedang
atau tirah baring lama mulai
melakukan rentang gerak
sedikitnya 2 kali sehari.
8) Tingkatkan toleransi terhadap
aktivitas dengan mendorong
klien melakukan aktivitas
lebih lambat, atau waktu yang
lebih singkat, dengan istirahat
yang lebih banyak atau
dengan banyak bantuan.
9) Secara bertahap tingkatkan
toleransi latihan dengan
meningkatkan waktu diluar
tempat tidur sampai 15 menit
tiap hari sebanyak 3 kali
sehari.
5. Perubahan nutrisi kurang NOC : 1) Kaji kebiasaan diet, masukan
dari kebutuhan  Nutritional Status : food makanan saat ini. Catat derajat
tubuhberhubungan and Fluid Intake kesulitan makan. Evaluasi berat
dengan dispnea, Kriteria Hasil : badan dan ukuran tubuh.
kelamahan, efek samping 1) Adanya peningkatan berat 2) Auskultasi bunyi usus
obat, produksi sputum dan badan sesuai dengan tujuan 3) Berikan perawatan oral sering,
anoreksia, mual muntah. 2) Berat badan ideal sesuai buang sekret.
dengan tinggi badan 4) Dorong periode istirahat I jam
3) Mampu mengidentifikasi sebelum dan sesudah makan.
kebutuhan nutrisi 5) Pesankan diet lunak, porsi kecil
4) Tidak ada tanda tanda sering, tidak perlu dikunyah
malnutrisi lama.
5) Tidak terjadi penurunan 6) Hindari makanan yang
berat badan yang berarti diperkirakan dapat
menghasilkan gas.
7) Timbang berat badan tiap hari
sesuai indikasi.
6. Kurang perawatan NOC : 1) Ajarkan mengkoordinasikan
diriberhubungan dengan  Self care : Activity of Daily pernapasan diafragmatik
keletihan sekunder akibat Living (ADLs) dengan aktivitas seperti
peningkatan upaya Kriteria Hasil : berjalan, mandi, membungkuk,
pernapasan dan 1) Klien terbebas dari bau atau menaiki tangga
insufisiensi ventilasi dan badan 2) Dorong klien untuk mandi,
oksigenasi 2) Menyatakan kenyamanan berpakaian, dan berjalan dalam
terhadap kemampuan untuk jarak dekat, istirahat sesuai
melakukan ADLs kebutuhan untuk menghindari
3) Dapat melakukan ADLS keletihan dan dispnea
dengan bantuan berlebihan. Bahas tindakan
penghematan energi.
3) Ajarkan tentang postural
drainage bila memungkinkan.

Daftar Pustaka
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta, EGC.
Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi
Price, Sylvia. 2003. Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC.
Smeltzer C Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and Suddarth’s, Ed 8
Vol 1. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai