Anda di halaman 1dari 7

Defenisi

Sepsis didefinisikan sebagai suatu keadaan infeksi bersama dengan manifestasi sistemik dari
infeksi.Sepsis berat didefinisikan sebagai sepsis ditambah dengan disfungsi organ akibat sepsis atau
hipoperfusi jaringan.Syok septikdidefinisikan sebagaihipotensiyang diinduksi sepsis yang
menetapmeskipunresusitasicairan yang diberikan sudah adekuat. Hipoperfusi jaringanyang diinduksi
infeksi didefinisikan sebagaihipotensiyang diinduksi infeksi, peningkatan laktat,
atauoliguria.Hipotensiyang diinduksi oleh sepsisdidefinisikansebagaitekanan darahsistolik(SBP)
40mmHgataukurang dari duastandar deviasi di bawahnormal untuk usiatanpa adanyapenyebab lain
darihipotensi
(JURNAL USU, SEPSIS )

Epidemiologi sepsis
Sepsis menempati urutan ke-10 sebagai penyebab utama kematian di Amerika Serikat dan penyebab
utama kematian pada pasien sakit kritis. Sekitar 80% kasus sepsis berat di unit perawatan intensif di
Amerika Serikat dan Eropa selama tahun 1990-an terjadi setelah pasien masuk untuk penyebab yang tidak
terkait. Kejadian sepsis meningkat hampir empat kali lipat dari tahun 1979-2000, menjadi sekitar 660.000
kasus (240 kasus per 100.000 penduduk) sepsis atau syok septik per tahun di Amerika Serikat.
Dari tahun 1999 sampai 2005 ada 16.948.482 kematian di Amerika Serikat. Dari jumlah tersebut,
1.017.616 dikaitkan dengan sepsis (6% dari semua kematian). Sebagian besar kematian terkait sepsis
terjadi di rumah sakit, klinik dan pusat kesehatan (86,9%) dan 94,6% dari ini adalah pasien rawat inap
tersebut.
(JURNAL USU, SEPSIS )

Etologi
Sepsis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (meskipun sepsis dapat disebabkan oleh virus, atau
semakin sering, disebabkan oleh jamur). Mikroorganisme kausal yang paling sering ditemukan pada
orang dewasa adalah Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pneumonia. Spesies
Enterococcus, Klebsiella, dan Pseudomonas juga sering ditemukan. Penyebab dari sepsis terbesar adalah
bakteri gram negative dengan presentase 60-70% kasus yang menghasilkan berbagai produk yang dapat
menstimulasi sel imun yang terpacu untuk melepaskan mediator inflamasi.
(JURNAL USU, SEPSIS )

PATOGENESIS
Patogenesis Sepsis dikatakan sebagai suatu proses peradangan intravaskular yang berat. Hal ini dikatakan
berat karena sifatnya yang tidak terkontrol dan berlangsung terus menerus dengan sendirinya, dikatakan
intravaskular karena proses ini menggambarkan penyebaran infeksi melalui pembuluh darah dan
dikatakan peradangan karena semua tanda respon sepsis adalah perluasan dari peradangan biasa. Ketika
jaringan terinfeksi, terjadi stimulasi perlepasan mediator-mediator inflamasi termasuk diantaranya
sitokin.Sitokin terbagi dalam proinflamasi dan antiinflamasi. Sitokin yang termasuk proinflamasi seperti
TNF, IL-1,interferon γ yang bekerja membantu sel untuk menghancurkan mikroorganisme yang
menyebabkan infeksi. Sedangkan sitokin antiinflamasi yaitu IL-1-reseptor antagonis (IL-1ra), IL-4, IL-10
yang bertugas untuk memodulasi, koordinasi atau represi terhadap respon yang berlebihan.
Keseimbangan dari kedua respon ini bertujuan untuk melindungi dan memperbaiki jaringan yang rusak
dan terjadi proses penyembuhan. Namun ketika keseimbangan ini hilang maka respon proinflamasi akan
meluas menjadi respon sistemik. Respon sistemik ini meliputi kerusakan endothelial, disfungsi
mikrovaskuler dan kerusakan jaringan akibat gangguan oksigenasi dan kerusakan organ akibat gangguan
sirkulasi.Sedangkan konskuensi dari kelebihan respon antiinfalmasi adalah alergi dan immunosupressan.
Kedua proses ini dapat mengganggu satu sama lain sehingga menciptakan kondisi ketidak harmonisan
imunologi yang merusak.
(JURNAL USU, SEPSIS )

GEJALA KLINIS
Sepsis dimulai dengan tanda klinis respons inflamasi sistemik (yaitu demam, takikardia, takipnea,
leukositosis) dan berkembang menjadi hipotensi pada kondisi vasodilatasi perifer (renjatan septik
hiperdinamik atau “hangat”, dengan muka kemerahan dan hangat yang menyeluruh serta peningkatan
curah jantung) atau vasokonstriksi perifer (renjatan septik hipodinamik atau “dingin” dengan anggota
gerak yang biru atau putih dingin). Pada pasien dengan manifestasi klinis ini dan gambaran pemeriksaan
fisik yang konsisten dengan infeksi, diagnosis mudah ditegakkan dan terapi dapat dimulai secara dini.
(JURNAL USU, SEPSIS )

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dapat membantu dalam mendiagnosis syok sepsis dan menentukan fokus infeksi.

Tanda-Tanda Vital

Pasien dengan sepsis seringkali mengalami demam, meskipun pada kasus-kasus tertentu tidak terdapat
peningkatan suhu hingga hipotermia (pasien lansia, imunokompromais). Tekanan darah cenderung rendah
dengan mean arterial pressure <65 mmHg, hipoksia, takikardia, dan takipnea merupakan manifestasi
syok sepsis yang sering ditemukan.
Kardiovaskular

Kelainan pada sistem kardiovaskular yang dapat ditemukan pada pasien syok sepsis antara lain hipotensi,
takikardia, akral yang dingin,  dan capillary refill time yang memanjang.
Sistem Respirasi
Kelainan pada sistem respirasi seperti takipnea, hiperventilasi, batuk, hemoptisis, ronkhi, egofoni, dan
nyeri dada juga dapat ditemukan. Pada saluran napas atas, juga bisa ditemukan manifestasi berupa
disfagia, limfadenopati, nyeri tenggorokan, dan trismus.
Gastrointestinal

Pada sistem gastrointestinal, dapat ditemukan nyeri abdomen, penurunan bising usus, diare, distensi,
mual, dan muntah. Tanda-tanda perdarahan dalam jumlah besar dari traktus gastrointestinal jarang
ditemukan pada sepsis. Pada sistem hepatik, bisa ditemukan kelainan berupa koagulopati, gangguan
fungsi hepar, maupun ikterus.

Sistem Saraf

Pasien dengan syok sepsis seringkali mengalami perubahan status mental, mulai dari disorientasi, letargi,
hingga koma.

Traktus Urinarius

Kondisi anuria dan oliguria merupakan tanda dari hipoperfusi yang diakibatkan oleh syok sepsis dan
merupakan kondisi darurat yang dapat menyebabkan disfungsi organ seperti gagal ginjal akut. Infeksi
primer dari sepsis juga dapat berasal dari traktus urogenital.
Sistem integumen

Pada sepsis dapat ditemukan kelainan pada sistem integumen berupa abses, selulitis, ekimosis,
petechiae, necrotizing fasciitis, dan limfadenopati regional.
Sistem Endokrin

Hiperglikemia merupakan kondisi yang sering ditemukan pada sepsis (resistensi insulin terinduksi
sepsis). Pasien dengan diabetes mellitus seringkali mengalami hiperglikemia, yang merupakan tanda
adanya infeksi. Hipoglikemia juga dapat terjadi, meskipun jarang

(Departemen Penyakit Dalam RSPAD Gatot Soebrot, DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN


SEPSIS

PEMERIKSAAN PENUNJANG

emeriksaan penunjang bertujuan untuk mendiagnosis sepsis dan menemukan fokus infeksi.
Laboratorium

Temuan laboratorium pada kasus syok sepsis antara lain:

 Hiperglikemia

 Leukositosis (leukosit lebih dari 12.000/mm3) atau leukopenia (leukosit kurang dari 4000/mm3)

 C-reactive protein atau procalcitonin meningkat lebih dari 2 standar deviasi dari nilai normal
 Azotemia prerenal

 Koagulopati : INR lebih dari 1,5 atau prothrombin time lebih dari 60 detik


 Trombositopenia : platelet kurang dari 100.000/mL

 Hiperbilirubinemia : total bilirubin lebih dari 4 mg/dL

 Asidosis laktat lebih dari 2 mmol/L atau 18 mg/dl

Dokter juga perlu memikirkan kemungkinan gagal organ yang terjadi, sehingga lakukan pemantauan
kardiopulmonal, Glasgow Coma Scale (GCS), keluaran urine, dan urinalisis.
Radiologi

Rontgen thoraks bisa dilakukan jika pasien dicurigai mengalami pneumonia atau terjadi Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Rontgen ekstremitas bisa menunjukkan adanya udara bebas
pada jaringan jika pasien mengalami necrotizing fasciitis.
USG dapat digunakan untuk mengevaluasi limpa dan empedu. CT scan bisa digunakan jika dicurigai
terdapat abses abdomen, perforasi usus, ataupun iskemia

(Departemen Penyakit Dalam RSPAD Gatot Soebrot, DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN


SEPSIS

DIAGNOSIS BANDING

Syok sepsis perlu dibedakan dari jenis syok yang lain, termasuk syok hipovolemik, syok kardiogenik, dan
syok obstruktif.

Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik adalah kondisi perfusi organ inadekuat akibat hilangnya volume intravaskular,
misalnya akibat perdarahan atau dehidrasi. Syok hipovolemik bisa terjadi akibat perdarahan
gastrointestinal, trauma muskuloskeletal, atau luka bakar.[12]
Syok Kardiogenik

Syok kardiogenik disebabkan oleh disfungsi jantung yang menyebabkan penurunan kapasitas pompa
jantung. Gejala utama syok kardiogenik adalah gangguan kesadaran, agitasi, ekstremitas dingin, dan
oliguria. Kematian pada pasien syok kardiogenik biasanya disebabkan oleh instabilitas hemodinamik,
gagal multiorgan, dan inflamasi sistemik.[12]
Syok Obstruktif

Syok obstruktif disebabkan oleh obstruksi pada pembuluh darah besar atau jantung. Walaupun
manifestasinya bisa mirip dengan syok kardiogenik, keduanya perlu dibedakan karena terapinya sangat
berbeda. Beberapa penyebab dari syok obstruktif adalah tamponade kardiak, tension pneumothorax, dan
kejadian tromboembolisme
(JURNAL UNDIP JUDUL SEPSIS DAN TATALAKSANA)

TATALAKSANA
FARMAKO
Penanganan dari sepsis dapat menggunakan protokol yang dikeluarkan oleh Society of Critical Care
Medicine (SCCM) dan European Society of Intensive Care Medicine (ESICM) yaitu “Surviving Sepsis
Guidelines”. Surviving Sepsis Guidelines pertama kali dipublikasi pada tahun 2004, dengan revisi pada
tahun 2008 dan 2012. Pada bulan Januari 2017, revisi keempat dari Surviving Sepsis Guidelines
dipresentasikan. Komponen dasar dari penanganan sepsis dan syok septik adalah resusitasi awal,
vasopressor/ inotropik, dukungan hemodinamik, pemberian antibiotik awal, kontrol sumber infeksi,
diagnosis (kultur dan pemeriksaan radiologi), tata laksana suportif (ventilasi, dialisis, transfusi) dan
pencegahan infeksi
NON FARMAKO
Terapi Non Farmakologi Sepsis
Terapi Non Farmakologi Penyakit Sepsis
1. Hindari konsumsi obat-obatan
Terapi non farmakologi penyakit sepsis
yang pertama adalah dengan menghindari
obat-obatan dengan dosis berlebih. Obat-obatan dengan dosis yang tinggi dapat
menyebabkan aliran darah menjadi terganggu. Sehingga
penyakit sepsis
yang
sedang Anda derita bisa menjadi semakin parah. Oleh sebab itu jika tidak darurat
atau penting jangan konsumsi obat-obatan jenis apapun.
2. Konsumsi makanan yang tinggi magnesium dan zat besi
Makanan yang banyak mengandung magnesium dan zat besi sangatlah baik
apabila dikonsumsi oleh penderita
penyakit sepsis
, terlebih bagi Anda yang
memiliki hipotensi atau tekanan darah rendah. Makanan yang banyak
mengandung magnesium dan zat besi antara lain daging, sayur (bayam) dan lain
sebagainya.
3. Hindari konsumsi gorengan
Terapi non farmakologi penyakit sepsis
selanjutnya adalah dengan menghindari
makanan gorengan, konsumsi gorengan sangatlah buruk terhadap kesehatan tubuh
Anda, karena makanan yang digoreng mengandung lemak jahat atau kolesterol
jahat yang terdapat pada bagian minyaknya, dimana kolesterol jahat ini dapat
menyebabkan gangguan sistem peredarah darah Anda, terutama saat Anda sedang
terserag
penyakit sepsis
.
4. Lakukan olahraga secara rutin dan konsumsi makanan bergizi
Olehraga sangatlah baik untuk sistem peredaran darah kita, tidak hanya mampu
meningkatkan sistem kekebalan tubuh saja, akan tetapi dengan melakukan
olahraga, darah yang ada di dalam tubuh kita bisa terbebas dari berbagai macam
bakteri ataupun kuman yang salah satunya menyebabkan darah mengalami
keracunan atau
sepsis
. Selain berolahraga, Anda juga harus memenuhi asupan
nutrisi yang cukup untuk tubuh. Seperti konsumsi buah, sayur, multivitamin dan
lain sebagainya, karena dengan nutrisi yang cukup tubuh mampu melawan bakteri
yang terdapat di dalam darah.
( JURNAL UNPAD TENTANG MENAJEMEN DARI SEPSIS)

Anda mungkin juga menyukai